JURNAL WALENNAE最新文献

筛选
英文 中文
THE EXISTENCE OF BOJONGMENJE TEMPLE: THE COLLAPSE OF TARUMANEGARA KINGDOM AND THE ESTABLISHMENT OF SUNDA KINGDOM (VIII-X CENTURY) 博宗门寺的存在:塔鲁曼尼迦王国的崩溃和巽他王国的建立(8 - 10世纪)
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-06-25 DOI: 10.24832/wln.v19i1.426
Anas Anwar Nasirin, Dade Mahzuni
{"title":"THE EXISTENCE OF BOJONGMENJE TEMPLE: THE COLLAPSE OF TARUMANEGARA KINGDOM AND THE ESTABLISHMENT OF SUNDA KINGDOM (VIII-X CENTURY)","authors":"Anas Anwar Nasirin, Dade Mahzuni","doi":"10.24832/wln.v19i1.426","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i1.426","url":null,"abstract":"Candi Bojongmenje merupakan salah satu artefak sejarah Jawa Barat. Publikasi seputar Candi Bojongmenje tidak banyak dibandingkan candi-candi lainnya di Pulau Jawa karena literatur yang membahas candi ini masih sedikit. Candi Bojongmenje ditemukan pada 2002 di Kampung Bojongmenje, Desa Cangkuang, Rancaekek, Kabupaten Bandung. Keberadaan candi ini diketahui sejak abad VIII M terkait erat dengan keruntuhan Kerajaan Tarumanegara dan berdirinya Kerajaan Sunda. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji eksistensi Candi Bojongmenje sejak abad VIII M pasca runtuhnya Kerajaan Tarumanegara pada abad VII M dan berdirinya Kerajaan Sunda Abad X M. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, dimana penulis melakukan proses Heuristik, Kritik, Interpretasi dan menyajikan hasil penelitian dalam bentuk Historiografi. Hasil penelitian membuktikan, keberadaan Candi Batujaya sejak abad VII M menjadi bukti runtuhnya Kerajaan Tarumanegara pasca penyerbuan Jayasana dari Kerajaan Sriwijaya dan sempat eksisnya kebudayaan Budha di tanah Sunda. Keberadaan Candi Bojongmenje sejak abad VIII M menjadi bukti masih eksisnya kebudayaan Tarumanegara di daerah pedalaman pasca penyerbuan Sriwijaya yang menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Sunda pada abad X M.\u0000 \u0000Bojongmenje Temple is one of the artefacts of west Java history. The publication of Bojongmenje Temple is not much compared to other temples in Java Island because the literature that discusses this temple is still small. Bojongmenje Temple was found in 2002 in Kampung Bojongmenje Cangkuang Village, Rancaekek, Bandung Regency. The existence of this temple is closely related to the collapse of tarumanegara kingdom in the VIIth century AD and the establishment of sunda kingdom in the X century M. The purpose of this research is to examine the cause of the construction of Bojongmenje Temple in the 8th century AD after the collapse of tarumanegara kingdom in the VII century AD and then the establishment of sunda kingdom in century X M. This research uses historical methods, where the author conducts heuristic process, criticism, interpretation and presents the results of this study in the form of Historiography. The results prove, the existence of Batujaya Temple in the 7th century AD became the cause of the collapse of tarumanegara kingdom after the invasion of Jayasana from Srivijaya Kingdom and the existence of Buddhist culture in sundanese land. Keberadaan Bojongmenje Temple in the 8th century AD became evidence of the existence of Tarumanegara culture in the hinterland after the invasion of Srivijaya which became the forerunner of the establishment of the Sunda Kingdom in the X century AD.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129372724","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
ANCIENT SETTLEMENT INDICATIONS IN LUWU REGENCY, SOUTH SULAWESI 南苏拉威西岛卢乌摄政的古代定居迹象
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2020-06-15 DOI: 10.24832/wln.v18i1.391
Bernadeta Bernadeta Apriastuti Kuswarini Wardaning
{"title":"ANCIENT SETTLEMENT INDICATIONS IN LUWU REGENCY, SOUTH SULAWESI","authors":"Bernadeta Bernadeta Apriastuti Kuswarini Wardaning","doi":"10.24832/wln.v18i1.391","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v18i1.391","url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan menjelaskan sejumlah data arkeologi, tradisi dan lingkungan okupasi manusia di Kabupaten Luwu. Metode pengumpulan data dilakukan dengan survei dan ekskavasi. Survei menjaring sejumlah data yang ditemukan di permukaan dengan menitikberatkan pada aspek bentuk dan jenis artefaktual (seperti gerabah, artefak batu, atau monumen megalitik). Dalam pelaksanaannya ditemukan empat situs terkonsentrasi di atas bukit, yaitu Bukit Lebani, Bukit Cakke Awo, Bukit Malela, dan Bukit Lebani. Kegiatan ekskavasi dilakukan di Bukit Lebani yang memiliki tingkat variabilitas cukup tinggi dibanding situs-situs yang lainnya. Hasil identifikasi temuan pada situs Bukit Lebani, terdapat tiga jenistemuan yakni, batu berlubang, fragmen gerabah, dan lumpang batu. Batu berlubang ditemukan tersebar dan hampir merata di daerah-daerah datar di puncak bukit, digunakan sebagai tempat penampungan air untuk kebutuhan pemukim di atas bukit. Periode pertama dihuni oleh sekelompok manusia yang dipimpin oleh “kepala suku” bernama Pong Diwero sebelum abad ke-18 M. Pada periode berikutnya, yaitu awal abad ke-19 pemukiman terkonsentrasi di daerah lereng-lereng bukit. Pada periode ini puncak Bukit Lebani tetap menjadi sentrum bagi terlaksananya acara ritual/upacara oleh manusia pendukungnya. Data etnografi menjelaskan bahwa masyarakat yang bermukim di sekitarnya melakukan ritual di atas puncak Bukit Lebani setiap selesai musim panen.\u0000The aim of this paper is to explain a number of archeological data, traditions and human occupational environments in Luwu Regency. The data collection methods consist of survey and excavation. The surveys carried out indicate a number of surface data, focusing on the shape and type aspects of artifacts (such as pottery, stone artefacts, or megalithic monuments). In the implementation we find four sites concentrated on the hill, named Bukit Lebani, Bukit Cakke Awo, Bukit Malela, and Bukit Balubu. Excavations are carried out at Bukit Lebani which has a high level of artifact variability compared to the other sites. The results of the artifacts identification of Bukit Lebani site have determined three types of artifacts known as hollow stones, pottery fragments, and stone mortars. Hollow stone is found scattered and almost distributed evenly in flat areas on the hilltop, used as a water reservoir for the needs of settlers on the hill. According to local oral tradition, Bukit Lebani is inhabited by a group of people led by a \"tribal chief\" named Pong Diwero before the 18th century. In the following century, settlements are concentrated on hillsides. In this period, the peak of Bukit Lebani remains as a center for the implementation of rituals / ceremonies. Ethnographic data explain that the people who live around the sites perform rituals at the top of Bukit Lebani after harvest season is through.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131677147","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
THE DUTCH COLONIAL TRAIL NORTHEAST OF BONTHAIN BAY 邦塞恩湾东北部的荷兰殖民小道
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2020-06-15 DOI: 10.24832/wln.v18i1.407
Hasrianti, S. Mansyur
{"title":"THE DUTCH COLONIAL TRAIL NORTHEAST OF BONTHAIN BAY","authors":"Hasrianti, S. Mansyur","doi":"10.24832/wln.v18i1.407","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v18i1.407","url":null,"abstract":"Kebanyakan penelitian arkeologi di Bantaeng berfokus pada kajian prasejarah dan sedikit yangmengkaji periode setelahnya, terutama masa kolonial. Bantaeng dalam historiografi masa kolonial dikenal dengan nama Bonthain, sebuah daerah di timur laut Teluk Bonthain. Di daerah tersebut pemerintah kolonial Belanda mendirikan bangunan-bangunan yang jejak keberadaannya masih dapat dilacak. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran eksplanatif mengenai jejak-jejak arkeologis pemerintahan kolonial Belanda di Bantaeng. Data dalam tulisan ini terdiri dari data utama dan data pendukung. Data utama berupa data artefaktual bangunan masa kolonial Belanda bersumber dari survei Balai Arkeologi Sulawesi Selatan tahun 2017, sedangkan data pendukung seperti peta dan foto lama, catatan perjalanan, dan referensi terkait diperoleh dari berbagai sumber. Metode menggunakan teknik observasi, wawancara, kajian pustaka, dan eksplanasi. Tulisan ini memberi kesimpulan bangunan-bangunan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda didirikan di antara Sungai TangngaTangnga dan Sungai Calendu tidak jauh dari pesisir teluk. Bangunan-bangunan didirikan untuk aktivitas pemerintahan, peribadatan, pendidikan, pelayanan publik, hunian, dan pemakaman.\u0000Most archaeological research in Bantaeng has focused on prehistoric studies and few have examined the period afterwards, especially the colonial period. Bantaeng in colonial history is known as Bonthain, an area in the northeast of Bonthain Bay. In that area the Dutch colonial government erected buildings whose traces of existence could still be traced. This paper aims to provide an explanatory description of the archaeological traces of the Dutch colonial government in Bantaeng. The data in this paper consists of main data and supporting data. The main data in the form of artifactual data on Dutch colonial buildings were sourced from the 2017 South Sulawesi Archaeological Center survey, while supporting data such as old maps and photographs, travel notes, and related references were obtained from various sources. The method uses techniques of observation, interviews, literature review, and explanation. This paper concludes that the buildings of the Dutch colonial government were erected between the Tangnga-Tangnga River and the Calendu River not far from the bay coast. Buildings were erected for government, worship, education, public service, occupancy, and funeral activities.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124943968","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
PERKERETAAPIAN MASA KOLONIAL BELANDA DI WILAYAH INDRAMAYU: PEMETAAN JALUR DAN BUKTI TINGGALAN ARKEOLOGIS
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2019-12-05 DOI: 10.24832/wln.v17i2.388
Revi Mainaki, I. Hermawan
{"title":"PERKERETAAPIAN MASA KOLONIAL BELANDA DI WILAYAH INDRAMAYU: PEMETAAN JALUR DAN BUKTI TINGGALAN ARKEOLOGIS","authors":"Revi Mainaki, I. Hermawan","doi":"10.24832/wln.v17i2.388","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v17i2.388","url":null,"abstract":"The development of railways in Indonesia is related to the exploration and exploitation of the Dutch Colonial Government. This mode of transportation is used for the transport of agricultural commodities so that a compilation of enforced planting politics is enforced. Indramayu is one of the areas on the island of North Java which is traversed by the construction of this route, so it has archaeological remains, everything related to trains or is called railways. This remains a fact and basis in colonial history. The difficulty of preserving the railroad relics in the Indramayu Region is difficult to find and approve. Through qualitative and exploratory methods, this study further discusses railways that have archaeological values on the track built by the Dutch colonial government, namely (1) the non-active Jatibarang - Indramayu railway line; (2) Jatibarang - Karangampel non-active train line; (3) Haurgeulis - Arjawinangun Lane which is an active route at this time. Data collected through literature studies, documentation studies, observations collected by interviews. The results showed some relics in this region which are found in several districts namely Jatibarang, Karangampel, Haurgeulis Districts and along the Jatibarang-Indramayu, Jatibarang-Karangampel and Jatibarang-Arjawinangun subdistricts. Also around the former station Kadokangabus Station, Terisi and Telagasari. Besides that, it was located in the center of Cimanuk economic activity during the colonial period. Perkembangan kereta api di Indonesia, terkait dengan eksplorasi dan eksploitasi Pemerintah Kolonial Belanda. Mode transportasi ini digunakan untuk pengangkutan komoditas pertanian, sehingga menguat ketika diberlakukannya politik tanam paksa. Indramayu adalah salah satu wilayah di Utara Pulau Jawa yang dilalui oleh pembangunan jalur ini, sehingga memiliki tinggalan arkeologis, segala sesuatu yang berhubungan dengan kereta api atau disebut dengan perkretaapian. Tinggalan tersebut menjadi fakta dan dasar dalam mengidentifikasi sejarah masa kolonial. Kurangnya kesadaran pelestarian tinggalan perkretaapian di Wilayah Indramayu, membuatnya sulit dicari dan di identifikasi. Melalui pendekatan kualitatif dan metode eksploratif, penelitian ini mengidentifikasi tinggalan perkeretaapian yang memiliki nilai arkeologis di jalur yang dibangun pemerintah kolonial belanda yakni jalur (1) Jalur kereta api non aktif Jatibarang – Indramayu; (2) Jalur kereta api non aktif Jatibarang – Karangampel; (3) Jalur Haurgeulis – Arjawinangun yang merupakan jalur aktif saat ini. Data dikumpulkan melalui studi literatur, studi dokumentasi, observasi yang diperkuat oleh wawancara. Hasil penelitian menunjukan beberapa peninggalan di wilayah ini yang terdapat di beberapa kecamatan yakni Kecamatan Jatibarang, Karangampel, Haurgeulis serta di sepanjang jalur penelusuran Jatibarang-Indramayu, Jatibarang-Karangampel dan Jatibarang-Arjawinangun. Juga di sekitar bekas stasiun Stasiun Kadokangabus, Terisi dan Telagas","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127610798","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
PEMAKNAAN ARSITEKTUR VILA YULIANA DI SOPPENG, SULAWESI SELATAN DENGAN ANALISIS SEMIOTIKA 南苏拉威西省索彭的朱利亚纳别墅建筑的充气与符形学分析
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2019-07-04 DOI: 10.24832/WLN.V17I1.375
Hasrianti Hasrianti
{"title":"PEMAKNAAN ARSITEKTUR VILA YULIANA DI SOPPENG, SULAWESI SELATAN DENGAN ANALISIS SEMIOTIKA","authors":"Hasrianti Hasrianti","doi":"10.24832/WLN.V17I1.375","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/WLN.V17I1.375","url":null,"abstract":"The object of the research is the Vila Yuliana colonial building in Soppeng Regency.This paper aim is to find out the meaning of the location of Vila Yuliana and the using of local architecture in Vila Yuliana. The method research that was used is an induktive qualitative method. Data analysis used a semiotic approach. The research phase beginned with a survey and ended with interpretation of the data. The analysis result show that the Vila Yuliana’s architectural elements is have some symbolic value. Not only to get an interesting view of the location, with any reason it is also to combine elements of colonial architecture with local architecture. On the contrary, Vila Yuliana contained political messages, especially to show the dominance of the power of the Dutch Indian government. Objek penelitian adalah bangunan kolonial Vila Yuliana di Kabupaten Soppeng. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui makna dibalik keletakan Vila Yuliana dan penggunaan arsitektur lokal pada Vila Yuliana. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif induktif. Analisis data menggunakan pendekatan semiotika. Tahap penelitian diawali dengan survei dan berakhir dengan interpretasi data. Hasil analisis menunjukkan unsur-unsur arsitektur bangunan Vila Yuliana memiliki nilai simbolik. Bukan hanya sekedar untuk mendapatkan pemandangan menarik dari keletakannya, juga bukan tanpa alasan memadukan unsur arsitektur kolonial dengan arsitektur lokal. Dibalik hal itu, Vila Yuliana mengandung pesan politis, terutama untuk menunjukkan dominasi kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127515381","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
TATA KOTA PAREPARE PERIODE KOLONIAL BELANDA 荷兰殖民时期帕雷帕尔的规划
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2019-07-04 DOI: 10.24832/WLN.V17I1.372
M. Muhajir, M. Nur
{"title":"TATA KOTA PAREPARE PERIODE KOLONIAL BELANDA","authors":"M. Muhajir, M. Nur","doi":"10.24832/WLN.V17I1.372","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/WLN.V17I1.372","url":null,"abstract":"The focus of this research is the port city of Parepare in the Dutch Colonial period. The problem posed is how the form of urban planning and the factors that influence the form of the city of Parepare in the Dutch Colonial period. The method used is the determination of the dimensions of Colonial buildings based on inscriptions, texts and interviews. Mapping of building layout and road network as well as analysis of building functions, urban space organizations, and analysis of the factors forming city spatial planning are also carried out. The results of the study indicate that the city planning of Parepare consists of three zones. The first zone is the core of the city occupied by the Dutch government as the center of government. The second zone is the Chinatown area, intended for economic activities. The third zone is for indigenous settlements. The shape of the city extends from north to south following the coastline. The road network in the city center has a grid pattern. The dominant factor affecting the shape of the city of Parepare is geopolitical and security factors, to maintain the conduciveness of the western coastal region of South Sulawesi.Fokus penelitian ini adalah Kota pelabuhan Parepare pada periode Kolonial Belanda. Permasalahan yang diajukan adalah bagaimana bentuk tata kota dan faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk tata kota Parepare pada periode Kolonial Belanda. Metode yang digunakan adalah penentuan dimensi bangunan Kolonial berdasarkan prasasti, naskah dan hasil wawancara. Pemetaan tata letak bangunan dan jaringan jalan serta analisis fungsi bangunan, organisasi ruang kota, dan analisis faktor pembentuk tata ruang kota juga dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata kota Parepare terdiri dari tiga zona. Zona pertama merupakan inti kota ditempati oleh pemerintah Belanda sebagai pusat pemerintahan. Zona kedua adalah kawasan pecinan, diperuntukkan untuk kegiatan perekonomian. Zona ketiga diperuntukkan untuk pemukiman pribumi. Bentuk kota memanjang dari utara ke selatan mengikuti garis pantai. Jaringan jalan pada pusat kota berpola grid. Faktor yang dominan mempengaruhi bentuk kota Parepare adalah faktor geo-politik dan keamanan, untuk menjaga kondusifnya wilayah pesisir barat Sulawesi Selatan.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"155 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131674518","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
MUSEUM BAWAH AIR M. V. BOELONGAN: SEBUAH GAGASAN PEMBAHARUAN MUSEUM
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2019-07-01 DOI: 10.24832/WLN.V17I1.363
Dwi Kurnia Sandy, Kusumastuti Salma Fitri
{"title":"MUSEUM BAWAH AIR M. V. BOELONGAN: SEBUAH GAGASAN PEMBAHARUAN MUSEUM","authors":"Dwi Kurnia Sandy, Kusumastuti Salma Fitri","doi":"10.24832/WLN.V17I1.363","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/WLN.V17I1.363","url":null,"abstract":"Museum is not only a place for storing various artifacts, but also as a media of learning. However, the current management of museums in Indonesia is still not serving visitors well. Museum is not only located on the land, but there are also underwater museums. The plan of build an underwater museum has been discussed by museum practitioners and academics. Many locations and objects that could be used as underwater museums in Indonesia, one of that is the M.V Boelongan Shipwreck. This ship was sunk by Japanese Army during the Second World War. Nowadays, M.V. Boelongan has been an attractive destination for tourism activities, such as diving. To make it more benefit, not only in economic, but also in education and preservation, build and design this shipwreck as museum is one of the best solution. It could give the chance to everyone to see the shipwreck without diving. This museum should be plan to have a modern design, easier to educate and entertain the visitors, and also to preserve it as a heritage. M.V Boelongan is a part of Indonesian maritime history, the important values should be preserved and published to the public. Selain menjadi tempat penyimpanan berbagai artefak, museum juga menjadi media pembelajaran. Namun, saat ini pengelolaan museum di Indonesia masih kurang melayani pengunjung. Museum terdapat di darat dan di perairan. Isu pembuatan museum bawah air sudah menjadi pembahasan di kalangan pecinta museum. Banyak lokasi dan objek dapat dijadikan museum bawah air di Indonesia, salah satunya adalah Kapal M.V. Boelongan. Keberadaan M.V. Boelongan menjadi sebuah daya tarik pariwisata, diantaranya wisata selam. Pembuatan museum bawah air adalah salah satu alternatif yang dapat memberikan manfaat di bidang ekonomi, pendidikan dan pelestarian. Museum Bawah Air M.V. Boelongan memungkinkan pengunjung yang tidak dapat menyelam tetap dapat menyaksikan keberadaan M.V. Boelongan di bawah air. Museum akan dirancang sesuai dengan perkembangan zaman, baik dari sisi pengelolaan maupun perancangan. Hal ini sejalan dengan paradigma museum yang sejak lama digadang-gadang, yaitu membuat museum yang mengedukasi sekaligus memberikan hiburan bagi pengunjungnya. Selain itu, dengan adanya museum dapat melindungi keberadaan bangkai kapal dan menjadi salah satu cara untuk menjaga kelestarian M.V. Boelongan. M.V Boelongan adalah bagian dari sejarah kemaritiman di Indonesia. Tinggalan budaya materi ini patut dilestarikan dan disampaikan nilai-nilainya","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124579380","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
SIMPANG TIGA ABADI, KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN: JEJAK SUNGAI LAMA DI LAHAN BASAH 南苏门答腊省 Ogan Komering ilir 地区 Simpang Tiga Abadi:湿地中古老河流的痕迹
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2019-07-01 DOI: 10.24832/WLN.V17I1.361
M. F. S. Intan
{"title":"SIMPANG TIGA ABADI, KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN: JEJAK SUNGAI LAMA DI LAHAN BASAH","authors":"M. F. S. Intan","doi":"10.24832/WLN.V17I1.361","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/WLN.V17I1.361","url":null,"abstract":"The east coast of South Sumatra is a wetland area that contains many archaeological remains, one of which is the Simpang Tiga Abadi Site, Simpang Tiga Village, Tulung Selapan District, Ogan Komering Ilir Regency, South Sumatra Province. The problem associated with wetlands in the research area is how the past community reached the Simpang Tiga Abadi site to conduct social relations with the local community. The aim of the study was to determine the geological environmental conditions of the study area, the shape and pattern of old river flows in the Eternal Three Junction area, and the position of the old river towards the Lebong Hitam River or the Lumpur River. In addition to the geological conditions of this site, we also discussed the mapping of old river trails, including the flow patterns and relations between old rivers and rivers that are still flowing at this time. The method applied, is literature review, geological survey, and map analysis. The results of field observations prove that the site landscape includes a terrestrial morphological unit with a slope of 0-2%, and the height of the sea level is 1-7 meters. Deranged flow pattern, periodic river, and adult-old river stage. The composition of this site is swamp sediment, quartz sandstone, and tuff, and lineament as a result of geological structures. The old river reconstruction turned out to flow together with the Lebong Hitam River and Lumpur River. The Simpang Tiga Abadi site is inhabited from the 9th century to the 18th century. Pesisir timur Sumatera Selatan merupakan daerah lahan basah yang banyak mengandung tinggalan kepurbakalaan, salah satunya adalah Situs Simpang Tiga Abadi, Desa Simpang Tiga, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Masalah yang terkait dengan lahan basah di wilayah penelitian, adalah bagaimana masyarakat masa lalu mencapai Situs Simpang Tiga Abadi untuk melakukan hubungan sosial dengan masyarakat setempat. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi lingkungan geologi wilayah penelitian, bentuk dan pola aliran sungai lama di wilayah Simpang Tiga Abadi, dan posisi sungai lama tersebut terhadap Sungai Lebong Hitam atau dengan Sungai Lumpur. Selain kondisi geologi situs ini, dibahas pula tentang pemetaan jejak sungai lama, mencakup pola aliran dan hubungan antara sungai lama dengan sungai-sungai yang masih mengalir saat ini. Metode yang diterapkan, adalah kajian pustaka, survei geologi, dan analisis peta. Hasil pengamatan lapangan membuktikan bahwa bentang alam situs termasuk satuan morfologi dataran dengan kemiringan 0-2%, dan ketinggian dari permukaan air laut adalah 1-7 meter. Berpola aliran deranged, sungai periodis, serta berstadia sungai dewasa-tua. Batuan penyusun situs ini adalah endapan rawa, batupasir kuarsa, dan tufa, serta kelurusan sebagai hasil dari struktur geologi. Rekonstruksi sungai lama ternyata alirannya menyatu dengan Sungai Lebong Hitam dan Sungai Lumpur. Situs Simpang Tiga Abadi dihuni dari abad ","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134255411","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
MISTIFIKASI RITUAL SISTEM PERTANIAN TRADISIONAL MASYARAKAT AJATAPPARENG, SULAWESI SELATAN 南苏拉威西省阿克塔普拉西农业系统的传统仪式被妖魔化了
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2019-07-01 DOI: 10.24832/WLN.V17I1.365
Nani Somba, Syahruddin Mansyur, M. Nur
{"title":"MISTIFIKASI RITUAL SISTEM PERTANIAN TRADISIONAL MASYARAKAT AJATAPPARENG, SULAWESI SELATAN","authors":"Nani Somba, Syahruddin Mansyur, M. Nur","doi":"10.24832/WLN.V17I1.365","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/WLN.V17I1.365","url":null,"abstract":"The Ajatappareng region is known as the most important rice producer in South Sulawesi. Historical sources and archaeological evidence show that agricultural tradition in this region has been going on for at least the 14th century. In that time span, the Ajatappareng community carried out an agricultural system as a system of knowledge passed down from generation to generation. This study aims to obtain a record of knowledge related to the traditional farming system of the Ajatappareng community. It used etnographic method with data collection techniques through in-depth interviews and literature studies. The data obtained illustrates the belief system in the traditional farming system of the Ajatappareng community that has various stages and processes. This belief system is illustrated throught a series of rituals that become an integral part of Ajatappareng community’s agricultural system. In the process, this agricultural system has undergone various changes along with the development of knowledge. The recording of knowledge about agricultural traditions, belief system and the changes that surround them are important given the global trend that promotes sustainable food agriculture management.  Wilayah Ajatappareng dikenal sebagai penghasil beras paling utama di Sulawesi Selatan. Sumber-sumber sejarah dan bukti-bukti arkeologi yang ada menunjukkan bahwa tradisi pertanian di wilayah ini telah berlangsung setidaknya sejak abad ke-14. Sejak itu pula, masyarakat Ajatappareng menjalankan sistem pertanian sebagai pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengetahuan terkait sistem kepercayaan dalam pertanian tradisional masyarakat Ajatappareng. Penelitian menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan diikuti studi literatur. Sistem pertanian tradisional masyarakat Ajatappareng memiliki berbagai tahapan dan proses, pengetahuan masyarakat tidak hanya masalah teknis, tetapi juga menyangkut sistem kepercayaan yang diwujudkan melalui rangkaian ritual. Sistem pertanian ini telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan pengetahuan masyarakat. Rekaman pengetahuan tentang tradisi pertanian, sistem kepercayaan, serta perubahan-perubahan yang melingkupinya, menjadi penting mengingat tren global yang mengedepankan pengelolaan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116755089","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
MANGNGADE: CIRI TRADISI MEGALITIK DI DESA WANUAWARU, MALLAWA, MAROS
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2018-12-14 DOI: 10.24832/WLN.V16I2.341
A. Saiful
{"title":"MANGNGADE: CIRI TRADISI MEGALITIK DI DESA WANUAWARU, MALLAWA, MAROS","authors":"A. Saiful","doi":"10.24832/WLN.V16I2.341","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/WLN.V16I2.341","url":null,"abstract":"Mangngade or ‘performing custom’ is a common activity in Wanuawaru Village, Mallawa District, Maros Regency, which is conducted in December and January. The problem in this research is how Wanuawaru villagers doing it and how position Manggade to Wanuawaru Villagers. There are three stages during the Mangngade procession namely visiting salo, gathering in Saoraja, and gathering in Bulu Posso. In Mangngade, the community performs prayers related to agriculture to avoid natural disasters, to beg for peace, safety, and success of personal life. The methods of data collection are ethnographic method and archaeological data recording. The results of data recording are then analyzed using concept in megalithic culture. Based on those data, it is finally concluded that Mangngade is the character of a megalithic tradition that is still carried out by the Wanuawaru villagers from generation to generation for confession about their community.Mangngade atau ‘menjalankan adat’ merupakan kegiatan masyarakat di Desa Wanuawaru, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, yang dilakukan pada bulan Desember dan Januari. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu bagaimana proses acara Mangngade dan kedudukannya dalam masyarakat Desa Wanuawaru. Terdapat tiga tahap saat prosesi Mangngade, yaitu mengunjungi salo, berkumpul di Saoraja, dan berkumpul di Bulu Posso. Dalam Mangngade, masyarakat melakukan doa-doa yang berkaitan dengan pertanian, terhindar dari bencana alam, kedamaian, keselamatan dan kesuksesan kehidupan pribadi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu, metode etnografi dan perekaman data arkeologi. Hasil perekaman data kemudian dianalisis dengan menggunakan konsep dalam kebudayaan megalitik. Berdasarkan data tersebut akhirnya disimpulkan bahwa Mangngade merupakan ciri tradisi megalitik yang masih dijalankan masyarakat Desa Wanuawaru secara turun temurun dari leluhurnya dalam membangun pengakuan keberadaan kelompoknya.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128762915","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
相关产品
×
本文献相关产品
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信