{"title":"The Social Capital and Impact in Waste Management of the Waste Bank System in Yogyakarta Indonesia","authors":"S. Haryanti, Sri Puji Ganefati, Sri Muryani","doi":"10.55981/jtl.2023.995","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.995","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000A waste bank is a waste treatment facility that practices the 3R (reuse, reduce, recycle) to treat waste from the source at the local level. The Waste Bank Plan is based on applying social capital and covers the core elements of social capital implementation: trust, norms, networks, reciprocity, and value. This study aims to explore the relationship between social capital and the social impact of waste management using a waste bank program in Yogyakarta, Indonesia. The article considered social impacts such as income growth, employment, and environmental health. The subjects of this study were 100 waste bank customers from his five locations in Yogyakarta. This study uses Spearman's correlation to analyze data in SPSS 16. The results indicate a weak correlation between social capital and social impact on income and employment growth. This is shown to have correlation coefficient (r) values of 0.111 and 0.095, respectively, with significant values of 0.346>0.05. Furthermore, the correlation between social capital and social impact on environmental health is very powerfull, with a coefficient value (r) of 0.454 at the significance level of 0.00<0.05. \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000Bank sampah adalah salah satu strategi pengelolaan sampah dengan penerapan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dalam pengelolaan sampah di titik asal tingkat masyarakat. Model Pengelolaan sampah dengan bank sampah di wilayah kota Yogyakarta didasarkan pada penerapan modal sosial yang meliputi unsur-unsur yang menjadi inti dari pelaksanaan modal sosial (social capital) yaitu kepercayaan, norma, jaringan, resiprositas serta nilai. Keberadaan bank sampah akan menimbulkan manfaat ekonomi maupun dampak sosial khususnya bagi masyarakat. Tujuan dari penelitian ini dalah untuk mengetahui hubungan antara modal sosial dan dampak sosial pengelolaan sampah dengan program bank sampah masyarakat kota Yogyakarta. Dampak sosial yang diteliti meliputi peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja serta kebersihan lingkungan. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode pengukuran, wawancara dan observasi di lima lokasi bank sampah Kota Yogyakarta dengan jumlah responden sebanyak 100 responden. Analisis data dengan menggunakan analisi korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan modal sosial dengan dampak sosial terhadap peningkatan pendapatan mempunyai hubungan yang lemah dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,111; terhadap penyerapan tenaga kerja mempunyai hubungan yang lemah dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,095 dengan taraf signifikan 0,346>0,05; terhadap kebersihan lingkungan mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,454 dengan taraf signifikan 0,00<0,05 (signifikan).","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"58 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80243009","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dyan Agung Marwan, Eko Haryono, A. Pitoyo, Tjahyo Nugroho Adji, Gifari Shadad Ramadhan
{"title":"Analisis Kualitas dan Status Mutu Air di Sungai Sumurup, Kabupaten Gunungkidul","authors":"Dyan Agung Marwan, Eko Haryono, A. Pitoyo, Tjahyo Nugroho Adji, Gifari Shadad Ramadhan","doi":"10.55981/jtl.2023.989","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.989","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000Gunung Kidul Regency is an area that has a karst ecosystem known as Karst Gunungsewu. The landscape caused this land to struggle with water scarcity due to its barren surface. One of the water recharge areas here is known as the Sumurup River. The river is called the allogenic recharge of Karst Gunungsewu. This river that passes through the settlement area and the city’s center has a bigger contamination potential due to its lack of filtration process by soil and rock, unlike non-karst areas. This research was conducted by taking samples in the field and then measuring its quality, followed by comparing the result to the Special Region of Yogyakarta Government Regulation No. 20 Year 2008, then scoring it with Storage and Retrieval (STORET) method. The result is that there has been pollution in Sumurup River by a concentration of phosphate parameters at 2.58 mg/l at location A-2. The highest sulfate parameter was 27 mg/l at A-4 location. The highest nitrate parameter was 18.4 mg/l at location A-2. The highest chloride parameter was 32.4 mg/l at monitoring point A-1. The highest count for total coliform was 16×109 MPN/100 ml at location A-2. In addition, The STORET score indicates that the quality status of all points is moderately polluted.\u0000ABSTRAK\u0000Kabupaten Gunung Kidul merupakan kawasan yang memiliki ekosistem karst yang dikenal sebagai Karst Gunungsewu. Kondisi geografis yang demikian menyebabkan kawasan ini sering dilanda kekurangan air karena kondisi permukaannya yang tandus. Salah satu imbuhan air pada kawasan ini adalah Sungai Sumurup. Sungai Sumurup yang merupakan imbuhan alogenik karst Gunungsewu. Letak sungai yang melewati pemukiman dan pusat Kota Wonosari ini memiliki potensi tercemar lebih besar akibat tidak adanya proses penyaringan (filtrasi) oleh tanah dan rongga batuan sebagaimana yang terjadi pada kawasan non-karst. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pada Sungai Sumurup untuk kemudian diuji kualitas airnya lalu dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 20 tahun 2008 dan dilakukan penilaian menggunakan metode STORET. Hasil dari penelitian ini adalah telah terjadi pencemaran Sungai Sumurup dilihat dari konsentrasi parameter fosfat sebesar 2,58 mg/l pada lokasi A-2. Parameter tertinggi sulfat sebesar 27 mg/l pada lokasi A-4. Parameter tertinggi nitrat sebesar 18,4 mg/l pada lokasi A-2 . Parameter tertinggi klorida sebesar 32,4 mg/l pada lokasi A-1. Parameter tertinggi total coliform sebesar 16×109 MPN/100 ml pada titik sampling A-2. Selain itu, dari penilaian menggunakan metode STORET, status mutu pada semua titik yaitu cemar sedang.","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78270005","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Adela Armelia, Ira Nurhayati Djarot, Ari Paminto, Iffah Nurfaiz, Nuha, T. Handayani
{"title":"Analisis Limbah Media Zarrouk Modifikasi yang Digunakan untuk Budidaya Spirulina platensis dan Analisis Kualitas Biomassanya sebagai Bahan Pangan Fungsional","authors":"Adela Armelia, Ira Nurhayati Djarot, Ari Paminto, Iffah Nurfaiz, Nuha, T. Handayani","doi":"10.55981/jtl.2023.300","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.300","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000Food is a basic human need with nutritional value for the body's needs. Food in this modern era is growing rapidly, so consumers think of choosing food for their body needs and health effects. There is a world fact that most countries experience a food shortage crisis that causes the emergence of a disease, namely kwashiorkor, which experiences protein deficiency. This crisis can be solved by providing functional foods that contain high protein. One type of food that contains much high protein is Spirulina platensis. This microalga can be cultivated in media containing nutrients from inorganic fertilizers commonly used for plants. The purpose of this study was to analyze the waste of modified Zarrouk media and to analyze the quality of Spirulina platensis biomass as a functional food ingredient grown on the modified media. The stages of this research included collecting data on the production process of Spirulina platensis, sampling Spirulina platensis biomass, and analyzing the quality test of the biomass and Spirulina platensis media waste. Laboratory tests for biomass consist of metal contamination, dyes, bacterial contamination, and proximate (moisture content, ash content, crude fat, crude fiber, crude protein). In contrast, the lab tests for the media consist of media samples before and after being used for cultivation. The results of the Spirulina platensis biomass quality test showed that it met the requirements as a functional food ingredient, and the media waste was not harmful to the environment.\u0000 \u0000ABSTRAK \u0000Pangan di era modern ini semakin berkembang dengan cepat, sehingga konsumen memilih makanan tidak hanya untuk kebutuhan tubuh saja tetapi memberikan efek kesehatan. Adanya fakta dunia bahwa sebagian besar negara mengalami krisis kekurangan pangan hingga menyebabkan munculnya penyakit yaitu kwarsiokor, di mana mengalami kekurangan protein. Krisis ini bisa diselesaikan dengan cara memberikan makanan fungsional yang mengandung protein tinggi. Salah satu jenis makanan yang banyak mengandung protein tinggi yaitu mikroalga Spirulina platensis. Mikroalga ini dapat dibudidayakan pada media yang mengandung nutrisi dari pupuk anorganik yang biasa digunakan untuk tanaman. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis limbah media Zarrouk modifikasi dan menganalisis kualitas biomasa Spirulina platensis sebagai bahan pangan fungsional yang dibudidaya pada media modifikasi tersebut. Tahapan penelitian ini mencakup pengambilan data proses produksi Spirulina platensis, pengambilan sampel biomassa Spirulina platensis, dan menganalisis uji kualitas biomasa serta limbah media Spirulina platensis. Uji laboratorium untuk biomasa terdiri dari cemaran logam, zat warna, cemaran bakteri, dan proksimat (kadar air, kadar abu, lemak kasar, serat kasar dan protein kasar). Sedangkan uji lab untuk media terdiri dari sampel media sebelum dan setelah digunakan budidaya. Hasil uji kualitas biomassa Spirulina platensis tersebut menunjukkan syarat sebagai bahan ","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"62 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84051206","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Prediksi Kualitas Air Sungai Menggunakan Metode Pembelajaran Mesin: Studi Kasus Sungai Ciliwung","authors":"M. Haekal, W. Wibowo","doi":"10.55981/jtl.2023.795","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.795","url":null,"abstract":"The Ciliwung River is the largest river in Jakarta area, and its water quality tends to decline. To determine river water quality from time to time, real-monitoring is carried out in real time using Online Monitoring (ONLIMO) technology by installing a multiprobes sensor in the Ciliwung River. Eight parameters were monitored, including pH, Dissolved Oxygen, Nitrate, Turbidity, Total Dissolved Solids, Salinity, Electrical Conductivity, and Temperature. In this study, a data science approach using four Machine Learning models, namely Artificial Neural Networks (ANN), Support Vector Machine (SVM), Random Forest, and Naive Bayes, was used to process monitoring data for one year, from January 1 until December 31, 2018, to predict the Ciliwung River water quality. The AAN results showed that the 5-Hidden Layers model has the highest value of Confusion Matrix (Accuracy, Recall, Precision, Specificity, and F1 Score) compared with all tested Hidden Layer of architecture models. In addition, the Random Forest method has the highest confusion matrix value, followed by the ANN method with 5 Hidden Layers, the Naive Bayes method, and the SVM method. The accuracy value of the first three methods is very high, above 89%. Thus, the first three methods work well to predict the quality of Ciliwung River water.\u0000ABSTRAK\u0000Sungai Ciliwung merupakan sungai terbesar di wilayah Jakarta, kualitas airnya cenderung menurun. Untuk mengetahui kualitas air sungai dari waktu ke waktu dilakukan pemantauan secara real time menggunakan teknologi Online Monitoring (ONLIMO) dengan memasang multiprobes sensor di Sungai Ciliwung. Delapan parameter yang dipantau meliputi pH, Oksigen Terlarut, Nitrat, Kekeruhan, Total Padatan Terlarut, Salinitas, Konduktivitas Listrik, dan Suhu. Pada penelitian ini, pendekatan sains data menggunakan empat model Machine Learning yaitu Jaringan Syaraf Tiruan (JST), Support Vector Machine (SVM), Random Forest, dan Naive Bayes digunakan untuk mengolah data pemantauan selama satu tahun, dari 1 Januari hingga 31 Desember 2018 untuk memprediksi kualitas air sungai Ciliwung. Hasil metode JST menunjukkan bahwa model dengan 5 Hidden Layer memiliki nilai Confusion Matrix (Accuracy, Recall, Precision, Specificity, dan F1 Score) tertinggi dibandingkan dengan semua model arsitektur Hidden Layer yang diuji. Selain itu, metode Random Forest memiliki nilai Confusion Matrix tertinggi, diikuti metode JST dengan 5 Hidden Layer, metode Naive Bayes, dan terakhir metode SVM. Tingkat akurasi ketiga metode pertama sangat tinggi, yaitu di atas 89%. Dengan demikian, ketiga metode pertama bekerja dengan baik untuk memprediksi kualitas air Sungai Ciliwung.","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"176 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79775059","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Riski Fitriani, Dimas Biwas Putra, Dominikus Hariawan Akhadi, Bondan Fiqi Riyalda, Insan Nur Sulistiawan, M. Muksin, ARKY ASTASARI
{"title":"Analisis Received Signal Strength Indicator (RSSI) Menggunakan Protokol ZigBee sebagai Media Transmisi Data Landslide Early Warning System (LEWS) di Area Bervegetasi Rapat: Studi Kasus Desa Cililin, Bandung Barat","authors":"Riski Fitriani, Dimas Biwas Putra, Dominikus Hariawan Akhadi, Bondan Fiqi Riyalda, Insan Nur Sulistiawan, M. Muksin, ARKY ASTASARI","doi":"10.55981/jtl.2023.984","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.984","url":null,"abstract":"ABSTRACT\u0000One of the innovations to overcome landslide is Landslide Early Warning System (LEWS). Data transmission medium from LEWS will use Xbee based ZigBee protocol. The most possible communication in mountainous areas is wireless communication. Radio communication was chosen because it is free of data transmission costs and the Zigbee protocol has a fairly high data rate of up to 250 Kbps. The LEWS installation location is in the Cililin area, West Bandung. The characteristics of the site are densely vegetated with a variety of large woody plants and irregular spacing ranging from 1–3 meters. Prior to the LEWS installation, a study of the Xbee radio signal strength (RSSI) had been carried out. The study was conducted using 2 types of Xbee, namely Xbee Pro S2B 2.4 GHz and Xbee Pro S3B 900 MHz. The topology used is a pair/point to point topology, by measuring the RSSI value using XCTU software. Xbee Pro S3B 900 MHz module gets results with RSSI values ranging from -83 dBm to -72 dBm at end device location 1 and -89 dBm at end device location 2. While Xbee Pro S2B 2.4 GHz can only communicate from coordinator and end device locations 1 with an RSSI of -94 dBm. The test was carried out by elevating the Xbee antenna with several variations in height to get a better signal quality. The results obtained several recommendations for the minimum height of the Xbee antenna installed at each location of the end devices module.\u0000ABSTRAKSalah satu inovasi untuk menanggulangi longsor adalah dengan melakukan pemasangan Landslide Early Warning System (LEWS). Media transmisi data LEWS yang akan dikembangkan saat ini menggunakan Xbee berbasis protokol ZigBee. Komunikasi yang paling memungkinkan di area pegunungan adalah komunikasi tanpa kabel. Komunikasi radio dipilih karena bebas biaya pengiriman data dan protokol Zigbee memiliki data rate cukup tinggi hingga 250 Kbps. Lokasi pemasangan LEWS yaitu di daerah Cililin, Bandung Barat. Karakteristik lokasi tersebut bervegetasi rapat dengan berbagai tumbuhan besar berkayu dan jarak tanam yang tidak beraturan berkisar 1–3 meter. Sebelum dilakukan pemasangan LEWS, telah dilakukan kajian kekuatan sinyal radio Xbee (RSSI). Kajian dilakukan menggunakan 2 jenis Xbee yaitu Xbee Pro S2B 2,4 GHz dan Xbee Pro S3B 900 MHz. Topologi yang digunakan adalah topologi pair/point to point, dengan mengukur nilai RSSI menggunakan software XCTU. Modul Xbee Pro S3B 900 MHz mendapatkan hasil dengan nilai RSSI berkisar antara -83 dBm hingga -72 dBm di lokasi end device 1 dan -89 dBm di lokasi end device 2, sedangkan Xbee Pro S2B 2,4 GHz hanya dapat berkomunikasi dari lokasi coordinator dan end device 1 dengan RSSI -94 dBm. Pengujian dilakukan dengan merubah ketinggian antena Xbee dengan beberapa variasi ketinggian untuk mendapatkan kualitas sinyal yang lebih baik. Diperoleh beberapa rekomendasi tinggi minimal antena Xbee yang terpasang di tiap lokasi modul end devices.","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"54 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79814965","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
L. Indriyani, La Gandri, N. Arafah, Sahindomi Bana, Vivi Fitriani, Basuki Basuki
{"title":"Analisis Spasial Temporal Environmental Critical Index (ECI) Kota Kendari","authors":"L. Indriyani, La Gandri, N. Arafah, Sahindomi Bana, Vivi Fitriani, Basuki Basuki","doi":"10.55981/jtl.2023.996","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.996","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000Changes in land use from vegetated land to developed land can reduce environmental quality such as increasing air temperature and trigger disasters such as landslides and floods. Land conversion from vegetated land to developed land have an impact on microclimate changes in urban areas. Analysis to determine the quality of the environment is to identify the environmental criticality index (ECI). ECI is defined as an index to determine critical areas based on the distribution of surface temperature and vegetation cover. The purpose of this study was to analyze the environmental criticality index of Kendari city based on Land Surface Temperature (LST) and Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) algorithms. Observation of the dynamics of surface temperature and vegetation density in Kendari City in two periods, 2014 and 2021, using Landsat-8 satellite imagery. This study uses Band 10 to estimate the brightness temperature value and convert it to surface temperature and Band 4 and Band 5 to calculate NDVI. In this study, the ECI class was divided into 3 classes, Low, Medium, and High, with range 0–10, 10–30, and > 30 respectively. In 2021, there was an increase in the area that experienced high environmental criticality when compared to the conditions in 2014. The area that experienced a high ECI in 2014 was 11.81 ha, and in 2021 it increasing to 103.95 ha. The increase in the area of high environmental criticality could be caused by changes in LST and vegetation density. \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000Perubahan alih fungsi lahan dari lahan bervegetasi ke lahan terbangun dapat menurunkan kualitas lingkungan seperti suhu udara yang meningkat dan dapat memicu timbulnya bencana seperti kejadian longsor dan banjir. Alih fungsi lahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun memberi dampak pada perubahan iklim mikro di kawasan perkotaan. Analisis yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas lingkungan adalah dengan mengidentifikasi Environmental Critical Index (ECI). ECI didefinisikan sebagai indeks untuk menentukan kawasan area kritis berdasarkan distribusi suhu permukaan dan ketersediaan tutupan vegetasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis indeks kekritisan lingkungan Kota Kendari berdasarkan algoritma Land Surface Temperature (LST) dan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Pengamatan dinamika suhu permukaan dan kerapatan vegetasi di Kota Kendari dilakukan pada dua periode, yakni pada tahun 2014 dan 2021 dengan memanfaatkan citra satelit Landsat-8. Penelitian ini menggunakan Band 10 untuk mengestimasi nilai brightness temperature dan dikonversi ke suhu permukaan serta Band 4 dan Band 5 untuk menghitung NDVI. Pada penelitian ini, kelas ECI dibagi menjadi 3 kelas yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi dengan rentang berturut-turut yaitu 0–10, 10–30, dan > 30. Pada tahun 2021, terjadi peningkatan luas wilayah yang mengalami kekritisan lingkungan yang tinggi bila dibandingkan dengan kondisi di tahun 2014. Peningkatan luasan wilayah","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"53 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85307227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Konsentrasi Gas NH3 di Daerah Perkotaan","authors":"Dyah Aries Tanti, A. Rachman, Opik Taopik, Asri Indrawati, Wiwiek Setyawati, Amalia Nurlatifah","doi":"10.55981/jtl.2023.982","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.982","url":null,"abstract":"ABSTRACT\u0000The presence of ammonia gas as a pollutant in the atmosphere can cause various air pollution problems, including as a precursor to the formation of PM2,5 particulate matter which is harmful to human health. In urban areas, NH3 gas emissions come from transportation and household activities. This research was conducted to determine the concentration of ammonia gas in ambient air in urban areas using a passive sampler. Sampling locations include areas that include the center of Bandung city, namely Pasteur, Kopo, and Kebon Kalapa. Sampling was carried out from 2014–2018 with a sampling duration of one month. Based on the results of laboratory analysis, it was found that the highest concentration of ammonia gas was in the Kebon Kalapa area with the highest concentration value of 45.03 µg/m3, followed by the Kopo area of 26.88 µg/m3 and Cipedes of 11.7 µg/m3. If based on seasonal patterns, it is found that in the dry months, the concentration of ammonia gas in ambient air tends to be higher than in the wet season for the three study locations.\u0000 \u0000ABSTRAK\u0000Keberadaan gas amonia sebagai polutan di atmosfer dapat menimbulkan berbagai masalah pencemaran udara diantaranya sebagai prekursor dari pembentukan partikulat PM2,5 yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Di daerah perkotaan emisi gas NH3 berasal dari transportasi serta kegiatan rumah tangga. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi gas amonia di udara ambien daerah perkotaan dengan menggunakan metode passive sampler. Lokasi sampling meliputi daerah yang termasuk pusat kota Bandung, yaitu Pasteur, Kopo dan Kebon Kalapa. Sampling dilakukan dari tahun 2014–2018 dengan durasi sampling satu bulan. Berdasarkan hasil analisa laboratorium, diperoleh bahwa konsentrasi gas amonia tertinggi ada di daerah Kebon Kalapa dengan nilai konsentrasi tertinggi sebesar 45,03 µg/m3, selanjutnya daerah Kopo sebesar 26,88 µg/m3 dan Cipedes sebesar 11,7 µg/m3. Jika berdasarkan pola musiman diperoleh bahwa pada bulan kering kecederungan konsentrasi gas amonia di udara ambien lebih tinggi dibandingkan dengan musim basah untuk ketiga lokasi penelitian.","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89117486","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Arifah, R. Ningsih, A. Hanapi, Y. Setiadi, B. S. Rattyananda
{"title":"Computational Study of Green Production of Vanilli Planifolia based Schiff Base using Ionic Liquid Solvent","authors":"A. Arifah, R. Ningsih, A. Hanapi, Y. Setiadi, B. S. Rattyananda","doi":"10.55981/jtl.2023.873","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.873","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Basa Schiff adalah produk kondensasi dari senyawa amina primer seperti anisidina dengan senyawa karboksilat yang memiliki banyak kegunaan di bidang kimia. Untuk menaikkan nilai tambah produk lokal, senyawa dari tanaman Vanilli Planifolia dapat digunakan sebagai sumber gugus karboksilat. Sintesis secara konvensional memiliki banyak kekurangan semisal yield yang kecil dan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan modifikasi reaksi untuk mengurangi dampak berbahayanya seperti dengan menggunakan cairan ion. Metode komputasi digunakan dalam riset dasar ini karena dapat mengurangi waktu dan biaya riset. Dari hasil dari perhitungan komputasi, didapatkan bahwa penambahan pelarut terbukti dapat memberikan efek penstabilan pada semua molekul terutama bila memiliki sifat kepolaran sejenis. Reaksi produksi basa Schiff terjadi dalam keadaan endoterm dan tidak spontan di suhu kamar. Reaksi tersebut melewati tiga tahap reaksi dengan tahapan penentu laju terjadi pada tahap ke-3. Energi pengaktifan ditemukan lebih kecil pada pelarut cairan ion dari pada pelarut polar lain. Pada tahap reaksi pertama, energi pengaktifan paling minimum ditemukan pada pelarut [EMIM][TfO] sebesar 119.915 kJ.mol-1. Hal ini dikarenakan keadaan transisi pertama/TS-1 bersifat lebih polar dan cocok dengan [EMIM][TfO] yang bersifat lebih polar pula. Sedangkan, pada tahap reaksi ke-2 dan ke-3 energi pengaktifan lebih minim pada pelarut [BMIM][BF4], sebesar 195.316 dan 354.290 kJ.mol-1, karena sifat keadaan transisi dan pelarut yang tidak terlalu polar. Ke depannya, perlu dilakukan percobaan di laboratorium untuk mengetahui yield dan variabel lain yang tidak dapat ditemukan dengan metode komputasi.\u0000 \u0000ABSTRACT \u0000Schiff bases are a condensation product of primary amines, such as Anisidine, with carbonyl compounds which is many chemical purposes. To increase the natural product value, the carbonyl group which used has from Vanilli Planifolia compounds. the conventional Schiff Base reaction has several disadvantages, including low yields, and produces waste that was harmful to the environment. Due to this, it is necessary do the modification of synthesis to reduce the harmful disadvantages such as using ionic liquid. The computational method was used to reduce the time and coast consumption in basic research field. The results show that the addition of solvents was proven to increased stabilization effects on all molecules, especially if they have similar polarity properties. Schiff base reactions was classified as endothermic and non-spontaneous in the room temperature. The reaction through 3 reaction steps with rate determining step occurs at stage 3. The activation energy was found smaller in the ionic liquid than other polar solvents. In the first reaction, the minimum activation energy was found in [EMIM] [TFO] solvent amount 119,915 kJ.Mol-1. It causes, TS-1 was most polar and suitable in [EMIM] [TFO] which was most polar. Whereas in the reacti","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73504275","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Nuryadi, M. P. Helios, Andhy Muhammad Fathoni, Chairunnisa Chairunnisa, Fitrianto Fitrianto, Hariyotejo Pujowidodo, Kanon Prabandaru Sumarah, Riki Jaka Komara, Fairuz Milkiy Kuswa, Respatya Teguh Soewono
{"title":"Simulasi CFD Pengurangan CO2 pada Co-firing Batubara dan Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Model Pembakaran Non-Premixed","authors":"A. Nuryadi, M. P. Helios, Andhy Muhammad Fathoni, Chairunnisa Chairunnisa, Fitrianto Fitrianto, Hariyotejo Pujowidodo, Kanon Prabandaru Sumarah, Riki Jaka Komara, Fairuz Milkiy Kuswa, Respatya Teguh Soewono","doi":"10.55981/jtl.2023.725","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.725","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000Co-firing is one of the Indonesian programs to reduce emissions in power plants dominated by coal-fired power plants. Indonesia has potential palm oil waste, palm oil empty fruit bunches (POEFB), which have yet to be utilized for co-firing. The combustion analysis is required before using the POEFB as a solid fuel in the boiler. This study aimed to characterize co-firing combustion of coal and POEFB. Various mixing ratios of POEFB and coal used in this study were 10, 20, and 30%. A computational fluid dynamic (CFD) simulation was carried out to determine the temperature, gas emissions, and carbon dioxide (CO2). The domain CFD used a structured grid to increase numerical accuracy. Non-premixed combustion and probability density function (PDF) were used to describe combustion chemistry. The results of this study showed that the highest co-firing temperature was at 30% POEFB. It was due to the mixing of POEFB and coal increasing the volatile value, which affects the temperature combustion. In addition, at 30% POEFB, the mass fraction of CO2 decreased significantly, causing the mass fraction of CO to increase. While the mass fraction of NO increased at the increase of POEFB, it was still under the threshold of 200 mg/Nm3\u0000ABSTRAK \u0000Co-firing merupakan salah satu program Indonesia untuk mengurangi emisi pada pembangkit listrik yang didominasi oleh pembangkit listrik tenaga batubara. Indonesia memiliki potensi limbah kelapa sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit (TKKS), yang belum dimanfaatkan untuk co-firing. Analisis pembakaran diperlukan sebelum menggunakan TKKS sebagai bahan bakar padat dalam boiler. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi pembakaran batubara dan TKKS secara bersama. Variasi rasio pencampuran TKKS dan batubara yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10, 20, dan 30%. Simulasi computational fluid dynamic (CFD) dilakukan untuk mengetahui temperatur, emisi gas, dan karbon dioksida (CO2). Domain CFD menggunakan grid terstruktur untuk meningkatkan akurasi numerik. Pembakaran non-premixed dan probability density function (PDF) digunakan untuk menjelaskan kimia pembakaran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa temperatur co-firing tertinggi adalah pada 30% TKKS. Hal ini disebabkan karena pencampuran TKKS dan batubara meningkatkan nilai volatilitas yang mempengaruhi temperatur pembakaran. Selain itu, pada 30% TKKS di mana fraksi massa CO2 mengalami penurunan yang cukup signifikan, sehingga menyebabkan fraksi massa CO meningkat. Sedangkan fraksi massa NO meningkat pada peningkatan TKKS namun masih di bawah ambang batas 200 mg/Nm3.","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73233745","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Observasi Pasang Surut dan Arus di Muara Porong untuk Mendukung Pengembangan Pulau Lusi","authors":"Agus Sufyan, Johan Risandi, Rudhy Akhwady","doi":"10.55981/jtl.2023.986","DOIUrl":"https://doi.org/10.55981/jtl.2023.986","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000Tides and currents are essential factors that affect activities in estuary waters. The observation of tides and currents at the estuary of the Porong River is very important to support the development of Lusi Island, Sidoarjo Regency, East Java. The observation results in the form of tidal and current characteristics can be used to support the development of Lusi Island. Currently Lusi Island has been used as ecotourism to improve the economy of the people around the coast. This study aims to determine the characteristics of the tides and current velocity to support the development of Lusi Island. Analysis of the observed data was carried out to get an overview of the hydrodynamic characteristic at the study site. The results showed that the tidal range was 2.053 m and the average current speed was 0.25 m/s with a minimum current speed of 0 m/s and a maximum current speed of 0.86 m/s. The results of tidal analysis can be used as a elevation reference to construct buildings on Lusi Island, while the direction and speed of the currents can be used as initial information by the ship's captain as well as consideration for the location of the pier. The comparison model of tidal results obtained by the model that is closest to the measurement results is the Naotide model. The results of the most accurate model can be used to predict the height of the sea tides around Porong estuary. \u0000 \u0000ABTSRAK \u0000Pasang surut dan arus merupakan faktor penting yang mempengaruhi aktifitas di suatu perairan muara. Observasi pasang surut dan arus di muara Sungai Porong sangat penting dilakukan untuk mendukung pengembangan Pulau Lusi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Hasil observasi berupa karakteristik pasang surut dan arus dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan Pulau Lusi. Saat ini Pulau Lusi sudah dimanfaatkan sebagai ekowisata guna meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut dan kecepatan arus yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan Pulau Lusi. Analisa data hasil observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik hidrodinamika di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan tunggang pasang surut sebesar 2,053 m dan kecepatan arus rata-rata 0,25 m/detik dengan kecepatan arus minimum 0 m/detik serta kecepatan arus maksimum 0,86 m/detik. Hasil analisa pasang surut dapat dimanfaatkan sebagai referensi pada perencanaan elevasi bangunan di Pulau Lusi, sedangkan arah dan kecepatan arus dapat dimanfaatkan sebagai informasi awal oleh nahkoda kapal serta pertimbangan penempatan dermaga yang akan dibangun. Hasil perbandingan model pasang surut diperoleh hasil model yang paling mendekati hasil pengukuran adalah model Naotide. Hasil model yang paling akurat dapat dimanfaatkan untuk prediksi elevasi pasang surut di sekitar muara Porong.","PeriodicalId":31853,"journal":{"name":"Jurnal Sains Teknologi Lingkungan","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84762071","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}