{"title":"MODERAT DAN PURITAN DALAM PEMIKIRAN KHALED ABOU EL FADL","authors":"Bayu Fermadi","doi":"10.53429/spiritualis.v5i2.67","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i2.67","url":null,"abstract":"Perlombaan adu gagasan kebenaran terjadi sangat ketat antara Islam moderat dan puritan. Masing-masing ‘mencari mangsa’ agar paham mereka dapat diterima oleh khalayak. Dalam artikel ini dibahas perbedaan mendasar kedua kelompok tersebut dari kacamata Khaled Abou el Fadl. Kesimpulan artikel ini adalah muslim puritan memiliki karakter kembali kepada al-Qur’an dan hadis. Kelompok ini diiwakili oleh Wahabi. Implikasi dari paham tersebut adalah Islam dicap sebagai agama garis keras, teroris, bahkan menghakimi orang yang tidak sepaham sebagai kafir. Mereka hanya mengikuti ijtihad ulama mereka dan menutup ruang pemahaman baru. Hal ini didasarkan oleh asumsi mereka bahwa 90 % ajaran Islam tidak dapat diinterpretasikan. Sedangkan muslim moderat adalah kelompok yang mengakomodir pemahaman dasar-dasar Islam melalui kacamata ijma>’ dan qiya>s: yang diwakili oleh kelompok Sunni. Mereka lebih longgar dan menerima modernitas. Paham tersebut mencerminkan Islam yang humanis dan fleksiel. Poin penting dalam menyikapi perbedaan tersebut bukan dinilai dari benar salah, tetapi siapakah yang lebih baik diantara mereka.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125604441","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEMIKIRAN MUH}AMMAD ABIED AL-JABIRI SEBAGAI PROYEK KEBANGKITAN ISLAM","authors":"Yuni Pangestutiani","doi":"10.53429/spiritualis.v6i1.81","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i1.81","url":null,"abstract":"Abied al-Jabiri adalah seorang jawara filsafat Arab yang tak tertandingi. Ia ingin membangkitkan Islam dari keterpurukan. Artikel ini akan membahas pemikiran al-Jabiri untuk membangkitkan Islam. Kesimpulannya adalah: Pertama, orang Arab ketika Nabi Muh}ammad di utus, tidak mempunyai raja dan negara. Pada waktu itu sistem sosial politik di Makkah dan Yatsrib (Madinah) adalah sistem sosial kesukuan yang belum memenuhi persyaratan sebuah negara. Kedua, meskipun pada prakteknya Rasulullah saw. merupakan seorang pemimpin, komandan perang sekaligus pembimbing masyarakat muslim, beliau berulangkali menolak dengan keras untuk disebut sebagai raja atau pemimpin negara. Ketiga, pasca wafatnya Rasulullah, para sahabat beliau merasa bahwa ketiadaan Rasulullah berarti kekosongan institusional. Menurut Al-Jabiri klasifikasi nalar Arab adalah: Pertama, kelompok yang menolak apa saja yang bukan dari tradisi Islam. Kedua, kelompok sekuler-liberal yang menganggap kebangkitan tidak akan bisa dicapai kecuali mengikuti pola-pola Barat. Untuk tujuan ini Al-Jabiri menawarkan qira>’ah mu‘a>s}irah terhadap tradisi yang ia sebut naqd al-‘aql al-‘arabi. Akal Arab dalam pandangan Al-Jabiri, terdiri dari baya>ni, ‘irfa>ni, burha>ni. Baya>ni adalah nalar yang berpijak kepada ilmu nahwu dan bala>ghah; ‘irfa>ni adalah nalar religios-sufistik dan burha>ni adalah nalar yang mengandalkan rasio/akal. \u0000 ","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"114 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128136844","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"CADAR","authors":"Aina Noor Habibah","doi":"10.53429/spiritualis.v6i1.83","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i1.83","url":null,"abstract":"Fenomena bercadar bagi wanita muslim saat ini cukup menyita perhatian publik, termasuk para akademisi dan sosiolog. Artikel ini akan membahas tentang cadar dari segi orang yang mengenakan cadar dan pandangan orang lain serta pengaruhnya dalam ruang publik. Kesimpulannya adalah orang yang mengenakan cadar menyandang stigma negatif dari orang lain disebabkan mereka lebih bersifat eksklusif dan wanita Islam garis keras, bahkan teroris. Stigma tersebut disebabkan karena istri teroris rata-rata memakai cadar, apalagi pasca runtuhnya gedung WTC tahun 2001. Meskipun terpojokkan oleh stigma masyarakat, pengguna cadar justru memiliki ikatan yang kuat, baik dari segi emosional, sosial, agama, ekonomi bahkan politik. Implikasinya adalah cadar bukan hanya berfungsi sebagai penutup aurat tetapi sebagai salah satu life style dan trend fashion. Stigma negatif itu kemudian berupaya dirubah oleh mereka dengan cara menunjukkan sikap inklusifitas yaitu dengan banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti di mall, bioskop, café bahkan ajang pameran busana. Bagi mereka, bercadar merupakan cermin wanita Islami dan jati diri baik di dalam maupun di luar rumah. \u0000 ","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"96 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128328118","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"METODE DAN PENDEKATAN PEMAHAMAN HADISNABI","authors":"M. U. Abshor","doi":"10.53429/spiritualis.v5i1.62","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i1.62","url":null,"abstract":"Kritik matan dalam penelitian hadis Nabi menjadi bagian penting dalam rangka memahami aspek metodologi yang digunakan. Memahami hadis Nabi menimbulkan banyak perdebatan pemahaman karena dipicu oleh metode yang diaplikasikan, misalnya metode tekstual yang mengedepankan makna teks lahiriyah, metode kontekstual memfokuskan pada konteks lahirnya hadis seperti asba>b al-wuru>d dan kondisi sosio-historis yang melingkupinya saat hadis itu diproduksi oleh Nabi. Kedua metode ini dirasa kurang cukup memadai untuk memahami secara mendalam hadis Nabi, maka dibutuhkan metode lain yang lebih operasional antara lain metode hermeneutika, historis dan ilmiah. Adapaun pendekatan dalam penelitian ini adalah fenomenolgi dengan analisis isi (content analysis) yang menggabungkan nas} dan metode induktif, signifikansi dari pendeketan ini untuk menemukan substansi ajaran nas} yang lebih sistematis dan akurat.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132672403","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERGESERAN OTORITAS ULAMA MAGETAN AKIBAT FRAGMETSI MEDIA DAKWAH BARU YANG EKONOMIS","authors":"A. Muslim","doi":"10.53429/spiritualis.v5i1.59","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i1.59","url":null,"abstract":"Melalui artikel ini penulis hendak menganalisis pergeseran otoritas ulama di Kabupaten Magetan sejak munculnya radio hingga youtube. Kajian ini diawali dengan sebelum ada radio terdapat tradisi mencari informasi agama kepada informan ustad, guru atau kiai yang harus ditempuh dengan jarak jauh dan membutuhkan waktu yang lama. Seiring dengan perkembangan tekhnologi, tradisi rih}lah tersebut mulai tergeser dengan youtube. Bagian dari internet ini memberi akses yang cukup mudah untuk mendapatkan informasi kepada khalayak dengan audio-visual hingga ke berbagai wilayah yang menembus batas geografis. Oleh sebab itu, artikel ini akan menganalisis mengapa pergeseran itu terjadi? Apa dampaknya pada otoritas ulama?. Hasil dari analisa penulis adalah adanya fragmentasi otoritas ulama itu berkaitan dengan media yang ekonomis.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121426101","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kritik Terhadap Hegel","authors":"Yuni Pangestutiani","doi":"10.53429/spiritualis.v4i1.45","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i1.45","url":null,"abstract":"Hegel merupakan puncak gerakan filsafat Jerman yang berawal dari Kant, Para filsuf akademik terkemuka baik di Amerika maupun Britania Raya sangat bercorak Hegelian. Hegel memandang bahwa hakekat realistis dideduksi dari pertimbangan tunggal bahwa realitas tidak harus kontradiktif diri. Corak pembeda lainnya (yang terkait erat dengan yang pertama) adalah gerakan tri tunggal yang disebut “dialektik” yaitu tesis, antitesis dan sintesis. Triade-triade dialektik itu misalnya : “ada-tidak ada-menjadi” dan “Hukum (lahiriah)-moralitas (batin)-kesusilaan (sinteksis dari lahir dan batin)”. Titik pangkal filsafat Hegel adalah keyakinan bahwa “ide yang dimengerti dan kenyataan”, itu sama saja. Maka tidak ada perbedaan antara bidang “rasio” dan bidang “realitas”. Rasionalitas dan realitas itu sama menurut Hegel, menurutnya yang dimengerti itu real dan yang real itu dimengerti. “Berfikir” dan “ada” itu sama seluruh kenyataan itu satu proses dialektis. Hegel menyatakan bahwa hukum dialektis ini memimpin perkembangan jiwa. Marx tidak puas dengan dialektika Hegel yang berpusat pada ide/roh. Hal ini bagi Marx terlalu abstrak dan tidak menyentuh realitas konkrit. Pengertian ini tidak sesuai dengan tesis Karl Marx bahwa filsafat harus mengubah cara orang bertindak. Marx membalik dialektika ide Hegel menjadi dialektika materi. Hegel menyatakan bahwa kesadaranlah yang menentukan realitas, maka Marx mendekonstruksinya dengan mengatakan bahwa praksis materiallah yang menentukan kesadaran. Pandangan Kierkegaard dapat dijelaskan melalui tema sentralnya mengenai apa yang dimaksud dengan “akal yang bereksistensi”. Perkembangan tema Kierkegaard ini merupakan reaksi keras terhadap rasionalisme Hegel F. Budi Hardiman menjelaskan : Kritik Kierkegaard atas Hegelianisme bukan sekedar sebuah minat teoritis, melainkan didasari oleh sebuah keprihatinan praktis terhadap perilaku keagamaan di Denmark. Pada titik inilah Kierkegaard lalu menunjukkan bahwa “biang keladi” kemerosotan penghayatan iman ini tak lain adalah filsafat Hegel. Menurut Kierkegaard, realita Hegel tidaklah memiliki relasi dengan realita keberadaan manusia.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"115 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115085553","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hermeneutika Farid Esack","authors":"Misbach Munir","doi":"10.53429/spiritualis.v4i2.52","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i2.52","url":null,"abstract":"Al-Qur‟an adalah kitab suci yang dijadikan pedoman bagi umat Islam dalam segala hal, termasuk memecahkan masalah sosial-politik yang terjadi di Afrika Selatan. Farid Esack adalah tokoh reformis muslim Afrika Selatan yang memiliki gagasan hermenutis untuk membebaskan masyarakat Afrika Selatan dari penindasan Apartheid. Upaya yang dilakukan Esack adalah dengan melakukan reinterpretasi terhadap teologi Islam. Kesimpulan dari artikel ini adalah hermeneutika pembebasan yang digagas oleh Farid Esack meliputi: taqwa, tauh}id, al-na>s, mustad}‘ifu>n, al-adl-al-qist}, dan jihad. Metode tersebut diterapkan untuk memaknai kembali arti iman dan kufr. Menurutnya, iman bukan sebatas keyakinan di hati, akan tetapi terbukti dalam tindakan diri. Sedangkan kufr didefinisikan dalam wilayah agama dan tindakan. Fir‟aun adalah reinterpretasi kufr dalam di>n dan tindakan. Sedangkan penguasa yang memiliki karakter menindas seperti Fir‟aun juga dapat dikatakan sebagai kufr, sebab ia bertentangan dengan keadilan dan tidak berpihak kepada kaum yang lemah.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115424772","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Menjernihkan Posisi Hijab Sebagai Kritik Ekspresi Keagamaan Fundamentalisme Islam","authors":"Mubaidi Sulaeman","doi":"10.53429/spiritualis.v4i2.48","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i2.48","url":null,"abstract":"Based on the normative thought of Islamic fundamentalism who have textual tendencies and what they are in applying the arguments of theIslamic law, often ignoring the history of the emergence of a obligation provision, one of which is the law concerning muslimah hijab obligation.Therefore, Islamic fundamentalizm, hijab is obligated, even obligatory to cover its face and palms. Whereas for historians, the generalization of hijaborder against every muslimah is wrong because the hijab is cultural expression that owned by people outside the Arab peninsula and pre-Islam. So that hijab is historically not entitled to be claimed as a culture bornof Islamic alone.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131092449","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Sufisme Dalam Hindu dan Islam","authors":"Afrizal El Adzim Syahputra","doi":"10.53429/spiritualis.v4i1.41","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i1.41","url":null,"abstract":"Agama Hindu dapat digolongkan sebagai agama tertua di dunia. Agama ini awalnya tidak memilik nama. Namun seiring perkembangan zaman, agama ini kemudian dinamakan Hindu karena mayoritas pemeluknya berada di kawasan sungai Indus di India. Konsep sufi dalam Islam seringkali dikaitkan dengan keberadaan agama lain. Hal ini tidak heran memang keberadaan agama Islam yang di bawa oleh nabi Muh}ammad memang datang belakangan. Selain itu perluasan Islam di berbagai penjuru dunia juga mengalami asimilasi dengan kearifan lokal dan budaya setempat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep sufi di dalam Islam maupun Hindu memiliki kesamaan, akan tetapi keduanya memiliki sejarah yang mandiri. Kesufian di dalam Islam murni dari ajaran Islam, baik dari al-Qur’an maupun hadis. Sedangkan sufisme di dalam Hindu juga memiliki kemandirian ajaran, meskipun secara kebetulan ada yang sama, yaitu penggunaan tasbih dan kesederhanaan hidup.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122205347","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Insider-Outsider dalam Studi Islam","authors":"Bayu Fermadi","doi":"10.53429/spiritualis.v4i2.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v4i2.49","url":null,"abstract":"Penelitian ini akan membahas gagasan empat tokoh, yaitu Amir Hussain, Amina Wadud, Omid Safi dan Sa‟diyya Shaikh. Kesimpulan dari Amir Hussain tentang pluralisme dalam Islam dibagi menjadi empat aspek, yaitu dalam al-Qur‟an, al-Sunnahpraktik sahabat nabi, dan praktik umat Islam kontemporer. Sedangkan dari pendapat Amina Wadud dapat disimpulkan bahwa Muslim-Amerika dibentuk dari berbagai macam negara lain sehingga menciptakan warna tersendiri sebagai Muslim-Amerika. Jasa Muslim-Amerika kepada negera ini adalah memberikan pencitraan buruk terhadap alkohol, menghilangkan problem rasial dan memberikan makna tersendiri mengenai arti kesopanan dalam berbusana. Kesimpulan dari pemikiran Omid Safi dalam artikel ini adalah pergerakan Islam pasca terjadinya insiden gedung WTC pada 11 September 2001 menyebabkan citra buruk kepada umat muslim. Mereka dicap sebagai kelompok fundamentalis, bermasalah, radikal, bahkan teroris. Sedangkan dari pendapat Sa‟diyya Shaikh dapat disimpulkan bahwa transformasi gerakan feminism dalam masalah h}ijab dapat dijadikan identitas tersendiri dan simbol ketaatan kepada Tuhan","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127739965","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}