{"title":"Amalan yang Tidak Diperhatikan Kaum Sufi","authors":"Muhammad Khoiri","doi":"10.53429/spiritualis.v4i2.53","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i2.53","url":null,"abstract":"Umat Islam umumnya dan kaum sufi khususnya berpedoman kepada al-Qur‟an dan sunnah nabi. Namun secara umum mereka hanya mementingkan diri sendiri dengan meperbanyak dzikir, dan terkesan kurang kurang memperhatikan kemajuan umat Islam secara umum. Umat Islam saat ini tertinggal jauh akibat melupakan amalan yang seharusnya diprioritaskan oleh umat Islam itu sendiri. Artikel ini membahas tentang amalan yang dilupakan oleh kaum sufi, padahal seharusnya diutamakan. Kesimpulan dari artikel ini adalah kaum sufi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdzikir dan kurang peka terhadap kemajuan umat Islam. Padahal kemajuan umat Islam itu bisa diraih dengan mengamalkan perintah Allah yang pertama kali turun yaitu dengan membaca dan menulis, bukan berdzikir atau shalat.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"144 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116598842","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Problematika Seksual dan Solusinya","authors":"A. Habibah","doi":"10.53429/spiritualis.v4i1.44","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i1.44","url":null,"abstract":"Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memang mempermudah segala urusan manusia. Seseorang dengan mudah mengakses berita melalui internet. Baik berupa video atau yang lainnya. Namun dibalik kemudahan itu, ada beberapa dampak negatif yang tidak boleh dilupakan. Misalnya, semakin mudah orang mengakses informasi melalui internet, semakin mudah pula mereka mendapatkan video-video negatif. Dampak dari semua itu, dalam dunia modern, terutama pada negara-negara maju, tingkat kejahatan seksual lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang. Oleh sebab itu, agama harus memainkan peran agar kejahatan tersebut bisa di tanggulangi. Tulisan singkat itu mencoba menguraikan beberapa sebab kejahatan seksual yang terjadi dan menawarkan solusinya. Kesimpulan artikel ini adalah pertama langkah pencegahan agar tidak mendekati zina, kedua mengenakan h}ijab. Dalam persoalan homo-lesbi, al-Qur‟an menawarkan solusi lewat pencitraan masyarakat bahwa „hal tersebut keji‟. Kedua dengan cara menikah secara wajar, yaitu dengan lawan jenis.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131185181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Rasionalisasi Wujud Tuhan","authors":"A. Said","doi":"10.53429/spiritualis.v4i2.50","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i2.50","url":null,"abstract":"Di dunia ini banyak orang yang tidak percaya akan wujud Tuhan (atheis). Hal itu di dasarkan pada paham empirisme bahwa sesuatu itu dianggap ada kalau bisa diindera. Artikel ini akan membahas tentang rasionaliasi wujud Tuhan dan lebih jauh tentang kebenaran bertuhan, sebab ada banyak faham yang bermaca-macam tentang Tuhan. Kesimpulan artikel ini adalah keyakinan bertuhan dapat dibenarkan kalau lulus uji. Batu uji ketuhanan itu adalah kekal, monotheis, tanzi>h serta bebas relativitas. Sedangkan wujud Tuhan dapat diketahui melalui rasionalisasi terhadap jagad raya, bukan empirisasi terhadap wujud Tuhan itu sendiri","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121902356","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pemikiran Hermeneutika Amina Wadud Muhsin","authors":"Eka Prasetiawati","doi":"10.53429/spiritualis.v4i1.42","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i1.42","url":null,"abstract":"Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi pada semua bidang ilmu. Tak terkecuali bidang ilmu-ilmu al-Qur‟an. Di Barat lahir seorang tokoh perempuan yang menghebohkan dunia Islam pada saat itu, bahkan hingga saat ini. Namanya adalah Amina Wadud Muhsin. Ia seorang Profesor Islamic Studies yang pernah menjadi imam shalat Jum‟at. Dalam jum‟atan tersebut, imamnya perempuan, khatibnya perempuan dan barisan makmumnya bercampur aduk antara laki-laki dan perempuan. Sejak 1400 tahun lebih Islam di sebarkan oleh Nabi Muhammad, baru Amina Wadud-lah orang yang berani menjadi imam shalat Jum‟at. Amina Wadud melakukan hal tersebut tentu bukan asal-asalan, namun juga memiliki dasar. Dasar yang di pakai olehnya adalah hermeneutika tauhid. Dalam hal ibadah, seseorang tidak boleh di halangi hanya karena jenis kemanin, asalkan bertauhid, ia boleh beribadah. Selain itu, factor kondisi geografis dimana Amina Wadud tinggal juga menjadi alasan utmanya untuk melakukan hal itu.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134086639","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Nama Muhammad Dalam Al-Qur’an dan Injil","authors":"Indra Latif Syaepu","doi":"10.53429/spiritualis.v4i1.43","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i1.43","url":null,"abstract":"Al-Qur'an adalah kitab suci agama Islam yang diyakini sebagai kebenaran mutlak, baik yang bersifat doktrin, kisah masa lalu atau masa depan. Dalam al-Qur‟an dikabarkan bahwa kedatangan Muh}ammad sudah dijelaskan dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Untuk itu, tulisan ini akan mengkombinasikan antara prediksi yang ada dalam Injil dan pernyataan al-Qur‟an. Penulis menggunakan studi komparatif sedangkan kesimpulannya adalah terdapat kesesuaian antara pernyataan al-Qur‟an dengan berita yang dibawa oleh kitab-kitab terdahulu.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126663620","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Karakteristik Pemerintahan Dunia Islam Era Abad Pertengahan Islam","authors":"L. T. Abdurrahman","doi":"10.53429/spiritualis.v4i2.51","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i2.51","url":null,"abstract":"Abad pertengahan Islam adalah kurun waktu abad 13 M hingga 18 M. Era ini sering disebut sebagai era “kemunduran” peradaban Islam. Namun, sebelum menjatuhkan vonis menyematkan label “maju atau mundur”, terlebih dahulu harus dipetakan tentang apa yang yang terjadi khususnya dalam bidang pemerintahan pada era tersebut. Meski banyak pencapaian yang tidak semegah pada abad-abad sebelumnya, tetapi pada era ini ada pola dan karakteristik tersendiri yang sangat berpengaruh pada era modern Islam. Terlebih dalam pemerintahan perkembangan konstitusi dan pemerintahan umat Islam. Tulisan ini akan menjawab satu pertanyaan besar tentang bagaimana karakteristik pemerintahan dunia Islam pada era abad pertengahan (13 M-18 M). Artikel ini menggunakan pendekatan sejarah secara kronologis untuk memberikan deskripsi yang runtut sesuai dengan lini waktu yang terjadi pada kurun waktu abad pertengahan Islam. Hasil temuan dalam artikel ini adalah karakteristik pemerintahan dan pemikiran konstitusi pada era abad pertengahan Islam yang cukup mencolok adalah adanya berbagai pergeseran paradigma dalam dunia pemerintahan, meliputi pergeseran paradigma dari desentralisasi menuju disintegrasi, kemudian munculnya dinasti – dinasti yang bercorak kebangsaan, dan juga pergeresan paradigma penerapan konstitusi pada era pertengahan Islam dari integralistik menuju sekuleris \u0000Sejarah, Abad Pertengahan Islam, Pemikiran Konstitusi dan Pemerintahan","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130697189","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Konsep Bahagia","authors":"Abdur Rohman","doi":"10.53429/spiritualis.v4i1.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i1.40","url":null,"abstract":"Sepanjang manusia hidup, mereka kebingungan mencari satu kata yaitu ‘bahagia.’ Berbagai cara mereka tempuh untuk mendapatkan satu kata tersebut. Ada yang mengira berada pada kekuasaan, ada yang mengira berada pada kekayaan, ada yang mengira kebahagiaan itu di akhirat sana. Namun yang pasti, dimanakah kebahagiaan itu berada masih perlu ditelusuri lebih lanjut. Artikel singkat ini akan membahas tentang konsep bahagia. Kesimpulan penelitian ini terdapat enam ‘syarat’ agar seseorang bisa bahagia. Pertama, keadaan dan jiwanya menyatu. Kedua, kebahagiaan di ukur dari segi kejiwaan, bukan materi. Ketiga, kebahagiaan di ukur dari ‘masalah’, bukan prestasi. Keempat, jika tercapai apa yang diinginkan. Kelima, menempuh jalan yang lurus. Keenam, berfikir positif.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127833708","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"WALILOGI","authors":"Diana Elfiyatul, Abdur Rohman","doi":"10.53429/spiritualis.v7i1.169","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v7i1.169","url":null,"abstract":"Kategorisasi seseorang menjadi wali atau tidak sangat sulit diukur oleh orang awam. Oleh karena itu, dibutuhkan barometer khusus mengenai kategorisasi seseorang menjadi wali. Salah satu caranya adalah menggunakan kacamata antropologi. Penelitian ini menggunakan kacamata antropologi sebagai tolak ukurnya, bukan hakikat apakah seseorang itu menjadi wali Allah atau tidak. Penelitian ini menyimpulkan delapan poin agar seseorang dikategorisasikan menjadi wali. Dari kedelapan kategori tersebut bisa jadi seseorang hanya memiliki satu kategori untuk menjadi wali, bisa juga dua, tiga atau lebih. Kedelapan kategori itu adalah: Pertama, memiliki trah atau genealogi keturunan dari Nabi Muh}ammad atau kerajaan. Kedua, memiliki reputasi atau jabatan publik. Ketiga, memiliki jasa terhadap lembaga atau organisasi. Keempat, menjadi orang yang pertama kali menghuni suatu desa (babat desa). Kelima, memiliki karomah. Keenam, laki-laki. Ketujuh, dampak sosial; dan kedelapan harus NU (Nahdlotul Ulama)","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"258 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115519407","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}