{"title":"Proses Perubahan Perilaku Berhenti Merokok: Studi Kualitatif Mengenai Motif, Dukungan Sosial dan Mekanisme Coping","authors":"La Ode Reskiaddin, S. Supriyati","doi":"10.47034/ppk.v3i1.4142","DOIUrl":"https://doi.org/10.47034/ppk.v3i1.4142","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Tingginya jumlah perokok sebenarnya juga diiringi dengan tingginya keinginan untuk berhenti merokok, namun tidak semua berhasil berhenti merokok.Tujuan. untuk menggali peran motivasi, dukungan sosial, mekanisme coping dalam upaya berhenti merokok.Metode. Penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian fenomonologi. Teknik snowball sampling dan rekrutmen via whatsapp digunakan untuk mendapatkan informan, dan dipilih menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam kapada 18 orang yang terdiri dari 5 orang (1 perempuan 4 laki-laki) yang sudah berhenti merokok 6 bulan sampai 2 tahun, 4 orang yang sedang berhenti merokok (<6 bulan) dan 9 orang sebagai significant others. Keabsahan data melalui triangulasi, member checking dan peer debrieving. Hasil. Faktor sosial merupakan penyebab yang mendominasi untuk merokok. Motif kesehatan adalah motif utama untuk berhenti merokok. Dukungan untuk berhenti merokok diantaranya dukungan secara emosional dan instrumental.Kesimpulan. Perokok berhenti merokok karena motif kesehatan seperti ingin lebih sehat. Motif non kesehatan diantaranya haram dan pengeluaran membeli rokok lebih banyak dari kebutuhan untuk makan. Coping kognitif seperti mensugesti diri melalui perubahan mindset sebagai salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan perilaku merokok. Dukungan sosial hanya sebagai penguat atau moderator. Coping merupakan pengendali utama dalam berhenti merokok. Dukungan sosial sebagai moderator dalam proses berhenti merokok. ABSTRACTIntroduction. A high number of smokers aligned with smoking cessation eagerness, but not all succeed.Objective. to explore the motive, social support and coping mechanism for smoking cessationMethods. Qualitative research with phenomenology research design. We did the snowball sampling technique and participants’ recruitment via WhatsApp and Purposive sampling. 18 in-depth interviews consisted of 5 participants (1 woman and 4 men) who quit smoking within the past 6 months to 2 years, 4 participants who are quitting smoking (<6 months) and 9 people as significant others. Data validation was through triangulation, member checking and peer debriefing.Results. Social factors are the dominant cause of smoking. Health motives are the main motives for quitting smoking. Support for quitting smoking includes emotional and instrumental support Conclusion. Smokers’ motivations to quit due to health reasons such as a better level of health. Non-health reasons are religious prohibition (haram) and cigarette expenses higher than primary (food) expenditure. Research also found cognitive coping such as personal suggestion through mindset change, is one of the strategies to control smoking behavior. Social support as a booster or moderator. Coping is the primary controller in smoking cessation. It’s strengthened by personal willingness. Social support acted a moderator. ","PeriodicalId":233536,"journal":{"name":"Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132799639","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
P. Sari, Solihin Sayuti, M. Ridwan, La Ode Rekiaddin, Anisa Anisa
{"title":"Hubungan antara Pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS)","authors":"P. Sari, Solihin Sayuti, M. Ridwan, La Ode Rekiaddin, Anisa Anisa","doi":"10.47034/ppk.v2i2.4132","DOIUrl":"https://doi.org/10.47034/ppk.v2i2.4132","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang. Data WHO tahun 2018 menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kasus kanker payudara, yakni 58.256 kasus dari total 348.809 kasus kanker. Kanker payudara sebagai penyakit yang berisiko diderita perempuan. Perlu dilakukan upaya deteksi dini dengan SADARI.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita PUS di Kelurahan Bram Itam Kiri Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.Metode.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini melibatkan 93 responden yang dipilih dengan teknik Proporsionate Stratified Random Sampling untuk diwawancarai. Analisis data menggunakan chi-square.Hasil. Sebanyak 34,4% responden memiliki perilaku SADARI tidak baik. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku SADARI. Dukungan petugas kesehatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku SADARI.Kesimpulan. Pemahaman responden tentang SADARI masih rendah dan ada hubungan pengetahuan dengan perilaku pemeriksan payudara sendiri (SADARI). ABSTRACTBackground. According to WHO in 2018, most cancer cases in Indonesia are breast cancer cases, with 58,256 cases out of a total of 348,809 cancer cases. Breast cancer is a disease that is at risk for women. Early detection efforts with BSE should be initiated.Objective. This study aims to determine the relationship between knowledge and support of health workers with breast self-examination behavior (BSE) on women with PUS in Bram Itam Kiri Village, Bram Itam District, Tanjung Jabung Barat Regency.Method. This research was a quantitative study with a cross-sectional design. This study involved 93 respondents who were selected using a proportional stratified random sampling technique to be interviewed. Data analysis using chi-square.Results. As many as 34.4% of respondents had bad BSE behavior. There is a significant relationship between knowledge and BSE behavior. Support from health workers did not have a significant relationship with BSE behavior.Conclusion. Respondents' understanding of BSE is still low and there is a relationship between knowledge and breast self-examination behavior (BSE).","PeriodicalId":233536,"journal":{"name":"Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior","volume":"50 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120894867","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Efektivitas Audio-Visual Dangers of Smoking dalam Meningkatkan Pengetahuan, Efikasi Diri dan Sikap Remaja di SMP Negeri 32 Kota Samarinda","authors":"Alma Feriyanti, Ismail Ab, Riza Hayati Ifroh","doi":"10.47034/ppk.v2i2.4182","DOIUrl":"https://doi.org/10.47034/ppk.v2i2.4182","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang. Berdasarkan Riskesdas (2018), prevalensi perokok usia ≥10 tahun di Indonesia yaitu sebesar 28,8% dan usia perokok 10-18 tahun mengalami peningkatan dari 7,2% menjadi 9,1%.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas video ceramah dengan alat peraga Dangers of Smoking dalam meningkatkan pengetahuan, efikasi diri dan sikap bahaya merokok.Metode. Penelitian ini menggunakan pra-eksperimental dengan desain one group pre-test-post-test. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Uji statistik pada variabel pengetahuan menggunakan Wilcoxon Signed Rank dan variabel efikasi diri dan sikap menggunakan paired t-test.Hasil. Pengetahuan menunjukkan bahwa nilai p-value (0,000) < 0,05 terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi video ceramah bahaya merokok, efikasi diri dan sikap menunjukkan nilai p-value (0,023) dan (0,019) < 0,05 terdapat perbedaan efikasi diri dan sikap sebelum dan sesudah dilakukan intervensi video ceramah bahaya merokok.Kesimpulan. Terdapat pengaruh metode video ceramah terhadap peningkatan pengetahuan, efikasi diri dan sikap bahaya merokok pada siswa.Kata Kunci: audio-visual, merokok, pengetahuan, efikasi diri, sikapABSTRACT Background. Indonesian Basic Health Research (2018) shown that the prevalence smoker aged ≥10 years old it was 28.8% and smoker between 10-18 years old increased from 7.2% to 9.1%.Objective. The objective of this study is to analyze the effectiveness of lecture videos with teaching aids the dangers of smoking to increase knowledge, self-efficacy and negative attitude towards smoking to adolescent. Method. This study used pre-experimental research with one group pre-test-post-test design. Statistical result of knowledge by Wilcoxon signed-rank test and Statistical result of self-efficacy and attitude by paired t-test.Result. Knowledge variables shown that p-value (0.000) < 0.05. There was a difference in the result of adolescent knowledge before and after intervention lecture videos on the dangers of smoking. Self-efficacy and attitude variable showed that p-value (0,023) and (0,019) < 0,05. There was a difference between the result of adolescent self-efficacy and attitude before and after intervention lecture videos the dangers of smoking.Conclusion. Lecture videos with teaching aid \"dangers of smoking\" are effective in improving student knowledge, self-efficacy, and attitude towards the dangers of smoking.","PeriodicalId":233536,"journal":{"name":"Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior","volume":"136 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131873636","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Determinan Pemilihan Implan Pada Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Medan Petisah","authors":"Ayu Amalia Rahmi, E. Hadi","doi":"10.47034/ppk.v2i2.4144","DOIUrl":"https://doi.org/10.47034/ppk.v2i2.4144","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang. Penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari 265.015.300 orang pada tahun 2018 menjadi 268.074.600 orang pada tahun 2019. Pemerintah membuat program untuk mengintervensi masalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali yaitu program keluarga berencana (KB). Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dengan implan menjadi salah satu alat kontrasepsi unggulan dari BKKBN.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perilaku pemilihan implan dan determinannya.Metode. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan survei analitik cross sectional. Sampel 85 akseptor dari 560 dipilih dengan menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square.Hasil. Sebanyak 11.8% responden menggunakan metode implan. 71.8% responden memiliki pengetahuan kurang, 65.9% responden bersikap negatif, 83.5% responden menilai peran petugas kesehatan masih kurang dan 67.1% responden yang tidak mendapatkan dukungan suami. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, peran petugas kesehatan, dan dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi implan, sedangkan sikap menunjukkan tidak ada hubungan dengan pemilihan konstrasepsi implan.Kesimpulan. Ada hubungan antara variabel pengetahuan, peran tenaga kesehatan, dan dukungan suami dengan pemilihan Implan pada responden. ABSTRACTBackground. Indonesia's population has increased from 265,015.3 million in 2018 to 268,074.6 million in 2019. The government has created a program to intervene in the problem of uncontrolled population growth, namely the family planning (KB) program which is promoted and effective is the Long-Term Contraception Method (MKJP) with implants is one of the superior contraceptives of the BKKBN. Objective. This study aimed to to see the selection of implants and their determinations. Method. This study used a quantitative study with cross sectional analytic survey method. Sample of 85 acceptors from 560 were selected using simple random sampling. Data collection was carried out through interviews using a questionnaire. Data were analyzed by univariate and bivariate using chi-square test. Results. Study found 11.8% of respondents used the implant method. 71.8% respondents have less knowledge, 65.9% of respondents have a negative attitude, 83.5% of respondents think that the role of health workers is still lacking, and 67.1% of respondents did not get support from their husbands. The results of the bivariate analysis showed that there was a relationship between knowledge, the role of health workers, and husband's support with the choice of implant contraception, while attitudes showed no relationship with the choice of implant contraception.Conclusion. Knowledge variables, the role of health workers, and husband's support was related with the choice of implants in respondents.","PeriodicalId":233536,"journal":{"name":"Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior","volume":"116 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122916141","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Gambaran Perilaku Pencegahan HIV Pada Pasangan Serodiskordan dan Serokonkordan Di Yayasan Grapiks Bekasi Tahun 2020","authors":"Ravinka Ayundra Putri, Rita Damayanti","doi":"10.47034/ppk.v2i2.4141","DOIUrl":"https://doi.org/10.47034/ppk.v2i2.4141","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang. Pencegahan HIV pada pasangan serodiskordan dan serokonkordan berkaitan dengan perilaku yang berfokus pada pandangan dan keyakinan individu. Penelitian tentang HIV menemukan bahwa sebanyak 25% ditularkan oleh pasangannya yang positif HIV.Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku pencegahan HIV pada pasangan serodiskordan dan serokonkordan di Yayasan Grapiks Bekasi.Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam melalui WhatsApp call.Hasil. Sebagian besar pasangan serodiskordan dan semua pasangan serokonkordan konsisten menggunakan kondom dan keduanya patuh mengkonsumsi obat ARV. Semua ODHA mengungkapkan status kepada pasangannya tetapi hanya sebagian yang mengungkapkan kepada keluarganya. Pola relasi suami istri pada pasangan serodiskordan adalah head complement, sedangkan pasangan serokonkordan yaitu head complement dan senior junior partner. Pasangan serodiskordan menerima konsekuensi, sedangkan pasangan serokonkordan berharap tidak parah. Pasangan serodiskordan memiliki persepsi manfaat yang rendah dan persepsi hambatan yang tinggi daripada pasangan serokonkordan. Kedua pasangan mendapatkan informasi kurang mendalam tentang penyakit HIV/AIDS dari tenaga kesehatan.Kesimpulan. Terdapat perbedaan perilaku pencegahan HIV pada pasangan serodiskordan dan serokonkordan di Yayasan Grapiks Bekasi. ABSTRACTBackground. HIV prevention in serodiscordant and seroconcordant couples are concerned with behaviors that focus on individual views and beliefs. Studies found that 25% were transmitted by partners who were HIV positive. Objective. This research aims to determine the description of HIV prevention behavior in serodiscordant and seroconcordant couples at the Bekasi Grapiks Foundation.Methods. This study used a case study design with a qualitative approach. Data collection by in-depth interviews via WhatsApp call.Results. Most serodiscordant and all seroconcordant partners consistently used condoms and both partners adhered to taking ARV drugs. All PLWHA disclose their status to their partners but, some disclose to their families. The relationship pattern in serodiscordant couples is the head complement, while seroconcordant couples are head complement and senior junior partner. The serodiscordant partner accepted the consequences, whereas the seroconcordant partner hoped not to be severe. Serodiscordant couples have less benefit and high resistance than seroconcordant couples. Both partners received less in-depth information about HIV/AIDS from health workers.Conclusion. There are differences in HIV prevention behavior between serodiscordant and seroconcordant couples at the Bekasi Grapiks Foundation","PeriodicalId":233536,"journal":{"name":"Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132808461","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Andi Pramesti Ningsih, Suriah Suriah, Muh. Syafar, M. Muis, S. Sukri, M. Abdullah
{"title":"Analisis Sosial Budaya terkait Pernikahan Usia Dini di Kepulauan Selayar","authors":"Andi Pramesti Ningsih, Suriah Suriah, Muh. Syafar, M. Muis, S. Sukri, M. Abdullah","doi":"10.47034/ppk.v2i2.4127","DOIUrl":"https://doi.org/10.47034/ppk.v2i2.4127","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang. Pernikahan di usia dini menimbulkan dampak negatif terhadap remaja baik dalam aspek fisik, psikologis dan biologis. Pernikahan di usia dini sangat erat kaitannya dengan tradisi yang ada di lingkungan masyarakat seperti perjodohan.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sosial budaya terkait pernikahan usia dini di Pulau Selayar.Metode. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Informan terdiri termasuk remaja, orang tua, penyedia kesehatan, dan kepala komunitas. Data dikumpulkan menggunakan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah sesuai dengan tujuan penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan analisis domain.Hasil. Tiga domain utama yang ditemukan dalam penelitian ini terkait pernikahan usia dini adalah: (1) perjodohan merupakan faktor yang mendukung terjadinya pernikahan di usia dini (2) dukungan sosial yang diberikan masyarakat terhadap pernikahan di usia dini karena adanya tradisi perjodohan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat (3) pengetahuan yang dimiliki masyarakat dan remaja masih kurang mengenai dampak pernikahan usia dini.Kesimpulan. Sosial budaya yang ada di masyarakat dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan untuk menurunkan angka pernikahan di usia dini. ABSTRACTBackground. Marriage at an early age has a negative impact on adolescents in physical, psychological, and biological aspects. Marriage at an early age is closely related to traditions in society such as arranged marriage.Objective. This study aimed to to explore the socio-culture related to early marriage on Selayar Island.Method. This study used a qualitative method with a descriptive phenomenology approach. Informants include youth, parents, health providers, and community heads. Data were collected using in-depth interviews and focus group discussions following the research objectives. Data were analyzed using domain analysis.Results. Three main domains found in this study related to early marriage are: (1) arranged marriage is a factor that supports early marriage (2) social support from the community supporting marriage at an early age because of the prevailing arranged marriage tradition in the society (3) the knowledge possessed by the community and adolescents is still lacking about the impact of early marriageConclusion: Social culture in the community can be an approach to reducing early marriage.","PeriodicalId":233536,"journal":{"name":"Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133531355","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}