A. P. Arbad, W. Takeuchi, Yosuke Yosuke, Mutiara Jamilah, Achmad Ardy
{"title":"TIME-SERIES SAR INTERFEROMETRY ANALYSIS OF SURFACE DEFORMATION AT MT. BROMO INDONESIA","authors":"A. P. Arbad, W. Takeuchi, Yosuke Yosuke, Mutiara Jamilah, Achmad Ardy","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.956","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.956","url":null,"abstract":"One of the most active volcanoes in Indonesia is Mt. Bromo, volcanic activities at Mt. Bromo has been recorded in 1775. We observe the surface deformation of the Mt. Bromo which located at eastern Java Indonesia area that includes neighborhood volcanic system on TNBTS (Taman Nasional Bukit Tengger Semeru). Recently, remote sensing has played as an important role to observe volcano behavior. We apply the SAR Interferometry (InSAR) algorithm referred to as Small Baseline Subset (SBAS) approach that allows us to generate mean deformation velocity maps and displacement time series for the studied area. The common SBAS technique, the set of interferometric phase observations writes as a linear combination of individual SAR scene phase values for each pixel independently. Particularly, the proposed analysis is based on 22 SAR data acquired by the ALOS/PALSAR sensors during the 2007–2017 time interval. A fewer studies have been able to show capability of InSAR analysis for investigating cycle of volcano especially of Mt. Bromo which characterized eruption stratovolcano in ranging one to five years. The results expected in this work represent an advancement of previous InSAR studies of the area that are mostly focused on the deformation affecting the caldera. According to the result, we expected this study could implement on risk management or infrastructure management.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121528776","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desi Anggraeni, M. Fauzi, H Christian Novia Ngesti
{"title":"PEMETAAN SEBARAN PADANG LAMUN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 DI KEPULAUAN TANIMBAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT PROVINSI MALUKU","authors":"Desi Anggraeni, M. Fauzi, H Christian Novia Ngesti","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1078","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1078","url":null,"abstract":"Padang lamun merupakan habitat penting pesisir yang memiliki peran kunci dalam ekosistem pesisir. Kawasan ini merupakan area asuhan bagi ikan-ikan kecil, udang, persembunyian biota dari predatornya, pendaur zat hara, serta penyerap nutrien dari limpasan air laut yang dapat membantu menstabilkan sedimen dan kejernihan air. Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu lokasi di Provinsi Maluku dengan potensi sebaran lamun yang cukup luas, namun informasi mengenai sebaran lamun di kawasan ini tidak terdata dengan baik. Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu alternatif untuk mengisi gap data di area yang luas dan sulit dijangkau, termasuk untuk memetakan sebaran lamun di Kepulauan Tanimbar. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan data dasar sebaran dan luas habitat lamun di pesisir Kepulauan Tanimbar. Metode yang digunakan adalah analisis citra penginderaan jauh Landsat 8, menerapkan penajaman citra untuk perairan dangkal menggunakan algoritma Lyzenga. Citra Landsat yang digunakan Landsat Surface Reflectance liputan path/row 106/65 dan 106/66 tahun perekaman 2017. Pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 1-10 November 2017. Metode pengambilan data lamun dilakukan menggunakan metode seagrass watch . Hasil pengolahan citra menunjukkan lamun terdistribusi merata di seluruh pesisir Kepulauan Tanimbar dengan luas total 5.615,63 hektar dengan tutupan terpadat di sekitar Pulau Seira. Hasil survei lapangan menunjukkan tutupan lamun terpadat dijumpai di Formusan dengan tutupan lamun rata-rata 95%. Kondisi lamun paling baik berada di daerah Sabal, didukung kondisi air yang sangat jernih dengan substrat utama pasir. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, jenis lamun yang ditemukan antara lain: E n h alu s a c o r oid e s , T h ala s sia h e m p ric hii, C y m o d o c e a s e r r ula t a , C y m o d o c e a rotundata, Syringodi um isoetifolium, Halodule uninervis, Halophila ovalis, dan Halophila minor .","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"82 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124131682","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"DINAMIKA PERTUMBUHAN PERKOTAAN DI KAWASAN PERKOTAAN SURAKARTA","authors":"Muhammad Iqbal Sugestiadi, Yudi Basuki","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1019","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1019","url":null,"abstract":"Kawasan Perkotaan Surakarta sedang mengalami fenomena pertumbuhan perkotaan. Hal tersebut dibuktikan dengan ketersediaan ruang di dalam Kota Surakarta secara administratif yang cenderung terbatas. Keterbatasan ruang tersebut akan merambah dan mengisi ke daerah-daerah pinggiran kota. Daerah-daerah pinggiran kota tersebut membentuk suatu Wilayah Peri Urban (WPU) sebagai dampak perkembangan eksternal Kota Surakarta seperti Solo Baru, Kartasura, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak, dan Gondangrejo. Kecenderungan tersebut menunjukkan gejala pertumbuhan perkotaan ke arah aglomerasi perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dinamika pertumbuhan perkotaan dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perkotaan di Kota Surakarta beserta WPU-nya yang merupakan bagian dari Kawasan Metropolitan Surakarta. Dinamika pertumbuhan dalam penelitian ini diidentifikasi menggunakan data informasi geospasial menggunakan metode penginderaan jauh citra landsat secara temporal dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2017. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perkotaan di Kawasan Perkotaan Surakarta adalah faktor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126289223","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS BANJIR BANDANG DI DAS GLONDONG, BANYUWANGI (Suatu pembelajaran dari perhitungan kerugian)","authors":"Irfan Budi Pramono, Endang Savitri","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1036","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1036","url":null,"abstract":"Tersumbatnya aliran sungai karena terjadinya longsor di wilayah hulu menyebabkan terjadinya banjir bandang. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui penyebab banjir bandang di DAS Glondong serta mengetahui besarnya kerugian yang dapat ditekan apabila bencana yang terjadi dapat dihindari melalui mitigasi bencana. Metode yang digunakan adalah teknik mitigasi bencana banjir dan longsor yang dikembangkan oleh Paimin et al. (2009). Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan peta RBI, penutupan lahan, batas DAS, dan data hujan. Banjir bandang di DAS Glondong diduga akibat adanya longsoran yang terjadi pada daerah hulu. Data hujan yang dikeluarkan oleh BMKG dari stasiun Rogojampi (sekitar 8 km dari Singojuruh) 3 (tiga) hari sebelum tanggal 21 Juni masing-masing sebesar 42, 19, dan 36 mm. Dengan hujan sebesar itu sebetulnya tidak akan menyebabkan banjir bandang jika tidak ada bendung alami yang jebol. Longsor di hulu DAS Glondong sudah terdeteksi dari Google Earth sejak Juli 2015 dan mencapai puncak longsor pada bulan Nopember 2017. Banjir bandang di Banyuwangi diperkirakan menyebabkan kerugian sebesar Rp. 5 miliar (Saksono, 2018), dengan perincian 1.721 hektar lahan pertanian rusak dan 328 rumah rusak. Biaya untuk mendeteksi bencana banjir bandang relatif cukup murah yaitu dengan cara mendeteksi melalui citra penginderaan jauh (Google Earth) dan memantau aliran sungai serta melakukan identifikasi keberadaan bendung alami. Pencegahan banjir bandang dapat dilakukan dengan mengurangi volume banjir atau menjaga agar tidak terjadi pembendungan. Biaya yang dikeluarkan untuk mendeteksi dini ancaman banjir bandang sangat murah. Instansi yang berwenang dapat mengakses citra google Earth terbaru secara periodic sedangkan masyarakat diberikan penyuluhan tentang tanda-tanda akan terjadinya banjir bandang.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126423285","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEMETAAN PARTISIPATIF BATAS NAGARI PILUBANG Studi Kasus Nagari Pilubang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat","authors":"Isnatun Khasanah, Rahmat Alfian","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.939","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.939","url":null,"abstract":"Nagari Pilubang merupakan salah satu desa adat yang ada di Sumatera Barat. Nagari Pilubang termasuk dalam Nagari yang ada di dalam Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman. Nagari Pilubang berbatasan dengan beberapa Nagari dan Kecamatan lain, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Nagari Kuranji Hilir, di sebelah timur berbatasan dengan Nagari Kuranji Hulu, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Campago. Nagari Pilubang belum memiliki peta batas wilayah yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemerintahan Nagarinya. Untuk mendukung kegiatan pemerintahan Nagari Pilubang maka diperlukan kejelasan batas administrasi, sehingga perlu dibuat peta administrasi Nagari Pilubang agar tidak terjadi konflik ke depannya. Proses penentuan batas Nagari menggunakan metode partisipatif dan kartometrik, yaitu pemetaan secara partisipatif melibatkan masyarakat dalam penetapan batas Nagari dan orientasi penarikan garis batas dilakukan secara kartometrik di atas peta kerja. Data yang digunakan adalah data citra Landsat 8 tahun 2017 yang digunakan untuk identifikasi batas Nagari Pilubang, Peta administrasi Kabupaten Padang Pariaman yang digunakan sebagai data pendukung dalam penetapan batas, dan data koordinat GPS geodetik yang diambil langsung di lapangan. Pemetaan partisipatif ini menghasilkan peta batas wilayah Nagari Pilubang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Panjang batas segmen Nagari adalah 32.160,91 meter dengan panjang segmen batas alam 26.847,64 meter dan panjang segmen batas buatan 5.313,27 meter. Luas wilayah Nagari Pilubang adalah 2.700,33 Ha","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126549363","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMODELAN JALUR ALTERNATIF PEMBUANGAN LUMPUR SIDOARJO","authors":"Fonna Maulidyah, Nurul Khakhim","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1008","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1008","url":null,"abstract":"Lumpur Sidoarjo hingga kini masih menyembur dan mengalir di Sungai Porong untuk dibuang ke laut. Pembuangan lumpur menyebabkan pencemaran, sedimentasi, dan pendangkalan sehingga kecepatan aliran sungai semakin menurun. Jalur alternatif pembuangan lumpur yang terbuat dari pipa dapat menjadi solusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan citra penginderaan jauh dalam mengidentifikasi kriteria, memanfaatkan sistem informasi geografis untuk mengolah kriteria, dan menyajikan jalur alternatif pembuangan lumpur secara spasial. \u0000Metode yang digunakan adalah Differential Interferometry Synthetic Aperture Radar (DInSAR), Maximum Likelihood Classification (MLC), Analytical Hierarchy Process (AHP), dan Least-cost Path Analysis (LCPA). Jalur alternatif terbentuk atas kriteria kemiringan lereng dari citra DSM ALOS Palsar, penurunan tanah dari sepasang citra Sentinel-1A melalui DInSAR, dan penggunaan lahan dari citra Sentinel-2A melalui MLC. Bobot kriteria diperoleh dari AHP untuk digunakan dalam metode LCPA. \u0000Seluruh citra mampu mengidentifikasi kriteria, sehingga kriteria dapat diolah untuk memodelkan jalur alternatif pembuangan lumpur Sidoarjo. Ketelitian kemiringan lereng adalah 4,15 meter, penurunan tanah adalah 0,0239 cm, dan penggunaan lahan ialah 86,67%. Kriteria yang paling diperhatikan secara berurutan ialah kemiringan lereng (69%), penurunan tanah (16%), dan penggunaan lahan (15%). Diantara tiga jalur alternatif yang terbentuk, jalur 1 paling direkomendasikan karena sebagian besar segmennya melewati area dengan kemiringan lereng <2° dan kecepatan penurunan tanah -10 s/d 0 cm/tahun, meskipun sebagian besar segmen jalur melewati wilayah perairan. Akurasi jalur 1 yang telah diperhalus terhadap jalur hasil vektorisasi mencapai 95,89%.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133942217","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dhiaz Putri Desesctasari, Muhammad Asyam Yanuar, Siti Kurniawati, Bitta Pigawati
{"title":"EVALUASI LAHAN TERBANGUN BERDASARKAN POTENSI RAWAN BENCANA BANJIR (Studi Kasus di Kota Semarang, Jawa Tengah)","authors":"Dhiaz Putri Desesctasari, Muhammad Asyam Yanuar, Siti Kurniawati, Bitta Pigawati","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.976","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.976","url":null,"abstract":"Eksploitasi besar - besaran pada sumber daya alam dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengalihfungsikan penggunaan lahan hutan menjadi non-hutan. Perubahan terhadap penggunaan lahan yang berlebihan mengakibatkan daya serap tanah tidak dapat bekerja secara maksimal. Hal inilah yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan sehinggamemicu munculnya bencana yang salah satunya adalah banjir. Dalam satu abad terakhir, banjir merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia ditinjau dari frekuensinya tercatat 108 kali atau 33,3% dari seluruh peristiwa bencana penting yaitu 324 kejadian. Fenomena diatas sebagian besar terjadi di kota padat penduduk di Indonesia tak terkecuali Kota Semarang. Kota Semarang tumbuh sebagai kota besar di Provinsi Jawa Tengah dan menjadi tujuan urbanisasi bagi masyarakat desa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi rencana lahan terbangun terhadap daerah rawan banjir di Kota Semarang yang diidentifikasi dari beberapa faktor yang mempengaruhinya menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Adapun data yang digunakan yaitu citra Landsat 8, DEM serta data fisik alam Kota Semarang lainnya untuk dilakukan analisis SIG berupa: 1.Klasifikasi terbimbing; 2.Slope; 3.Komposit Citra; 4.Buffer; 5.Weighted Overlay; serta 6.Skoring dan Pembobotan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Semarang memiliki beberapa pelanggaran terkait pembangunan lahan terbangun. Hal tersebut dikarenakan peningkatan terhadap permintaan lahan permukiman seiring dengan bertumbuhnya jumlah penduduk Kota Semarang dan harga lahan yang semakin mahal, mengakibatkan masyarakat berpenghasilan rendah lebih memilih membangun rumah di lokasi dekat tempat bekerja ataupun lahan yang merupakan kawasan lindung dan sempadan.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"82 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133974850","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENENTUAN DAERAH POTENSIAL BUDIDAYA RUMPUT LAUT KAPPAPHYCUS ALVAREZII DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR","authors":"Marianus Filipe Logo, N. C. Perbani, B. Priyono","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1059","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1059","url":null,"abstract":"Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan penghasil rumput laut kappaphycus alvarezii kedua terbesar di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2016). Oleh karena itu diperlukan zonasi daerah potensial budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii untuk pengembangan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah yang potensial untuk budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii di Provinsi NTT berdasarkan parameter sea surface temperature (SST), salinitas, kedalaman, arus, dissolved oxygen (DO), nitrat, fosfat, klorofil-a, dan muara sungai. Penentuan kesesuaian lokasi budidaya dilakukan dengan memberikan bobot dan skor bagi setiap parameter untuk budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii menggunakan sistem informasi geografis melalui overlay peta tematik setiap parameter. Dari penelitian ini diperoleh bahwa kadar nitrat, arus, kedalaman, dan lokasi muara sungai menjadi parameter penentu utama. Jarak maksimum dari bibir pantai adalah sekitar 10 km. Potensial budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii ditemukan di Pulau Flores bagian barat, kepulauan di Kabupaten Flores Timur dan Alor, selatan Pulau Sumba, Pulau Rote, dan Teluk Kupang.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134352009","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH DAERAH SAROLANGUN DAN SEKITARNYA, PROVINSI JAMBI SEBAGAI DASAR ASPEK KEBENCANAAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH","authors":"H. Purnomo","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1015","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1015","url":null,"abstract":"Dalam penyusunan tata ruang dan perencanaan wilayah seringkali menimbulkan permasalahan di kemudian hari diantaranya rusaknya lahan dan infrastruktur yang disebabkan oleh bencana, salah satunya adalah bencana gerakan tanah. Penyusunan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah (PZKGT) daerah Sarolangun, Provinsi Jambibertujuan agar peta tersebut diharapkan dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk memberikan informasi kebencanaan dalam perencanaan dan pengembangan wilayah di daerah tersebut. Lokasi pemetaan mencakup sebagian Kab. Sarolangun, Kab. Merangin, Kab. Lebong, Kab. Musi Rawas Utara dan Kota Sarolangun, Provinsi Jambi. Secara geografis terletak pada koordinat 102°00’ -102°45’ BT dan 02°15’ - 03°00’ LS, dengan luas ±6948 km2. Pembuatan PZKGT daerah ini digunakan 3 (tiga) cara, yaitu : cara tidak langsung (statistik), cara langsung (heuristik) dan gabungan.Berdasarkan hasil analisis gabungan (statistik dan langsung), daerah Sarolangun dan sekitarnya dapat dibagi 4 (empat) zona kerentanan gerakan tanah, yaituZona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah; Rendah; Menengah dan Tinggi. Pada masing-masing zona kerentanan gerakan tanah tersebut mempunyai kondisi dan karakteristik kebencanaan tersendiri, sehingga dapat dipergunakan sebagai data dasar dalam penataan ruang dan pengembangan wilayah daerah tersebut yang berbasis bencana.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132809776","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN PANTAI PARANGTRITIS DAN PANTAI KUWARU, YOGYAKARTA","authors":"I. Noviyanti","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.990","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.990","url":null,"abstract":"Pantai Parangtritis dan Pantai Kuwaru di Kabupaten Bantul DIY memiliki potensi sebagai obyek wisata alam yang dari tahun ke tahun semakin terlihat pengembangan pengelolaannya. Berada pada lokasi yang strategis dengan jarak tidak lebih dari 30 km dari pusat kota menjadikan kedua pantai ini menjadi salah satu kawasan tujuan wisata di DIY. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung potensi nilai ekonomi kawasan kedua pantai tersebut menggunakan metode valuasi ekonomi Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method kemudian disajikan dalam bentuk peta. Dengan demikian dapat dikaji seberapa besar keinginan seseorang untuk memberikan nilai fungsi ekonomi kawasan yang kemudian akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya. Variabel yang digunakan adalah data primer hasil wawancara dan kuesioner terhadap pengunjung/masyarakat sekitar pantai dengan jumlah sampel 944 orang (parangtritis) dan 974 orang (kuwaru). Data yang diperoleh untuk formulir TCM terdiri dari frekuensi kunjungan, transportation cost, umur, pendidikan, pendapatan, lama kunjungan, alternatif lokasi tujuan, dan jumlah rombongan. Untuk formulir CVM terdiri dari besarnya kontribusi yang ingin diberikan (WTP), nilai keberadaan, umur, pendidikan, jumlah keluarga, pendapatan, manfaat, kepentingan, konversi, dan partisipasi. Asumsi penilaian ekonomi kawasan didasarkan pada tingkat korelasi antar variabel, yang menghasilkan nilai aset kawasan yang dikaji. Berdasarkan hasil perhitungan bahwa nilai ekonomi kawasan Pantai Parangtritis sebesar Rp. 9.480.212.788.860,- dari area seluas 22 hektar dan Pantai Kuwaru sebesar Rp. 1.346.179.710.900,- dari area seluas 5,5 hektar. Nilai ekonomi kawasan Pantai Parangtritis sangat besar dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain banyaknya jumlah pengunjung pada tiap tahunnya, adanya gumuk pasir yang merupakan satu-satunya di dunia, banyak pengunjung dari luar daerah/luar pulau, sehingga transportation cost yang dikeluarkan cukup besar.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125201263","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}