Igm Ardika Aryasa, Ni Made Susilawathi, Aa Ayu Suryapraba Indradewi Karang
{"title":"LAPORAN KASUS SERI: INFEKSI STREPTOCOCCUS SUIS PADA MANUSIA DENGAN PRESENTASI KLINIS MENINGITIS BAKTERI DAN ARTRITIS","authors":"Igm Ardika Aryasa, Ni Made Susilawathi, Aa Ayu Suryapraba Indradewi Karang","doi":"10.29342/CNJ.V2I2.44","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/CNJ.V2I2.44","url":null,"abstract":"Latar belakang: Infeksi Streptoccocus suis merupakan zoonosis yang terdistribusi global terutama di Asia. Infeksi yang berhubungan dengan babi ini menyebabkan meningitis dan berbagai gejala klinis. \u0000Kasus: Tercatat dua kasus infeksi S.suis dengan manifestasi meningitis bakteri akut dan artritis. Kedua pasien mengalami demam, nyeri kepala, dan kaku kuduk. Diagnosis definitif infeksi S. suis tegak berdasarkan kultur cairan serebrospinalis (CSS). Kultur cairan sendi negatif. Pasien diterapi dengan seftriakson sesuai uji kultur sensitivitas CSS dan deksametason sebagai adjuvan. Satu pasien sembuh sempurna sedangkan yang lainnya mengalami komplikasi tuli sensorineural bilateral. \u0000Diskusi: Manifestasi klinis dan penunjang pada kedua pasien mendukung infeksi S.suis sebagai etiologi meningitis dan artritis. Tidak adanya perkembangan bakteri S.suis pada kultur cairan sendi kedua pasien dapat disebabkan oleh pemberian antibiotik sebelum dilakukan kultur. Oleh karena itu, infeksi S.suis sebagai etiologi artritis septik pada pasien belum dapat disingkirkan. \u0000Simpulan: Infeksi S.suis merupakan infeksi hematogen sistemik yang menimbulkan berbagai gejala klinis. \u0000Kata Kunci: Infeksi S.suis, Meningitis Bakteri Akut, Artritis Septik","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121485535","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"TINJAUAN ASPEK RADIOLOGIS FAHR'S DISEASE","authors":"Jimmy Gunawan, R. Pinzon","doi":"10.29342/CNJ.V2I2.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/CNJ.V2I2.19","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Fahr’s disease merupakan penyakit langka saat deposit kalsium abnormal berada di area otak yang mengontrol pergerakan. \u0000Kasus: Wanita 54 tahun datang ke mengeluh badan lemah, sulit menelan, demam, dan sulit berbicara. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi dan stroke. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah tinggi dan tonus otot meningkat. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kondisi hiperglikemia. Pemeriksaan computed tomography (CT)-scan pasien menunjukkan gambaran kalsifikasi di ganglia basalis dan kedua hemisfer serebelum. \u0000Diskusi: Fahr’s disease merupakan penyakit yang memiliki satu atau lebih gejala gangguan neurologis, kognitif, dan psikiatri secara progresif atau dengan adanya kombinasi dari kalsifikasi ganglia basalis yang simeteris. Pasien pada kasus ini tergolong sebagai Fahr’s disease idiopatik. Penyakit ini bersifat progresif dan memerlukan CT-scan serial untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan. Saat ini belum ada terapi definitif Fahr’s disease, dan terapi masih simptomatik. \u0000Simpulan: Penemuan kasus Fahr’s disease memerlukan pemeriksaan yang runtut dan evaluasi CT-scan berkala sembari mencari faktor risiko pasien. \u0000Kata Kunci: Fahr’s disease, CT scan, radiologis, gambaran radiologis","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"380 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125383854","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Made Aniendya Putri Wijaya, Anak Agung Ayu Meidiary, I. G. B. Putra
{"title":"KARAKTERISTIK MIGREN TANPA AURA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2015 DAN 2016 DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR","authors":"Made Aniendya Putri Wijaya, Anak Agung Ayu Meidiary, I. G. B. Putra","doi":"10.29342/CNJ.V2I2.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/CNJ.V2I2.40","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Migren Tanpa Aura adalah salah satu jenis migren, yang merupakan nyeri kepala kronis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi migren tanpa aura dan faktor pencetusnya pada mahasiswa kedokteran. \u0000Metode: Desain peneltian ini adalah deskriptif cross-sectional dengan menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari isian formulir kuesioner yang diberikan kepada responden dan dianalalisis menggunakan SPSS. \u0000Hasil: Pada penelitian ini, 69 subjek mengalami migren yang terdiri dari migren tanpa aura (4,6 %), dan Probable migren tanpa aura (9,6%). Rerata usia pada subjek adalah 21 tahun. Jenis kelamin perempuan (73,9%) dan laki- laki (26,1%). Faktor pencetus migren tanpa aura antara lain obesitas (14,5%), merokok (7,2%), migren dikala menstruasi teridiri dari saat menstruasi (17,4%) dan sebelum menstruasi (5,8%), kebiasaan tidur terdiri dari baik (37,7%) dan buruk (62,3%), depresi (2,9%), stress (40,6%), cemas (15,9%). \u0000Simpulan: Prevalensi migren tanpa aura adalah 4.6%, sebagian besar perempuan (73,9%). Migren lebih sering muncul ketika mengalami menstruasi (saat menstruasi dan sebelum menstruasi), lebih banyak yang mengalami kualitas tidur kurang. Responden dominan tidak obesitas, tidak merokok, tidak depresi, tidak stress, tidak cemas. \u0000Kata kunci: Migren Tanpa aura, Karakteristik, Mahasiswa Kedokteran.","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129444498","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"CASE REPORT: STROKE PREDICTION MODELS AFTER TRANSIENT ISCHEMIC ATTACK WITH ATRIAL FIBRILLATION","authors":"Mason Rubianto, S. Yusuf, S. Giovani","doi":"10.29342/cnj.v2i2.71","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/cnj.v2i2.71","url":null,"abstract":"Background : Atrial fibrillation (AF) is an independent risk factor for stroke. The role of AF in transient ischemic attack (TIA) is less common. Thus, this situation cannot be underestimated because both TIA and AF are increasing the risk of a patient to get stroke. \u0000Case : An 80 years old woman presented with speech disturbance and disorientation which lasted for 2 hours. Patients look confused with glasgow coma scale total 13 (E4V3M6), blood pressure was 150/80 and heart rate 147 beats/min irregular. From neurological examination, there was paresis nervus facialis central and nervus hypoglossus but completely resolved under 24 hours. Her electrocardiogram showed an AF. Working diagnosis for this patient were TIA with AF and hypertension stage 1. \u0000Discussion : The early risk of stroke seems to be best predicted with ABCD2 score, which is calculated by summing up points for five independent factors: (1) age, (2) blood pressure, (3) clinical features of TIA, (4) duration of TIA and (5) diabetes. The ABCD2 score of this patient is 5 which classified as moderate risk. \u0000Conclusion : These patients require a comprehensive approach and additional an imaging consideration because there are a moderate to higher chance of stroke recurrence. \u0000Keywords : Atrial Fibrillation, ABCD2 Score, Stroke, Transient Ischemic Attack","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129723280","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jesi Prilly Hana, Rizaldy T. Pinzon, Esdras Ardi Pramudita
{"title":"PENGEMBANGAN DAN VALIDASI SKOR PREDIKSI MORTALITAS PASIEN PERDARAHAN SUBARAKNOID","authors":"Jesi Prilly Hana, Rizaldy T. Pinzon, Esdras Ardi Pramudita","doi":"10.29342/CNJ.V2I2.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/CNJ.V2I2.18","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Terdapat beberapa faktor resiko yang telah diidentifikasi memepengaruhi mortalitas pasien Perdarahan Subaraknoid. Salah satu cara untuk mengetahui prognosis pasien perdarahan subaraknoid ialah dengan menggunakan sistem skoring. Skor dapat membantu para klinisi untuk menilai kondisi pasien, prognosis, serta menentukan penatalaksanaan yang terbaik bagi pasien. \u0000Tujuan Penelitian: Mengukur faktor prediktor yang mempengaruhi mortalitas pada pasien perdarahan subaraknoid dan meramalkan prognosis pasien perdarahan subaraknoid menggunakan skor prediktor mortalitas. \u0000Metode: Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif. Data penelitian ini diperoleh dari data sekunder register stroke dan rekam medik pasien perdarahan subaraknoid di RS Bethesda Yogyakarta. Uji validitas menggunakan kurva receiver-operating characteristic (ROC) dan untuk cut off point menggunakan area under the curve (AUC). \u0000Hasil: Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mortalitas pasien perdarahan subaraknoid dengan kesadaran (RO: 19.722, 95% IK: 1.788- 217.521, p: 0.015), tekanan darah sistolik (RO: 157.4, 95%IK: 2.068- 11990.9, p: 0.022), gula darah sewaktu (RO:12.457, 95%IK: 2.305- 67.322, p: 0.03) dan komplikasi (RO: 30.539, 95%IK: 2.685- 347.377, p: 0.006). Masing-masing variabel memiliki skor untuk menentukan prognosis pasien perdarahan subaraknoid. Skor memiliki kemampuan yang baik dalam memperediksi mortalitas pasien perdarahan subaraknoid (AUC) ROC 0.946 (95% IK: 0.896- 0.995; p: <0.001). \u0000Kesimpulan: Skor prediktor mortalitas valid digunakan untuk meramalkan mortalitas pada pasien perdarahan subaraknoid. \u0000Kata Kunci: perdarahan subaraknoid, skor prediktor, mortalitas","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130836850","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Regina Caecilia Setiawan, William Septian Sonyo, Luh Kadek Trisna Lestari
{"title":"CASE REPORT: HEMICHOREA-HEMIBALLISMUS IN NON-KETOTIC HYPERGLYCEMIA AND NON-HEMORRHAGIC STROKE PATIENT WITH BASAL GANGLIA HYPERDENSITY","authors":"Regina Caecilia Setiawan, William Septian Sonyo, Luh Kadek Trisna Lestari","doi":"10.29342/cnj.v2i2.78","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/cnj.v2i2.78","url":null,"abstract":"Background : Hemichorea-hemiballismus (HC-HB) is a hyperkinetic disorder characterized by uncontrolled movements, non patterned, occurring mostly in the proximal extremity on one side of the body. The etiology that most often causes HC-HB is acute cerebrovascular disorder. Non-ketotic hyperglycemia is another etiology that is very important because it is the second most common cause of HC-HB and can be manifested as an initial symptom or complication of diabetes mellitus. This case is rare and the prevalence is unknown. \u0000Case : A diabetic patient with non-ketotic hyperglycemia reported with hemiballismus syndrome. A 60-year-old woman experiences involuntary, repetitive, and non-rhythmic movements in the left arm and leg. These patients have a history of uncontrolled diabetes mellitus and hypertension. Head CT scan images in patients showed hyperdensity lesions in the right basal ganglia which were thought to be caused by non-ketotic hyperglycemia and infarction in the right temporal lobe. Involuntary movements improve after blood glucose targets are achieved by administering basal and prandial insulin. Clinical response in the case of hemiballismus above is reversible even though the appearance of hyperdensityt lesions can last for several months. \u0000Discussion : Hemichorea-Hemiballismus (HC-HB) is a rare disorder of involuntary movement, most often caused by focal lesions in the basal ganglia and the contralateral subthalamic nucleus. HC-HB is mainly caused by systemic processes both focal and diffuse. Nonketotic hyperglycemia is known to be a metabolic cause of HC-HB, especially in elderly patients with uncontrolled diabetes mellitus. Clinical manifestations and supporting patients support hyperglycemia and basal ganglia hyperdensity to be the etiology of hemiballismus experienced by patients. \u0000Conclusion : Many etiologies can cause this disorder, but vascular disorders and non-ketotic hyperglycemia are the most common etiologies. HC-HB in non-ketotic hyperglycemic is manifestation which is very rare in diabetes mellitus. The prognosis is quite good in most patients with or without treatment. This case report describes a successful treatment approach with positive results and a fairly short duration.","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132855035","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERANAN INTENSITAS NYERI TERHADAP ASPEK PSIKOLOGIS PENDERITA NYERI NEUROMUSKULOSKELETAL KRONIS NON KANKER RUMAH SAKIT ATMA JAYA","authors":"Hendro Saulata, J. Barus, Surilena Surilena","doi":"10.29342/CNJ.V2I2.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/CNJ.V2I2.23","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Nyeri kronis dapat menimbulkan dampak psikologis (depresi, cemas, dan stres) yang memengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan hubungan antara intensitas nyeri dengan depresi, cemas, dan stres pada penderita nyeri neuromuskuloskeletal kronis di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta. \u0000Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan data sekunder dari Pain Registry, Departemen. Neurologi FKUAJ. Instrumen penelitian adalah kuesioner demografi, intensitas nyeri, dan DASS (Depression Anxiety Stress Scale). Intensitas nyeri dibagi dalam 2 kategori, yaitu nyeri saat ini (IN1), dan rata – rata nyeri dalam seminggu (IN2). \u0000Hasil: Hasil penelitian terhadap 85 penderita nyeri neuromuskuloskeletal kronis didapatkan 63,5% depresi, 78,8% cemas, dan 70,6% stres. Analisis bivariat menunjukan adanya hubungan bermakna antara usia dengan depresi dan cemas (OR=3,67; 95% CI 1,39-9,64; OR=2,94; 95% CI 1,00-8,62). Penelitian ini juga menunjukan adanya hubungan bermakna antara IN1 dengan depresi (OR=15,4; 95% CI 1,80-132,72), antara IN1 dan IN2 dengan cemas (OR=42; 95% CI 4,699-375,413; OR=3,69; 95% CI 1,25-10,90), dan antara IN1 dengan stres (OR=4,75; 95% CI 1,04-21,70). \u0000Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara berbagai kategori intensitas nyeri dengan depresi, cemas, dan stres pada pasien nyeri neuromuskuloskeletal kronis di Rumah Sakit Atma Jaya. \u0000Kata Kunci: Intensitas Nyeri, Aspek Psikologis, Nyeri Neuromuskuloskeletal","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132528885","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hermawan Hanjaya, P. Paryono, Ismail Setyopranoto, Cempaka Thursina, S. Satiti
{"title":"HUBUNGAN KADAR GULA DARAH PUASA SAAT TERJADINYA STROKE DENGAN NIH STROKE SCALE PADA PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA","authors":"Hermawan Hanjaya, P. Paryono, Ismail Setyopranoto, Cempaka Thursina, S. Satiti","doi":"10.29342/CNJ.V2I1.43","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/CNJ.V2I1.43","url":null,"abstract":"Latar belakang : Hiperglikemia merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien stroke iskemik, Hiperglikemia bisa terjadi pada 20-50% pasien stroke iskemik akut. Hiperglikemia merupakan suatu hal yang berdampak buruk terhadap luaran klinis pasien stroke iskemik, dan juga dapat memperburuk angka kematian pasien stoke. Kadar gula darah puasa(GDP) merupakan salah satu indikator yang praktis dilakukan di praktek klinis untuk menilai kondisi hiperglikemia. \u0000Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara kadar GDP dengan nilai NIH Sroke Scale (NIHSS) pada pasien stroke iskemik akut yang dirawat di RSUP dr Sardjito yogyakarta. \u0000Metode : Terdapat 50 pasien stroke iskemik pada bulan Januari-Mei 2018 pada stroke registry yang akan diteliti. Penelitian merupakan penelitian potong lintang. Kadar GDP pasien diambil saat pertama admisi di rumah sakit, dan skor NIHSS akan dihitung saat awal dan akhir saat pasien keluar dari rumah sakit. \u0000Hasil : Pada uji korelasi spearman antara kadar GDP dan nilai NIHSS ketika masuk ditemukan analisis statistik yang tidak bermakna (p=0.344), dan nilai serupa (p=0.504) ditemukan antara GDP dengan NIHSS keluar. Sedangkan, chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p=0.03) antara kadar GDP dengan NIHSS Cutoff 7, disertai dengan hubungan klinis yang bermakna, dengan perbedaan proporsi >30%. Uji mann-whitney pada hasil delta NIHSS awal dan akhir tidak menunjukkan adanya hasil yang signifikan (p=0.243) untuk NIHSS masuk, dan (p=0.173) pada NIHSS keluar. Pada uji perbedaan nilai GDP dengan kelompok NIHSS masuk³7 (raking rerata 32.5, n=13)dan <7(ranking rerata 23.04,n=37), p value=0.044. Hasil uji multivariat tidak dapat dilakukan dikarenakan nilai p dari faktor lain >0.25. \u0000Simpulan : Terdapat hubungan antara kadar gula darah puasa dengan skor NIHSS masuk dengan nilai cutoff 7, dan juga memiliki nilai luaran NIHSS yang lebih buruk. \u0000Kata Kunci : GDP, NIHSS, Stroke Iskemik Akut, Gula darah puasa","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134377818","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. Indrayani, Yenita Khatania Ardjaja, A. Triningrat, Anita Devi
{"title":"TRANSIENT BILATERAL VISUAL LOSS PADA PASIEN DENGAN DECOMPRESSION SICKNESS TIPE II","authors":"I. Indrayani, Yenita Khatania Ardjaja, A. Triningrat, Anita Devi","doi":"10.29342/CNJ.V2I1.60","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/CNJ.V2I1.60","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Transient visual loss adalah hilangnya tajam penglihatan mendadak baik parsial maupun komplit pada satu atau kedua mata yang terjadi kurang dari 24 jam. Decompression sickness terjadi apabila gelembung gas (bubble) yang terbentuk pada saat tubuh mengalami penurunan tekanan ambient secara mendadak pada pembuluh darah (intravaskular), sistem muskuloskeletal, atau jaringan tubuh lainnya menimbulkan suatu gejala. Bubble di intravaskular dapat mengakibatkan obstruksi vaskular, menghambat aliran darah dan menyebabkan iskemia. Iskemia pada daerah occipital akan menyebabkan terjadinya transient bilateral visual loss. \u0000Kasus: Pasien laki-laki berusia 23 tahun dengan keluhan penglihatan kabur yang terjadi mendadak setelah pasien naik ke permukaan dari kegiatan menyelam sedalam ± 5 meter selama 1 menit. Pasien dengan riwayat menarik napas dalam dan cepat beberapa kali sebelum melakukan free diving. Tajam penglihatan kedua mata pasien saat di rumah sakit adalah 4/60. Pemeriksaan segmen anterior dan posterior kedua mata dalam batas normal. Dilakukan terapi oksigen hiperbarik. Tajam penglihatan kedua mata pasien membaik menjadi 6/6 setelah terapi. \u0000Diskusi: kasus transient bilateral visual loss pada pasien dengan iskemia occipital post free diving dicurigai disebabkan oleh adanya sumbatan intravaskular oleh bubble yang terbentuk pada decompression sickness. Diagnosis decompression sickness ditegakkan secara klinis dan dapat dipastikan bila gejala membaik setelah pemberian terapi rekompresi. Terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi pilihan pada semua kasus dengan riwayat terpapar lingkungan hiperbarik atau kondisi unpressurized high-altitude. Mencegah terbentuknya bubble dalam tubuh adalah dengan menghindari faktor risiko terbentuknya bubble dan mematuhi cara naik ke permukaan (ascending) yang benar setelah diving. \u0000Kata Kunci: Buta Mendadak Sementara, Decompression Sickness, Penyelam","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133494199","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ign Ketut Budiarsa, Ni Made Susilawathi, Faldi Yaputra, I. P. E. Widyadharma
{"title":"SAWAR OTAK","authors":"Ign Ketut Budiarsa, Ni Made Susilawathi, Faldi Yaputra, I. P. E. Widyadharma","doi":"10.29342/cnj.v2i1.54","DOIUrl":"https://doi.org/10.29342/cnj.v2i1.54","url":null,"abstract":"Sawar otak merupakan jembatan antara sirkulasi darah dan otak. Mekanisme pertahanan yang mengatur pertukaran molekul-molekul dari darah menuju ke otak. Terdapat tiga jenis sawar otak yaitu sawar darah-otak, sawar darah-cairan serebrospinal dan sawar darah-araknoid. Dalam tulisan ini akan dibahas ketiga jenis sawar otak tersebut, dengan berfokus pada sawar darah-otak yang merupakan sawar otak terluas permukaannya di otak. Tulisan ini bertujuan untuk membahas lebih jauh mengenai mekanisme sawar otak yang kontribusinya dalam mekanisme fisiologis maupun pengantaran obat-obat sangat penting.","PeriodicalId":339514,"journal":{"name":"Callosum Neurology","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133896331","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}