{"title":"AQIDAH DAN TRADISI LOKAL DALAM PAGELARAN JARANAN (STUDI KASUS ATAS GRUP JARANAN CAMPURSARI SINGA JAYA DI DESA NGAMPELREJO KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JEMBER)","authors":"Fita Listiawati","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i2.111","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i2.111","url":null,"abstract":"Jaranan merupakan kesenian tradisional Jawa yang di dalamnya melibatkan unsur magis (roh) sebagai ciri khasnya. Hal magis tersebut sengaja dipanggil untuk merasuki para pemain jaranan di segmen tertentu pada pementasannya, agar para pemain dapat dengan mudah melakukan atraksi berbahaya yang secara rasional mustahil untuk dilakukan. Unsur –unsur yang ada dalam jaranan terdapat suatu pemahaman dan pembuktian adanya pengaruh “roh” atau unsur magis terhadap seseorang. Hal ini dapat berpengaruh pada pemahaman aqidah seseorang sebab wilayah aqidah adalah termasuk mengimani adanya dimensi gaib. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh unsur magis terhadap aqidah Islam para pemain jaranan, mengingat para pemain mayoritas beragama Islam dan cukup sering berhubungan dengan unsur-unsur magis jaranan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (Field Research) yang bertempat di desa Ngampelrejo kec.Jombang kab.Jember. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai data primer dan data sekunder diambil dari buku-buku yang relevan. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek magis “kesurupan” merupakan teori kesadaran manusia khas Jawa, sehingga kesadaran manusia berada dalam kendali makhluk ghaib. Keberadaan roh ada dalam pelaku jaranan. Fenomena tersebut menimbulkan pengaruh pada aqidah para pelaku jaranan, yang dapat digunakan sebagai metode pembuktian adanya alam ghaib yang mampu memperkuat keimanan seseorang, namun apabila aqidahnya tidak kuat maka akan jatuh menjadi musyrik. Kata kunci: magis, jaranan, roh, kesurupan, dan aqidah.","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125811987","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"NILAI-NILAI SUFISTIK DALAM TRADISI SABALLASAN DI DUSUN TANGKOLONG DESA LARANGAN DALAM KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN PAMEKASAN","authors":"Saiful Islam","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i2.486","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i2.486","url":null,"abstract":"Tadisi saballasan merupakan tradisi ritual keagamaan yang dilakukan sekali dalam setiap bulan tahun hijriyah yakni pada tanggal sebellas, dalam perkumpulan tradisi saballasan ini terdapat kayfiyah-kayfiyah dalam pelaksanaannya seperti ketentuan jumlah anggota minimal harus 14 orang, ritual ini dilaksanakan secara berjamaah yang dipimpin oleh Kyai atau Tokoh yang paham terhadap kayfiyah-kayfiyah nya, tradisi ini merupakan wadah masyarakat untuk dekat dengan Allah, menyucikan diri dengan berdzikir, shalawat, baca al-Qur’an dan do’a untuk mengisi jiwa. Apalagi masa-masa sekarang di era globalisasi, mulai tampak dimana jiwa-jiwa manusia sudah mulai dirasa gersang karena kehadiran teknologi, mulai hampa dalam menghadapi persoalan dunia, mulai gelisah menghadapi penatnya kehidupan. Maka mereka otomatis butuh hal yang bisa mendinginkan. Perkumpulan itulah menjadi alternatif mereka, seperti ritual tradisi saballasan tersebut. Penelitian ini berfokus pada. Pertama, unsur-unsur tasawuf yang terdapat dalam tradisi saballasan di Dsn. Tangkolong Ds. Larangan Dalam Kec. Larangan, kedua, makna dan nilai-nilai sufistik saballasan. Adapun jenis penelitian yang dipakai ialah kualitatif lapangan dengan pendekatan fenomenologi. Dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari metode ini kemudian peneliti olah dan analisis untuk memperoleh data atau informasi. Subyek penelitian ini peneliti ambil dari tokoh saballasan dan para anggotanya serta rujukan kitab yang dipakai. Sedangkan untuk keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi, dan menggunakan bahan refrensi. Penelitian ini menghasilkan bahwa unsur-unsur tasawuf dalam tradisi saballasan meliputi taubat, ikhlas, sabar, dan tawakkal. Adapun makna dari sabellesen ialah sebagai wadah guna menyucikan diri dan mendekat diri kepada Allah, dengan nilai nilai-nilai sufistik saballasan berupa cinta (muhabbah), rindu (Syawq), dan raja’ wal khawf. ","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132882351","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KEADILAN SOSIAL DALAM AL-QUR'AN (TELA'AH ATAS PENAFSIRAN BUYA HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHÃR)","authors":"Hamdi Al-Haq, Ihwan Amalih","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i2.315","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i2.315","url":null,"abstract":"Keadilan sosial merupakan dasar bernegara di Indonesia, namun kehadirannya pada sendi kehidupan bermasyarakat (sosial) masih jauh dari kata terwujud. Dalam hal ini, banyak masyarakat yang berpendapat bahwa keadilan sosial adalah suatu hal yang sangat mahal dan langka untuk didapatkan. Dalam Islam, keadilan merupakan hal yang sangat penting, bahkan dalam al-Qur’an kata adil disebut sebanyak 78 kali dengan menggunakan 3 ragam kata yaitu al-‘Adl, al-Qisṭ, dan al-Mîzân. Penelitian ini akan berfokus pada definisi penafsiran Buya Hamka tentang keadilan sosial beserta dengan karakteristik keadilan tersebut. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). Adapun hasil dari penelitian ini tentang definisi keadilan sosial dalam Al-Qur’an menurut Hamka adalah berlaku benar dan seimbang terhadap semua makhluk, berkata jujur, selalu membela, serta memperjuangkan kemaslahatan sosial. Adapun karakteristik penafsiran Hamka tentang keadilan sosial dalam al-Qur’an, cenderung menekankan pada budi pekerti yang luhur (akhlak) serta berlaku tegas dalam menegakkan suatu kebenaran, berlaku seimbang kepada siapapun tanpa adanya pengaruh sentimen perasaan atau hal-hal yang lain. Dalam menafsirkan ayat-ayat ini, Hamka menggunakan corak tafsir bi ar-ra’yi, yaitu salah satu metode menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan akal.","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121043714","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ZUHUD DALAM AL-QUR’AN (STUDI TAFSÎR AL-NÛR)","authors":"Ali Ridho, Imadulhaq Fatcholi","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i2.306","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i2.306","url":null,"abstract":"Zuhud adalah menghilangkan kecintaan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi yang dapat melalaikan manusia untuk mengingat Allah. Dengan sifat dunia yang bersifat candu tersebut, dapat membuat manusia lupa akan mengingat Allah dan mengutamakan sesuatu yang bersifat duniawi, dalam bentuknya juga dapat dilihat dari perkembangan zaman yang terus berubah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan zuhud dalam masa sekarang dalam Al-Qur’an melalui tafsir Al-Nûr. Peneliti menggunakan metode kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan, dan untuk metode analisis data menggunakan deskriptif-analitik. Hasil penelitian yang terkandung dalam tulisan ini menurut Hasbi Ash-Shiddieqy zuhud tidak hanya diartikan sebagai hal yang menjauh dari hal duniawi, akan tetapi menjadikan hal bersifat duniawi tersebut sebagai jalan menuju ketaatan kepada Allah. Adapun aplikasi zuhud diera modern menurut Hasbi Ash-Shiddieqy dimana seseorang memiliki sifat kesederhanaan, kesabaran, wara’, dan keseimbangan hidup dalam hidupnya.","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131136343","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERUMPAMAAN KARAKTERISTIK PENGIKUT NABI MUHAMMAD SAW DALAM SURAT AL-FATH AYAT 29 (STUDI KOMPARATIF DALAM TAFSIR AL-JÃMI’ LI AHKÃM AL-QUR’ÃN DAN TAFSIR ASH-SHA’RÃWÎ)","authors":"Qurrotul A’yun, Mohammad Fattah","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i2.324","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i2.324","url":null,"abstract":"Memahami ayat al-Qur’an yang mengandung perumpamaan bukanlah perkara mudah untuk dipahami dengan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa isi pesan yang akan disampaikan bersifat sangat penting. Begitu pula mengenai perumpamaan pengikut Nabi Muhammad SAW yang diberikan Allah SWT kepada Rasul-Nya. Pengikut tersebut memiliki potensi iman yang luar biasa hebat dan kuat nya bagai tanaman yang mengeluarkan tunas, sehingga tumbuh subur dan kokoh. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan Al-Qurṭubi dan Syekh Muhammad Mutawalli Ash-Sha’râwî tentang karakteristik pengikut Nabi Muhammad SAW dalam surat al-Fath ayat 29 serta bagaimana pandangan Al-Qurṭubi dan Syekh Muhammad Mutawalli Ash-Sha’râwî tentang perumpamaan karakteristik pengikut Nabi Muhammad SAW dalam surat al-Fath ayat 29. Penelitian ini ditulis dengan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian library research (studi pustaka). Menurut pandangan Al-Qurṭubi dan Syekh Muhammad Mutawalli Ash-Sha’râwî memberikan karakteristik terhadap pengikut Nabi Muhammad SAW yaitu mereka menyikapi orang kafir dengan bersikap keras, layaknya seekor singa yang menemui mangsanya, dan bersikap lembut terhadap sesama muslim, dan memperbanyak ibadah sholat untuk mendekatkan diri dan dan meraih ridhaNya. Sedangkan perumpamaan pengikut Nabi Muhammad SAW menurut Al-Qurṭubi dan Syekh Muhammad Mutawalli Ash-Sha’râwî ialah seperti benih yang tumbuh kemudian menjadi tunas dan membentuk akar tanaman yang kuat.","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131849607","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"POLEMIK TENTANG IṢMAH DALAM TAFSIR MODERN: KASUS HADIS TERSIHIRNYA NABI MUHAMMAD SAW","authors":"Khalifatut Diniyah, Ghozi Mubarok","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i1.253","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i1.253","url":null,"abstract":"Para ulama berpendapat bahwa konsep ‘Iṣmah bagi Nabi Muhammad SAW meliputi dua hal sekaligus, pertama yaitu perlindungan Allah dari dosa dan kesalahan, kedua perlindungan Allah dari keburukan manusia. Kisah tentang tersihirnya Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh al-Bukhari mengandung problem yang berhubungan dengan dua pengertian ‘Iṣmah tersebut. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kritik atau respon para mufassir modern terhadap hadis tersihirnya Nabi Muhammmad SAW. Data penelitian ini diperoleh melalui literatur primer yaitu Tafsi>r Al-Qur’ãn Al-Karîm karya Muh}ammad ‘Abduh, Tafsîr Fî Ẓilãlil Qur’ãnkarya Sayd Quṭ}b,Tafsîr al-Munîr karya Wahbah Zuhailî. Ayat yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Surat al-Falaq ayat 4. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Para Mufasir Modern tidak satu kata dalam menyikapi kisah tersihirnya Nabi Muhammad SAW. Sebagian dari mereka, seperti Wahbah Zuhailî> menerima kebenaran kisah tersebut atas dasar status keshahihan hadis yang diriwayatkan oleh Shahîh Buhãrî dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak bertentangan dengan prinsip ‘Iṣmah Nabi. Sementara sebagian yang lain, seperti Muh}ammad ‘Abduh dan Sayd Quṭ}b menolak kisah tersebut dan menganggapnya sebagai sesuatu yang bertentangan dengan konsep ‘Iṣmah bagi para Nabi. ‘Iṣmah","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114439596","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MAKNA SABAR DALAM AL-QUR’AN (STUDY KOMPARASI ATAS KISAH NABI YUSUF DAN NABI AYYUB DALAM TAFSIR AL-MISBAH)","authors":"Bahrul Ulum, Ihwan Amalih","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i1.272","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i1.272","url":null,"abstract":"Allah telah memberkati manusia dengan berbagai potensi yang sangat luar biasa sebagai modal untuk mencapai tujuan hidupnya yang diridhoi Allah Swt. Berbagai macam potensi diri yang dimiliki oleh manusia adalah alat yang sangat esensial bagi kehidupan manusia. Diantaranya yaitu tentang potensi kesabaran. Dalam dinamika kehidupan sehari-hari, manusia akan menemukan banyak masalah yang beranekaragam, dengan demikian kekuatan kesabaran akan menjadi alat pengontrol seluruh masalah yang dihadapi. Potensi sabar merupakan sub-potensi manusia yakni turunan dari potensi kalbu. Dalam penyampaikan pentingnya nilai-nilai tentang kesabaran, al-Qur’an sering menggunakan kisah-kisah Nabi dalam medianya. Seperti ayat-ayat yang menjelaskan tentang kisah Nabi Yusuf, Nabi Ayyub, Nabi Nuh, Nabi Muhammad. Artikel ini akan menganalisa secara mendalam makna sabar dalam al-Qur’an yang terdapat dalam kisah Nabi Yusuf dan Nabi Ayyub pada tafsir al-Misbah karya M. Quraisy Shihab melalui riset kepustakaan (library research) dan disajikan secara deskriptif-analitis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah konsepsi sabar yang terdapat dalam kisah Nabi Yusuf dan Nabi Ayyub adalah ikhlas dari segala cobaan yang diberikan oleh Tuhan dan menahan diri dari suatu keinginan demi mencapai sebuah kemuliaan. Adapun letak perbedaan dan persamaan karakteristik sabar dalam dua kisah tersebut adalah kesabaran yang ada dalam kisah Nabi Yusuf posisinya adalah sebagai tangga atau syarat bagi beliau, hingga beliau diangkat menjadi seorang Nabi. Sedangkan dalam kisah Nabi Ayyub, kesabaran yang beliau miliki adalah sebagai ujian terhadap keautentikan beliau sebagai seorang Nabi. Dan cobaan yang diberikan kepada Nabi Yusuf berupa cobaan yang bersifat mental dan juga fisik, sedangkan cobaan yang diberikan kepada Nabi Ayyub, lebih condong pada bentuk cobaan fisik saja.","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122088541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FITNAH WANITA DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF ANTARA TAFSIR AL-QURṬUBI DAN TAFSIR AN-NÛR)","authors":"Zaimil Anam, Agus Kharir","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i1.294","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i1.294","url":null,"abstract":"Pada zaman modern ini, banyak pria yang tercoreng kehormatannya akibat tergoda oleh wanita. Wanita yang banyak menjadi fitnah bagi para kaum pria yaitu wanita yang mengumbar-umbar auratnya. Dalam syari’at Islam, wanita wajib menutup auratnya, yaitu seluruh tubuh, dari ujung kepala sampai ujung kaki atau lebih sempurna lagi dengan menggunakan kaos kaki, dan yang diperbolehkan nampak hanya wajah dan kedua telapak tangan. Rasulullah SAW menegaskan bahwasanya wanita merupakan fitnah yang paling berat dari pada fitnah-fitnah lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fitnah wanita dalam Al-Qur’an dengan menggunakan tafsir Al-Qurṭubi dan tafsir An-Nûr sebagai sumber primernya. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian pustaka, dan untuk metode analisis datanya, menggunakan metode deskriptif-analitik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa fitnah kaum wanita menurut Imam Al-Qurṭubi itu lebih berat dibandingkan dengan fitnah-fitnah lainnya. Menurut Hasbi, fitnah wanita disebut pertama kali sebelum fitnah-fitnah yang lain, karena wanita memang menjadi tumpuan pandangan dan jiwa manusia. Tidak dapat diragukan, bahwa kecintaan para pria kepada perempuan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan umat manusia, dan dengan kecintaan antara kedua makhluk berlawanan jenis itulah terpelihara kelangsungan hak-hak (kehidupan) umat manusia. Kedua mufasir ini memiliki banyak persamaan dalam memahami dan menafsirkannya, akan tetapi yang menjadi perbedaan dari keduanya adalah dari segi penafsirannya.","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133928139","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERAN WANITA DALAM AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR: KAJIAN TAFSIR AL-AZHÃR DAN AL-MISBÃH","authors":"Su'aibah Su'aibah, Imadulhaq Fatcholi","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i1.307","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i1.307","url":null,"abstract":"Sebagian orang memandang dalam menegakkan Amar makruf nahi mungkar hanya sebatas pada lingkup kaum laki-laki saja. Diantara mereka beranggapan bahwa laki-laki lah yang pantas dan berhak dalam peranan ini. Para wanita tidak bisa dibatasi hanya bisa dalam urusan dapur, masak, rumah. Karena wanita sebenarnya mampu dan berhak menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan dalam keluarga sebagai istri, ibu, hingga ranah masyarakat. Hakikatnya, peran wanita sama rata jika dibandingkan dengan pria. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan peran antara keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran wanita dalam Amar makruf nahi mungkar kajian tafsir Al-Azhar dan Al-Mishbah. Peneletian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian pustaka, dan untuk metode analisis datanya menggunakan metode deskriptif-analitik.","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128057399","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERAN ISTRI PARA NABI: TELAAH PEMIKIRAN MUHAMMAD AMĪN AL-SYINQĪṬĪ DALAM TAFSIR AḌWĀU AL-BAYĀN","authors":"Towilatur Rohmah, A. Muiz","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i1.308","DOIUrl":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i1.308","url":null,"abstract":"Al-Qur’ān adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT sebagai penutup kitab-kitab suci sebelumnya kepada seorang nabi penutup para nabi, yang kata-katanya tidak usang dan kandungannya jauh lebih luas. Sulit bagi seseorang yang tidak mendalami bahasa Arab untuk dapat memahami dan merasakannya, namun iman seseorang dilihat dari getaran hatinya ketika mendengar pembacaan ayat-ayat al-Qur’ān. Kesulitan tersebut akan menjadi penghalang bagi pembaca maupun pendengar dalam menyelami makna kandungannya. Padahal sebagai sebuah petunjuk, al-Qur’ān harus bisa dipahami, dinikmati, dan diamalkan, bukan hanya sekedar menjadi bacaan ritual belaka. Mengatasi masalah demikian, al-Qur’ān menempuh berbagai cara guna mengantar manusia kepada kesempurnaan kemanusiaannya, antara lain dengan mengemukakan kisah-kisah baik bersifat faktual maupun simbolik disamping seperangkat ilmu lainnya. Banyaknya kisa-kisah yang diceritakan dalam al-Qur’ān terutama kisah pasangan suami istri pada kehidupan Nabi dan Rasul membuat penulis tertarik memilih tema terkait dengan peran istri para Nabi dalam al-Qur’ān. Untuk itu dengan penelitian ini peneliti ingin mengetahui ayat-ayat tentang Istri para nabi dalam al-Qur’ān dan Peran Istri para nabi dalam al-Qur’ān menurut pemikiran Muhammad Amīn Al-Syinqīṭī Dalam Tafsir Aḍwāu Al-Bayān fī Īḍāhi al-Qur’ān bi al-Qur’ān, sehingga dapat disimpulkan bahwa istri-istri para nabi mempunyai peran sangat penting bagi perjalan dakwah para nabi tersebut. Sebagaimana dijelasakan bahwa istri-istri nabi mempunyai peran memberikan ketenangan, menyalurkan hasrat atau kebutuhan dan kesenanga biologis dan psikologis serta berfungsi sebagai wadah dalam melanjutkan dan memelihara keturunan demi kelanjutan dakwah para nabi","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121212719","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}