{"title":"AKTIVITAS ANALGESIK MINYAK CENGKIH (Oleum caryophilli) SECARA INTRA ORAL TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss webster","authors":"N. Hayati","doi":"10.35990/mk.se.pit.x.p16-23","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.se.pit.x.p16-23","url":null,"abstract":"Minyak cengkih (Oleum caryophilli) mengandung eugenol yang telah lama digunakan masyarakat sebagai obat pereda nyeri gigi untuk waktu yang lama. Aplikasi langsung minyak cengkih pada gigi telah diketahui secara efektif mengurangi rasa sakit, namun efektivitasnya secara peroral belum banyak diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas analgesik minyak cengkih pada mencit jantan galur Swiss webster secara peroral. Penelitian ini adalah eksperimen laboratorik yang sebenarnya dengan uji statistik Anava dan pos hoc Tukey. Penelitian ini dilakukan pada mencit jantan galur Swiss webster, berat 20-25 gram, umur 8-10 minggu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode geliat. Dalam tes ini, asam asetat 0,7% digunakan sebagai agen perangsang nyeri, yang diberikan oleh intra-peritoneal. Pengujian efektivitas analgesik pada tikus rumah diberikan per oral menggunakan minyak cengkih (Oleum caryophilli). Mencit diberi 0,5% suspensi Tween80 per oral sebagai kontrol negatif. Kontrol positif menggunakan asam asetilsalisilat yang juga berfungsi sebagai analgesik pada kelompok pembanding. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata jumlah geliat pada mencit selama 60 menit pada dosis minyak cengkih 250, 500, 1000 mg/kg, kontrol negatif, dan asam asetilsalisilat menghasilkan Fcalc 16,26. Kapasitas perlindungan minyak cengkih pada dosis 250, 500, dan 1000 mg/kg adalah berturut-turut 27, 82, 35, 41, dan 56. Kapasitas proteksi asam asetilsalisat pada dosis 65 mg/kg adalah 51,08. Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak cengkih yang mengandung eugenol memiliki efektivitas analgesik yang signifikan dan terdapat perbedaan dalam efektivitas analgesik dengan pemberian dosis yang berbeda dari minyak cengkih.","PeriodicalId":126979,"journal":{"name":"EDISI PIT X KG 2018","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124007761","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"STEVENS JOHNSON SYNDROME DISEBABKAN OLEH DRUG ERUPTION OBAT ANALGETIK","authors":"Florence Meliawaty, Wivda Putriani","doi":"10.35990/mk.se.pit.x.p69-76","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.se.pit.x.p69-76","url":null,"abstract":"Stevens Johnson Syndrome adalah satu bentuk reaksi obat pada kulit yang parah, yang ditandai dengan demam dan luka mukokutan yang berlanjut menjadi nekrosis dan epidermis terkelupas. Laporan kasus ini merupakan tipe observasi di ruangan perawatan rumah sakit, yang disebabkan penggunaan asam mefenamat setelah ekstraksi gigi. Reaksi obat yang parah seperti Stevens Johnson Syndrome dapat berpotensi mengancam jiwa yang memerlukan perawatan ekstra.","PeriodicalId":126979,"journal":{"name":"EDISI PIT X KG 2018","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116332901","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERBANDINGAN KEBOCORAN MIKRO PADA PENGISIAN SALURAN AKAR DENGAN TEKNIK SINGLE CONE DAN TEKNIK GUTTA-PERCHA THERMOPLASTIK MENGGUNAKAN SEALER BERBAHAN DASAR RESIN","authors":"Hasthiono Ff, M. Aryanto","doi":"10.35990/mk.se.pit.x.p34-43","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.se.pit.x.p34-43","url":null,"abstract":"Obturasi yang hermetis dalam arah tiga dimensi dan lengkap dengan koronal dan apikal seal adalah salah satu tujuan yang penting dari perawatan saluran akar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kebocoran mikro pada pengisian saluran akar dengan teknik single cone dan teknik gutta-percha thermoplastik menggunakan sealer berbahan dasar resin. Penelitian ini menggunakan 32 gigi premolar pertama mandibular. Gigi tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri atas 16 gigi. Kedua kelompok dilakukan preparasi saluran akar dengan teknik crown down (rotary protaper instrument). Kelompok 1 diobturasi dengan teknik single cone dan kelompok 2 diobturasi dengan teknik gutta-percha thermoplastik, setelah obturasi selesai, semua gigi disimpan dalam inkubator (37oC, 24 jam). Seluruh permukaan gigi dilapisi dengan cat kuku sebanyak dua lapis kecuali 1 mm pada bagian apikal, dan direndam dalam laurutan biru metilen selama 7 hari. Setelah itu cat kuku dibersihkan, sampel didekalsifikasi, dehidrasi dan gigi dibelah dalam arah longitudinal. Penetrasi warna dievaluasi menggunakan mikroskop stereo dengan pembesaran 40x dan diberi skor 0-1. Data dianalisis dengan uji chi-square (P <0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebocoran mikro apikal pada pengisian saluran akar dengan teknik gutta-percha thermoplastik menggunakan sealer berbahan dasar resin menunjukkan kebocoran apikal terkecil. Obturasi dengan teknik gutta-percha thermoplastik lebih efektif dan baik untuk pengisian saluran akar.","PeriodicalId":126979,"journal":{"name":"EDISI PIT X KG 2018","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131639560","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENCITRAAN CBCT 3D KASUS TEMUAN INSIDENTAL PADA RADIOGRAF PANORAMIK","authors":"Sandy Pamadya, Azhari","doi":"10.35990/mk.se.pit.x.p77-89","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.se.pit.x.p77-89","url":null,"abstract":"Pemeriksaan radiologi konvensional menjadi pilihan dokter gigi sebagai penunjang dalam menentukan diagnosis dan rencana perawatan karena harganya yang murah dan hasilnya cukup akurat. Temuan insidental kadang ditemukan pada pemeriksaan radiodiagnostik konvensional tanpa adanya gejala klinis. Laporan Kasus 1: Seorang perempuan usia 24 tahun datang ke Departemen Bedah Mulut RSHS Bandung dengan keluhan gigi taring atas kanannya belum tumbuh. Radiograf panoramik menemukan adanya lesi radiolusen bulat di periapikal gigi 44 dengan struktur internal radiolusen dan radioopak kecil di tengahnya, tanpa gejala klinis. Pasien lalu disarankan untuk melakukan pemeriksaan CBCT 3D. Berdasarkan anamnesis, temuan klinis dan radiograf, radiodiagnosis lesi di periapikal gigi 44 adalah periapical osseus dysplasia. Laporan Kasus 2: Seorang wanita usia 43 tahun dengan keluhan sinusitis dirujuk ke Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Unpad. Hasil radiograf panoramik sebelumnya yang dbawa oleh pasien tersebut menunjukkan gambaran radiointermediat pada dinding dan dasar sinus maksilaris kanan. Berkebalikan dengan sinus kanan yang merupakan keluhan utama, pada sinus kiri yang tidak memiliki gejala apapun tampak gambaran samar radioopak berukuran sedang, menempel pada dasar sinus maksilaris kiri dan memanjang ke arah superior. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan CBCT 3D untuk melihat lebih jelas lesi pada sinus maksilaris kiri. Radiodiagnosisnya adalah osteoma pada sinus maksilaris kiri. Temuan insidental pada radiograf rutin ataupun diagnostik dapat menunjukkan lesi tanpa gejala yang berpotensi menjadi ganas. Pemeriksaan radiografi harus menjadi pilihan ketika hasil pemeriksaan klinis menimbulkan keraguan. Diagnosis akhir kadang baru dapat ditegakkan dengan tambahan pemeriksaan histopatologis, setelah melakukan anamnesis pemeriksaan klinis dan radiografis. Pemeriksaan radiografi kadang menunjukkan lesi tanpa gejala klinis. Lesi-lesi tersebut dapat berpotensi untuk menjadi ganas. Pencitraan CBCT 3D dapat menunjukkan gambaran yang tidak dapat terlihat pada pencitraan konvensional.","PeriodicalId":126979,"journal":{"name":"EDISI PIT X KG 2018","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130261340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Z. Y. Dewi, Hillda Herawati, Anne Utami Puspita Pujarama
{"title":"PENGARUH LAMA PERENDAMAN SUSPENSI VITAMIN C TERHADAP PELEPASAN ION KROMIUM PADA KAWAT STAINLESS STEEL","authors":"Z. Y. Dewi, Hillda Herawati, Anne Utami Puspita Pujarama","doi":"10.35990/mk.se.pit.x.p24-33","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.se.pit.x.p24-33","url":null,"abstract":"Kawat ortodontik stainless steel (SS) mengandung unsur kromium yang memiliki sifat tahan terhadap korosi sehingga banyak digunakan dalam perawatan ortodontik. Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.Vitamin C bermanfaat dalam menjaga keutuhan kolagen. Kolagen mempunyai berbagai peran penting bagi tubuh yaitu membantu penyembuhan luka, memelihara kesehatan jaringan penghubung, dan membantu melindungi sel-sel tubuh. Salah satu pengobatan terhadap defisiensi vitamin C adalah dengan mengkonsumsi vitamin C selama 7-10 hari. Vitamin C mempunyai sifat asam yang dapat menyebabkan reaksi kimia sehingga bersifat korosif dan dapat mengoksidasi logam kawat dengan cara melepaskan ion-ion yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman kawat SS dalam larutan vitamin C terhadap pelepasan ion kromium. Metode penelitian adalah laboratorium eksperimental.. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling atau pengambilan sampel berjatah yaitu kawat SS sebanyak 10 buah. Seluruh sampel direndam di dalam larutan vitamin C sebanyak 10 ml selama satu menit dalam 7 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdeteksi pelepasan ion kromium tertinggi pada pengukuran hari keenam dalam konsentrasi rendah sebesar 0,0190 mg/l. Pelepasan ion kromium terjadi karena kawat SS mengalami oksidasi berkontak dengan vitamin C yang asam. Hasil analisis statistik uji multivariat General Linear Model-Repeated Measure (GLM-RM) menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,476 atau p>0,05 artinya tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada lama perendaman kawat SS dalam larutan vitamin C terhadap pelepasan ion kromium sampai pada hari ketujuh. Pelepasan ion kromium kawat SS terdeteksi dalam batas aman sehingga vitamin C aman digunakan untuk pengguna ortodontik.","PeriodicalId":126979,"journal":{"name":"EDISI PIT X KG 2018","volume":" 6","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131976218","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"REHABILITASI ORAL PADA PASIEN POST SEGMENTAL MANDIBULAR RESECTION DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI TEKNIK NEUTRAL ZONE","authors":"R. Parnaadji","doi":"10.35990/mk.se.pit.x.p58-68","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.se.pit.x.p58-68","url":null,"abstract":"Pasien dengan kehilangan sebagian tulang mandibula akan mengalami banyak permasalahan yang berhubungan dengan fungsi pengunyahan, berbicara, dan penelanan yang disebabkan adanya penyesuaian fungsi anatomi karena pengambilan tumor. Hal yang penting untuk diperhatikan pada saat pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan setelah dilakukan rekonstruksi mandibula sebagai rehabilitasi oral adalah menghindari gangguan dari lidah, pipi, bibir maupun mukosa pada saat berfungsi oleh karena itu, diperlukan penempatan gigi tiruan pada daerah neutral zone. Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk menjelaskan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dengan penentuan neutral zone pada pasien dengan adanya gerakan lidah yang tidak menguntungkan dan adanya mukosa yang mudah bergerak pada dasar mulut setelah tindakan bedah untuk merekonstruksi mandibula. Pasien laki-laki berumur 43 tahun yang telah dilakukan reseksi mandibula segmental, membutuhkan gigi tiruan yang nyaman dan dapat digunakan untuk memperbaiki estetik dan fungsi kunyahnya. Pasien telah menjalani reseksi mandibula segmental dari permukaan distal molar kedua kanan sampai dengan molar pertama kiri dan telah dilakukan rekontruksi dengan menggunakan bridging plate. Gigi-geligi pada rahang bawah pasien yang tersisa meliputi molar ketiga kanan serta molar kedua dan ketiga kiri. Desain pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan mempertimbangkan sumbu longitudinal dari garis rotasi yang melintang lurus pada gigi yang tersisa. Neutral zone ditentukan dengan menggunakan bahan tissue-conditioning sebagai panduan untuk penyusunan gigi tiruan. Laporan kasus ini menunjukkan kesuksesan penggunaan teknik neutral zone impression untuk menghindari gangguan lidah, pipi, bibir maupun mukosa saat berfungsi setelah mengalami reseksi mandibula segmental","PeriodicalId":126979,"journal":{"name":"EDISI PIT X KG 2018","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122294457","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"HUBUNGAN ANTARA SUDUT INTER-INSISAL DAN KONVEKSITAS WAJAH PADA SUB-RAS DEUTRO MELAYU","authors":"Tissa Rahadiati, P. P. Sianita","doi":"10.35990/mk.se.pit.x.p44-57","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.se.pit.x.p44-57","url":null,"abstract":"Wajah dan profil wajah merupakan bagian utama dari tubuh yang dapat membantu seseorang untuk membentuk kesan dan berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya. Baik wajah maupun profil wajah memberikan beberapa karakteristik khusus pada setiap individu yang berbeda satu dengan yang lain. Harmonisasi dan relasi gigi dengan struktur skeletal yang membentuk profil wajah juga berbeda pada tiap individu. Posisi gigi anterior pada tulang basal dapat mengubah profil wajah, termasuk posisi bibir atas yang pada akhirnya akan mempengaruhi konveksitas wajah tersebut. Karakteristik individual yang terdapat pada gigi geligi dari individu berbeda ini telah lama disadari sebagai faktor penting yang menjadi panduan atau landasan utama dalam forensik identifikasi, khususnya dalam pembuatan sketsa wajah dari orang hilang atau tidak dikenal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sudut inter-insisal dan konveksitas profil wajah. Penelitian ini melibatkan 31 subyek yang memenuhi kriteria inklusi. Radiogram sefalometri lateral dan fotograf profil wajah dibuat untuk masing-masing subyek untuk kemudian dilakukan pengukuran sudut inter-insisal dan penentuan konveksitas wajah. Penentuan konveksitas wajah, digunakan fotograf profil untuk mendapatkan evaluasi harmoni yang lebih akurat dari hubungan antara jaringan lunak dan jaringan keras wajah. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson dan hasilnya menunjukkan suatu korelasi yang bermakna dengan nilai p 0,036 (p<0,05) antara sudut inter-insisal dan konveksitas profil wajah. Hasil ini membuktikan bahwa terdapat korelasi antara kedua variabel yang diukur. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara besar sudut inter-insisal dan konveksitas profil wajah.","PeriodicalId":126979,"journal":{"name":"EDISI PIT X KG 2018","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114655683","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"AKTIVITAS ANTIOKSIDAN POLIFENOL ASAM GALAT TEH HIJAU GAMBUNG MELALUI PENURUNAN KADAR MALONDIALDEHID TIKUS DIABETES MELITUS","authors":"Iis Inayati Rakhmat, Fahrauk Faramayuda, Euis Reni Yuslianti","doi":"10.35990/mk.se.pit.x.p1-15","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.se.pit.x.p1-15","url":null,"abstract":"Teh hijau dilaporkan mempunyai efek sebagai antidiabetes karena kandungan antioksidannya. Komplikasi diabetes berkaitan dengan terjadinya stres oksidatif akibat hiperglikemi persisten yang ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid. Aktivitas antioksidan selular dan kandungan polifenol terutama asam galat teh hijau asal Gambung Ciwidey Bandung masih belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan mengetahui kandungan antioksidan asam galat serta penurunan malondialdehid teh hijau tikus diabetes. Metode penelitian adalah laboratorium eksperimental. Pengujian kandungan antioksidan kualitatif dengan uji fitokimia, pengujian kandungan asam galat kuantitatif metode pH diferensial ekivalen antosianin total, dan pengujian aktivitas antioksidan melalui penurunan kadar malondialdehid tikus diabetes metode TBARs. Tikus dibagi kedalam 5 kelompok (n=5) diberi perlakuan selama 14 hari peroral: Tikus kelompok I sebagai kontrol negatif, tikus kelompok II kontrol diabetes, tikus diabetes kelompok III dan IV diberi ekstrak etanol teh hijau 14,4 mg/hari dan 28,8 mg/hari serta tikus diabetes kelompok V diberi Vitamin C 3,6 mg/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol teh hijau Gambung memiliki kandungan alkaloid, tanin, saponin, katekin, flavonoid, kuinon, dan asam galat 12,19 mg/L TAC. Kadar rerata malondialdehid darah kelompok teh hijau 28,8 mg/hari berbeda signifikan (P=0,012) dengan kelompok Vitamin C 3,6 mg/hari akan tetapi tidak ada perbedaan signifikan (P=0,087) apabila dibandingkan dengan kelompok yang diberi teh hijau 14,4 mg/hari. Pemberian teh hijau 28,8 mg/hari memberikan efek menguntungkan dibanding Vitamin C 3,6 mg/hari yang dibuktikan dengan penurunan kadar MDA kemungkinan karena kandungan antioksidan polifenol asam galat teh hijau sebagai scavenger radikal peroksil stres oksidatif pada tikus diabetes.","PeriodicalId":126979,"journal":{"name":"EDISI PIT X KG 2018","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121363144","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}