{"title":"\"Together We Are Stronger\": Pencapaian Kepuasan Perkawinan Pasangan dengan Anak Penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD)","authors":"Faqihul Muqoddam, N. H. Yoenanto, D. Suminar","doi":"10.14421/jpsi.v11i1.2578","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v11i1.2578","url":null,"abstract":"Couples caring for children with Autism Spectrum Disorder (ASD) are always associated with lower marital satisfaction and higher divorce potential. But not all of them are like that, because they can also maintain and be able to achieve marital satisfaction while caring for children with ASD. The study aims to explore the experience of achieving marital satisfaction in couples caring for children with ASD. Qualitative research methods with a phenomenological approach are used in this study. Data was collected using semi-structured interviews, while data were analyzed through Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). The participants involved consisted of 7 marriages couples and 4 informants. The Couple Satisfaction Index (CSI-16) questionnaire was used as a preliminary study to identify couples who have high marital satisfaction. Validity test using member check technique and triangulation of data sources. The results of the study resulted in 5 main themes, such as the first experience of couples while caring for a child with ASD; fulfillment of couples needs while caring for a child with ASD; fulfillment of couple's expectations; actions taken to achieve marital satisfaction; and duration of marital satisfaction achievement. The process of achieving marital satisfaction in couples caring for children with ASD varies according to duration, but always begins with a downturn and continues with the desire to achieve marital satisfaction.Pasangan dengan anak penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD) selalu dikaitkan dengan kepuasan perkawinan yang rendah dan potensi perceraian yang lebih tinggi. Namun tidak semuanya demikian, karena mereka juga bisa mempertahankan dan mampu mencapai kepuasan perkawinan selama mengasuh anak penyandang ASD. Tujuan penelitian untuk mengeksplorasi pengalaman pencapaian kepuasan perkawinan pada pasangan dengan anak penyandang ASD. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data menggunakan wawancara semi-terstruktur, sedangkan data dianalisis melalui Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Partisipan yang terlibat terdiri dari 7 pasangan dan 4 informan. Kuesioner Couple Satisfaction Index (CSI-16) digunakan sebagai preliminary study untuk mengidentifikasi pasangan yang memiliki kepuasan perkawinan yang tinggi. Uji validitas menggunakan teknik member check dan triangulasi sumber data. Hasil penelitian menghasilkan 5 tema utama, seperti pengalaman awal pasangan selama mengasuh anak penyandang ASD; pemenuhan kebutuhan pasangan selama mengasuh anak penyandang ASD; pemenuhan harapan pasangan; tindakan yang dilakukan dalam mencapai kepuasan perkawinan; dan durasi pencapaian kepuasan perkawinan. Proses pencapaian kepuasan perkawinan pada pasangan yang mengasuh anak penyandang ASD cenderung berbeda sesuai durasi, namun selalu diawali dengan keterpurukan dan berlanjut pada keinginan untuk mencapai kepuasan perkawinan.","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48150241","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Attitude of Help-Seeking Behavior Preventing from Mental Health Problems among Adolescents Living in District of Bondowoso","authors":"Nandy Agustin Syakarofath, Dian Caesaria Widyasari","doi":"10.14421/jpsi.v11i1.2737","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v11i1.2737","url":null,"abstract":"The onset of mental health problems during adolescence often manifests into internalizing and externalizing problems. Seeking help to deal with mental health problems suggested better well-being outcomes. This study investigated the contribution of attitude and intention of seeking help for mental health problems among adolescents. Further analysis examined preferences of formal and informal mental health providers and gender-related patterns on help-seeking behaviors and mental health problems among adolescents. A total of 300 adolescents based on multistage random sampling (mean age = 16.49, male = 131 (43.7%), female = 169 (56.3%)) were selected to participate in this study. They completed three questionnaires online, including The Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) and Mental Help-Seeking Attitudes Scale (MHSAS). The results showed that attitude to help-seeking contributes significantly to adolescents internalizing and externalizing problems. Female adolescents were more susceptible to experiencing internalizing and externalizing problems. They showed a more positive attitude and stronger intention to seek mental health assistance than their male counterparts. Finally, teachers and friends are the preferred sources of help in dealing with mental health problems. Munculnya masalah kesehatan mental pada masa remaja seringkali bermanifestasi menjadi masalah internalisasi dan eksternalisasi. Mencari bantuan untuk menangani masalah kesehatan mental menunjukkan hasil kesejahteraan yang lebih baik. Penelitian ini menyelidiki kontribusi sikap dan niat mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental di kalangan remaja. Analisis lebih lanjut memeriksa preferensi penyedia kesehatan mental formal dan informal dan pola terkait gender pada perilaku mencari bantuan dan masalah kesehatan mental di kalangan remaja. Sebanyak 300 remaja berdasarkan multistage random sampling (usia rata-rata = 16,49, laki-laki = 131 (43,7%), perempuan = 169 (56,3%)) dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Mereka mengisi tiga kuesioner online, termasuk Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan (SDQ), Skala Niat Mencari Bantuan Mental (MHSIS) dan Skala Sikap Mencari Bantuan Mental (MHSAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap mencari pertolongan berkontribusi secara signifikan terhadap internalisasi dan eksternalisasi masalah remaja. Remaja putri lebih rentan mengalami masalah internalisasi dan eksternalisasi. Mereka menunjukkan sikap yang lebih positif dan niat yang lebih kuat untuk mencari bantuan kesehatan mental daripada rekan pria mereka. Terakhir, guru dan teman adalah sumber bantuan yang lebih disukai dalam menangani masalah kesehatan mental.","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44000470","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Peran Mediasi Network Heterogeneity pada Hubungan Online Subjective Well-Being dan Social Media Fatigue pada Pengguna Media Sosial","authors":"Adhyatman Prabowo","doi":"10.14421/jpsi.v11i1.2586","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v11i1.2586","url":null,"abstract":"The use of social media has many implications for individuals. One of the impacts that arises is users’ Online Subjective Well-Being (OSWB). This study aims to explore the relationship between OSWB and Social Media Fatigue (SMF) mediated by network heterogeneity; privacy concern, social comparison and selfdisclosure. This correlational research design used early adult respondents of a range of ages 20 - 30 years (N = 337) which was taken using non-probability quota sampling. Data was analyzed using SPSS Process (Model 4) by Hayes. The results showed that OSWB was able to predict SMF directly. The factors which succeed in mediating OSWB and SMF were self-disclosure, while privacy concerns and social comparison were unable to act as mediator. However, all three mediating variables have a positive correlation with SMF. Individuals with high OSWB are predicted to have lower SMF. In addition, the role of self-disclosure greatly determines the occurrence of SMF. Penggunaan media sosial membawa banyak implikasi bagi individu. Salah satu dampak yang muncul adalah Online Subjective Well-Being (OSWB) pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara OSWB dan Social Media Fatigue (SMF) yang dimediasi oleh network heterogeneity; privacy concren, social comparison dan self-disclosure. Penelitian koreasional ini melibatkan responden dewasa awal dengan rentang usia 20 - 30 tahun (N = 337) dengan pengambilan sampling menggunakan non probability quota sampling. Analisis data melalui SPSS Process (Model 4) oleh Hayes. Hasil penelitian menujukkan OSWB mampu memprediksi SMF secara langsung. Adapun faktor yang berhasil menjadi mediasi adalah self-disclosure sedangkan privacy concerns dan social comparison tidak mampu menjadi mediator. Namun demikian, ketiga variabel mediasi berkorelasi positif dengan SMF. Individu dengan OSWB yang tinggi diprediksi memiliki SMF yang lebih rendah. Selain itu, peran self-disclosure dalam diri sangat menentukan proses terjadinya SMF.","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41930056","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Studi Meta-analisis: Welas Diri dan Kecemasan","authors":"Clarissa Firanda Polii, Ananta Yudiarso","doi":"10.14421/jpsi.v11i1.2736","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v11i1.2736","url":null,"abstract":"Anxiety is defined as a physiological response to the possibility of problems arising in individuals. Anxiety is known to have a relationship with other variables, one of which is self-compassion. Individual self-compassion will be able to influence the level of anxiety. Individuals who have self-compassion will tend to avoid negative emotions that cause anxiety. This meta-analytic study aims to look at the relationship between anxiety and self-compassion in the last five years of research from 2018 to 2023 with a total of 10,489 respondents. The results of the study found that self-compassion had a moderate effect size (-0.55) with heterogeneity (I 2 ) of more than 88.81%, so this study used a random effects size. Therefore, self-compassion is interpreted as having a moderate effect that is negatively correlated with levels of anxiety. Kecemasan didefinisikan sebagai respon secara fisiologis dari kemungkinan munculnya permasalahan pada individu. Kecemasan diketahui memiliki kaitan dengan variabel lain salah satunya welas diri. Welas diri yang dimiliki individu akan mampu mempengaruhi tingkat kecemasan. Individu yang memiliki welas diri akan cenderung terhindar dari emosi negatif yang menyebabkan kecemasan. Studi meta-analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan dan welas diri dalam penelitian lima tahun terakhir dari tahun 2018 hingga 2023 dengan total responden sebanyak 10.489 orang. Hasil penelitian menemukan bahwa welas diri memiliki medium effect size (-0,55) dengan heterogenitas (I 2 ) lebih dari 88,81%, sehingga penelitian ini menggunakan random effects size. Oleh karena itu, welas diri diartikan memiliki efek sedang yang berkorelasi secara negatif pada tingkat kecemasan.","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41352521","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Apakah Overprotektif Orang Tua Berkorelasi Dengan Agresivitas? Studi Pada Mahasiswa Rantau Asal Daerah Yang Pernah Berkonflik Sosial","authors":"Marice Meigy Wattimena, Arthur Huwae","doi":"10.14421/jpsi.v11i1.2478","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v11i1.2478","url":null,"abstract":"Aggressive behavior is a form of action whose purpose is to hurt or injure another person, physically or verbally. There are several factors behind the emergence of aggressive behavior, one of which is overprotective parenting. Overprotective parenting causes children to feel pressured and less free. Moving on from this, this study aims to find out the correlation between overprotective parents and the aggressiveness of wander students from regions who have had social conflicts. The research method used is correlational quantitative. The study participants were 60 students who came from areas that had experienced social conflict (Moluccas, Papua, Central Borneo and Central Sulawesi) using the incidental sampling technique. Data collection used the Parent Overprotectiveness Scale (α = 0.863) and the Aggressiveness Scale (α = 0.898). The research results prove that the research hypothesis is accepted (r = 0.387 and sig. = 0.002). It can be concluded that the increased aggressiveness of wander students from regions who have had social conflicts is due to an increase in parental overprotectiveness. Perilaku agresif merupakan bentuk tindakan yang tujuannya meyakiti atau melukai orang lain, secara fisik maupun verbal. Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi timbulnya perilaku agresif, salah satunya pola pengasuhan orang tua yang overprotektif. Pengasuhan orang tua yang overprotektif menyebabkan anak merasa tertekan dan kurang bebas. Beranjak dari hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan mencari tahu korelasi antara overprotektif orang tua dan agresivitas mahaswa rantau asal daerah yang pernah berkonflik sosial. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif korelasional. Partisipan penelitian sebanyak 60 mahasiswa yang berasal dari daerah yang pernah berkonflik sosial (Maluku, Papua, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tengah) dengan teknik insidental sampling. Pengumpulan data menggunakan Skala Overprotektif Orang Tua (α = 0,863) dan Skala Agresivitas (α = 0,898). Hasil penelitian membuktikan bahwa hipotesis penelitian diterima (r = 0,387 dan sig. = 0,002). Dapat disimpulkan bahwa meningkatnya agresivitas mahasiswa rantau asal daerah yang pernah berkonflik sosial, karena adanya peningkatan overprotektif orang tua yang diterapkan.","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48553831","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perceived Organizational Support and Job Embeddedness in Startup Employees","authors":"Faridatul Khusna, Miftahun Ni'mah Suseno","doi":"10.14421/jpsi.v11i1.2680","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v11i1.2680","url":null,"abstract":"Job embeddedness has proven to have an effect on the effectiveness and productivity of companies, including startups. Employees who have job embeddedness in their work tend to feel more attached to colleagues, work and the organization and express attachment by maintaining organizational membership in the workplace.This study analyzes the perceived organizational support and job embeddedness. The subjects in this study were 105 employees at a startup company in Yogyakarta. Sampling using random sampling technique. Data were collected job embeddedness scale and perceived organizational support scale. The data analysis method uses correlation techniques and the results, there is a positive relationship between perceived organizational support and job embeddedness in startup employees. One way that companies can use to improve job embeddedness is to provide positive support for employees. The perception of organizational support has an important role in increasing employee job embeddedness.Keterikatan kerja terbukti berpengaruh pada efektifitas dan produktifitas perusahaan, termasuk startup. Karyawan yang memiliki job embeddedness dalam pekerjaan cenderung merasa lebih melekat pada kolega, pekerjaan dan organisasi dan mengekspresikan keterikatan dengan mempertahankan keanggotaan organisasi di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi dukungan organisasi dengan keterikatan kerja. Subjek dalam penelitian ini sejumlah 105 karyawan di salah satu perusahaan startup di Yogyakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan dua alat ukur, yaitu skala keterikatan kerja dan skala persepsi dukungan organisasi. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi dan hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan positif antara persepsi dukungan dengan job embeddedness pada karyawan startup. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan job embeddednes adalah memberikan dukungan positif terhadap karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi dukungan organisasi memiliki peranan penting dalam meningkatkan Keterikatan kerja pada karyawan.","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48081346","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Role of Professional Quality of Life in Physical and Psychological Health of Textile Employees","authors":"Ayesha Rasheed","doi":"10.14421/jpsi.v10i2.2447","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v10i2.2447","url":null,"abstract":"The quality of life in employees is an issue that must be examined as it is a crucial point for organization or industry growth. This study aims to investigate the correlation between professional quality of life with physical and psychological health in textile sector employees. Study was conducted on (N=150, male and female employees) employees from 19 textile companies in Lahore city, Pakistan. A correlational research design was used, and sample was selected by using stratified sampling technique. A series of questionnaire (Professional Quality of life and (SF-12) Short Form-12 Health survey) was administered to employees after taking consent from the them. The results indicate that quality of life has relationship with physical and psychological health. Specifically, compassion satisfaction aspect has positive significant relationship with physical and mental health component while inverse relationship with burnout and compassion fatigue. When compassion satisfaction increases, the physical and psychological health of the workers improved and vice versa. Similarly, when burnout and compassion fatigue increase, it affected the physical and psychological health of the workers. It is recommended to the organization to make plans and policies to boost up employees mental and physical health. Kualitas hidup karyawan merupakan masalah yang harus diperhatikan terutama dalam dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas hidup professional dengan kesehatan fisik dan psikologis pada karyawan sektor tekstil. Studi dilakukan pada (N=150, karyawan pria dan wanita) karyawan dari 19 perusahaan tekstil di kota Lahore, Pakistan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah korelasional, dan sampel dipilih dengan menggunakan teknik stratified sampling. Serangkaian kuesioner (Professional Quality of life dan (SF-12) Short Form-12 Health survey) diberikan kepada karyawan setelah mendapat persetujuan dari mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup memiliki hubungan dengan kesehatan fisik dan psikologis. Secara khusus, aspek compassion satisfaction memiliki hubungan positif yang signifikan dengan komponen kesehatan fisik dan mental, sedangkan hubungan terbalik dengan burnout dan compassion fatigue. Ketika compassion satisfacion meningkat, kesehatan fisik dan psikologis pekerja meningkat dan sebaliknya. Demikian pula ketika burnout dan compasison fatigue meningkat, hal itu mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis para pekerja. Disarankan kepada organisasi untuk membuat rencana dan kebijakan untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik karyawan.","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48360186","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Menemukan Kembali Identitas Diri : Proses Resosialisasi pada Orang Dengan Skizofrenia","authors":"Akrimna Rahmatika, Sara Palila","doi":"10.14421/jpsi.v10i2.2579","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v10i2.2579","url":null,"abstract":" This research aims to identify the process of resocialization people with schizophrenia (ODS) go through to rediscover their identity and social functioning in society. The participants of the research consisted of two key informants and three significant others who were selected using a purposive technique. The research used a qualitative method with a case study approach. The data were collected through semi-structured interviews and observations and were analyzed by applying thematic analysis techniques. The results showed that both key informants went through various processes to find their social functioning. The first process was the emergence of early symptoms. The second process was desocialization. The third process was the course of the disorder, which includes the appearance of advanced symptoms, stages of treatment, and post-hospitalization changes. The fourth process was the dynamics of society toward ODS. And the next process is ODS’s adjustment to the new identity. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses resosialisasi yang dialami oleh penderita skizofrenia (ODS) untuk menemukan kembali identitas dan fungsi sosialnya di masyarakat. Partisipan penelitian terdiri dari dua informan kunci dan tiga orang significant others yang dipilih dengan teknik purposive. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur dan observasi serta dianalisis dengan teknik analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua informan kunci melalui berbagai proses untuk menemukan fungsi sosialnya. Proses pertama adalah munculnya gejala awal. Proses kedua adalah desosialisasi. Proses ketiga adalah perjalanan gangguan, yang meliputi munculnya gejala lanjut, tahap pengobatan, dan perubahan pasca rawat inap. Proses keempat adalah dinamika masyarakat menuju ODS. Dan proses selanjutnya adalah penyesuaian ODS dengan identitas baru","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43781431","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The moderating effect of coping behavior on academic stress and subjective well-being in students during the Covid-19 pandemic","authors":"Dicky Listin Quarta, S. P. Nugraha","doi":"10.14421/jpsi.v10i2.2476","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v10i2.2476","url":null,"abstract":" This study aimed to observe the correlation between academic stress and subjective well-being, with coping behavior as a moderator in students during the COVID-19 pandemic. This involved 212 students in the UII. This study used the Perceived Stress Scale (18 items, a = 0.757), stress coping scale (44 items, a = 0.880), and college student subjective well-being questionnaire (16 items, a = 0.893). This study showed a significant negative correlation between academic stress and subjective well-being (β = -0.562; p < 0.05). Furthermore, the moderator regression analysis (MRA) results showed that the R² value of the interaction between academic stress and coping behavior as the moderator in the third regression model was higher than that of the other models (0.213). However, the increase was not statistically significant. The results showed that coping behavior did not have a moderating effect on the relationship between academic stress and subjective well-being. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran perilaku coping sebagai noderator hubungan antara stres akademik dan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa selama pandemi COVID-19. Sebanyak 212 orang mahasiswa Universitas Islam Indonesia telah terlibat dalam penelitian ini. Perceived stress scale (18 item, a = 0.757), skala coping stress (44 aitem, a = 0.880), dan college student subjective well-being questionnaire (16 item, a = 0.893) merupakan alat ukur dalam penelitian ini. Penelitian ini menemukan hubungan antara stres akademik dan kesejahteraan subjektif yang negatif dan signifikan (β = -0.562; p < 0.05). Selanjutnya, hasil moderator regression analysis (MRA) menunjukan bahwa nilai R² pada model regresi ke-3 (i.e., model interaksi antara stress akademik dan perilaku koping) meningkat sebesar 0,213 meskipun peningkatan ini tidak signifikan. Peneliti menyimpulkan bahwa perilaku coping tidak mampu menjadi moderator dalam hubungan antara stres akademik dan kesejahteraan subjektif ","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45736169","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL, KESEIMBANGAN KERJA-KELUARGA, DAN LAMA PERNIKAHAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN ISTRI PASANGAN BEKERJA (DUAL-EARNER COUPLE)","authors":"Dias Rahmanti Husna, Usmi Karyani","doi":"10.14421/jpsi.v10i2.2327","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpsi.v10i2.2327","url":null,"abstract":" In working couples, the wife’s responsibility looks heavier because she has several roles. Women who have had children face role tension which can eventually lead to marital dissatisfaction. Factors such as social support from husband, family, and children; also work-family balance are important. The length of marriages is one of determinants to the length of adaptation that carried out marital satisfaction. The sampling technique was purposive random sampling. The were working women aged 20-50 years, had a working husband. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis method. The result, there is a significant relationship between social support, work-family balance, and length of marriage with marital satisfaction with a sig value 0.000 and F value 39.970. The major hypothesis in this study is acceptable. Social support and work-family balance have a positive and significant relationship with marital satisfaction; while length of marriage has no relationship with marital satisfaction (has a negative relationship direction). Marital satisfaction can be explained by social support and work-family balance by 36%, both of these factors have the same contribution 18%. Pada pada pasangan bekerja, tanggung jawab istri lebih berat karena memiliki beberapa peran. Faktor seperti dukungan sosial dan keseimbangan kerja-keluarga menjadi penting. Lama pernikahan merupakan salah satu penentu lamanya adaptasi yang dilakukan untuk mencapai kepuasan pernikahan. Penelitian ini mengungkap hubungan dukungan sosial, keseimbangan kerja-keluarga, dan lama pernikahan dengan kepuasan pernikahan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, subjek wanita bekerja (20-50 tahun), telah menikah, dan memiliki suami bekerja. Metode analisis regresi linear berganda yang digunakan mendapatkan hasil hubungan yang signifikan antara dukungan sosial, keseimbangan kerja-keluarga, dan lama pernikahan dengan kepuasan pernikahan dengan sig. 0,000 dan nilai F 39,970. Hipotesis mayor dalam penelitian ini dapat diterima. Dukungan sosial dengan kepuasan pernikahan r 0,447 dan sig. 0,000<0,05, keseimbangan kerja-keluarga r 0,454 dan sig. 0,000<0,05 keduanya memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kepuasan pernikahan, sedangkan lama pernikahan tidak memiliki hubungan dengan kepuasan pernikahan, r 0,142 dan sig. 0,863>0,05) dengan arah hubungan negatif. Kontribusi variabel dukungan sosial dan keseimbangan kerja-keluarga sebesar 36%. ","PeriodicalId":33050,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Integratif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47918397","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}