{"title":"Pemisahan squalene dan fatty acid sterol esters dari soybean oil deodorizer distillate","authors":"Setiyo Gunawan, Yi Hsu Ju","doi":"10.5614/jtki.2008.7.2.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jtki.2008.7.2.3","url":null,"abstract":"Depending on conditions in the refining process, soybean oil deodorizer distillate (SODD) contains 42-51% free fatty acids (FFA) and 16-25% triacylglycerol (TAG). Bioactive compounds such as tocopherols, free phytosterols, fatty acid steryl esters (FASE) and squalene also make up a significant portion of SODD. The efficient removal of FFA and TAG is a crucial step in the isolation and purification of bioactive compounds from SODD. In this work, a modified soxhlet extraction technique was developed and its optimal operation conditions were determined for the efficient removal of FFA and TAG from SODD. Starting with SODD that contains 3.53% FASE and 1.99% squalene, it was possible to obtain a fraction enriched with FASE (22.0%, recovery 91.3%) and squalene (8.63%, recovery 100%) by this modified soxhlet extraction under the following operation conditions: SODD/(silica gel) = 1/3 (w/w), extraction temperature = -6°C, number of extraction/h = 8.7. FFA remained in this FASE and squalene enriched fraction is 38.7% and there was no detectable TAG. The percentage removal of FFA and TAG for this FASE and squalene enriched fraction are 84.29% and 100%, respectively. The advantages of modified soxhlet extraction over open-column chromatography are that less solvent usage, larger sample size per batch and shorter operation time.Keywords: Fatty acid steryl ester; free fatty acid; modified soxhlet extraction; soybean oil deodorizer distillate; squalene; triacylglycerol AbstrakDalam proses pemurnian minyak kedelai, produk samping dari proses penghilangan bau (soybean oil deodorizer distillate, SODD) mengandung 42-52% free fatty acids (FFA) dan 18-28% triacylglycerols (TAG). Komponen bioaktif seperti tocopherols, free phytosterols, fatty acid steryl esters (FASE) dan squalene juga mempunyai kontribusi yang besar dalam komposisi SODD. Efisiensi penghilangan FFA dan TAG adalah langkah yang sangat penting dalam pemisahan dan pemurnian komponen bioaktif dari SODD. Dalam penelitian ini, modifikasi soxhlet ekstraksi telah ditemukan dan optimisasi kondisi operasi ditentukan berdasarkan efisiensi penghilangan FFA dan TAG dari SODD. Fraksi lemak non polar (nonpolar lipid fraction, NPLF) dengan kandungan FASE (22.0%, recovery 91.3%) dan squalene (8.63%, recovery 100%) telah diperoleh dengan menggunakan modifikasi soxhlet ektraksi dengan kondisi operasi: SODD/(silica gel) = 1/3 (w/w), dan suhu ekstraksi = -6°C. FFA dan TAG yang tersisa di NPLF secara berurutan adalah 38.7% dan 0%. Persentase penghilangan FFA dan TAG di NPLF secara berurutan adalah 84.29% and 100%. Keuntungan menggunakan modifikasi soxhlet ekstraksi dibandingkan dengan silica gel column chromatography adalah sedikitnya pelarut yang digunakan, besarnya sampel per unit batch yang digunakan, dan pendeknya waktu operasi.Kata kunci: Free fatty acid, fatty acid steryl ester, modifikasi soxhlet ekstraksi, soybean oil deodorizer distillate, squalene, triacylglycerols","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130542999","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yentaria Juli Wijaya, R. Rinita, Felycia Edi Soetaredjo, Suryadi Ismadji
{"title":"Adsorpsi zat organik nitrobenzene dari larutan dengan menggunakan bubuk daun intaran","authors":"Yentaria Juli Wijaya, R. Rinita, Felycia Edi Soetaredjo, Suryadi Ismadji","doi":"10.5614/JTKI.2008.7.3.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/JTKI.2008.7.3.5","url":null,"abstract":"Nitrobenzene is one of organic compound that usually contained in industrial wastewater, which is toxic. Nitrobenzene can be found in the chemical and pesticides industry. Nitrobenzene, which also known as nitrobenzol, is dangerous organic chemical for organism because can cause death. Organic waste in aqueous solution are usually removed by adsorption. In the adsorption process, adsorbent that usually used are carbon active and organic adsorbent. Neem leaf one of organic adsorbent that effective used in the adsorption process because it has a low cost dan easy to get. In this adsorption process, neem leaf used as a adsorbent. Neem leaf powder characterization with Boehm’s titration and proxymate analysis, which contain moisture content, water content, carbon, and volatile matter. Isoterm adsorption process of nitrobenzene is appropriated with Freundlich equation and Langmuir equation. And the result of kinetic adsorption is appropriated with pseudo first order and pseudo second order. From the experimenal result, it can be seen that adsorption of nitrobenzene by neem leaf powder is using Langmuir equation in isoterm adsorption and follow pseudo first order in kinetic adsorption.Keywords : Adsorption, neem leaf powder, nitrobenzeneAbstrakNitrobenzene merupakan salah satu zat organik yang biasanya terkandung dalam limbah industri dimana Nitrobenzene sangat sulit diolah sebelum dibuang karena sifatnya yang sangat kompleks. Limbah yang mengandung nitrobenzene ini dapat ditemukan pada industri pestisida, sabun, dan farmasi. Nitrobenzene yang juga disebut nitrobenzol, merupakan bahan kimia organik yang berbahaya bagi mahluk hidup karena dapat menyebabkan kematian. Adsorpsi adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi limbah nitrobenzene ini. Dalam proses adsorpsi, bahan penyerap yang umum digunakan adalah karbon aktif dan bahan penyerap organik. Daun intaran merupakan salah satu dari bahan penyerap organik yang efektif digunakan dalam proses adsorpsi karena biayanya yang murah dan mudah didapat. Pada penelitian ini, daun intaran digunakan untuk menyerap zat organik nitrobenzene. Karakterisasi bubuk daun intaran sendiri dilakukan dengan titrasi Boehm dan analisa proximat yang meliputi kandungan abu, air, karbon, dan volatile matter. Proses isoterm adsorpsi nitrobenzene ini disesuaikan dengan persamaan Freundlich dan persamaan Langmuir, sedangkan hasil kinetika adsorpsi disesuaikan dengan menggunakan pseudo first order dan pseudo second order. Dari hasil percobaan, didapatkan hasil bahwa proses adsorpsi nitrobenzene dengan menggunakan bubuk daun intaran ini mengikuti persamaan Langmuir pada isoterm adsorpsinya dan mengikuti persamaan pseudo first order pada kinetika adsorpsinya.Kata Kunci : Adsorpsi, bubuk daun intaran, nitrobenzene","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"584 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116303443","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Permodelan dan simulasi reaktor mikro untuk produksi hidrogen sebagai umpan sel bahan bakar kendaraan bermotor","authors":"Yogi Wibisono Budhi, S. Subagjo","doi":"10.5614/jtki.2007.6.2.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jtki.2007.6.2.6","url":null,"abstract":"The terminology of micro-reactor development is one of the keywords in process intensification, which plays an important role, particularly in the reaction system requiring extremely large heat and mass transfers. This paper conveys an idea about miniaturization of the combustion engine through a combination of fuel processor system and fuel cell system. Hydrogen as a fuel cell feedstock is provided in-situ by methanol reforming. The synthesis gas produced by reformer is introduced into preferential oxidation reactor to remove CO before it enters the fuel cell. The process system for producing hydrogen is equipped in the micro-technology package as an answer to hydrogen storage at high pressure, which meets several shortcomings. Keywords: Process intensification; Modeling and simulation; Micro-reactor technology AbstrakTerminologi pengembangan reaktor mikro merupakan salah satu 'kata kunci' dalam intensifikasi proses yang memainkan peranan penting, terutama dalam sistem reaksi yang memerlukan laju perpindahan panas dan massa yang besar. Makalah ini menyampaikan gagasan tentang miniaturisasi mesin kendaraan bermotor melalui kombinasi sistem proses or bahan bakar dan sel bahan bakar. Hidrogen yang diperlukan sebagai umpan sel bahan bakar disediakan secara insitu dari reformasi metanol. Gas sintesis dari reformer diumpankan ke dalam reaktor oksidasi preferensial untuk menyisihkan CO sebelum diumpankan ke dalam sel bahan bakar. Rangkaian sistem proses penyedia hidrogen secara insitu ini dikemas dalam paket teknologi mikro sebagai jawaban atas kebuntuan sistem penyediaan hidrogen pada tekanan tinggi yang memiliki banyak kelemahan.Kata Kunci: Intensifikasi proses; Pemodelan dan simulasi; Teknologi reaktor mikro","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131969510","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The characterization of NiO-CoO/MgO catalyst for autothermal reforming of methane","authors":"T. Kusworo, A. R. Songip, N. Amin","doi":"10.5614/jtki.2005.4.2.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jtki.2005.4.2.1","url":null,"abstract":"The characterization of NiO-CoO/MgO catalyst for autothermal reforming of methaneThe drawback of conventional reforming of methane such as partial oxidation and steam reforming was carbon formation. The research was developed a suitable catalyst for combination of partial and steam reforming of methane and called autothermal reforming to reduce the coke formation. The NiO-CoO/MgO catalysts were prepared by an impregnation method and characterized by Temperature Programmed Reduction (TPR), X-ray Diffraction (XRD) and Thermal Gravitymetry Analysis (TGA). The TPR and XRD results reveal that the catalyst characteristic is strongly influenced by the Co/Ni ratio. From TPR and TGA analysis, the sintering phenomena did not occur in the autothermal reforming of methane. The results reveal that Co/Ni ratios have a small effect in the catalytic activity for autothermal reforming. Nevertheless, the catalyst showed an optimum performance in this process when its Co/Ni ratio was 0.75. Keywords: Autothermal ReformingAbstrakMasalah yang terjadi pada proses konvensional reformasi metana seperti oksidasi parsial metana dan reformasi kukus adalah pembentukan karbon. Penelitian yang dilakukan adalah mengembangkan katalis yang sesuai untuk gabungan proses oksidasi parsial dan reformasi kukus atau yang disebut reformasi metana secara autothermal. Katalis NiO-CoO/MgO yang digunakan dibuat dengan metode impregnasi dan dilakukan pengujian dengan TPR, XRD dan TGA untuk mengetahui sifat-sifat dari katalis tersebut. Hasil TPR dan XRD menunjukkan bahwa karakteristik dari katalis sangat dipengaruhi oleh perbandingan CoiN i. Hasil pengamatan TPR dan TGA menunjukan bahwa sintering tidak terjadi di dalam proses reformasi metana secara autothermal. Hasil eksperimen juga menunjukan bahwa perbandingan Co/Ni hanya kecil pengaruhnya pada unjuk kerja katalis. Namun demikian katalis menunjukan unjuk kerja yang optimum pada perbandingan CoiN i = 0.75. Kata Kunci: Reformasi Autothermal","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"128 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132946859","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Simulasi pengeringan batu bara muda dengan metode rangkaian pori pada kondisi isotermal","authors":"Anton Irawan, I. Kustiningsih","doi":"10.5614/jtki.2009.8.3.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jtki.2009.8.3.2","url":null,"abstract":"Simulation of low rank coal drying with pore network method in isothermal condition.Indonesia has large coal reserve with most of them are low rank coal. Low rank coal has low energy content (< 4,800 kcal/kg) and high moisture content (> 25%). High moisture content of coal will make a problem for coal conversion processing to be a main energy source such as power plant so that the moisture of coal must be removed from inside of coal. The moisture content in the coal can be removed by drying based on drying kinetic (drying rate). Drying kinetic is influenced by several variables such as hot fluid velocity and temperature, size and pore structure of material. In this model, sample of low rank coal are analyzed to obtain the data of pore size distribution. The size of pore were used 40 and 100 nm, the pore length was 100 nm. Four different pore structures were simulated by pore network modelling. From pore network simulation, the structure with large pore had long time for drying constant period, but the structure with small pore had short time for drying constant period.Keywords: coal, drying, pore network, moisture, vapour diffusion. AbstrakIndonesia merupakan negara yang memiliki cadangan batubara yang besar yang dapat digunakan sebagai sumber energi utama untuk industri, tetapi batubara yang dimiliki oleh Indonesia sebagian besar merupakan batubara muda yang memiliki kandungan energi yang rendah (< 4.800 kcal/kg) serta kandungan air yang tinggi (> 25%). Kandungan air batubara yang tinggi menyulitkan dalam proses konversi batubara untuk dijadikan sebagai sumber energi utama seperti pada sistem tenaga. Kandungan air dalam batubara dapat dikurangi dengan pengeringan dengan mengamati data kinetika pengeringan berupa laju pengeringan. Laju pengeringan batubara dipengaruhi oleh beberapa variabel antara lain kecepatan fluida panas, temperatur fluida panas, ukuran partikel yang dikeringkan serta struktur pori-pori dari partikel yang dikeringkan. Beberapa sampel batubara muda dianalisis strukturnya untuk mendapatkan data distribusi pori. Ukuran pori yang digunakan terdiri atas 2 macam yaitu 40 dan 100 nm serta panjang pori 500 nm. Empat macam struktur pori disimulasikan dengan metode rangkaian pori. Dari simulasi rangkaian pori memperlihatkan bahwa ukuran pori yang besar akan memberikan waktu yang lebih lama untuk laju pengeringan tetap sedangkan struktur pori dengan ukuran pori kecil akan memberikan laju pengeringan tetap yang lebih pendek waktunya.Kata Kunci: batubara, pengeringan, rangkaian pori, kandungan air, difusi uap.","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130992537","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Sintesis biodiesel dengan teknik ozonasi: investigasi produk ozonida etil-ester minyak kelapa dan minyak kedelai","authors":"Setijo Bismo, L. Linda, Sofia Loren Butarbutar","doi":"10.5614/jtki.2005.4.2.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jtki.2005.4.2.2","url":null,"abstract":"Similarly with other alkyl-ester biodisesls, coconut oil and soybean oil ethyl-ester (COEE and SOEE) still retain some disadvantages to apply directly or used as diesel fuel additives, such as high viscosity and low ignition performance. The main objective of the reasearch is to introduce an alternative process to improve such drawbacks, that is to convert a small portion of ethyl-ester to ozonide compounds. The ozonolysis of ethyl-esters. whether catalytic or non-catalytic processes, generally yields ozonides, carboxylic acids, and hydrocarbons with shorter carbon chain, e.g. aldehyde and ketone to improve their fuel characteristics. The main problem of such ozonolysis is the effectiveness of the ozonation process itself Such a preliminary investigation of COEE and SOEE ozonation process to ozonides or other compounds, the presented results are the examination of main parameters such as, viscosity, density, total acid number, water content, and cetane index. The changes in the ethyl esters'physical and chemical properties werefound to be: an increased in their viscosity, total acid number, and cetane index, and also a decreased in their density and water content. The visible change after ozonation process was the odor ofthe esters. These parameters changes was an indicator that new substances have been producedfrom the ozonation of ethyl esters.Keywords: Coconut Oil, Soyabean Oil, Biodiesel, Methyl Ester, Ethyl Ester, Ozonide, OzonolysisAbstrakBiodiesel etil-ester minyak kelapa dan kedelai, seperti juga alkif-ester lainnya, memiliki beberapa kelemahan bila digunakan langsung atau sebagai aditif bahan bakar mesin diesel, seperti viskositas yang tinggi dan sifat penyalaannya yang kurang baik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mencari proses alternatif untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut, yaitu mengkonversi sebagian etil-ester menjadi senyawa ozonida. Reaksi ozonolisis alkil-ester, baik katalitik maupun non-katalitik, menghasilkan senyawa-senyawa ozonida, asam karboksilat, dan senyawa-senyawa hidrokarbon yang lebih pendek rantai karbonnya, seperti aldehida dan keton sehingga dapat meningkatkan karakteristiknya sebagai bahan bakar. Kendala utama dalam konversi tersebut adalah efektifltas dari reaksi ozonasi itu sendiri. Sebagai investigasi awal dari reaksi ozonasi etil-ester minyak kelapa dan kedelai menjadi senyawa ozonida dan senyawa-senyawa lainnya, disajikqn hasi hasill pengujian parameter-parameter utama, seperti viskositas, densitas, bilangan asam, kadar air dan indeks setana. Perubahan sifat-sifat fisika dan kimiawi yang dht}i setelah mengalami proses ozonasi adalah: kenaikan viskositas, bilangan asam, dan indeks setana, serta penurunan densitas dan kadar air. Sedangkan perubahan yang dapat diamati langsung adalah perubahan aromalbau dari etil-ester kedelai dan kelapa setelah mengalami proses ozonasi. Perubahan parameter-parameter yang diuji ini menandakan telah terbentuknya senyawa baru akibat reaksi etil-ester dengan ","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133820397","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
T. W. Samadhi, T. T. Daulay, M. Firmansyah, Tjandra Setiadi
{"title":"Pembakaran ulang abu bawah batubara","authors":"T. W. Samadhi, T. T. Daulay, M. Firmansyah, Tjandra Setiadi","doi":"10.5614/jtki.2008.7.3.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jtki.2008.7.3.1","url":null,"abstract":"The high carbon content of coal bottom ashes collected from several textile manufacturing plants in the Bandung area is indicative of an opportunity for energy utilization efficiency improvement by re-combustion of the bottom ashes. This research examines the technical feasibility of bottom ash utilization as a raw material for solid fuel briquette manufacturing. This paper discusses the measurement of the impact of bottom ash content on ignition time and crushing strength of the briquette. Bottom ash content is varied in the 0-50 %-weight range (binder and moisture-free basis). The ignition time of the briquette varies in the 4.4 – 9.9 minutes range. The ignition time of the briquette is proportional to its bottom ash content, due to the decrease in its volatile matter content. The crushing strength of the briquette varies in the 13.4 – 27.1 kgf/cm2 range, which is comparable to that of typical bulk sub-bituminous coals. A 10 %-weight addition of fresh coal powder to the briquette significantly increases its crushing strength, while further adition of coal powder does not significantly increase the crushing strength.Keywords : bottom ash, briquette, coal, energy efficiencyAbstrakTingginya kadar karbon dalam abu bawah batubara yang dihasilkan oleh boiler unggun tetap di sejumlah pabrik tekstil di wilayah Bandung mengisyaratkan peluang untuk meningkatkan efisiensi pembangkitan energi melalui pembakaran ulang abu bawah tersebut. Penelitian ini mengkaji kelayakan teknis pemanfaatan abu bawah sebagai bahan baku briket bahan bakar padat. Percobaan yang dilaksanakan bertujuan mengukur pengaruh kadar abu bawah dalam briket terhadap waktu penyalaan dan kekuatan mekanik produk briket. Kadar abu bawah divariasikan pada rentang 0-50 %-berat (basis bebas aditif perekat dan air). Waktu penyalaan briket berkisar pada 4,4 – 9,9 menit. Waktu penyalaan berbanding lurus dengan kadar abu bawah karena berkurangnya kadar zat terbang briket. Kuat remuk (crushing strength) briket berkisar pada 13,4-27,1 kgf/cm2, yang sepadan dengan kuat remuk batubara sub-bituminus bongkahan. Penambahan serbuk batubara segar sebesar 10 %-berat memberikan peningkatan kuat remuk yang signifikan, sementara penambahan lebih lanjut serbuk batubara segar tidak meningkatkan kuat remuk briket.Kata kunci : abu bawah, briket, batubara, efisiensi energi","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115467494","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Putri Sri Komala, Aguseri Effendi, I. G. Wenten, W. Wisjnuprapto
{"title":"Penggunaan limbah tempe dalam biodegradasi zat warna azo menggunakan bioreaktor membran aerob-anaerob","authors":"Putri Sri Komala, Aguseri Effendi, I. G. Wenten, W. Wisjnuprapto","doi":"10.5614/JTKI.2009.8.3.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/JTKI.2009.8.3.5","url":null,"abstract":"Tempeh waste is a form of waste that still has an economic value, due to its relatively high organic and nutrient content compared to yeast extract. In this research, tempeh waste was used as a co-substrate for the removal of azo dye from textile industry effluent using an aerobic-anaerobic membrane bioreactor. The bioreactor consists of a modified activated sludge process, i.e. a contact-stabilization process coupled with anoxic reactor and combined with an external ultrafiltration membrane to replace the sedimentation process in conventional activated sludge process. The feed consists of Remazol Black-5 azo dye at a concentration of 110-120 mg/L, and tempeh waste as an organic and nutrient source at 8-10% v/v concentration. An experiment was done to measure the effect of hydraulic retention time on dye removal, by varying the HRT in the contact tank at 1, 1.5, 2, 2.5, and 3 hours, and that of stabilization- and anoxic tanks kept constant at 4 and 3 hours. From the experiment a 41-51% removal of the dye and 46-65% removal of organic compounds were obtained. The highest dye and organic compound removal was obtained at a contact HRT of 2 hours, namely 51% of dye removal and 65% of organic removal efficiencies. An auto-oxidation process occurs in the contact tank, resulting in an increase in the dye concentration.Keywords: tempeh waste, membrane bioreactor, Hydraulic Retention Time (HRT), contact tank, azo dye. Abstrak Limbah tempe merupakan salah satu limbah yang masih memiliki nilai ekonomis, karena kandungan senyawa organik dan nutrien yang terdapat didalamnya masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan yeast extract. Dalam penelitian ini limbah tempe digunakan sebagai ko-substrat untuk penyisihan zat warna azo dari industri tekstil dengan menggunakan bioreaktor membran aerob-anaerob. Bioreaktor terdiri dari modifikasi proses lumpur aktif yaitu proses kontak-stabilisasi yang dihubungkan dengan reaktor anoksik dan dikombinasikan dengan membran ultrafiltrasi secara eksternal. Umpan terdiri dari zat warna azo Remazol Black-5 pada konsentrasi 110-120 mg/L dan limbah tempe sebagai sumber organik dan nutrien dengan konsentrasi 8-10% v/v. Percobaan dilakukan untuk mengamati pengaruh waktu retensi hidrolik (hydraulic retention time, HRT) tangki kontak terhadap penyisihan warna dengan variasi HRT tangki kontak antara 1, 1½, 2, 2½ dan 3 jam, sedangkan tangki stabilisasi dan anoksik pada HRT konstan 4 dan 3 jam. Dari percobaan dihasilkan penyisihan warna berkisar antara 41-51% dan penyisihan senyawa organik antara 46-65%. Baik penyisihan warna maupun senyawa organik terbesar dihasilkan pada HRT kontak 2 jam yaitu 51% untuk penyisihan warna dan 65% untuk penyisihan senyawa organik. Pada tangki kontak terjadi autoksidasi yang menyebabkan kenaikan konsentrasi warna.Kata Kunci: limbah tempe, bioreaktor membran, waktu retensi hidrolik (HRT), tangki kontak, zat warna azo.","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"172 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114551886","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Budiman, Alita Lelyana, Daniar Rianawati, Sutijan Sutijan
{"title":"Biodiesel production from Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) using reactive distillation","authors":"A. Budiman, Alita Lelyana, Daniar Rianawati, Sutijan Sutijan","doi":"10.5614/jtki.2012.11.2.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jtki.2012.11.2.7","url":null,"abstract":"Palm fatty acid distillate (PFAD) is a lower-value by-product obtained during the refining of palm oil and contained high amount of free fatty acid (FFA). However, it’s a potentially valuable and low-cost raw material for the production of biodiesel through esterification process. Esterification of FFA using the conventional batch faces a challenge since it is low in productivity and requires high excess of reactant so that it is not efficient for large-scale production. To overcome this problem, reactive distillation (RD) is the best candidate. RD is one of the most attractive equipment which provides potential benefits for the esterification reaction. To obtain an optimal design of the RD, an accurate model and simulation of the process is needed. In this work, a simulation study of biodiesel production from PFAD as feedstock using RD is presented by using ASPEN Plus v7.1. Two case studies of total reflux (case A) and recycled distillate (case B) were demonstrated. Close relation was found among high separation and high energy consumption in RD. Two models of RD show the more economical heat duty of both condenser and reboiler. Effect of L/F ratio, number of stages in reaction zone, and model of RD to conversion of esterification reaction were discussed. Keywords: biodiesel, esterification, PFAD, reactive distillationAbstrakSuatu produk hasil samping yang memiliki nilai ekonomi rendah, biasa dikenal sebagai Palm Fatty Acid Distilate (PFAD), diperoleh dari proses pemurnian minyak kelapa sawit. PFAD mengandung asam lemak bebas (FFA) tinggi, cukup potensial, dapat digunakan sebagai bahan baku produksi biodiesel melalui proses esterifikasi. Esterifikasi FFA dengan proses batch konvensional menghadapi tantangan karena produktivitasnya cukup rendah dan membutuhkan excess reaktan yang tinggi sehingga tidak efisien jika diterapkan untuk produksi skala besar. Reactive distillation (RD) dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini. RD merupakan alat yang berpotensi memberikan keuntungan dalam reaksi esterifikasi. Untuk mendapatkan desain yang optimal dari suatu RD, pemodelan yang akurat dan simulasi dari proses ini diperlukan. Di sini, dilakukan simulasi produksi biodiesel dari PFAD menggunakan RD dilakukan dengan ASPEN Plus v7.1. Dua kasus dipelajari, yaitu refluks total (kasus A) dan recycle distillate (kasus B) yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh rasio antara cairan yang dikembalikan ke kolom dengan feed (L/ F), dan variable variable desain. Semakin tinggi kemurnian dari hasil pemisahan, konsumsi energi yang dibutuhkan juga menjadi semakin besar. Perbandingan antara dua model dari kolom distilasi reaktif menunjukkan beban panas kondensor dan reboiler menjadi lebih ekonomis. Pengaruh perbandingan L/F, jumlah stage dalam zona reaksi, dan model kolom distilasi reaktif terhadap konversi reaksi esterifikasi akan di bahas di sini.Kata kunci: biodiesel, esterifikasi, PFAD, menara distilasi","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125757937","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nino Rinaldi, S. Subagjo, I. Makertihartha, Hery Haerudin
{"title":"Preparasi katalis nafta hidritreating dengan fasa aktif Ni-Mo pada penyangga lempung berpilar","authors":"Nino Rinaldi, S. Subagjo, I. Makertihartha, Hery Haerudin","doi":"10.5614/jtki.2008.7.2.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jtki.2008.7.2.1","url":null,"abstract":"Research on a subject of the preparation of Ni-Mo catalyst on pillared clay support by wetness impregnation method will be investigated in laboratory. The metal concentration of Mo, which will be treated, is roughly 20 %wt and of Ni is 3 %wt. Due to using MoO3 as the metal active catalyst; therefore the support has to contain a specific surface area more than 210 m2/gr in order to achieve the high dispersion of active metal on the support. Also, the effect of the pH of the Mo impregnation solution to the metal active dispersion and activity for Coker naphtha hydrodesulfurization (HDS) will be studied. Characterization of the catalyst will be conducted by using X-ray Diffraction, FT-Infrared, X-ray fluorescence and nitrogen sorption measurement. It is found that the surface area of the support is generated almost 280 m2/gr by pillarization with the oxide composition of the catalyst was 12%-wt of MoO3 and 1.4%-wt of NiO. NiMo-PILC pH-10 catalyst had higher dispersion of active metal on the support than NiMo-PILC pH-1 catalyst. On NiMo-PILC pH-10 catalyst, there was a substantial part of Mo species in the interlayer space of the Al-pillared lay, probably in interaction with the alumina pillar. Although, it has to be more detail investigated. From the result of the activity test for Coker naphtha HDS showed that NiMo PILC pH-10 catalyst had slightly higher activity than NiMo-PILC pH-1 catalyst. However, the both of catalyst still had not good enough activity if compare with the commercial catalyst.Keywords: Montmorillonite-Pillared Clay, Ni-Mo catalyst, Preparation Abstrak Suatu penelitian mengenai preparasi katalis Ni-Mo pada penyangga lempung berpilar dengan metoda impregnasi basah dirancang dan dilakukan dalam skala laboratorium. Konsentrasi logam Mo yang digunakan sebesar 13%-b MoO3 dan logam Ni 4%-b NiO. Karena fasa aktif katalis yang digunakan adalah MoO3 maka luas permukaan penyangga yang dibutuhkan adalah lebih besar dari 210 m2/gr guna mendapatkan dispersi yang tinggi. Selain itu, dipelajari juga efek pH larutan impregnasi Mo terhadap dispersi fasa aktif dan aktivitas katalis pada reaksi hidrodesulfurisasi coker nafta. Karakterisasi katalis berpenyangga dilakukan dengan menggunakan alat difraksi sinar-x, FT-IR, XRF serta dilakukan pengukuran luas permukaan spesifiknya. Dari penelitian ini, didapatkan luas permukaan penyangga lempung berpilar sebesar 277 m2/gr dengan komposisi okasida katalis NiMo yang dihasilkan adalah 12%-b MoO3 dan 1.4%-b NiO. Katalis NiMo-PILC pH-1O memiliki dispersi logam aktif yang lebih tinggi pada penyangga jika dibandingkan dengan katalis NiMo-PILC pH-1. Selain itu, pada katalis NiMo-PILC pH-10 ditemukan adanya sebagian logam Mo yang masuk kedalam ruang interlayer dari lempung, yang diduga menjadi pilar. Namun hal ini harus diteliti lebih detail. Hasil uji aktivitas katalis pada reaksi HDS coker nafta menunjukan bahwa katalis NiMo-PILC pH-10 memiliki aktivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan katalis NiMo","PeriodicalId":138501,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia Indonesia","volume":"242 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124660772","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}