{"title":"FASILITAS PRODUKSI KERAJINAN ROTAN UNTUK KAUM DISABILITAS","authors":"Christopher Andrew Susanto, Djidjin Wipranata","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24277","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24277","url":null,"abstract":"A person's opportunity to work and produce a piece of work in his life is influenced by the abilities and skills of each individual. Every individual has the same opportunity as other individuals. In the world of work, efficiency in doing work is one of the important things so it cannot be denied, where someone who has good performance and performance will replace someone who has a low level of performance and performance. This is a problem that will be faced by everyone, but there are certain things that can affect a person's performance such as differences in a person's physical condition. With deficiencies in physical condition, a person's performance in doing a job will certainly be hampered and this obstacle will cause efficiency problems in a job. This will be felt by someone who has limitations in his physical condition. Some people are reluctant to hire someone with a disability because of a fear of sub-optimal performance at work. Even though a person with a disability in fact still has enormous potential and needs to be used as best as possible. To encourage and optimize the potential of a person with a disability, facilities are needed that can support their basic needs. One way to fix this problem is rattan crafts. So far, rattan handicrafts have opened up new job opportunities for many people, especially people with disabilities who have physical and educational limitations. With this job, people with disabilities can develop themselves and their interests. To support this, adequate facilities are needed and in accordance with the needs of disabilities. These supporting facilities are expected to increase the interest and effectiveness of craftsmen so that they are more optimal in carrying out an activity. Keywords: disability; efficiency; physical condition; potential; supporting facilities Abstrak Kesempatan seseorang untuk bekerja dan menghasilkan sebuah karya dalam hidup nya dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan masing-masing individu. Setiap individu memiliki kesempatan yang sama dengan individu lainnya. Dalam dunia kerja, efisiensi dalam melakukan pekerjaan adalah salah satu hal penting sehingga tidak bisa di pungkiri, dimana seseorang yang memiliki kinerja dan performa bagus akan menggantikan seseorang yang tingkat performa dan kinerjanya kurang. Hal ini adalah permasalahan yang akan dihadapi oleh semua orang, namun terdapat hal-hal tertentu yang dapat mempengaruhi kinerja dari seseorang seperti perbedaan kondisi fisik seseorang. Dengan adanya kekurangan dalam kondisi fisik, kinerja seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan tentunya akan terhambat dan hambatan ini akan menuliskan permasalahan efisiensi dalam sebuah pekerjaan. Hal ini akan sangat terasa oleh seseoran yang memiliki keterbatasan dalam kondisi fisiknya. Beberapa orang enggan untuk mempekerjakan seseorang disabilitas karena adanya ketakutan akan kinerja yang kurang optimal dalam melakukan pekerjaan. Padahal seseorang disabilitas nyatanya masih memiliki pot","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308889","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"STUDI ARSITEKTUR EPHEMERAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN BERHUNI BAGI TUNAWISMA DI JAKARTA BARAT","authors":"Michelle Rusli, Diah Anggraini","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24252","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24252","url":null,"abstract":"Humans will actually continue to look for ways to get a better life. One of them is by moving to a place that feels better and has potential. Big cities are often the target for some people who wander to start a new life, one of them is the city of Jakarta. With all the diversity in Jakarta, this city cannot be separated from the socio-economic problems that are also experienced by various parties, including the marginalized. Marginalized people themselves are people who are marginalized when they fail to achieve a welfare life such as the homeless or commonly called the homeless. The bum comes from the word \"midfielder\" which means \"a wanderer, a wanderer\" (Onghokham, 1986). Thus, the homeless can also be defined as someone who does not have a permanent and proper place to live (Hanson-Easey et al., 2016) such as living on a shopping terrace, under a bridge, park bench, etc. For reasons of frugality, it indirectly impacts the welfare of the homeless. Referring to the book Motivation and Personality by Maslow (1970), humans have 5 hierarchies of needs that must be met, especially basic needs (such as food and shelter) so that other needs can be met as well. By moving places frequently, homeless people become more flexible to potential situations and utilize the resources around them in the process of dismantling and installing a temporary (ephemeral) architectural space. Through ephemeral architecture with the concept of in-compatibility, the author seeks to present a temporary living space as a form of fulfilling the basic needs of the homeless. With the help of data obtained from the results of surveys and interviews, the authors present a habitable space program by utilizing the surrounding resources and paying attention to the boundaries that exist in an environment. keywords: dwelling; ephemeral architecture; homeless Abstrak Manusia sejatinya akan terus mencari cara untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Salah satunya dengan cara berpindah ke tempat yang dirasa lebih baik dan memiliki potensi. Kota besar seringkali menjadi sasaran bagi sebagian orang yang mengembara untuk memulai kehidupan baru, salah satunya Kota Jakarta. Dengan segala keanekaragaman di Jakarta, membuat kota ini tidak terlepas dari masalah sosial ekonomi yang turut dialami oleh berbagai pihak termasuk kaum marginal. Kaum marginal sendiri merupakan orang-orang yang terpinggirkan ketika tidak berhasil mencapai suatu kesejahteraan hidup seperti gelandangan atau biasa disebut tunawisma. Gelandangan berasal dari kata “gelandang” dengan arti “yang mengembara, yang berkelana” (Onghokham, 1986). Sehingga, tunawisma dapat didefinisikan juga sebagai seorang yang tidak memiliki tempat tinggal tetap dan layak (Hanson-easey et al., 2016) seperti tinggal di teras pertokoan, kolong jembatan, bangku taman, dll. Dengan alasan berhemat, secara tidak langsung berdampak pada kesejahteraan hidup tunawisma. Merujuk kepada buku Motivation and Personality oleh Maslow (1970), manusia memilik","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"163 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139306678","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERAN ARSITEKTUR EDUKASI DAN MEDITASI SEBAGAI PENGHILANG STIGMA MASYARAKAT TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS MENTAL","authors":"Samuel Christian, Nina Carina","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24304","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24304","url":null,"abstract":"The community's bad stigma towards Persons with Mental Disabilities (PDM) adds to the occurrence of discrimination and exclusion that occurs from year to year. The lack of knowledge and the lack of opportunity and willingness of the community, especially the lower middle class to understand PDM, makes discriminatory behavior and fear continue to occur in society which then hinders the process of recovery and development of the potential that a PDM actually possesses. Difficulties in obtaining facilities and knowledge on how to educate PDM, especially during childhood, further hampered the recovery process for PDM themselves. This has an impact on the life of the PDM family itself, the independence of PDM so that the stigma of PDM in society continues. Thus a facility is needed that not only handles and trains PDM but also has educational methods, socialization for families and the community. With increased family and community understanding and knowledge of PDM, it is hoped that their empathy will increase so that they can accept the existence of PDM as members of society who also have their own potential. Keywords: people with mental disabilities; stigma; educational and meditation program Abstrak Stigma Buruk masyarakat terhadap Penyandang Disabilitas Mental (PDM) menambah terjadinya diskriminasi dan pengucilan yang terjadi dari tahun ke tahun. Kurangnya pengetahuan dan minimnya kesempatan serta kemauan masyarakat terutama kalangan menengah kebawah untuk memahami PDM membuat perilaku diskriminatif dan ketakutan terus terjadi dalam masyarakat yang kemudian menghalangi proses pemulihan serta pengembangan potensi yang sesungguhnya juga dimiliki seorang PDM. Kesulitan mendapat fasilitas dan pengetahuan tentang cara mendidik PDM terutama pada masa kanak-kanak semakin menghambat proses pemulihan bagi PDM itu sendiri. Hal ini berdampak bagi kehidupan Keluarga PDM sendiri, kemandirian PDM hingga membuat stigma PDM di masyarakat tetap berlanjut. Dengan demikian diperlukan sebuah fasilitas yang tidak hanya menangani dan melatih PDM namun juga memiliki metoda pendidikan, sosialisasi bagi keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya pemahaman dan pengetahuan keluarga dan masyarakat terhadap PDM diharapkan rasa empatik mereka akan meningkat sehingga dapat menerima keberadaan PDM sebagai anggota masyarakat yang juga memiliki potensinya masing-masing.","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"75 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139306689","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"STUDI SPATIAL PERCEPTION DALAM PENYEDIAAN RUANG AKTIVITAS BAGI TUNA RUNGU DI KELAPA GADING","authors":"Michael Geraldo, Diah Anggraini","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24250","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24250","url":null,"abstract":"Every human being must have felt that there is something lacking in them, some people feel lacking because of difficulties and some people are also grounded because of thoughts or psychological influences. Both have a real impact on their own suffering. Having a deficiency of one of our five main senses must have a pretty significant impact. This book is written to discuss one of them, which is the rhetoric on the senses of hearing. Having this hearing impairment can be due to genetic factors (derivatives); congenital (from within the womb); or what we can as long as we live our lives. This prevents recipients from socializing and some people in the community may even stay away from them, because they find it difficult to communicate with them. This can make her suffering feel isolated, fearful, and give up to struggle to live her life. As my fellow humans have a sense of empathy for them, i can imagine how difficult it is for them to live their day-to-day lives in the midst of a civilization that relies on sound as the primary sign or signal to communicate. Then you have to help them and give them the \"ears to see.\" Keywords: empthy; hearing disorder; spatial perception Abstrak Setiap manusia pasti pernah merasa ada sesuatu yang kurang dalam diri mereka, ada yang memang merasakan kekurangan karena mengalami kesulitan dan ada juga yang dilandasi karena pikiran atau pengaruh psikologis. Keduanya memiliki dampak yang nyata pada diri penderitanya. Memiliki kekurangan dari salah satu lima panca indera utama kita pasti memiiki dampak yang cukup signifikan. Tulisan ini ditulis untuk membahas salah satunya yaitu kekuranagn pada indera pendengaran. Memiliki gangguan pendengaran ini bisa dikarenakan faktor genetik ( turunan ); kongenital (dari sejak dalam kandungan ); maupun yang kita dapat selama kita menjalani kehidupan. Hal ini menghambat penerita untuk bersosialisasi dan beberapa orang dalam masyarakat pun mungkin menjauhi mereka, karena merasa sulit untuk berkomunikasi dengan mereka. Hal ini bisa membuat penderitanya merasa diasingkan, ketakutan, dan menyerah untuk berjuang menjalani kehidupannya. Sebagai sesama manusia saya memiliki rasa empati terhadap mereka, saya membayangkan betapa sulitnya bagi mereka untuk menjalani kehidupan sehari - harinya di tengah peradaban yang mengandalkan bunyi sebagai tanda atau sinyal utama untuk berkomunikasi, bahkan beberapa rambu lalu lintas pun juga menggunakan bunyi sebagai penanda. Maka harus membantu mereka dan memberikan meraka \"telinga untuk melihat.\"","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"78 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139306773","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENERAPAN DESAIN ARSITEKTUR EMPATI SEBAGAI UPAYA MEREDEFINISI REHABILITASI PECANDU NARKOBA","authors":"Richard Giovanni, Denny Husin","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24292","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24292","url":null,"abstract":"Drug use is not entirely negative, what is dangerous about drugs is uncontrolled use, and one of the consequences is addiction, but not all addicts want to continue to use drugs. This project is a place for drug addicts who desire to recover regardless of their addiction, empathy is essential. If you look at the current condition of rehabilitation, not all can access rehabilitation facilities because the price is high so that not a few end up in prison. Inside rehabilitation feel like they are being punished and isolated because of the programs and physical facilities they provide, not much different from being in prison. This project tries to solve this by design with understanding addicts need to recover, not locking them up but preparing them to return to society and aftercare. But in reality, rehabilitation is only effective if the addict wants to quit, so this project used dis-programming content by combining drug rehabilitation and regulation, which looks contradictory but makes it easier to monitor drug use and its distribution. Applying the concept of a different form of panopticon with dispersed and natural surveillance so it doesn't create feelings of pressure, transparency but still has privacy. Located in West Jakarta, so as not to alienate drug addicts and make this building a new community vessel for recovering addicts, watching over others and engaging in activities to socialize with the community again. Keywords: addiction; community; dis-program; empathic ; panopticons Abstrak Penggunaan narkoba tidak sepenuhnya negatif, yang berbahaya dari narkoba yaitu penyebaran dan pemakaian tidak terkontrol salah satu akibatnya adalah adiksi, namun tidak semua pecandu narkoba ingin terus ketergantungan. Proyek ini menjadi tempat bagi pecandu narkoba yang ingin sembuh terlepas dari adiksinya, empati menjadi faktor penting. Jika dilihat pada kondisi rehabilitasi yang ada saat ini, tidak semua dapat mengakses rehabilitasi karena harganya yang tinggi sehingga tidak sedikit yang berakhir di penjara, di dalam rehabilitasi pun akan merasa seperti dihukum dan terisolasi karena program dan juga fasilitas fisik yang tidak jauh berbeda dengan di penjara. Hal tersebut yang berusaha diselesaikan dengan desain yang dapat memahami kebutuhan pecandu tidak mengurung tetapi mempersiapkan mereka kembali ke masyarakat. Kenyataannya rehabilitasi hanya efektif jika pecandu sudah ingin berhenti, pada proyek ini konten dis-programming digunakan dengan menggabungkan rehabilitasi dan regulasi narkoba, terlihat bertolak belakang tetapi sebenarnya memudahkan pengawasan penggunaan narkoba dan penyebarannya. Mengusung konsep bentuk panopticons yang berbeda dengan pengawasan yang tersebar dan alami sehingga tidak memunculkan perasaan tertekan, transparansi tapi masih memiliki privasi. Terletak di Jakarta Barat, agar tidak mengasingkan para pecandu narkoba serta menjadikan bangunan ini untuk menjadi wadah komunitas baru bagi para pecandu yang sembuh mengawasi sesama dan t","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"69 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139306844","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENERAPAN KONSEP PLAYFUL DALAM PERENCANAAN PROYEK RUMAH BERMAIN LANSIA DI KAWASAN KEBON JERUK, JAKARTA BARAT","authors":"Ivonne Tiara Hilarisani, Irene Syona Darmady","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24217","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24217","url":null,"abstract":"The elderly are a group that experiences the aging process and will face various challenges in living their daily lives. The elderly population in Indonesia continues to increase every year with the elderly population reaching more than 7% of the total population, so it is necessary to make efforts to improve the welfare of the elderly in accordance with the Elderly Welfare Law. One of the problems that often arise in the elderly is loneliness caused by a lack of social interaction with their peers. Social interaction has a positive impact on the quality of life of the elderly. The author empathizes with the elderly who experience loneliness and need social interaction with their peers. Therefore, one effort that can be done is to create a place that is entertaining, interactive and useful for the elderly. The purpose of this research is to involve the architecture of empathy in overcoming the problem of loneliness in the elderly, and to find out the approaches that can be used in overcoming the problem of loneliness in the elderly. The design method applied in the design is playful architecture. This concept emphasizes joy and happiness. The goal is to create an inviting space to play, experiment and have fun. and provide a pleasant experience for visitors. It can also help increase productivity, creativity and strengthen social bonds within the community. Keywords: architecture; elderly; empathy; playful Abstrak Lansia merupakan kelompok yang mengalami proses penuaan dan akan menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Populasi lansia di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya dengan populasi lansia mencapai lebih dari 7% dari total populasi penduduk, sehingga perlu melakukan upaya untuk mensejahterakan lansia sesuai dengan Undang-Undang Kesejahteraan Lanjut Usia. Salah satu masalah yang sering muncul pada lansia adalah kesepian yang diakibatkan karena kurangnya interaksi sosial dengan teman-teman sebayanya. Interaksi sosial memiliki dampak positif terhadap kualitas hidup lansia. Penulis berempati kepada lansia yang mengalami kesepian dan membutuhkan interaksi sosial dengan teman-teman sebayanya. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan tempat rekreasi dan sosialisasi yang menghibur, interaktif, dan bermanfaat untuk lansia. Tujuan dari penulisan ini adalah melibatkan arsitektur empati dalam sebuah perencanaan proyek yang dapat mengatasi masalah kesepian pada lansia. Metode dalam penulisan ini adalah observasi lapangan dan wawancara, serta menerapkan konsep arsitektur empati dan playful architecture. Konsep ini menekankan pada keceriaan dan kebahagiaan. Tujuannya adalah untuk menciptakan ruang yang mengundang untuk bermain, bereksperimen, dan bersenang-senang. Serta memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjungnya. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan memperkuat ikatan sosial dalam komunitas.","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307002","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
S. Wicaksono, Priyendiswara Agustina Bella, I. Pribadi, Liong Ju Tjung
{"title":"STUDI PASAR PERUMAHAN MAYA RESIDENCE MUKTIWARI CIBITUNG, KABUPATEN BEKASI","authors":"S. Wicaksono, Priyendiswara Agustina Bella, I. Pribadi, Liong Ju Tjung","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24362","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24362","url":null,"abstract":"Maya Residence Muktiwari Housing is a newly developed housing complex in Muktiwari Village, Cibitung District, Bekasi Regency, West Java Province. Maya Residence Muktiwari housing is located in a residential area where there are already many other housing estates that have been built beforehand. With so many housing estates that have been built beforehand or are competitors, the author wants to conduct a study on Maya Residence Muktiwari Housing. The author uses the method of location analysis, site analysis and legality analysis to find the potential and constraints of Maya Residence Muktiwari Housing. By doing this analysis, it is hoped that the author can provide input or recommendations to the project owner so that this housing development project can run smoothly and benefit the community. Keywords: feasibility; housing; study Abstrak Perumahan Maya Residence Muktiwari merupakan perumahan yang baru dikembangkan di Desa Muktiwari, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Perumahan Maya Residence Muktiwari berlokasi pada kawasan hunian yang sudah ada banyak perumahan – perumahan lainnya yang sudah dibangun terlebih dahulu. Dengan banyaknya perumahan – perumahan yang sudah dibangun terlebih dahulu atau kompetitor, penulis ingin melakukan studi terhadap Perumahan Maya Residence Muktiwari. Penulis menggunakan metode analisis lokasi, analisis tapak, analisis legalitas dan analisis pasar untuk mencari potensi dan kendala dari Perumahan Maya Residence Muktiwari. Dengan dilakukannya analisis ini, diharapkan penulis dapat memberikan masukan atau rekomendasi terhadap pemilik proyek agar proyek pembangunan perumahan ini dapat berjalan dengan lancar dan bermanfaat bagi masyarakat.","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"102 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307212","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"WADAH INTERAKSI DAN KREATIFITAS DIGITAL KREATIF INTERGENERASI","authors":"Joshua Junaidi, Rudy Surya","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24286","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24286","url":null,"abstract":"The Covid-19 pandemic is forcing people to change the norms of working, studying, communicating, up to making transactions or shopping online. This situation encourages further use of integrated internet networks, which causes various new activities and jobs to emerge, followed by spatial designs that can be very different. In this case, is local architecture ready to accommodate changes in digital work styles for different groups of people? This research was created in order to design a place for creative digital interaction that aims to form a community where users can collaborate and grow together. In this case, it is hoped that the older generation can learn from the younger generation who are superior in the digital aspect, as well as how the thoughts of the older generation who have lived longer can inspire the younger generation to create and innovate. This can be achieved through the disprogramming design method, where multiple spatial programs can contaminate one another and could be adapted to various activities. This project is expected to become a casual working space as well as intergenerational education. Keywords: creative digital industry; digital era; disprogramming; intergeneration Abstrak Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat merubah norma bekerja, belajar, komunikasi, hingga melakukan transaksi atau belanja secara daring. Keadaan ini mendorong penggunaan jaringan internet yang terintegrasi lebih jauh, yang mana menyebabkan timbulnya pelbagai aktifitas dan pekerjaan baru, diikuti oleh desain keruangan yang bisa menjadi sangat berbeda. Dalam hal ini, apakah arsitektur lokal sudah siapa mewadahi perubahan gaya bekerja digital bagi golongan masyarakat yang berbeda – beda? Penelitian ini dibuat dalam rangka mendesain sebuah tempat interaksi digital kreatif yang bertujuan untuk membentuk sebuah komunitas dimana penggunanya dapat berkolaborasi dan bertumbuh bersama. Dalam hal ini, generasi lansia diharapkan dapat belajar dari generasi muda yang lebih unggul pada aspek digital, juga bagaimana pemikiran generasi lansia yang sudah hidup lebih lama dapat menginspirasi generasi muda dalam berkreasi dan berinovasi. Hal ini dapat dicapai melalui metode perancangan disprogramming, dimana program keruangan yang jamak dapat mengkontaminasi satu sama lain dan dapat disesuaikan dengan berbagai aktivitas. Proyek ini diharapkan dapat menjadi ruang bekerja kasual sekaligus edukasi intergenerasi.","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307797","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"INOVASI RUANG PUBLIK DAN TEKNOLOGI INTERAKTIF SEBAGAI PENGENALAN BUDAYA INDONESIA UNTUK GENERASI PENERUS BANGSA","authors":"Gilbert Sukanta, M. Halim","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24290","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24290","url":null,"abstract":"Globalization is an inevitable phenomenon. Through social media, people from different parts of the world can get to know other aspects of the world. This is where a lot of exchange of ideas, concepts, politics, and culture takes place. However, many people in Indonesia fail to filter and discern the cultures they absorb. The excessive inclination towards foreign cultures leads people to become apathetic towards their own culture, resulting in a shift in culture and morality, as well as a change in the mindset of the younger generation who imitate aspects of foreign cultural life. Therefore, there is a need for an accessible space that can be accessed by everyone, especially the future generation, through the integration of interactive technology that can pique the interest of the community in reacquainting themselves with their own traditional culture so that it is not left behind or forgotten. This research aims to dissect the most effective methods, technologies, and architectural aspects to realize a love for the nation. Thanks to technological advancements, art and culture can be linked to sophisticated devices such as Augmented Reality and Virtual Reality. With the introduction of public spaces integrated with advanced technology, it can become an effective means to introduce and enhance the community's love for traditional culture. By combining traditional cultural heritage with the potential of modern technology, we can manifest love and pride in our own cultural identity, thereby having a positive impact on present and future generations. Keywords: art; culture; public spaces; globalization; technology Abstrak Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Lewat media sosial, orang dari belahan dunia lain bisa mengenal sisi dunia lainnya. Dari sinilah banyak terjadi pertukaran ide, gagasan, politik termasuk budaya. Namun banyak dari masyarakat Indonesia bersikap tidak memilah serta menyaring budaya yang diserap. Kecenderungan kecintaan terhadap budaya luar yang berlebih membuat orang bersikap apatis terhadap budaya sendiri, terjadi pergeseran budaya dan akhlak serta mengubah pola pikir generasi muda untuk meniru aspek kehidupan budaya asing. Maka dari itu, diperlukan suatu ruang bebas yang dapat diakses oleh semua orang terutama generasi penerus bangsa lewat integrasi teknologi interaktif yang dapat menarik minat masyarakat untuk mengenal kembali budaya tradisional negara sendiri sehingga budaya sendiri tidak tertinggal dan tidak terlupakan. Penelitian ini bertujuan untuk membedah metode, teknologi serta aspek arsitektur seperti apa yang paling efektif untuk mewujudkan kecintaan terhadap bangsa. Berkat kemajuan teknologi, dapat dikaitkan antara seni dan kebudayaan dengan perangkat canggih seperti Augmented Reality dan Virtual Reality. Kemudian dengan hadirnya ruang publik yang diintegrasikan dengan teknologi canggih dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperkenalkan dan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap b","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"28 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308216","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MENGANGKAT ATRAKTOR BUDAYA DAN KOMUNITAS DI KAWASAN GLODOK UNTUK WADAH EKSPLORATIF KESENIAN DAN EDUKASI GENERASI MUDA","authors":"Yordy Christian, Petrus Rudi Kasimun","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24259","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24259","url":null,"abstract":"In looking at the developments that have occurred in the Glodok area until now there has been a degradation of Chinese culture which was caused by several aspects of the past, and cannot be separated from the role of the younger generation. Looking at what is there now, with the persistence of Chinese culture, one can see that empathy will be included in terms of cultural values that are passed on to the younger generation and become learning for all levels of society who are interested in more modernism as a form of renewal value. The role of architecture is needed in empathizing with the degraded Chinese culture in the Glodok Chinatown area. The method used to research the issues raised is a mixture of qualitative and quantitative cultural essence values which can later be contained as substance values in buildings and empathy for culture to be preserved. The empathy that is felt from the cultural degradation in the area will later be aimed at cultural actors, parents and the current generation who find it difficult to see the value of Chinese culture in Jakarta. The search is based on the early development of Chinese history in Jakarta. The selected site can respond to the issues raised regarding the degradation of Chinese culture and the problems that occur within the Glodok environment so that the site can have empathetic value conveyed in designing the building. The resulting spatial program responds to issues of cultural degradation that occur, recognition and preservation of culture as things to be emphatic. Keywords: Chinese; culture; degradation; empathy; Glodok Abstrak Dalam melihat perkembangan yang terjadi di Kawasan Glodok hingga kini terjadi degradasi budaya Tionghoa yang diakibatkan beberapa aspek masa lampau, dan tidak terlepas juga dari peran generasi muda. Melihat apa yang ada sekarang dengan masih adanya ketahanan kebudayaan Tionghoa dapat dilihat empati akan masuk dalam hal nilai kebudayaan yang diwariskan ke generasi muda dan manjadi pembelajaran untuk semua lapisan masyarakat yang tertarik dalam lingkup hal yang lebih modernisme sebagai bentuk nilai pembaharuannya. Peran arsitektur dibutuhkan dalam berempati terhadap budaya Tionghoa yang terdegradasi di kawasan pecinan Glodok. Metode yang digunakan untuk meneliti perihal isu yang diangkat ialah campuran yakni kualitatif dan kuantitatif Nilai esensi kebudayaan yang nantinya dapat tertuang sebagai nilai substansi dalam bangunan dan empati terhadap budaya untuk dilestarikan. Empati yang dirasakan dari adanya degradasi budaya pada kawasan tersebut nantinya ditujukan kepada pelaku kebudayaan, orang tua dan generasi kini yang sulit melihat nilai budaya Tionghoa di Jakarta. Pencarian didasari perkembangan awal mula sejarah Tionghoa di Jakarta. Tapak yang dipilih dapat merespon mengenai isu yang diangkat tentang degradasi budaya Tionghoa dan permasalahan yang terjadi dalam lingkup Glodok sehingga tapak dapat mempunyai nilai empati yang disampaikan dalam mendesain bangunan. Program","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"91 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308586","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}