Jurnal VeterinerPub Date : 2022-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.2.217
M. C. Mainassy, W. Manalu, Andri Yanto, Agus Sudrajat, I. B. D. Kapelle, B. Gunadi
{"title":"Suplementasi Analog Kurkumin Dapat Meningkatkan Kinerja Hati Untuk Mendukung Reproduksi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)","authors":"M. C. Mainassy, W. Manalu, Andri Yanto, Agus Sudrajat, I. B. D. Kapelle, B. Gunadi","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.2.217","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.2.217","url":null,"abstract":"Kualitas benih ikan sangat ditentukan oleh deposisi nutrien dalam oosit yang sedang berkembang dan diproduksi oleh hepatosit di bawah kendali hormon estrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peranan suplementasi analog kurkumin dalam meningkatkan kinerja hati untuk mendukung reproduksi ikan nila merah (Oreochromis niloticus). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tujuh perlakuan dan tiga kali ulangan, yaitu P0 (kontrol/0 mg kurkumin), P1 (analog kurkumin dosis 2,4 mg/100 g pakan), P2 (analog kurkumin dosis 4,8 mg/100 g pakan), P3 (tepung kunyit dosis 25 mg/100 g pakan), P4 (tepung kunyit dosis 50 mg/100 g pakan), P5 (kurkumin murni komersial dosis 2,4 mg/100 g pakan), dan P6 (kurkumin murni komersial dosis 4,8 mg/100 g pakan). Tiap ulangan terdiri dari 5 ekor ikan. Parameter yang diamati adalah kadar vitelogenin plasma, DNA, dan RNA jaringan hati, kadar serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), serum glutamic oxaloacetic transaminase(SGOT), malondialdehyde (MDA) dan superoxide dismutase (SOD) pada jaringan hati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi analog kurkumin dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan jaringan hati ikan nila, terbukti dengan peningkatan konsentrasi DNA dan RNA jaringan hati pada kelompok ikan yang diberikan perlakuan. Peningkatan kinerja hati melalui penurunan konsentrasi MDA, SGPT, dan SGOT serta meningkatnya konsentrasi SOD. Suplementasi analog kurkumin dapat meningkatkan kapasitas hati untuk menyintesis vitelogenin yang akan disimpan dalam folikel yang sedang berkembang selama kematangan gonad.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45626376","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal VeterinerPub Date : 2022-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.2.228
Amos Andries Rumsayor, I. Warsono, F. Pattiselanno
{"title":"Morfometri Organ Reproduksi Pademelon Kelam (Thylogale brunii) Jantan","authors":"Amos Andries Rumsayor, I. Warsono, F. Pattiselanno","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.2.228","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.2.228","url":null,"abstract":"Pengetahuan tentang organ reproduksi pademelon kelam jantan sebagai sumber genetik lokal hampir tidak ada. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran dari bagian-bagian organ reproduksi, dan deskripsi fisik (letak, bentuk, warna dan tekstur) bagian-bagian dari organ reproduksi pademelon kelam (Thylogale brunii) jantan. Penelitian ini dilakukan di Kampung Horna, Distrik Manimeri, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Hewan, Fakultas Peternakan Universitas Papua antara bulan September dan Oktober 2017. Tiga organ reproduksi jantan pademelon kelam (T. brunii) digunakan dalam penelitian ini, dan morfologi dari organ reproduksi ini telah dipelajari. Deskripsi fisik antara lain bentuk, letak, warna, dan tekstur organ reproduksi T. brunii jantan pada umumnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan organ jantan marsupial lainnya seperti kanguru dan beberapa walabi jenis lain. Organ reproduksi T. brunii jantan terdiri atas sepasang skrotum bersama epidedimis di dalamnya, sepasang vas deferens, bladder (kantung kemih), kelenjar prostat, sepasang crus penis, sepasang bulbus rethralis, tiga pasang kelenjar cowper, penis, dan kepalapenis (glans penis).","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44517307","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal VeterinerPub Date : 2022-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.2.259
B. Prasetyo, Henry Soehartono, Rahmalia Dini Hanifa
{"title":"Studi Penggunaan Obat Anti Ektoparasit di Salah Satu Klinik Hewan Kota Bogor Tahun 2017 dan 2018","authors":"B. Prasetyo, Henry Soehartono, Rahmalia Dini Hanifa","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.2.259","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.2.259","url":null,"abstract":"Obat antiektoparasit digunakan untuk mengobati infestasi yang disebabkan oleh berbagai jenis ektoparasit. Penggunaan obat ini perlu dievaluasi melalui program evaluasi penggunaan obat (EPO) untuk memastikan penggunaan obat ini secara rasional dan efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas obat anti ektoparasit yang sering digunakan pada kasus infestasi yang disebabkan oleh ektoparasit, yaitu kutu Ctenocephalides felis yang menyebabkan Flea Allergy Dermatitis dan tungau Sarcoptes scabiei pada kucing. Penelitian deskriptif dengan menggunakan catatan rekam medis dari 127 pasien yang mengalami infestasi akibat ektoparasit. Evaluasi penggunaan obat ini dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan data hasil dan literatur. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan obat antiektoparasit pada hewan dengan kasus Flea Allergic Dermatitis sebanyak 20 kali aplikasi 15 kali penggunaan kombinasi Imidacloprid 10% dengan Moxidectin 2,5% dan 5 kali penggunaan anti-ektoparasit Ivermectin, sedangkan pada hewan dengan kasus Scabies digunakan 107 kali; 76 kali penggunaan Ivermectin, 26 kali penggunaan Permethrin 5% dan 5 kali penggunaan kombinasi Imidacloprid 10% dengan Moxidectin 2,5%. Kombinasi Imidacloprid 10% dan Moxidectin 2,5% adalah obat anti-ektoparasit yang paling banyak digunakan untuk mengobati kasus Flea Allergic Dermatitis, sedangkan Ivermectin paling banyak digunakan untuk mengobati kasus Scabies.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45097652","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal VeterinerPub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.130
R. H. B. Setiarto, Nunuk Widhyastuti
{"title":"Kajian Pustaka: Probiotik dan Prebiotik Meningkatkan Imunitas untuk Mencegah Infeksi Virus Covid 19","authors":"R. H. B. Setiarto, Nunuk Widhyastuti","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.130","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.130","url":null,"abstract":"Corona virus disease 2019 (Covid-19) yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome-corona virus 2 (SARS-CoV-2) adalah pandemi global yang sedang berlangsung. Agen SARS-CoV-2 memengaruhi sel-sel epitel saluran pernapasan manusia yang menyebabkan badai sitokin proinflamasi dan peradangan paru-paru secara kronis. Badai sitokin adalah respons inflamasi ofensif akibat infeksi Covid-19 pada beberapa pasien. Badai sitokin ini dapat merusak paru-paru, saluran pencernaan, otak, sistem kardiovaskuler, hati, ginjal, mikrosirkulasi, dan mata. Akibatnya telah sangat banyak pasien yang meninggal setiap hari, berbagai upaya untuk menemukan vaksin dan sediaan obat antivirus khusus saat ini terus dieksplorasi. Mekanisme probiotik, prebiotik, dan diet dengan kekebalan anti-SARS-CoV-2 telah menghadirkan peluang bagi penemuan terapi mikrob untuk mencegah dan mengobati Covid-19. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang tepat dan memadai dapat memberikan manfaat kesehatan bagi saluran pencernaan manusia. Prebiotik adalah bahan pangan selektif yang dibutuhkan oleh mikrob probiotik usus sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan viabilitasnya. Berbagai bukti ilmiah yang muncul mendukung hipotesis bahwa probiotik dan prebiotik berperan sebagai antivirus dan imunomodulator yang dapat meningkatkan sistem imun manusia. Mekanisme prebiotik dalam meningkatkan imunitas untuk melawan Covid-19 adalah dengan mempromosikan pematangan, diferensiasi, dan reproduksi limfosit dan makrofag, mengaktifkan sistem retikulo endotelial, meningkatkan proporsi CD8+ IEL. Mekanisme probiotik dalam meningkatkan imunitas untuk melawan Covid-19 adalah dengan meningkatkan aktivitas sel T (T-supressor, T-helper (CD4+), selsel Natural Killer, meningkatkan nterleukin 10 (IL-10), meningkatkan kapasitas fagositosis selpolimorfonuklear (PMN).","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47597745","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Intensitas Latihan Fisik Ringan-Berat Kurang Memengaruhi Kadar Follicle Stimulating Hormone Serum Mencit Betina","authors":"Anggis Putri Wijayanti, Lili . Herawati, Endyka Erye Frety, Zakiyatul Faizah","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.10","url":null,"abstract":"Latihan fisik dapat menyebabkan perubahan hormonal yang dapat mengakibatkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Tidak teraturnya siklus menstruasi merupakan gejala utama dari gangguan ovulasi. Penyebab paling penting dari gangguan ovulasi adalah penurunan sekresi Gonadothropin Releasing Hormone(GnRH) yang diatur oleh mekanisme sumbu Hipotalamus-Pituitari-Ovarium (HPO) sehingga menyebabkan penurunan sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH). Ganggguan mekanisme sumbu HPO dapat disebabkan oleh latihan fisik yang berat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan efek latihan fisik mulai dari intensitas ringan sampai berat terhadap kadar FSH serum mencit betina. Metode penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian randomized post-test only control group design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 28 ekor mencit betina yang dibagi menjadi empat kelompok dengan teknik simple random sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan fisik intensitas ringan, sedang, dan berat. Variabel terikat adalah kadar FSH serum mencit. Hasil dianalisis menggunakan software SPSS 25 dengan uji one way-Analysis of Variance. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar kadar FSH mencit dengan latihan fisik ringan, sedang dan berat. Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan efek latihan fisik intensitas ringan, sedang, dan berat terhadap kadar FSH serum mencit betina.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49385938","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal VeterinerPub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.99
Virgilius Martin Kelake Kedang, A. Esfandiari, Arief Purwo Mihardi, Robby Wienanto
{"title":"Morfologi dan Morfometri Sel Darah Rusa Timor (Rusa timorensis) di Penangkaran","authors":"Virgilius Martin Kelake Kedang, A. Esfandiari, Arief Purwo Mihardi, Robby Wienanto","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.99","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.99","url":null,"abstract":"Rusa timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu jenis rusa asli Indonesia. Salah satu aspek penting dalam upaya konservasi adalah terkait aspek kesehatan rusa timor. Nilai normal maupun gambaran rujukan terkait karakteristik fisiologis hewan dinilai penting dalam mengevaluasi status kesehatan rusa timor di penangkaran. Salah satu aspek yang penting untuk dipelajari yaitu karakteristik morfologi sel darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui morfologi dan morfometri sel darah rusa timor di penangkaran. Sampel darah diperoleh dari 10 ekor rusa timor yang terdiri dari lima ekor rusa timor jantan dan lima ekor rusa timor betina. Sampel darah dipreparasi dalam sediaan ulas darah dengan pewarna Giemsa kemudian diamati di bawah mikroskop. Pengukuran morfometri sel darah dilakukan menggunakan mikroskop digital. Morfologi eritrosit rusa timor pada sediaan ulas darah memperlihatkan adanya poikilositosis berupa sel sabit. Morfometri eritrosit rusa timor jantan secara nyata (P<0,05) lebih besar dibandingkan dengan rusa timor betina. Gambaran morfologi leukosit rusa timor sama dengan leukosit mamalia pada umumnya. Morfologi dan morfometri masing-masing jenis leukosit rusa timor tidak memiliki perbedaan nyata (P>0,05) antar jenis kelamin","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49415078","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Studi Retrospektif Profil Hemogram Kasus Peritonitis Menular Tipe Efusif pada Kucing","authors":"Alfarisa Nururrozi, Agistanya Andimi, Yanuartono Yanuartono, Soedarmanto Indarjulianto","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.112","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.112","url":null,"abstract":"Feline Infectious Peritonitis (FIP) merupakan penyakit pada kucing dengan tingkat mortalitas tinggi, sehingga membutuhkan diagnosa yang cepat untuk kepentingan prognosis. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi profil hemogram kucing yang terinfeksi FIP tipe efusif. Dua puluh ekor kucing yang telah terdiagnosa FIP di Klinik Hewan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada digunakan dalam penelitian. Diagnosa FIP ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, ultrasonografi, rontgen, uji rivalta, dan uji rapid test. Profil hemogram yang dianalisis meliputi gambaran hematologi rutin dan kimia darah. Profil hemogram pada kucing terinfeksi FIP tipe effusif, diketahui mengalami penurunan hematokrit, hiperproteinemia, dan leukositosis dengan rerata masing-masing 22,9±7,4%; 9,0±2,2 g/dL; 22425±4116 sel/mm3. Gambaran eritrosit, hemoglobin dan fibrinogen masih dalam kisaran normal. Sebanyak 90% kucing terinfeksi FIP efusif mengalami neutrofilia dan 75% kucing mengalami limfopenia dengan rerata masing-masing 20066±3337 sel/mm3 dan 1861±1818sel/mm3. Profil hemogram kimia darah diketahui 60% kucing mengalami kenaikan SGPT dan SGOT dengan rerata 138,4±72,3 IU/L dan 101±60,5 IU/L. Sebanyak 90% kucing mengalami hiperglobulinemia dengan rerata 6,7±0,8 g/dL dan semua kucing memiliki rasio albumin:globulin yang rendah dengan rerata 0,3±0,1. Kucing terdiagnosa FIP efusif memiliki gambaran hemogram leukositosis, neutrofilia, limfopenia, hiperglobulinemia, dan penurunan rasio albumin-globulin.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45408715","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal VeterinerPub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.88
Safitri Wulandari, A. Esfandiari, S. Murtini, Retno Wulansari
{"title":"Keberhasilan Hiperimunisasi Pada Sapi Bunting: Kajian Terhadap Ketepatan Waktu Vaksinasi","authors":"Safitri Wulandari, A. Esfandiari, S. Murtini, Retno Wulansari","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.88","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.88","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh umur kebuntingan induk sapi saat vaksin pertama kali diberikan terhadap keberhasilan hiperimunisasi. Sebanyak 12 ekor induk sapi bunting jenis sapi Friesian Holstein, dibagi menjadi kelompok kontrol dan vaksin, dengan masing-masing kelompok terdiri dari umur kebuntingan enam bulan (n=3) dan tujuh bulan (n=3). Induk sapi diinjeksi vaksin Avian influenza (AI) H5N1 komersial (killed vaccine) sub-kutan, sebanyak 5 dosis/ekor (106 EID50/dosis). Vaksinasi dilakukan dua kali dengan interval antar vaksinasi selama dua minggu. Sebelum vaksinasi, induk sapi diberi imunomodulator 0,1 mg/kg bb per oral selama tiga hari berturut-turut kemudian dilakukan priming dengan menyuntikkan antigen AI H5N1 inaktif tanpa adjuvant (intravena) tiga hari berturut-turut (10x28 HAU/ekor). Sampel darah dikoleksi melalui vena coccygea sebelum vaksinasi pertama, dua minggu pascavaksinasi I dan dua minggu pascavaksinasi II untuk dianalisis terhadap parameter leukosit (jumlah total leukosit dan limfosit), kadar total protein, globulin dan rasio albumin/ globulin (A/G), serta titer IgG anti AI H5N1 dalam darah dan kolostrum. Hasil pengamatan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah total leukosit dan limfosit, kadar total protein dan globulin, rasio A/G, serta titer IgG anti AI H5N1 dalam darah dan kolostrum, baik antar kelompok maupun antar waktu pengamatan (p>0.05). Namun demikian, pada induk sapi kelompok vaksin umur kebuntingan enam bulan menunjukkan parameter leukosit, kadar total protein dan globulin serta titer IgG anti AI H5N1 dalam darah dan kolostrum lebih tinggi dibandingkan kelompok induk sapi umur kebuntingan tujuh bulan. Umur kebuntingan pada saat vaksinasi pertama kali dilakukan tidak memengaruhi keberhasilan hiperimunisasi pada induk sapi bunting trimester akhir.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48007307","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal VeterinerPub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.70
I. G. Pemayun, I. G. N. Sudisma
{"title":"Respons Fisiologis Babi Bali Terhadap Anestetik Ketamin dan Propofol","authors":"I. G. Pemayun, I. G. N. Sudisma","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.70","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.70","url":null,"abstract":"Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting sebelum dilakukan tindakan pembedahan. Anestesi ketamin dan propofol sering digunakan sebagai agen induksi pada manusia maupun hewan kesayangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu induksi, durasi anestesi, waktu pemulihan dan respons fisiologis babi bali terhadap anestesi ketamin, propofol dan kombinasi ketamin-propofol (ketafol). Digunakan 12 ekor babi bali, bobot 22-27 kg, umur 2,5-3,0 bulan, dan jenis kelamin jantan. Alat fisiograf digunakan untuk pemantauan perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskuler, respirasi dan suhu tubuh. Babi dipremedikasi dengan atropin sulfat (0,02 mg/kg bb) dan xilazin (2 mg/kgbb) secara intramuskuler, 20 menit kemudian diinduksi dengan ketamin (4 mg/kg bb), propofol (1,5 mg/kg bb) dan kombinasi ketamin-propofol (2 dan 0,75 mg/kg bb) secara intravena. Babi yang diinduksi ketamin menghasilkan waktu induksi 1,87±0,41 menit, durasi anestesi 13,00±2,55 menit, dan waktu pemulihan 14,25±3,77 menit, yang diinduksi propofol menghasilkan waktu induksi 2,75±0,56 menit, durasi anestesi 19,25±3,77 menit dan waktu pemulihan 7,50±1,80 menit, sedangkan yang diinduksi ketafol menghasilkan waktu induksi 2,25±0,56 menit, durasi anestesi 25,50±3,64 menit dan waktu pemulihan 8,50±1,66 menit. Babi yang diinduksi ketamin, propofol dan ketafol menunjukkan waktu induksi yang tidak berbeda nyata, tetapi durasi anestesi dengan ketapol nyata lebih lama dibandingkan dengan ketamin atau propofol dan waktu pemulihan tidak berbeda nyata dengan propofol tetapi sangat nyata lebih singkat dibandingkan dengan ketamin. Anestesi dengan ketafol menghasilkan durasi anestesi yang nyata lebih lama dan waktu pemulihan yang sangat nyata lebih cepat, tidak ditemukan perubahan yang ekstrim terhadap respon fisiologis pada sistem kardiovaskuler dan respirasi selama babi bali teranestesi.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44974081","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal VeterinerPub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.105
Ni Luh Dian Mirayanti, I. Mahardika, M. Pharmawati
{"title":"Produksi Rekombinan Bovine Lactoferrin pada Sistem Ekspresi Eschericihia coli","authors":"Ni Luh Dian Mirayanti, I. Mahardika, M. Pharmawati","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.105","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.105","url":null,"abstract":"Lactoferrin merupakan glikoprotein berukuran 80 kDa yang memiliki keunggulan dalam aktivitas biologis sebagai antimikroba, antibakteri, antivirus, antiparasit, hingga imunomodulator. Kemajuan bidang teknologi rekombinan memungkinkan untuk menghasilkan protein lactoferrin dalam skala besar, sehingga produksi rekombinan lactoferrin dapat dilakukan di berbagai sistem ekspresi. Escherichia coli menjadi salah satu inang pada sistem ekspresi yang banyak digunakan dalam produksi protein rekombinan. Rekombinan protein bovine lactoferrin diproduksi dengan penyisipan gen bovine lactoferrin pada plasmid pET 11-a. Gen bovine lactoferrin yang telah disisipkan dalam plasmid pET, selanjutnya ditransformasikan dan diekspresikan ke dalam sel inang E. coli BL21. Ekspresi protein bovine lactoferrin diinduksi dengan penambahan chaperone salah satu koekspresi, yang mendampingi sistem sintesis E.coli untuk mencapai ekspresi protein yang diinginkan. Ekspresi plasmid pET11a – Bovlacto dalam bakteri E.coli didukung oleh induser L-arabinosa dan IPTG. Gen bovine lactoferrin yang tersisip di dalam plasmid rekombinan pET-11a telah mampu diekspresikan dengan baik di dalam bakteri E.coli BL21 dengan adanya sinyal hibridisasi pada uji metode dot blot dan pita spesifik target yaitu pada kisaran posisi 80-85 kDa hasil elektroforesis SDS-PAGE.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46549114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}