JURNAL WALENNAE最新文献

筛选
英文 中文
Osteoarkeologi Rangka Manusia Situs Leang Kado’4, Maros, Sulawesi Selatan
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-11-25 DOI: 10.24832/wln.v19i2.520
Fakhri Fakhri, Delta Bayu Murti, Budianto Hakim Hakim, M. Nur, Akin Duli, Khadijah Tahir Muda Muda
{"title":"Osteoarkeologi Rangka Manusia Situs Leang Kado’4, Maros, Sulawesi Selatan","authors":"Fakhri Fakhri, Delta Bayu Murti, Budianto Hakim Hakim, M. Nur, Akin Duli, Khadijah Tahir Muda Muda","doi":"10.24832/wln.v19i2.520","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i2.520","url":null,"abstract":"Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah uraian osteoarkeologis terkait temuan rangka manusia situs prasejarah Leang Kado‘ 4 di kawasan karst Simbang, Maros, Sulawesi Selatan. Sebagai bagian dari kajian bioarkeologi, uraian ini meliputi penentuan jenis kelamin, usia kematian, rata-rata tinggi badan, afinitas ras, dan jumlah individu minimal yang ada di Situs Leang Kado‘ 4 sebagai bagian aktivitas penguburan. Metode penelitian menerapkan langkah kerja analisis dalam kajian bioarkeologi yang juga diterapkan dalam disiplin antropologi ragawi. Langkah kerja analisis tersebut, meliputi: identifikasi, pengukuran, komparasi, dan penghitungan estimasi jumlah individu minimal dalam sebuah himpunan data.  Penelitian ini berkesimpulan bahwa sisa rangka manusia di situs Leang Kado‘ 4 memiliki kesamaan dengan dua jenis ras manusia, yaitu ras populasi Sahul-Pacific dikenal pula sebagai Australo-Papuan atau Australomelanesoid dan ras populasi Asia atau Mongoloid. Hadirnya data ini diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan rekomendasi kebijakan berwawasan pembangunan karakter budaya bangsa yang mengedepankan kebhinekaan asal usul dengan data temuan rangka manusia.  \u0000 \u0000This research aims to provide an osteoarchaeological analysis of the human skeletons found at the prehistoric site of Leang Kado‘ 4 in Simbang karst area, Maros, South Sulawesi. As a part of bioarchaeological studies, the analysis included the determination of sex, age at death, average height, racial affinity, and the minimum number of individuals at the site as part of the burial activities. The research employed the analytical process that is commonly carried out in bioarchaeological and physical anthropological studies. The analytical process consists of identification, measurement, comparison, and estimation of the minimum number of individuals in a data set.  It is concluded that the human skeletal remains at Leang Kado‘ 4 site share several similarities with two human races, i.e. Sahul-Pacific race also known as Australo-Papuan or Australomelanesoid and Asian or Mongoloid race. It is expected that all this data can be used as a base for developing policies oriented to the development of the national character and culture by emphisizing the diversity of the people’s origins, which is supported by data on human skeletal remains.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128117808","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Pandangan Masyarakat mengenai Keberadaan Tinggalan Arkeologi di Kawasan Kota Lama Gorontalo 人们对古城市戈隆塔洛地区考古学遗迹的看法
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-11-25 DOI: 10.24832/wln.v19i2.519
Irfanuddin Wahid Marzuki, Putra Kamajaya, Nurachman Iriyanto, Ajeng Wulandari
{"title":"Pandangan Masyarakat mengenai Keberadaan Tinggalan Arkeologi di Kawasan Kota Lama Gorontalo","authors":"Irfanuddin Wahid Marzuki, Putra Kamajaya, Nurachman Iriyanto, Ajeng Wulandari","doi":"10.24832/wln.v19i2.519","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i2.519","url":null,"abstract":"Kawasan Kota Lama Gorontalo memiliki banyak tinggalan arkeologi berupa bangunan-bangunan indis dan kolonial, yang saat ini mengalami ancaman karena perkembangan kota dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi masyarakat awam mengenai tinggalan-tinggalan arkeologi di kawasan Kota Lama Gorontalo. Banyaknya bangunan kolonial membuktikan kota Gorontalo telah ada dan berperan penting sejak lama masa kolonial. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan penalaran induktif. Tahap pengumpulan data memadukan antara studi pustaka dan pengamatan lapangan serta wawancara. Selain itu, untuk mendapatkan masukan dari para ahli dilakukan FGD yang melibatkan peneliti dari Balai Arkeologi, BPNB, akademisi, pemerintah daerah, guru, BPCB, dan professional. Hasil penelitian menunjukkan sebagian masyarakat masih ada yang belum mengetahui kawasan Kota Lama, meskipun mereka beraktivitas di kawasan tersebut. Upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai kawasan Kota Lama diperlukan sehingga masyarakat menyadari keberadaan kawasan Kota Lama dan potensi arkeologi yang dimilikinya, pelestarian serta pengembangan kawasan. Stakeholder atau pemangku kepentingan di kawasan Kota Lama Gorontalo dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu; pemain kunci (pemerintah), subjek (pemilik/pemakai), pendukung (akademisi, LSM, budayawan), dan pengikut lain (masyarakat umum). Masing-masing stakeholder (pemangku kepentingan) memiliki fungsi dan peran sendiri-sendiri, sehingga perlu dikoordinasi dan disinergikan agar sesuai dengan tujuan, yaitu pelestarian dan pengelolaan kawasan yang sesuai dengan kondisi sosial budaya Gorontalo. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk kegiatan penelitian ke depan mengenai pengelolaan kawasan baik oleh Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Utara, akademisi, maupun pihak Pemerintah Daerah.\u0000 \u0000Kota Lama Gorontalo has many archaeological remains indis and colonial buildings, which are currently experiencing threats due to urban and economic developments. This study aims to explore the general public's perception of archaeological remains in the Kota Lama Gorontalo. The number of colonial buildings in Gorontalo proves that Gorontalo has existed and played an important role since the long colonial period. This research is descriptive with inductive reasoning. The data collection combines literature study and field observations and interviews. In addition, to get input from experts, an FGD was conducted which involved researchers from the Balai Arkeologi, BPNB, academics, local government, teachers, BPCB, and professionals. The results showed that some people still do not know Kota Lama, even though they are active in this area. Socialization efforts to the public regarding Kota Lama are needed so that people are aware of the existence of Kota Lama and its archaeological potential, preservation and development of the area. Stakeholders in Kota Lama Gorontalo can be grouped into four, namely; key players (government), subjects (owners / users), sup","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124428106","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
INVESTIGATION OF THE EARLY TRACES OF PEPPER TRADING IN BANTEN AREA, WEST JAVA 西爪哇万丹地区早期胡椒贸易痕迹的调查
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-11-25 DOI: 10.24832/wln.v19i2.711
M. Fadillah
{"title":"INVESTIGATION OF THE EARLY TRACES OF PEPPER TRADING IN BANTEN AREA, WEST JAVA","authors":"M. Fadillah","doi":"10.24832/wln.v19i2.711","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i2.711","url":null,"abstract":"Berbagai sumber sejarah menyebutkan bahwa Banten merupakan salah satu pelabuhan lada untuk pasar Asia dan Eropa pada abad ke-17. Namun pecahan keramik dari periode Tang dan Song-Yuan hasil penggalian di situs Banten Girang membuktikan bahwa aktivitas perdagangan telah dimulai sejak abad X. Permasalahannya, sejarah awal perkebunan lada belum diketahui dengan jelas, oleh karen itu diperlukan suatu kajian untuk mengetahui tentang perdagangan lada pra-Islam di Banten. Kami melakukan survei di pedalaman Banten yang diduga sebagai lahan perkebunan di masa lalu. Pengamatan lapangan telah menemukan kembali jejak lada yang terhubung ke pelabuhan di pantai utara dan barat. Berdasarkan keterkaitannya dengan peninggalan pra-Islam, lada diduga telah dibudidayakan sejak Milenium pertama Masehi seiring dengan masuknya pedagang India dan China melalui Selat Sunda. Hasil analisis kontekstual terhadap jejak arkeologi dan etnografi, telah memberi gagasan bahwa perdagangan lada telah menjadi penggerak utama perekonomian yang dikendalikan oleh kekuasaan politik pesisir utara Jawa yang mungkin telah dimulai pada masa Tarumanagara dan berkembang pada masa kerajaan Sunda-Banten.\u0000 \u0000Various historical sources state that Banten was one of the pepper ports for the Asian and European markets in the 17th century. Ceramic shards from the Tang and Song-Yuan periods at the Banten Girang site prove that trading activities have started since the 10th century. The problem is, the early history of pepper plantations is unknown, therefore a study is needed to gain knowledge about the pre-Islamic pepper trade in Banten. We conducted a survey in the interior of Banten suspected as plantation land in the past. Field observations have rediscovered traces of pepper connected to ports on the north and west coasts. Based on its association with pre-Islamic remains, pepper was supposed to have been cultivated since the first millennium AD along with the arrival of Indian traders through the Sunda Strait. The results of the contextual analysis on archaeological and ethnographic traces, propose the idea that the pepper trade has become the main driver of the economy controlled by the north coast polities of Java which may have started during the Tarumanagara period and developed during the Sundanese kingdom of Banten.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123365622","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Penggambaran Qilin pada Mimbar Masjid Gedhe Mataram Kotagede: Kajian Arkeologi Seni
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-11-25 DOI: 10.24832/wln.v19i2.494
Naufal Raffi, D. Kumalasari, Sandy Maulana Yusuf
{"title":"Penggambaran Qilin pada Mimbar Masjid Gedhe Mataram Kotagede: Kajian Arkeologi Seni","authors":"Naufal Raffi, D. Kumalasari, Sandy Maulana Yusuf","doi":"10.24832/wln.v19i2.494","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i2.494","url":null,"abstract":"Interaksi antarbudaya dalam kajian arkeologi seni memungkinkan corak budaya tertentu muncul di artefak budaya lain. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui latar belakang kemunculan ornamen figur qilin pada mimbar Masjid Gedhe Mataram Kotagede, beserta teknik penggambaran dan prinsip-prinsip seni yang melekat padanya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif deskriptif dengan pendekatan arkeologi seni dan ikonografi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa ornamen qilin merupakan pemberian dari Sultan Palembang. Ornamen ini menjadi bukti adanya pengaruh Tiongkok di Nusantara. Qilin pada mimbar Masjid Gedhe Mataram Kotagede digambarkan dengan teknik denaturalistis atau stilasi. Penggambaran qilin memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa. Prinsip-prinsip tersebut antara lain kesatuan, keseimbangan, irama, dan kesebandingan simbol. \u0000 \u0000Intercultural interactions, in relation to the study of art archeology, have allowed certain cultural features to appear in other cultural artefacts. The aim of this study was to put forward the reasons behind the appearance of the qilins on the pulpit of the Masjid Gedhe Mataram in Kotagede, along with the depiction techniques and art principles attached to it. The research method used in this study was descriptive qualitative with an art archaeological and iconographical approach. The study indicated that the pulpit was a gift from Sultan of Palembang, demonstrating Chinese influence in this archipelagic nation (Nusantara). The qilins were portrayed using denaturalization or stylized techniques, highlighting the principles of fine art such as unity, balance, rhythm, and proportionality of symbol.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117113164","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Kronologi dan Variabilitas Temuan Situs-Situs Kubur Batu di Pulau Sangihe Bagian Selatan 在Sangihe岛南部发现的石墓遗址的年表和变数
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-11-25 DOI: 10.24832/wln.v19i2.696
Sriwigati Sriwigati, M. F. S. Intan, Nasrullah Azis, Henki Riko, Aisyah Arung Qalam Qalam, Erna Sari Kurata
{"title":"Kronologi dan Variabilitas Temuan Situs-Situs Kubur Batu di Pulau Sangihe Bagian Selatan","authors":"Sriwigati Sriwigati, M. F. S. Intan, Nasrullah Azis, Henki Riko, Aisyah Arung Qalam Qalam, Erna Sari Kurata","doi":"10.24832/wln.v19i2.696","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i2.696","url":null,"abstract":"Kubur batu merupakan tinggalan megalitik yang sangat menonjol di Pulau Sangihe bagian selatan, sampai saat ini tercatat di 45 lokasi situs, 2 lokasi sumber bahan, dan jumlah kubur batu 699. Variabilitas temuan lainnya yang konteks dengan kubur batu, ditemukan pada saat survei yakni fragmen tembikar, keramik dan logam. Tulisan ini akan mengetengahkan tentang analisis laboratoris temuan tembikar, keramik dan logam tersebut. Kajian data berdasarkan penelitian survei dan ekskavasi dan kemudian dilanjutkan dengan analisis laboratoris melalui uji XRF dan sayatan tipis untuk temuan fragmen tembikar dan logam. Tembikar yang ditemukan berupa tembikar polos dengan bentuk wadah berupa periuk dan mangkuk. Berdasarkan analisis laboratorium dapat diketahui tembikar dari Pulau Sangihe kemungkinan merupakan tembikar produksi lokal.Analisis keramik diketahui berasal dari Cina, Cina Selatan, Eropa, dan Jepang. Kronologi keramik hasil penelitian dari abad ke 15–19 Masehi.\u0000 \u0000Stone graves are prominent megalithic remains in the southern part of Sangihe Island. They are distributed in 45 site locations and 2 material source locations. The number of the stone graves is 699. Pottery, ceramic and metal fragments in the same context as the stone graves were found during the survey. This article will report the results of a laboratory analysis of the pottery, ceramic and metal findings. The data collected during the survey and excavation underwent a laboratory analysis. The pottery and metal fragments were tested by using the XRF technique and the thin section method. The pottery fragments found are plain pots and bowls. Based on the laboratory analysis, it is supposed that the pottery found in Sangihe Islands was locally produced. The analysis indicates that the ceramic fragments originated in China, South China, Europe and Japan. Chronologically, the ceramic fragments originated in the 15th-19th centuries.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"83 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133033289","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Perbandingan Morfologi Nisan Arca pada Kompleks Makam Islam di Wilayah Etnik Makassar
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-11-25 DOI: 10.24832/wln.v19i2.508
N. Purnamasari, Makmur Makmur
{"title":"Perbandingan Morfologi Nisan Arca pada Kompleks Makam Islam di Wilayah Etnik Makassar","authors":"N. Purnamasari, Makmur Makmur","doi":"10.24832/wln.v19i2.508","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i2.508","url":null,"abstract":"Nisan arca merupakan tipe nisan yang memiliki bentuk menyerupai manusia. Nisan arca adalah bentuk kontinuitas dari sebuah produk budaya yang dikenal dengan sebutan arca megalitik, yang bertransformasi menjadi nisan arca pada masa peradaban Islam di Sulawesi Selatan. Penelitian ini sendiri dilakukan sebagai upaya untuk menelusuri nisan arca pada wilayah Etnik Makassar yang ditemukan pada delapan kompleks makam Islam yang tersebar di Kabupaten Bantaeng, Jeneponto dan Maros. Metode yang digunakan yaitu metode desk study yaitu penelusuran data awal terkait nisan arca di wilayah Etnik Makassar, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan. Setelah seluruh data terkumpul dilakukan proses analisis. Tahapan analisis dilakukan dengan proses klasifikasi data terhadap seluruh nisan arca untuk menentukan morfologi masing-masing. Sehingga diperoleh informasi bahwa nisan arca di wilayah Etnik Makassar terdiri atas beberapa variasi bentuk yang berbeda. Variasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan kondisi etnografi, lingkungan dan sistem pengetahuan masyarakat setempat, serta periode pembuatan nisan arca itu sendiri.  \u0000 \u0000Statue tombstones are a type of tombstones that resemble human beings. Statue tombstones are a form of the continuity of cultural products known as megalithic statues, which were transformed into statue tombstones during the Islamic era in South Sulawesi. This research was conducted to investigate the statue tombstones found in eight Islamic tomb complexes in Makassar Ethnic Areas in Bantaeng Regency, Jeneponto Regency, and Maros Regency. The desk study method was used to explore preliminary data related to the statue tombstones found in Makassar Ethnic Areas. Then, field data collection was carried out. The analysis process was carried out after all the required data had been collected. The analysis was carried out by classifying the data on the statue tombstones to determine their morphological features. Results of the analysis show that the statue tombstones have varied forms. The variety was influenced by several factors, namely the ethnographic conditions, environments and knowledge systems of the local communities, and the periods in which the statue tombstones were made.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"71 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124868443","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
WOOD COFFINS IN SELAYAR AND THEIR COUNTERPARTS IN SEVERAL REGIONS IN THE PROVINCES OF SOUTH SULAWESI AND SOUTHEAST SULAWESI 木棺材在塞拉亚和他们的同行在苏拉威西省南部和东南部的几个地区
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-06-30 DOI: 10.24832/wln.v19i1.509
Bernadeta Akw
{"title":"WOOD COFFINS IN SELAYAR AND THEIR COUNTERPARTS IN SEVERAL REGIONS IN THE PROVINCES OF SOUTH SULAWESI AND SOUTHEAST SULAWESI","authors":"Bernadeta Akw","doi":"10.24832/wln.v19i1.509","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i1.509","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi wadah kubur kayu yang diletakkan di gua-gua di Kepulauan Selayar dan perbandingannya dengan beberapa daerah di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Dalam pencapaiannya, selain diuraikan bentuk-bentuk wadah kubur kayu di gua-gua Selayar, juga dilakukan deskripsi temuan sejenis di Bulukumba, Enrekang, Toraja (Sulawesi Selatan) dan Kolaka Utara (Sulawesi Tenggara). Metode yang digunakan adalah studi literatur (desk study), yaitu mencari dan menghimpun berbagai referensi berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan disertai analisis bentuk, sebaran dan etnografi serta pembuatan peta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi wadah kubur kayu baik di pesisir maupun di pedalaman Sulawesi Selatan terdapat di Selayar, Bulukumba, Enrekang dan Toraja. Demikian pula di Sulawesi Tenggara wadah kubur kayu ditemukan di gua-gua khususnya di daerah Kolaka Utara. Dari data literatur menunjukkan wadah kubur kayu berawal di Toraja sekitar abad ke-8 M dan mengalami perkembangan pada abad ke-12 dan ke-13 Masehi. Kontinuitas tradisi itu masih berlangsung di Toraja yang merupakan daerah pegunungan yang secara geografis cukup terisolir sehingga lambat dalam memperoleh perubahan budaya pada masa-masa tertentu. Secara etnografis, wadah kubur kayu yang digunakan oleh sebagian masyarakat Toraja sekarang memiliki perbedaan secara tipologis. Berbeda dengan Enrekang, meskipun terletak pada topografi perbukitan dan pegunungan, namun masyarakatnya tidak lagi menggunakan wadah kubur kayu disebabkan kuatnya pengaruh agama Islam.\u0000 \u0000This research aims to establish the distribution of wood coffins placed in caves in Selayar Islands and their counterparts in several regions in South Sulawesi and Southeast Sulawesi. To meet the aim, the research describes the forms of wood coffins placed in caves in Selayar, Bulukumba, Enrekang, and Toraja (South Sulawesi) and Kolaka Utara (Southeast Sulawesi). The method used was literature study (desk study), which comprises the activities of finding and collecting various references related to the research topic. The collected data were analyzed to find out the forms, distribution and ethnography of wood coffins in those regions. A map of the distribution of wood coffins in the regions was also made. The results of the research show that the distribution of wood coffins in the coastal areas and hinterlands in South Sulawesi is found in Selayar, Bulukumba, Enrekang and Toraja. In Southeast Sulawesi especially in the region of Kolaka Utara, wood coffins are found in caves. The data collected through literature study show that the tradition of using wood coffins started in Toraja around the 8th century and experienced rapid development in the 12th and 13th centuries. Today the tradition is still performed in Toraja. This region is mountainous, so that it did not undergo rapid cultural changes in some certain eras. Ethnographically, the wood coffins now used by some of","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122105918","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
THE IMPLEMENTATION OF MANASARA-SILPASASTRA AS A FACTOR IN THE SELECTION OF THE POSITION OF PETIRTAAN DEREKAN IN THE COMPLEX OF NGEMPON TEMPLE, SEMARANG, CENTRAL JAVA 在爪哇中部三宝朗的ngempon寺庙建筑群中,作为选择petirtaan derekan位置的一个因素,manasara-silpasastra的实施
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-06-29 DOI: 10.24832/wln.v19i1.424
Abednego Andhana Prakosajaya, Hot Marangkup Tumpal Sianipar, Rizal Hendra Pratama
{"title":"THE IMPLEMENTATION OF MANASARA-SILPASASTRA AS A FACTOR IN THE SELECTION OF THE POSITION OF PETIRTAAN DEREKAN IN THE COMPLEX OF NGEMPON TEMPLE, SEMARANG, CENTRAL JAVA","authors":"Abednego Andhana Prakosajaya, Hot Marangkup Tumpal Sianipar, Rizal Hendra Pratama","doi":"10.24832/wln.v19i1.424","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i1.424","url":null,"abstract":"Terdapat beberapa petirtaan di Jawa Tengah yang merupakan bagian integral dari sebuah candi. Fenomena ini dapat dilihat pada tata ruang Candi Ngempon yang terletak tidak jauh dari Petirtaan Derekan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan kitab Manasara-Silpasastra yang memengaruhi tata letak petirtaan dengan suatu candi sebagai satu bagian integral. Penelitian ini dilakukan dengan analisis data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka dan wawancara. Data sekunder tersebut kemudian menjadi dasar dilakukannya crosscheck dengan melakukan pengamatan lapangan. Dari metode tersebut diperoleh kesimpulan bahwa tata ruang Pechaka dalam Manasara[1]Silpasastra diduga menjadi dasar pemilihan letak Candi Ngempon yang berada di sisi timur laut Petirtaan Derekan sehingga menunjukan adanya penerapan kitab Manasara-Silpasastra dalam kasus ini\u0000 \u0000There are several petirtaans or bathing structures in Central Java that become an integral part of a temple complex. Such a phenomenon can be seen in the layout of Ngempon Temple and Petirtaan Derekan which are located close to each other. This research aims to analyze the implementation of the book of Manasara-Silpasastra in the layout of Petirtaan Derekan and Ngempon Temple as an integrated whole. The research was carried out by analyzing secondary data obtained from a literature review and interviews. The secondary data were corroborated with data obtained from field observations. Results of the analysis indicate that the layout of Pechaka in Manasara-Silpasastra might become the basis for the positioning of Ngempon Temple at the northeast of Petirtaan Derekan. This shows that the book of Manasara-Silpasastra might be implemented in the layout of the complex of Ngempon temple.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122170876","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
GEOLOGI DAN SUMBER BAHAN BATUAN SITUS CANDI SIRIH, KABUPATEN SUKOHARJO, PROVINSI JAWA TENGAH
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-06-25 DOI: 10.24832/wln.v19i1.436
F. Intan
{"title":"GEOLOGI DAN SUMBER BAHAN BATUAN SITUS CANDI SIRIH, KABUPATEN SUKOHARJO, PROVINSI JAWA TENGAH","authors":"F. Intan","doi":"10.24832/wln.v19i1.436","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i1.436","url":null,"abstract":"Candi Sirih merupakan tinggalan budaya dari masa Hindu-Buddha, yang masih cukup lengkap yang terbuat dari batuan tufa, sehingga dianggap sebagai candi yang tidak umum di Pulau Jawa karena menggunakan batuan yang bukan andesit. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini, yang mencakup bahan batuan candi dan kondisi geologi secara umum. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah pemetaan geologi untuk mengetahui gambaran keadaan lingkungan alam yang mencakup morfologi, litologi, struktur geologi, dan menentukan lokasi pengambilan sumber bahan batuan untuk pembangunan candi. Metode penelitian diawali dengan kajian pustaka, survei, dan dilanjutkan dengan analisis petrologi, dan interpretasi data. Hasil pengamatan lingkungan memberikan informasi tentang bentang alam yang termasuk pada satuan morfologi dataran, dan satuan morfologi bergelombang lemah. Pola pengeringan permukaan dendritik, radial, dan rektangular, stadia sungai dewasa-tua, dan sungai periodik/permanen. Batuan penyusun adalah aluvial, dan satuan batuan tufa serta struktur geologi berupa sesar normal. Penentuan lokasi bahan batuan tufa (kasar. halus, berlapis) dan serpih untuk pembangungan Candi Sirih berasal dari lingkungan sekitarnya dalam radius 3,5 kilometer bujursangkar.\u0000 \u0000Sirih Temple is a cultural heritage from the Hindu-Buddhist era, which is still quite complete, made of tufa rock, so it is considered an unusual temple in Java because it uses non-andesite rocks. This is the main problem in this study, which includes the material of the temple rock and geological conditions in general. The purpose and objective of this research is geological mapping to determine the description of the state of the natural environment which includes morphology, lithology, geological structure, and determining the location of the source of rock material for the construction of the temple. The research method begins with a literature review, survey, and is followed by petrological analysis and data interpretation. The results of environmental observations provide information about the landscape that is included in the morphological units of the plains, and the weak wavy morphological units. Drying patterns of dendritic, radial, and rectangular surfaces, mature-old river stage, and periodic/permanent river. The constituent rocks are alluvial, and the tuff rock units and the geological structure are normal faults. The location of the tuff (coarse, fine, layered) and shale materials for the Sirih Temple construction came from the surrounding environment in a radius of 3.5 square kilometers.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"84 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123335409","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
MENGIDENTIFIKASI JEJAK HINDU KUNO DI KAWASAN MENARA KUDUS JAWA TENGAH 在爪哇中部的圣塔区发现了古代印度教的痕迹
JURNAL WALENNAE Pub Date : 2021-06-25 DOI: 10.24832/wln.v19i1.432
M. Rosyid
{"title":"MENGIDENTIFIKASI JEJAK HINDU KUNO DI KAWASAN MENARA KUDUS JAWA TENGAH","authors":"M. Rosyid","doi":"10.24832/wln.v19i1.432","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/wln.v19i1.432","url":null,"abstract":"Tujuan ditulisnya artikel ini untuk mengidentifikasi jejak Hindu Kuno di Kawasan Menara Kudus Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah deskriptif analitik yakni cara mendeskripsikan dan menganalisa data berupa bangunan kuno berupa Menara Masjid Al-Aqsha, Makara/Kalla, dan dua gapura (kori) di Masjid al-Aqsha. Riset ini mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasi data berdasarkan observasi danliteratur. Hasilnya,kondisi benda cagar budaya yang menyerupai peninggalan Hindu di Kawasan Menara Kudus(1) Menara hasil renovasi erakolonial tahun 1880, 1913, 1933, dan oleh BPCB Jawa Tengah tahun 1980, 2011, 2013, dan 2014.Kondisinya kini tidak lagi asli karya masa lalu tapi bentuknya tetap utuh, 80 persen hasil renovasi BPCB Jawa Tengah akibat Menara mengalami kerusakan diterpa hujan, cuaca/iklim/angin, dan getaran akibat pengguna jalan di depan Menara yakni mobil dan sepeda motor.Rekomendasi BPCB Jawa Tengah sejak tahun 2018 mobil umum dilarang melintas jalan di depan Menara oleh Pemda Kudus hingga kini, (2) dua gapura (kori) di serambi dan di dalam Masjid Menara Kudus kondisinya baik dan utuh, dan (3) kala/makara posisinya ada di tempat wudlu.Untuk merawat kesinambungan Kawasan Kauman Menara Kudus agar lestari, Pemda Kudus perlu mencanangkannya sebagai kota pusaka.\u0000 \u0000This article identifying the Kuno Hindu Trail in Region Kudus Minaret Central Java. This research data were descriptive analysis a by interview, participatory observation, and literature review. Data collection was analyzed using a qualitative descriptive approach. Data collection was observationand literature. Research result, condition culture reserve relic Hindu in Kudus Minaret (1) minaret, renovation colonial era in the year of 1880, 1913, 1933 and BPCB Central Java 0f 1980, 2911, 2013, and 2014. The condition is now not original after renovation although the shape is still intact. The minaret is damaged because get rained on, weather, vibration due to the car. The recomanded BPCB until 2018 the car prohibited from passing in front of minaret, (2) two gate (kori) in the masque al-Aqsha good condition and intact, (3) kala/makara in ablution place. To preserve holy government Kudus need to schedule the city heritage.","PeriodicalId":269396,"journal":{"name":"JURNAL WALENNAE","volume":"27 12","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132737456","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
相关产品
×
本文献相关产品
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信