{"title":"APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMODELAN JALUR ALTERNATIF PEMBUANGAN LUMPUR SIDOARJO","authors":"Fonna Maulidyah, Nurul Khakhim","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1008","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Lumpur Sidoarjo hingga kini masih menyembur dan mengalir di Sungai Porong untuk dibuang ke laut. Pembuangan lumpur menyebabkan pencemaran, sedimentasi, dan pendangkalan sehingga kecepatan aliran sungai semakin menurun. Jalur alternatif pembuangan lumpur yang terbuat dari pipa dapat menjadi solusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan citra penginderaan jauh dalam mengidentifikasi kriteria, memanfaatkan sistem informasi geografis untuk mengolah kriteria, dan menyajikan jalur alternatif pembuangan lumpur secara spasial. \nMetode yang digunakan adalah Differential Interferometry Synthetic Aperture Radar (DInSAR), Maximum Likelihood Classification (MLC), Analytical Hierarchy Process (AHP), dan Least-cost Path Analysis (LCPA). Jalur alternatif terbentuk atas kriteria kemiringan lereng dari citra DSM ALOS Palsar, penurunan tanah dari sepasang citra Sentinel-1A melalui DInSAR, dan penggunaan lahan dari citra Sentinel-2A melalui MLC. Bobot kriteria diperoleh dari AHP untuk digunakan dalam metode LCPA. \nSeluruh citra mampu mengidentifikasi kriteria, sehingga kriteria dapat diolah untuk memodelkan jalur alternatif pembuangan lumpur Sidoarjo. Ketelitian kemiringan lereng adalah 4,15 meter, penurunan tanah adalah 0,0239 cm, dan penggunaan lahan ialah 86,67%. Kriteria yang paling diperhatikan secara berurutan ialah kemiringan lereng (69%), penurunan tanah (16%), dan penggunaan lahan (15%). Diantara tiga jalur alternatif yang terbentuk, jalur 1 paling direkomendasikan karena sebagian besar segmennya melewati area dengan kemiringan lereng <2° dan kecepatan penurunan tanah -10 s/d 0 cm/tahun, meskipun sebagian besar segmen jalur melewati wilayah perairan. Akurasi jalur 1 yang telah diperhalus terhadap jalur hasil vektorisasi mencapai 95,89%.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Seminar Nasional Geomatika","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1008","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Lumpur Sidoarjo hingga kini masih menyembur dan mengalir di Sungai Porong untuk dibuang ke laut. Pembuangan lumpur menyebabkan pencemaran, sedimentasi, dan pendangkalan sehingga kecepatan aliran sungai semakin menurun. Jalur alternatif pembuangan lumpur yang terbuat dari pipa dapat menjadi solusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan citra penginderaan jauh dalam mengidentifikasi kriteria, memanfaatkan sistem informasi geografis untuk mengolah kriteria, dan menyajikan jalur alternatif pembuangan lumpur secara spasial.
Metode yang digunakan adalah Differential Interferometry Synthetic Aperture Radar (DInSAR), Maximum Likelihood Classification (MLC), Analytical Hierarchy Process (AHP), dan Least-cost Path Analysis (LCPA). Jalur alternatif terbentuk atas kriteria kemiringan lereng dari citra DSM ALOS Palsar, penurunan tanah dari sepasang citra Sentinel-1A melalui DInSAR, dan penggunaan lahan dari citra Sentinel-2A melalui MLC. Bobot kriteria diperoleh dari AHP untuk digunakan dalam metode LCPA.
Seluruh citra mampu mengidentifikasi kriteria, sehingga kriteria dapat diolah untuk memodelkan jalur alternatif pembuangan lumpur Sidoarjo. Ketelitian kemiringan lereng adalah 4,15 meter, penurunan tanah adalah 0,0239 cm, dan penggunaan lahan ialah 86,67%. Kriteria yang paling diperhatikan secara berurutan ialah kemiringan lereng (69%), penurunan tanah (16%), dan penggunaan lahan (15%). Diantara tiga jalur alternatif yang terbentuk, jalur 1 paling direkomendasikan karena sebagian besar segmennya melewati area dengan kemiringan lereng <2° dan kecepatan penurunan tanah -10 s/d 0 cm/tahun, meskipun sebagian besar segmen jalur melewati wilayah perairan. Akurasi jalur 1 yang telah diperhalus terhadap jalur hasil vektorisasi mencapai 95,89%.