Wiki Riandi, Erik Muhammad Pauhrizi, Irwan Sarbeni
{"title":"FILSAFAH KEHIDUPAN TRITANGTU SUNDA DALAM FILM EKSPERIMENTAL ADAT “GAME OVER DRAMA”","authors":"Wiki Riandi, Erik Muhammad Pauhrizi, Irwan Sarbeni","doi":"10.23887/jabi.v5i1.52492","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v5i1.52492","url":null,"abstract":"Creating an art work is a creative process of thinking and emotion in a practical and intuitive performance. Personal coding of the author in the creation of experimental film often leads to new interpretations. The empirical experience of tradition underlies the idea of creating a notable work. Sundanese Tritangtu philosophy, a tradition of the Sundanese, contributes to the formation of sundanese's creativity in working and understanding life. In this study, an experimental film entitled \"Game over Drama\" was interpreted heurmeneuticly with the concept of Tritangtu with the aim of making a systematic, factual visual description, and raising awareness of the Sundanese about the relationship between humans, nature and their gods. The analysis focused on the film visual content to reveal the Sundanese Tritangtu philosophy. The results of this study reveal that the Sundanese always consider that their lives will always depend on nature and their Creator and believe that their bodies are composed of elements of water, earth, air and fire which are natural elements. This view is a relationship manifestation between the Sundanese and the universe as well as a representation of the characters contained in their bodies. This research is expected to be a reference for exploring the values of local wisdom for filmmakers who try to raise local wisdom through experimental films.","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"106 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124131753","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"SISTEM PENANGGALAN CANDRA SUNDA DALAM AKULTURASI ANTARA BUDAYA SUNDA DENGAN ISLAM","authors":"Emyllia Fatmawati","doi":"10.23887/jabi.v4i1.42061","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v4i1.42061","url":null,"abstract":"Melekatnya sistem penanggalan sebagai penentu waktu dalam budaya dan tradisi di masyarakatnya, serta banyaknya perbedaan-perbedaan sistem penanggalan sejak dulu yang sudah digunakan oleh suku-suku di Indonesia. Namun, mampukah dengan lahirnya sistem penanggalan baru yang telah lama dilupakan yang memungkinkan mengubah kegiatan budaya dengan agama yang menggunakan kalender luar dengan menggunakan sistem penanggalan nenek moyang. Tulisan ini menjelaskan bagaimana sistem penanggalanCaka Sunda yang lahir kembali, yang mampu berakulturasi dalam budaya Sunda dengan agama Islam yangsudah mengental di dalam kehidupan masyarakatnya. Penelitian ini bersifat deskriftif dengan metodologi kualitatif agar dapat memudahkan pembaca dalam menjelaskan suatu akulturasi antara budaya Sunda dengan agama Islam menggunakan konsep sistem penanggalan Caka Sunda","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130241902","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"NILAI-NILAI MULTIKULTURALISME DALAM TRADISI NYANGGRING DI DESA TLEMANG KABUPATEN LAMONGAN SEBAGAI SARANA INTEGRASI SOSIAL","authors":"M. Maharani","doi":"10.23887/jabi.v4i1.42372","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v4i1.42372","url":null,"abstract":"Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keberagaman yang cukup menyita perhatian dunia. Keberagaman di Negara Indonesia didukung karena adanya potensi alam, baik dari daratan maupun lautan. Hal tersebut yang memunculkan keragaman dari ras, kepercayaan, budaya, suku, maupun bahasa di setiap daerahnya selain dikarenakan adanya kebiasaan hidup masyarakat. Keberagaman atau multikulturalisme dapat memicu adanya disintegrasi jika tidak adanya nilai toleransi, nilai solidaritas, nilai kerjasama, maupun nilai kebersamaan dalam masyarakat. Maka, untuk mencegah terjadinya disintegrasi diperlukan adanya pendidikan multikulturalisme yang berawal dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Pendidikan multikulturalisme ini dapat diperoleh dari nilai-nilai multikulturalisme kearifan lokal atau budaya suatu daerah, seperti tradisi upacara Nyanggring atau Mendak Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan. Upacara Nyanggring atau Mendhak adalah upacara yang berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang di daerahnya, yaitu Ki Buyut Terik. Dari Upacara Nyanggring atau Mendak dapat diperoleh nilainilai multikulturalisme, seperti nilai solidaritas, nilai kerjasama, nilai toleransi, serta nilai kebersamaan dikarenakan perlunya kontribusi setiap lapisan masyarakat Desa Tlemang maupun daerah lainnya dalam pelaksanaan upacara tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menggunakan teknik pengambilan data berupa wawancara dan library research (studi pustaka). Tujuan penelitian ini adalah menciptakan integrasi sosial dengan nilai-nilai multikulturalisme dalam suatu budaya lokal, seperti tradisi Nyanggring di Desa Tlemang","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"29 9","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132434433","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Siti Syamsiah Renny Tounbama, Siti Gomo Attas, Novi Anoegrajekti
{"title":"IDENTITAS DAN REPRESENTASI TRADISI PUKUL SAPU DI NEGERI MAMALA DAN MORELLA MELALUI KAJIAN BUDAYA","authors":"Siti Syamsiah Renny Tounbama, Siti Gomo Attas, Novi Anoegrajekti","doi":"10.23887/jabi.v4i1.41988","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v4i1.41988","url":null,"abstract":"Tradisi Pukul Sapu merupakan warisan budaya yang dilakukan oleh masyarakat Negeri Mamala dan Negeri Morella. Tradisi ini berupa atraksi saling memukul badan hingga terluka dan mengeluarkan darah dengan menggunakan sapu lidi. Tradisi Pukul Sapu ini dilakukan pada tanggal delapan Syawal atau bertepatan dengan hari ketujuh setelah hari raya Idul Fitri. Tradisi yang dilakukan di dua negeri ini kerapkali dipandang sama oleh masyarakat luar. Meskipun demikian, apabila ditelaah lebih dalam terdapat perbedaan antara tradisi di kedua negeri ini. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan tradisi Pukul Sapu di Negeri Mamala dan Morella melalui sejarah dan pelaksanaannya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi melalui pendekatan kualitatif deskriptif dan pendekatan komparatif. Metode yang digunakan dalam pengambilan data , yaitu wawancara dan kajian dokumen. Berkaitan dengan metode yang digunakan, maka instrumen penelitian merupakan panduan wawancara dan peneliti sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa perbedaan tradisi Pukul Sapu di Negeri Mamala dan Morella secara garis besar terletak pada sejarah dan pelaksanaan tradisi di kedua negeri. Bermula dari sejarah inilah yang kemudian berpengaruh pada perbedaan pandangan, tujuan hingga pelaksanaan tradisi di masing-masing negeri. Adapun berdasarkan hasil penelitian, ditemukan perbedaan tradisi Pukul Sapu Negeri Mamala dan Morella yaitu pada 1) Sejarah, 2) Simbol, 3) Tujuan, 4) Rangkaian acara","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122822923","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"NILAI-NILAI MULTIKULTURALISME DALAM TRADISI RUWAT DESA DI DESA PRONOJIWO KECAMATAN PRONOJIWO KABUPATEN LUMAJANG","authors":"Laudyra Hakiki","doi":"10.23887/jabi.v4i1.42339","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v4i1.42339","url":null,"abstract":"Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau, suku, ras, dan agama, oleh karena itu Indonesia memiliki banyak budaya di setiap daerahnya. Setiap budaya di daerah memiliki cirinya masing–masing, setiapdaerahnya memiliki tradisi yang ditinggalkan para pendahulunya. Seperti di Desa Pronojiwo, Kabupaten Lumajang ini memiliki tradisi Ruwat Desa. Tradisi Ruwat Desa ini biasanya diadakan 1 tahun sekali pada bulan Suro dengan tujuan untuk membersihkan desa dari malapetaka. Ruwat Desa ini mempersatukan budaya dan agama yang ada. Dengan begitu penulis ingin membahas tentang nilai-nilai multikulturulisme yang terkandung dalam tradisi Ruwat Desa di Desa Pronojiwo. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu 1) untuk mengetahui sejarah Ruwat Desa, 2) Untuk mengetahui lambang dan makna yang terkandung dalam Ruwat Desa, 3) untuk mengetahui nilai–nilai multikulturalisme. Karya ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu mengumpulkan data dengan wawancara dan mengumpulkan data pustaka. Hasil yang diperoleh, yaitu Ruwat Desa di Desa Pronojiwo merupakan tradisi yang harus dilakukan untuk membersihkan desa dari malapetaka. ","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"144 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127506171","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"EKSPLORASI NILAI MULTIKULTURALISME DALAM TRADISI TOLAK BALAK DI AIR TERJUN SEDUDO KABUPATEN NGANJUK","authors":"Shilvi Khusna Dilla Agatta","doi":"10.23887/jabi.v4i1.41581","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v4i1.41581","url":null,"abstract":"Seiring berkembangnya zaman, kekhawatiran akan menurunnya nilai keberagaman dalam kehidupan masyarakat yang dapat memunculkan adanya konflik atau pertikaian menjadi suatu hal yang patut dijadikan perhatian. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mempertahankan identitas kebangsaan dan merealisasikan wujud dari keberagaman menjadi kekuatan bangsa yang tidak dapat dikalahkan. Usaha yang dilakukan dalam mewujudkannya tentu tidak mudah, karena memerlukan proses yang panjang. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai multikulturalisme ialah melalui kearifan lokal yang berkembang dalam masyarakat. Dengan cara tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai kearifan lokal yang dapat menumbuhkan semangat kebangsaan, patriotisme, dan kebudayaan. Adapun contoh kearifan lokal yang dapat digunakan adalah tradisi tolak balak yang dilakukan oleh masyarakat Nganjuk di Air Terjun Sedudo pada bulan Suro. Sehingga tujuanpenelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai multikulturalisme masyarakat Nganjuk dalam tradisi tolak balak di Air Terjun Sedudo atau biasa dikenal dengan siraman Air Terjun Sedudo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif model studi pustaka atau library research dengan memanfaatkan referensi serta literatur ilmiah seperti jurnal dan artikel yang memiliki tema serupa. Adapun Teknik penelitan yang digunakan yakni menelaah sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian. Nilai multikulturalisme yang terdapat dalam tradisi tersebut di antaranya adalah kerja sama, solidaritas, kebangsaan, dan toleransi","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"410 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114016297","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KEARIFAN LOKAL KASEPUHAN CIPTAGELAR: PERTANIAN SEBAGAI SIMBOL BUDAYA & KESELARASAN ALAM","authors":"Yayan Bagus Prabowo, S. Sudrajat","doi":"10.23887/jabi.v3i1.31102","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v3i1.31102","url":null,"abstract":"Adat kasepuhan Ciptagelar merupakan salah satu komunitas masyarakat yang berada di tanah Sunda. Secara wilayah adminisratif, desa adat ini terletak di daerah kampung Sukamulya, Desa Sinarresmi, kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Kelompok komunitas tersebut masih memegang teguh kebudayaan dan tradisi dari peninggalan leluhur yang diwariskan sejak 6 abad silam. Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar mendiami wilayah yang berada di dalam hutan dengan ketinggian 800-1200 mdpl, terletak dibawah Gunung Halimun yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Abah sebagai posisi kepala atau pemangku dari struktur kelembagaan adat, posisinya bisa didapat berdasarkan keturunan dan bukan dipilih serta ditetapkan oleh masyarakat Kasepuhan. Tradisi yang masih terus tetap terjaga, semua kegiatan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas oleh kepercayaan atau budaya yang ada di desa ini, terutama dalam bidang atau sektor Pertanian dan bercocok tanam. Istilah ‘Mupusti pare, lain migusti’ yang artinya memuliakan padi tapi bukan menuhankan, Pertanian menjadi sebuah ritual adat yang sangat penting dan sakral, sehingga dalam proses pertanian terdapat aturan-aturan adat yang memiliki kearifan lokal di dalamnya. Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar juga memegang teguh tradisi untuk senantiasa melestarikan alam yakni Hutan, komunitas adat ini memiliki sistem hukum adat dalam hal memanfaatkan dan mengelola hutan. Terdapat 3 pembagian zona atau wilayah hutan (Hutan Titipan, Tutupan, dan Garapan) dalam ruang lingkup adat Kasepuhan, adanya pembagian tersebut bertujuan agar kelestarian hutan tetap terjaga karena masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar menyakini bahwa hutan merupakan unsur yang paling penting bagi keberlangsungan hidup manusia.Kata kunci: Local Wisdom, Kasepuhan Ciptagelar, Sunda, Alam.","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115307815","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Utari Akhir Gusti, Audy Islami, A. Ardi, Aina Almardiyah, R. Rahayu, Opi Tananda
{"title":"TINJAUAN PENYEBARAN TRADISI LISAN DI SUMATERA BARAT","authors":"Utari Akhir Gusti, Audy Islami, A. Ardi, Aina Almardiyah, R. Rahayu, Opi Tananda","doi":"10.23887/jabi.v3i1.39261","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v3i1.39261","url":null,"abstract":"Budaya adalah bagian terpenting dalam kehidupan yang dilestarikan dan dijaga dengan baik. Salah satu dari 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang harus dilestarikan yaitu tradisi lisan. Tradisi lisan adalah suatu informasi atau pesan yang disampaikan secara turun-temurun dalam suatu daerah atau kelompok. Berdasarkan PPKD Sumatera Barat kondisi tradisi lisan saat ini diperlukan usaha untuk mengumpulkan tradisi lisan yang ada untuk dikembangkan, sehingga dapat dilakukan invetarisasi tradisi lisan Sumatera Barat. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai tinjuaun penyebaran tradisi lisan di Sumatera Barat. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu pengamatan dan dokumentasi, observasi, study literature serta wawancara. Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu mendapatkan database tradisi lisan yang tersebar pada 19 Kabupaten/Kota Sumatera Barat. Tradisi Lisan tersebut memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing yang harus dijaga dan dilestarikan agar dapat berkembang dikalangan masyarakat. ","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"133 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116079843","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL BAGI SISWA SEKOLAH DASAR","authors":"Asih Riyanti, Neni Novitasari","doi":"10.23887/jabi.v3i1.37780","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v3i1.37780","url":null,"abstract":"AbstrakIndonesia menjadi negara yang multikultural sebagai kekayaan suatu bangsa harus dilestarikan. Salah satu solusi yang dapat ditempuh ialah menanamkan pendidikan yang dapat dilakukan melalui multikultural berbasis kearifan lokal. Pengenalan multikultural berbasis kearifan diharapkan mampu membangun karakter anak bangsa yang memahami, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, adat istiadat, agama, dan nilai kepribadian. Penanaman semangat multikultural di Sekolah Dasar (SD), akan menjadi sarana pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima dan menghargai semua perbedaan yang multikultural. Artikel ini ditulis guna memberikan gambaran mengenai pentingnya multikultural dan implikasinya pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal bagi siswa SD. Guna memperoleh data tentang konsep multikultural, penulis melakukan kajian kepustakaan dengan teknik analisis data yaitu analisis konten. Begitu pentingnya pendidikan multikultural maka guru SD harus mendesain proses pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal yang menjadi bagian dari kontribusi positif untuk membina sikap nasionalisme dan sikap multikultural para siswa sejak dini.Kata Kunci: pendidikan multikultural; kearifan lokal; siswa SD.","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128662051","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FOLKLOR LISAN TOTOKKENGAN DI PULAU SAPEKEN, KABUPATEN SUMENEP","authors":"Vigor Vagori, I. Darmayanti, Putu Mas Dewantara","doi":"10.23887/jabi.v3i1.38223","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jabi.v3i1.38223","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk, kategori, dan fungsi Totokkengan di Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep. Penelitian ini dianalisis menggunakan bentuk deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini, yakni informan di Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep. Hasil penelitian Totokkengan di Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, bentuk Totokkengan dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) pertanyaan yang bersifat teka-teki atau disebut juga pertanyaan yang cerdik, ditemukan 3 dari 42 Totokkengan; (2) pertanyaan yang bersifat permainan kata-kata, ditemukan 6 dari 42 Totokkengan; (3) pertanyaan yang bersifat permasalahan, ditemukan 5 dari 42 Totokkengan; (4) pertanyaan perangkap, ditemukan 2 dari 42 Totokkengan; dan (5) pertanyaan yang bernada lelucon, ditemukan 4 dari 42 Totokkengan. Kedua, kategori Totokkengan dapat dikelompokkan menjadi sebelas, yaitu: (1) persamaan dengan makhluk hidup, ditemukan 10 dari 42 Totokkengan; (2) persamaan dengan binatang, ditemukan 2 dari 42 Totokkengan; (3) persamaan dengan manusia, ditemukan 3 dari 42 Totokkengan; (4) persamaan dengan beberapa binatang, ditemukan 1 dari 42 Totokkengan; (5) persamaan dengan beberapa orang, ditemukan 3 dari 42 Totokkengan; (6) persamaan dengan benda, ditemukan 6 dari 42 Totokkengan; (7) persamaan dengan tanaman, ditemukan 1 dari 42 Totokkengan; (8) penambahan keterangan perumpamaan, ditemukan 6 dari 42 Totokkengan; (9) penambahan keterangan pada bentuk dan fungsi, ditemukan 1 dari 42 Totokkengan; (10) penambahan keterangan pada warna ditemukan 2 dari 42 Totokkengan; dan (11) penambahan dalam tindakan ditemukan 11 dari 42 Totokkengan. Ketiga, fungsi Totokkengan memiliki delapan fungsi, yaitu (1) untuk menguji kepandaian orang lain, (2) untuk meramal, (3) sebagai sebagian upacara perkawinan, (4) untuk mengisi waktu saat begadang menunggu jenazah dimakamkan, (5) untuk melebihi orang lain, (6) sebagai pengantar tidur, (7) hiburan, dan (8) pendidikan.","PeriodicalId":175935,"journal":{"name":"Jurnal Adat dan Budaya Indonesia","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123771754","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}