JURNAL SATWIKAPub Date : 2019-06-21DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL3.NO1.1-11
Arina Restian, D. Aini
{"title":"Tari Glipang sebagai Sarana Peningkatan Konsentrasi Kinestetik Tunagrahita","authors":"Arina Restian, D. Aini","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL3.NO1.1-11","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL3.NO1.1-11","url":null,"abstract":"Usia sekolah dasar merupakan fase perkembangan awal pada anak untukmengembangkan kemampuan atau kecerdasannya. Peserta didik memilikikemampuan berbeda-beda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kecerdasan pada manusia khususnya anak usia sekolah dasar meliputi 9 jenis kecerdasan salah satunya adalah kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik pada usia sekolah dasar secara umum berkembang lebih cepat dibandingkan kecerdasan yang lain. Hal ini dikarenakan karakteristik anak usia sekolah dasar cenderung lebih menyukai kegiatan yang bergerak misalnya berlari dan menari. Namun pada anak tunagrahita, kemampuan motoriknya cenderung berkembang lebih lambat dibandingkan dengananak regular. Tunagrahita memiliki keterbatasan dalam memfokuskan diri pada sesuatu tidak lebih dari setengah jam sehingga mereka sulit berkonsentrasi. Keterlambatan perkembangan kemampuan motorik yang dialami oleh tunagrahita juga berpengaruh terhadap konsentrasi kinestetiknya. Anak cenderung sulit menghafal gerakan-gerakan yang terdapat pada pembelajaran yang mengharuskan mereka bergerak secara bersamaan dengan siswa lain misalnya pada kegiatan senam dan tari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melatih konsentrasi kinestetik pada anak tunagrahita adalah melalui kegiatan menari. Tari memiliki tujuan untuk mengembangkan pribadi peserta didik. Salah satu jenis tarian yang dapat digunakan sebagai sarana terapi tunagrahita adalah Tari Glipang. Tari Glipang merupakan tarian yang berasal dari Probolinggo. Tari Glipang memiliki 13 tahapan yang diterapkan dalam pembelajaran seni yang dapat digunakan sebagai terapi untuk anak tunagrahita. Penerapan gerakan Tari Glipang pada anak grahitadapat membantu mereka meredakan emosi dan berpengaruh pada konsentrasinya. Selain itu, Tari Glipang juga cenderung memiliki gerakan yang fokus ke pengaturan pernapasan. Pengaturan pernapasan yang baik akan melancarkan peredaran darah yang secara langsung berpengaruh pada meningkatnya konsentrasi anak.","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129644187","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL SATWIKAPub Date : 2019-06-21DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL3.NO1.69-86
Roci Marciano
{"title":"Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog Melalui Sistem Stanislavski dalam Buku an Actor Prepares and Building a Character","authors":"Roci Marciano","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL3.NO1.69-86","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL3.NO1.69-86","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog Melalui Sistem Stanislavski An Actor Preapares And Building A Character ini dilakukan ialah, untuk mengembangkan model pembelajaran pada mata kuliah Totalitas Keaktoran yang ditempuh oleh mahasiswa semester lima. Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog Melalui Metode Stanislavski An Actor Preapers And Building A Character penting untuk di pelajari saat ini. Karena penelitian memberikan dampak positif bagi seorang mahasiswa khususnya dan masyarakat luas pada umumnya yang mengambil minat keaktoran. Kecerdasan yang bisa dipelajari dalam belajar monolog tentu saja bukan hanya demi keberanian seorang aktor tampil sendirian di atas panggung dengan menyampaikan kisah atau cerita. Tetapi nilai yang paling berharga dari penemuan teknik peran ini adalah, seorang aktor bisa memulai pelatihannya dengan tersistem, teratur dan terprogram. Karena monolog juga memiliki dampak yang positif untuk dipelajari, seperti sebagai mahasiswa atau manusia mampu menghapalkan hasil pemikiran seorang penulis naskah, merespon segala tatanan artistik dengan kecerdasan lahiriah dan batiniah sebagai perangkat keaktoran untuk disampaikan kepada penonton. Oleh sebab itu teknik-teknik dalam pelatihan seorang aktor untuk mewujudkan pementasan monolog dan monodrama tentu saja dibutuhkan, sehingga penelitian ini akan berguna bagi mahasiswa STKW Surabaya khususnya, dan seluruh mahasiswa teater yang ingin pentas monolog pada umumnya.","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130189298","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL SATWIKAPub Date : 2019-03-30DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL2.NO2.79-86
Ardi Wina Saputra
{"title":"Mistisisme dalam Pemilin Kematian","authors":"Ardi Wina Saputra","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL2.NO2.79-86","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL2.NO2.79-86","url":null,"abstract":"Mistisisme sangat melekat dengan masyarakat Indonesia. Mistisisme sering kali dijadikan sebagai ornamen dalam kesusastraan Indonesia. Mulai dari kesusastraan lama, sastra lisan, hingga sastra tulis. Di era 2000-an ini mistisisme yang notabene merupakan kekayaan inetelektual bangsa, sangat jarang digunakan karena dianggap kuno. Namun penulis muda Dwi Ratih Rahmadhany menggunakan mistisisme dalam kumpulan cerpennya berjudul Pemilin Kematian. Penelitian ini menilai kajian mistisisme dalam cerpen Pemilin Kematian karya Dwi Ratih Rahmadhany. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Temuan dalam penelitian ini adalah cerpen-cerpen yang memiliki muatan mistisisme dalam Kumpulan Cerpen Pemilin Kematian.","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122820913","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL SATWIKAPub Date : 2019-03-30DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL2.NO2.87-94
Ghanesya Hari Murti
{"title":"Menuju Ecocentrisme: Menapaki Jalan Ekologis yang Etis","authors":"Ghanesya Hari Murti","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL2.NO2.87-94","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL2.NO2.87-94","url":null,"abstract":"Upaya untuk menghidupkan relasi yang harmonis antara manusia dengan alam selalu gagal dan menemukan polemik kendati kondisi tersebut selalu diidealkan bersama. Tentunya, usaha tersebut tidak hanya membutuhkan pikiran kritis tapi juga dorongan etis yang kuat. Posisi etis itu ada pada upaya untuk pindah dari cara berpikir antroposentris yang berpihak untuk mendominasi alam demi kebutuhan manusia menuju cara berpikir ekosentris yang menganggap bahwa kepentingan alam juga harus diikutkan haknya sebagai subjek hukum. Tulisan ini dengan begitu hendak 1) memberikan ilustrasi posisi etis pada dua peristiwa yang melibatkan alam sebagai sebagai subjek dan non subjek hukum, 2) mengurai argumentasi etis yang betengkar dan saling melegitimasi tindakan moral pada alam 3) menunjukkan argumentasi para intelektual khas libertarian Amerika yang berupaya menunjukkan posisi ecocentris yang mereka alami. Sederet perjalanan pemikiran para environmentalists itu dimaksudkan untuk merunut argumentasi akademis mengapa memberikan legal standing bagi sungai ataupun sebuah taman nasional menjadi normal. Sehingga muncul konsekuensi bahwa alam juga mampu menuntut hak yang sama di mata hukum untuk dihitung kepentingannya yang dilukai oleh manusia. Hanya dengan begitu, hak sungai untuk tetap jernih, burung untuk tetap berkepak dan lembah untuk tetap berlekuk bisa dinikmati sebagai buah perkembangan peradaban yang lebih etis.","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129140974","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL SATWIKAPub Date : 2019-03-30DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL2.NO2.130-137
Rosalin Ismayoeng Gusdian
{"title":"Transfer Fonologis Konsonan Hambat dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia","authors":"Rosalin Ismayoeng Gusdian","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL2.NO2.130-137","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL2.NO2.130-137","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan transfer fonologis konsonan hambat yang terjadi dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif guna mengetahui transfer fonologis apa saja yang ditemukan saat penutur Bahasa Indonesia yang memiliki aksen Jawa mengucapkan kata-kata yang mengandung konsonan hambat di dalam Bahasa Indonesia. Subjek penelitian ini adalah 5 orang penutur Bahasa Indonesia dengan aksen Jawa. Selanjutnya, kelima subjek diberi sebuah cerita pendek yang memuat kata-kata dengan konsonan hambat; kemudian, suara mereka direkam. Dari hasil analisis data, ditemukan bahwa terdapat perbedaan beberapa konsonan hambat Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia yang termuat dalam transfer fonologis yang diucapkan oleh penutur Bahasa Indonesia beraksen jawa. Beberapa transfer tersebut antara lain transfer konsonan plosif kendur bersuara, substitusi untuk konsonan berhenti velar [k] menjadi suara glottal [ʔ] pada koda (akhir kata), dan substitusi untuk konsonan frikatif labio-dental [f] menjadi konsonan bilabial tak bersuara [p].","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"102 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131562792","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL SATWIKAPub Date : 2019-03-28DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.41-49
Yulaika Ranu Sastra
{"title":"Cerpen Agama Apa yang Pantas Bagi Pohon- Pohon? Karya Eko Triono sebagai Media Kritik Alternatif terhadap Masyarakat Postmodernisme","authors":"Yulaika Ranu Sastra","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.41-49","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.41-49","url":null,"abstract":"Masyarakat modern saat ini telah mengalami perubahan secara signifikan baik dari segi pola pikir, maupun tingkah laku. Perubahan ini bertentangan dengan hakikatnya sebagai manusia modern. Pergeseran tatanan norma-norma tersebut memunculkan teori posmodernisme. Dari postmodernisme inilah bermunculan pula berbagai kritik terhadap manusia sebagai subjek kehidupan. Seiring berkembangnya zaman, beragam teori dan aliran sastra pun bermunculan untuk membedah karya. Karya sastra dikaitkan berdasarkan teori yang tepat agar maksud si penulis tersampaikan kepada pembaca melalui penafsir. Ada pun mata pisau untuk membedah cerita pendek Agama Apa yang Pantas bagi Pohon-Pohon? karya Eko Triono menggunakan pendekatan postmodernisme. Cerpen ini dipilih sebagai media kritik alternatif karena mewakili kehidupan manusia modern. Terdapat beberapa hasil terhadap penelitian postmodernisme dalam cerpen tersebut, yakni manusia posmodern mengesampingkan pemahaman agama sedini mungkin kepada anak, ketidaksiapan manusia postmodern menghadapi realita, masalah diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat, manusia postmodern tidak lagi mengindahkan kedamaian, dan permasalahan percintaan masyarakat postmodern saat ini.","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"6 19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123741964","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL SATWIKAPub Date : 2019-03-28DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.29-40
R. Prastyo, Maryaeni Maryaeni
{"title":"Mantra Kenduri Matang Puluh Dina Dusun Dadapan Kecamatan Pagak Kabupaten Malang","authors":"R. Prastyo, Maryaeni Maryaeni","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.29-40","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.29-40","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sastra lisan berupa mantra berdasarkan konteks dan teks yang ada pada masyarakat dusun Dadapan. Melalui teori Albert b. Lord sebagai acuan utama dapat dipahami bahwa untuk mengkaji sebuah sastra lisan berupa mantra perlu melihat konteks yang mendasari lahirnya sebuah mantra. untuk itu diperlukan konteks performance yang mendasari munculnya teks mantra. Transmisi, komposisi dan formula teks mantra merupakan kajian teks bahwa teks mantra akan tetap eksis ketika ada transmisi dan komposisi sehingga dapat diketahui formula yang dipakai penutur. Berdasarkan hal tersebut muncul fungsi mantra dalam ritual kenduri bagi masyarakat dusun Dadapan baik fungsi Individu maupun sosial.","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123347056","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL SATWIKAPub Date : 2019-03-28DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.1-7
A. Thalib
{"title":"Isu-Isu Identitas Budaya Nasional dalam Film “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”","authors":"A. Thalib","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.1-7","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.1-7","url":null,"abstract":"Indonesia merupakan negara yang dengan kompleksitasnya menjadikannya multikultur. Kondisi ini mempengaruhi tema-tema yang dimunculkan dalam film yang merepresentasi dan merekonstruksi kenyataan. “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” merupakan film percintaan yang dibumbui isu-isu multikultur khususnya terkait dengan identitas budaya yang meluas kedalam ranah suku, ras, agama, dan kelas sosial di Indonesia, khususnya Minang. Tulisan ini menggunakan pendekatan multikulturalisme Will Kymlicka untuk menginterpretasi dan memaknai temuan-temuan data . Penulis menemukan bahwa identitas suku dan kelas sosial yang menjadi isu-isu multikulturalisme yang dikomunikasikan dalam film ini, sekaligus pemicu timbulnya konflik dalam film. Hasil analisis lain menunjukkan ikatan primordial dan etnosentrisme merupakan penghambat multikulturalisme dalam konteks Indonesia yang dikomunikasikan dalam film ini.","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126474831","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL SATWIKAPub Date : 2019-03-28DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.8-19
E. Andalas
{"title":"Wacana Solidaritas Muslim Indonesia dalam Teks Pengungsi Muslim Etnis Rohingya Pada Media Daring Viva.co.id","authors":"E. Andalas","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.8-19","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL1.NO2.8-19","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk membedah strategi pembentukan wacana solidaritas muslim Indonesia dalam kasus mulim Rohingya oleh media massa Indonesia. Untuk melakukan hal tersebut dimanfaatkan teori analisis wacana Theo Van Leeuwen. Metode yang digunakan adalah analisis isi. Sumber data penelitian adalah tujuh teks berita daring dari media massa viva.co.id. Hasil penelitian menunjukkan konstruksi wacana yang dibangun cenderung mengedepankan citra Indonesia sebagai bangsa dengan umat muslim terbesar di dunia sebagai pahlawan kemanusiaan. Motif penggambaran wacana kemanusiaan dibangun melalui isu agama dan kemanusiaan. Konstruksi tersebut berdampak terhadap pemarjinalan kelompok lain. Pemerintah Myanmar justru lebih digambarkan dengan beragam citra negatif, begitu juga dengan para pengungsi Rohingya yang selalu digambarkan sebagai kelompok yang benar-benar sedang kesusahan dan benar-benar membutuhkan bantuan. Terdapat bobot pemberitaan yang tidak seimbang yang dilakukan oleh media viva.co.id yang berdampak pada pemarjinalan kelompok ini.","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"757 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116117844","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL SATWIKAPub Date : 2018-11-12DOI: 10.22219/SATWIKA.VOL2.NO1.36-46
A. Thalib
{"title":"Film dan Identitas Nasional Korea Selatan: Studi Komparasi pada Film My Little Hero dan Secretly Greatly","authors":"A. Thalib","doi":"10.22219/SATWIKA.VOL2.NO1.36-46","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SATWIKA.VOL2.NO1.36-46","url":null,"abstract":"Fabrikasi film tidak semata-mata ditujukan untuk menghibur penonton namun juga untuk mempengaruhi penonton melalui gagasan sang kreator yang salah satunya adalah gagasan mengenai identitas nsional. Penulis akan memaparkan bagaimana identitas nasional dihadirkan dalam dua film produksi Korea Selatan pada tahun 2013 yaitu A Wonderful Life dan Secretly Greatly. Melalui analisis yang dilakukan terhadap tiap karakter utama di kedua film, dapat disimpulkan bahwa terdapat kegalauan atas konsep identitas nasional Korea Selatan","PeriodicalId":150903,"journal":{"name":"JURNAL SATWIKA","volume":"74 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125895385","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}