{"title":"MAKNA SABAR DALAM AL-QUR’AN (STUDY KOMPARASI ATAS KISAH NABI YUSUF DAN NABI AYYUB DALAM TAFSIR AL-MISBAH)","authors":"Bahrul Ulum, Ihwan Amalih","doi":"10.28944/el-waroqoh.v5i1.272","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Allah telah memberkati manusia dengan berbagai potensi yang sangat luar biasa sebagai modal untuk mencapai tujuan hidupnya yang diridhoi Allah Swt. Berbagai macam potensi diri yang dimiliki oleh manusia adalah alat yang sangat esensial bagi kehidupan manusia. Diantaranya yaitu tentang potensi kesabaran. Dalam dinamika kehidupan sehari-hari, manusia akan menemukan banyak masalah yang beranekaragam, dengan demikian kekuatan kesabaran akan menjadi alat pengontrol seluruh masalah yang dihadapi. Potensi sabar merupakan sub-potensi manusia yakni turunan dari potensi kalbu. Dalam penyampaikan pentingnya nilai-nilai tentang kesabaran, al-Qur’an sering menggunakan kisah-kisah Nabi dalam medianya. Seperti ayat-ayat yang menjelaskan tentang kisah Nabi Yusuf, Nabi Ayyub, Nabi Nuh, Nabi Muhammad. Artikel ini akan menganalisa secara mendalam makna sabar dalam al-Qur’an yang terdapat dalam kisah Nabi Yusuf dan Nabi Ayyub pada tafsir al-Misbah karya M. Quraisy Shihab melalui riset kepustakaan (library research) dan disajikan secara deskriptif-analitis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah konsepsi sabar yang terdapat dalam kisah Nabi Yusuf dan Nabi Ayyub adalah ikhlas dari segala cobaan yang diberikan oleh Tuhan dan menahan diri dari suatu keinginan demi mencapai sebuah kemuliaan. Adapun letak perbedaan dan persamaan karakteristik sabar dalam dua kisah tersebut adalah kesabaran yang ada dalam kisah Nabi Yusuf posisinya adalah sebagai tangga atau syarat bagi beliau, hingga beliau diangkat menjadi seorang Nabi. Sedangkan dalam kisah Nabi Ayyub, kesabaran yang beliau miliki adalah sebagai ujian terhadap keautentikan beliau sebagai seorang Nabi. Dan cobaan yang diberikan kepada Nabi Yusuf berupa cobaan yang bersifat mental dan juga fisik, sedangkan cobaan yang diberikan kepada Nabi Ayyub, lebih condong pada bentuk cobaan fisik saja.","PeriodicalId":343200,"journal":{"name":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-01-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.28944/el-waroqoh.v5i1.272","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
MAKNA SABAR DALAM AL-QUR’AN (STUDY KOMPARASI ATAS KISAH NABI YUSUF DAN NABI AYYUB DALAM TAFSIR AL-MISBAH)
Allah telah memberkati manusia dengan berbagai potensi yang sangat luar biasa sebagai modal untuk mencapai tujuan hidupnya yang diridhoi Allah Swt. Berbagai macam potensi diri yang dimiliki oleh manusia adalah alat yang sangat esensial bagi kehidupan manusia. Diantaranya yaitu tentang potensi kesabaran. Dalam dinamika kehidupan sehari-hari, manusia akan menemukan banyak masalah yang beranekaragam, dengan demikian kekuatan kesabaran akan menjadi alat pengontrol seluruh masalah yang dihadapi. Potensi sabar merupakan sub-potensi manusia yakni turunan dari potensi kalbu. Dalam penyampaikan pentingnya nilai-nilai tentang kesabaran, al-Qur’an sering menggunakan kisah-kisah Nabi dalam medianya. Seperti ayat-ayat yang menjelaskan tentang kisah Nabi Yusuf, Nabi Ayyub, Nabi Nuh, Nabi Muhammad. Artikel ini akan menganalisa secara mendalam makna sabar dalam al-Qur’an yang terdapat dalam kisah Nabi Yusuf dan Nabi Ayyub pada tafsir al-Misbah karya M. Quraisy Shihab melalui riset kepustakaan (library research) dan disajikan secara deskriptif-analitis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah konsepsi sabar yang terdapat dalam kisah Nabi Yusuf dan Nabi Ayyub adalah ikhlas dari segala cobaan yang diberikan oleh Tuhan dan menahan diri dari suatu keinginan demi mencapai sebuah kemuliaan. Adapun letak perbedaan dan persamaan karakteristik sabar dalam dua kisah tersebut adalah kesabaran yang ada dalam kisah Nabi Yusuf posisinya adalah sebagai tangga atau syarat bagi beliau, hingga beliau diangkat menjadi seorang Nabi. Sedangkan dalam kisah Nabi Ayyub, kesabaran yang beliau miliki adalah sebagai ujian terhadap keautentikan beliau sebagai seorang Nabi. Dan cobaan yang diberikan kepada Nabi Yusuf berupa cobaan yang bersifat mental dan juga fisik, sedangkan cobaan yang diberikan kepada Nabi Ayyub, lebih condong pada bentuk cobaan fisik saja.