{"title":"Kesesuaian Lahan Beberapa Jenis Tanaman untuk Perbaikan Kualitas Lahan di Hutan Lindung Sekaroh","authors":"Muhamad Yusup Hidayat, Ridwan Fauzi, Chairil Anwar Siregar","doi":"10.20886/jphka.2021.18.1.13-27","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/jphka.2021.18.1.13-27","url":null,"abstract":"Laju penambahan lahan kritis di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan setiap tahun. Upaya untuk menguranginya dilakukan dengan rehabilitasi hutan dan lahan. Untuk itu diperlukan telaah atas informasi terkait jenis-jenis tanaman yang sesuai, faktor pembatas, kondisi lahan saat ini (aktual) serta metode perbaikannya. Metode penelitian yang diterapkan pada kasus hutan lindung adalah analisis deskriptif, yaitu dengan menerapkan hukum minimum Leibig ( Liebig law ) dalam menentukan faktor pembatas yang akan berdampak pada kelas kesesuaian lahan. Hasil analisis kesesuaian lahan aktual yang diujicobakan menunjukkan bahwa seluruh satuan lahan mahoni ( Swietenia macrophylla ) termasuk pada kelas S3, sedangkan jenis trembesi ( Samanea saman ), jati ( Tectona Grandis ) dan nangka ( Artocarpus heterophyllus ), dua satuan lahannya pada kelas S2 dan dua satuan lahan lainnya pada kelas S3. Tiga jenis unggulan lokal, yaitu durian ( Durio zibethinus ) dan rambutan ( Nephelium lappaceum ), seluruh satuan lahannya termasuk pada kelas S3, sedangkan jenis mangga ( Mangifera indica ) dua satuan lahan tergolong kelas S2 dan dua satuan lahan lainya tergolong kelas S2. Kelas kesesuaian lahan potensial dapat ditingkatkan dengan perbaikan karakterisitik lahan sebesar satu sampai dua tingkat lebih tinggi. Jenis tanaman buah-buahan perlu diprioritaskan karena mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dan nilai ekologis yang tidak kalah dengan jenis tanaman kayu.","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128874016","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
E. N. Ariansyah, P. Pamoengkas, R. A. Fambayun, H. H. Rachmat
{"title":"GROWTH EVALUATION OF RED MERANTI SPECIES IN RESTORATION AREA OF GUNUNG DAHU RESEARCH FOREST, BOGOR","authors":"E. N. Ariansyah, P. Pamoengkas, R. A. Fambayun, H. H. Rachmat","doi":"10.20886/jphka.2020.17.2.191-205","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/jphka.2020.17.2.191-205","url":null,"abstract":"The use of local species for revegetation activities is expected to accelerate the natural regeneration to increase the biodiversity in restoration efforts of disturbed areas. This study used several parameters to observe the growth of 20-years old stand S. pinanga and S. platyclados, including diameter, total tree height, Mean Annual Increment (MAI), % of fruiting trees, Leaf Area Index (LAI), altitude, and slope. The study results were analyzed using one-way variance analysis (ANOVA) and Duncan test with a 95% confidence level. The results showed that S. platyclados significantly had a higher diameter (32.7 cm), height (19.1 m), and mean volume (0.43 m3) compared to S. pinanga. The growth of S. platyclados, which locally known as meranti bukit is strongly supported by conditions in Gunung Dahu Research Forest, which has an altitude of about 800 m.asl. On the other hand, S. pinanga, as lowland species, showed lower growth compared to S. platyclados.","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"371 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124645903","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KOMPOSISI JENIS VEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG GALIAN C DI KHDTK LABANAN, KABUPATEN BERAU","authors":"Muhammad Fajri, R. Garsetiasih","doi":"10.20886/jphka.2019.16.2.101-118","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/jphka.2019.16.2.101-118","url":null,"abstract":"Lahan pasca tambang biasanya mengalami kerusakan setelah berakhir kegiatan penambangan, sehingga dibutuhkan upaya rehabilitasi. Dalam upaya rehabilitasi dibutuhkan data vegetasi awal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai vegetasi yang tumbuh secara alami, tingkat keragaman dan kondisi habitat pada lahan pasca tambang bahan galian C. Penelitian dilakukan di KHDTK Labanan Kabupaten Berau, Kaltim. Pengambilan data vegetasi dilakukan pada tingkat pohon, tiang, pancang, dan semai. Analisis vegetasi menggunakan Indeks Nilai Penting (INP), keragaman menggunakan Indeks Shannon-Wiener, kondisi iklim mikro dianalisis secara deskriptif kuantitatif, kondisi topografi lahan menggunakan software ArcView 10.2. Hasil penelitian menunjukkan tingkat INP tertinggi semai yaitu jenis Leea guineensis G. Don (36,65%), tingkat pancang Piper aduncum (86,23%), tingkat tiang Piper aduncum (90,09%), tingkat pohon Ficus sp (148,29%). Struktur vegetasi jenis pionir yang lengkap dari tingkat semai sampai dengan pohon dengan keragaman yang sedang memberi dampak positif bagi kondisi iklim mikro menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas dan produktifitas tanah pada lahan pasca tambang galian C.","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130117624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. N. Tamalene, Buyung La Payama, Harwani Harwani, S. Hasan
{"title":"KEPADATAN KUSKUS GENUS PHALANGER DAN IDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKANNYA DI PULAU OBI","authors":"M. N. Tamalene, Buyung La Payama, Harwani Harwani, S. Hasan","doi":"10.20886/jphka.2019.16.2.159-171","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/jphka.2019.16.2.159-171","url":null,"abstract":"Indonesia memiliki keanekaragaman fauna yang sangat tinggi. Kuskus merupakan marsupial Australia dari famili Phalangeridae yang penyebarannya cukup luas khususnya di bagian timur Indonesia cukup luas. Penyebaran alami dari spesies ini dapat pula dijumpai di Papua New Guinea dan Australia. Di Maluku utara, terdapat dua genus yaitu genus Phalanger dan Spilocuscus yang dapat ditemukan di Pulau Halmahera, Pulau Bacan, Pulau Obi dan Pulau Morotai. Kuskus yang terdapat di Pulau Obi merupakan P. rothschildi yang terditribusi di tiga pulau yaitu Pulau Obi, Pulau Bisa dan Obi Latu. Jenis kuskus ini ditemukan pada wilayah dengan ketinggian 100 m di atas permukaan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kepadatan populasi kuskus genus Phalanger dan mengidentifikasi tumbuhan pakannya di pulau Obi. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei jalur dengan teknik pengambilan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan ada dua jenis kuskus yang dijumpai di Pulau Obi yaitu kuskus Phalanger rothschildi (endemic dari Pulau Obi) dan kuskus Phalanger ornatus . Kepadatan kuskus di kawasan hutan Desa Jikotamo rata-rata 25 individu/ha. Kuskus mengkonsumsi 16 Jenis tumbuhan sebagai sumber pakan utama. Jenis tumbuhan yang paling disukai yaitu sirih hutan ( Piper aduncum L.), Kersen ( Muntingia calabora L.) dan Awar-awar ( Ficus septica ).","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127825860","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TAMAN RUSA BUMI PATRA INDRAMAYU, JAWA BARAT","authors":"N. Putri, B. Masy’ud, H. Gunawan","doi":"10.20886/JPHKA.2019.16.1.13-24","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHKA.2019.16.1.13-24","url":null,"abstract":"Sari Persepsi masyarakat sekitar merupakan faktor penting dalam pengembangan taman rusa, sehingga menjadi aspek penting untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi umum lokasi penelitian, menganalisis pengetahuan, persepsi dan sikap masyarakat terhadap Taman Rusa Bumi Patra (TRBP), serta menganalisis manfaat TRBP bagi aspek sosial budaya masyarakat. Wawancara dilakukan kepada 150 responden meliputi 60 masyarakat sekitar, 60 siswa SD, dan 30 pengunjung. Masyarakat yang tinggal di dalam perumahan memiliki persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat luar perumahan. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan tingkat pengetahuan, dimana masyarakat perumahan memiliki pengetahuan yang lebih baik pula. Masyarakat Desa Singajaya mendukung keberadaan TRBP, tetapi mereka mengusulkan agar masyarakat diperbolehkan memberi makan rusa dan berjualan di sekitarnya. TRBP memberikan manfaat sebagai wahana rekreasi dan pendidikan konservasi bagi masyarakat.","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126702427","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Citra Ariesta Fauziah, S. B. Rushayati, H. Gunawan
{"title":"KONDISI IKLIM MIKRO DI TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI MEKARSARI KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT","authors":"Citra Ariesta Fauziah, S. B. Rushayati, H. Gunawan","doi":"10.20886/JPHKA.2019.16.1.1-12","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHKA.2019.16.1.1-12","url":null,"abstract":"Sari Taman Keanekaragaman Hayati Mekarsari sebagai ruang terbuka hijau memiliki kemampuan untuk mengatur iklim mikro seperti hutan kota, taman kota, kebun raya, dan arboretum. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi vegetasi dan iklim mikro di Taman Keanekaragaman Hayati Mekarsari. Penelitian ini mengukur suhu, kelembapan, indeks kenyamanan termal, karakteristik pohon, dan indeks luas daun pada setiap plot di lima blok taman, yaitu di luar taman, blok bambu, buah, sumber air, dan rimba. Penelitian dilaksanakan di Taman Kehati Mekarsari pada bulan Mei-Juni 2018. Analisis data dilakukan dengan penghitungan suhu dan kelembapan udara rata-rata harian, indeks kenyamanan, metode ambang batas, dan analisis regresi linear sederhana. Blok bambu memiliki suhu terendah, kelembapan tertinggi, dan dikategorikan sebagai hutan berdasarkan nilai LAI sedangkan blok luar memiliki kondisi yang berlawanan dengan nilai LAI yang diklasifikasikan sebagai lahan tidak bervegetasi. Dalam statistik, penelitian tidak signifikan karena kondisi iklim mikro dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya LAI. Perbedaan faktor-faktor tersebut yang membuat setiap blok memiliki iklim mikro yang berbeda. Hal ini berkaitan erat dengan karakteristik struktural tanaman dan lingkungan sekitarnya. Kondisi iklim mikro di luar Taman Kehati Mekarsari memiliki suhu paling tinggi sehingga blok ini dapat dijadikan prioritas untuk dilakukan penghijauan. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan dengan menambahkan lebih banyak variabel yang memiliki hubungan dengan iklim mikro.","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131360064","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGELOLAAN RUMPUN BAMBU AMPEL (Bambusa vulgaris) MELALUI PERLAKUAN PENJARANGAN PADA POLA AGROFORESTRI","authors":"A. Hani","doi":"10.20886/JPHKA.2019.16.1.91-100","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHKA.2019.16.1.91-100","url":null,"abstract":"Sari Masyarakat di pedesaan memiliki minat yang rendah untuk membudidayakan bambu secara intensif. Budidaya bambu secara intensif dapat dilakukan dengan pola agroforestri sehingga nilai ekonomi menjadi lebih baik yang pada gilirannya akan meningkatkan minat petani untuk menanam bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penjarangan awal terhadap produktivitas rumpun bambu ampel yang ditanam secara agroforestri. Penelitian dilakukan di Desa Sukaharja Kabupaten Ciamis mulai September 2017 sampai Mei 2018 menggunakan metode survei dan eksperimen. Metode survei dilakukan untuk mengetahui kondisi vegetasi di lahan garapan masyarakat yang digunakan untuk penanaman bambu ampel seluas 1 ha. Petak pengamatan berukuran 10 m x 20 m diulang sebanyak dua kali. Uji coba teknik penjarangan bambu menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan: a) tanpa penjarangan (kontrol), b) penjarangan menyisakan 2 batang per rumpun dan c) penjarangan menyisakan 4 batang per rumpun. Penanaman bambu ampel dilakukan pada Bulan Desember tahun 2015 dan dijarangi pada umur 22 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bambu ampel (tinggi dan diameter) meningkat pada setiap generasi yang baru muncul. Penjarangan rumpun bambu dengan menyisakan empat batang bambu per rumpun telah meningkatkan produktivitas rumpun secara nyata. Lima bulan setelah penjarangan diperoleh tiga batang bambu muda dan dua tunas rebung per rumpun.","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114788242","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KUALITAS PERAIRAN, KESUBURAN TANAH DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT DI HUTAN MANGROVE NUSA PENIDA, BALI","authors":"N. Heriyanto, S. Suharti","doi":"10.20886/JPHKA.2019.16.1.25-33","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHKA.2019.16.1.25-33","url":null,"abstract":"Sari Mangrove mempunyai peranan penting diantaranya sebagai perangkap sedimen, penahan ombak, pengikat karbon, penetrasi pencemaran, penahan intrusi air laut dan tempat berkembang biaknya berbagai biota air. Penelitian kualitas perairan, kesuburan tanah dan kandungan logam berat telah dilakukan pada bulan Agustus 2017 di Nusa Penida Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang kualitas air, kesuburan tanah dan kandungan logam berat pada hutan mangrove. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh berupa air, tanah dan daun mangrove yang dipilih secara acak pada lokasi tersebut. Hasil analisis pada kualitas perairan terdiri dari tingkat kekeruhan 7.228,5 mg/l, kebutuhan oksigen biologi (BOD) 157,24 mg/l dan kebutuhan oksigen kimia (COD) 342,72 mg/l. Sementara itu nilai salinitas yaitu 39 permil, temperatur 28°C, pH air 7,5 dan oksigen terlarut (DO) 3,5 mg/l. Kandungan kimia yang ditemukan di perairan lokasi penelitian berupa kandungan nitrat 0,56 mg/l dan kandungan fosfat sebesar 0,209 mg/l yang termasuk kategori tinggi. Nilai lain yang dianalisis yaitu Kapasitas Tukar Kation (KTK) sebesae 6,60 me/100 gram, C/N rasio 23 dan pH tanah 7,9. Kandungan zat pencemar pada tanah di lokasi penelitian tidak ada yang melebihi ambang batas, demikian juga dengan unsur tersebut di daun mangrove.","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128905952","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KONSERVASI DANAU RANU PANE DAN RANU REGULO DI TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU","authors":"R. Sawitri, M. Takandjandji","doi":"10.20886/JPHKA.2019.16.1.35-50","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHKA.2019.16.1.35-50","url":null,"abstract":"Sari Danau di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) adalah kaldera atau kawah raksasa, tetapi intensifikasi pemanfaatan lahan di sekitar danau berupa pemukiman, lahan pertanian dan pariwisata alam berdampak terhadap danau. Penelitian dilakukan di Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo, kawasan TNBTS, Provinsi Jawa Timur, dengan tujuan untuk mengetahui perubahan ekosistem danau dan rekomendasi strategi konservasi. Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis kualitas air (fisik, kimia dan mikrobiologi) dari Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo. Hasil penelitian menemukan bahwa ekosistem Danau Ranu Pane telah tertutupi oleh tumbuhan air jenis ki ambang (Salvinia molesta Mitchell) sekitar 80% yang menyebabkan peningkatan kandungan Biology Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), diikuti penurunan Dissolved Oxygen (DO) dan pH. Danau Ranu Regulo memiliki nilai kesuburan yang lebih tinggi (N/P=16,24) dibandingkan Ranu Pane. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar pihak pengelola kawasan melakukan mitigasi untuk mengurangi risiko pencemaran melalui penyadaran masyarakat dan wisatawan.","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131504835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR HUTAN RAWA GAMBUT TAMAN NASIONAL SEBANGAU, KALIMANTAN TENGAH","authors":"T. Kalima, Denny Denny","doi":"10.20886/JPHKA.2019.16.1.51-72","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHKA.2019.16.1.51-72","url":null,"abstract":"Sari Hutan rawa gambut di banyak tempat umumnya telah mengalami kerusakan akibat aktivitas pembalakan hutan, kebakaran, pembangunan drainase atau kanal dan alih fungsi kawasan menjadi keperuntukan lain. Penelitian bertujuan mengetahui komposisi jenis dan struktur hutan rawa gambut di Danau Punggualas, Taman Nasional (TN) Sebangau, Kalimantan Tengah. Penelitian komposisi jenis dan struktur hutan rawa gambut Danau Punggualas, TN Sebangau, Kalimantan Tengah diamati berdasarkan data dari 40 petak ukur seluas 2,10 ha. Vegetasi diamati dengan menggunakan metode transek. Pengamatan dan pengukuran dilakukan untuk semua tegakan pohon. Hasil penelitian ditemukan 2.253 individu dalam 99 jenis, 77 genus dan 42 suku yang tersebar dalam berbagai kelas diameter. Kerapatan tingkat pohon mencapai 139,41 pohon/ha dan luas bidang dasar 15,53 m²/ha. Tingkat tiang 960 batang/ha dan luas bidang dasar 25,39 m²/ha, tingkat pancang 9.090 batang/ha dan luas bidang dasar 6,42 m²/ha, tingkat semai 91.000 individu/ha. Suku yang mempunyai jumlah jenis terbanyak adalah Myrtaceae, Euphorbiaceae, Sapotaceae, Dipterocarpaceae, dan Lauraceae. Berdasarkan indeks nilai penting (INP), jenis tumbuhan yang mendominasi adalah Diospyros borneensis Hiern. (INP 39,91 %) dan Palaquium xanthochymum (de Vriese) Pierre (INP 32,64 %). Terdapat sebelas jenis tumbuhan yang masuk kategori dilindungi oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dan empat jenis endemik.","PeriodicalId":227416,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117189894","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}