Fenita Purnama Sari Indah, Rita Dwi Pratiwi, Riris Andriati, Nurwulan Adi Ismaya, Gina Aulia, Gita Ayuningtyas, Siti Novy Romlah
{"title":"DETERMINAN RISK PERCEPTION DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENYINTAS HIV/AIDS","authors":"Fenita Purnama Sari Indah, Rita Dwi Pratiwi, Riris Andriati, Nurwulan Adi Ismaya, Gina Aulia, Gita Ayuningtyas, Siti Novy Romlah","doi":"10.52031/edj.v7i1.583","DOIUrl":"https://doi.org/10.52031/edj.v7i1.583","url":null,"abstract":"Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) are still global health problems. Indonesia is ranked 5th as the country most at risk of HIV/AIDS in Asia, so the HIV/AIDS epidemic is also a problem in Indonesia. The research objective was to identify the determinants of coping strategies in HIV/AIDS survivors. This research is an analytical research with a cross sectional research design, and a quantitative approach. The research subjects in the group were selected randomly. The sample in this study were PLHIV recorded at the Regional General Hospital (RSUD) of Tangerang Regency totaling 36 PLWHA. Risk perception and social support with Coping Strategies stated that there was no relationship between Risk perception and Coping Strategies in the Tangerang District Hospital. Further research is needed on other matters related to coping strategies and innovative steps that can be taken to improve coping strategies in PLWHA (People with HIV/AIDS).ABSTRAKHuman Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Indonesia berada pada urutan ke-5 sebagai negara yang paling berisiko HIV/AIDS di Asia, sehingga epidemi HIV/AIDS menjadi permasalahan pula di Indonesia. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor determinan strategi koping pada penyintas HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional, dan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian pada kelompok dipilih secara random. Sampel dalam penelitian ini yakni ODHA yang terdata di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Tangerang berjumlah 36 ODHA. Hasil: Pada Risk perception dan dukungan sosial dengan Strategi Coping menyatakan bahwa tidak ada hubungan Risk perception dengan Strategi Coping di RSUD Kabupaten Tangerang. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal-hal lain yang berhubungan dengan strategi coping dan langkah-langkah inovasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan strategi coping pada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).","PeriodicalId":474374,"journal":{"name":"Edu Dharma Journal","volume":"78 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135429386","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"DETERMINAN PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR SEBAGAI UPAYA MENEKAN BABY BOOMS DI MASA PANDEMIC COVID-19 DI DESA WARU PARUNG BOGOR","authors":"Uswatun Hasanah, Amelia Nurul Hakim, Mega Annisa","doi":"10.52031/edj.v7i1.525","DOIUrl":"https://doi.org/10.52031/edj.v7i1.525","url":null,"abstract":"ABSTRACTCouples of childbearing age ranging in age from 20-45 years where the couple (male and female) is mature enough in all matters especially in the reproductive organs are already functioning properly. Contraception is derived from the word \"cons\" which means to avoid or fight, and conception means the meeting between mature egg (woman) and sperm cell (male) that causes pregnancy. The purpose of this study is to identify \"Factors Influencing The Selection of Contraceptives In Couples of Childbearing Age In An Effort to Suppress Baby Booms During the Covid-19 Pandemic\". Research methods use descriptive analytical methods to determine if there is a relationship between independent variables and dependent variables. Cross-sectional design is a type of research in which data related to dependent variables or free variables (independent), data collected by means of questionnaires. The number of samples as many as 55 respondents in Waru Rt Village 03 Rw 06 Parung Bogor in 2021. The results of the study found that there is a relationship between the age of PUS and the selection of contraception (p-value = 0.015), there is a relationship between pus education and the selection of contraception (p-value = 0.032), there is no relationship between pus work and contraceptive selection (p-value = 0.0 08), there is no relationship between pus knowledge and contraceptive selection (p-value = 0.019), and there is no relationship between husband support and contraceptive selection (p-value = 0.032) in Waru Rt Village 03 Rw 06 Parung Bogor.ABSTRAKPasangan usia subur berkisar usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam seluruh perihal terlebih pada organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti menghindari ataupun melawan, dan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur (wanita) matang dan sel sperma (pria) yang menyebabkan kehamilan. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur Sebagai Upaya Menekan Baby Booms Di Masa Pandemic Covid-19”. Metode penelitian menggunakan Metode deskriptif analitik.Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara usia PUS dengan pemilihan kontrasepsi (p-value = 0,015), ada hubungan antara pendidikan PUS dengan pemilihan kontrasepsi (p-value = 0,032), tidak ada hubungan antara pekerjaan PUS dengan pemilihan kontrasepsi (p-value = 0,008), tidak ada hubungan antara pengetahuan PUS dengan pemilihan kontrasepsi (p-value = 0,019), dan tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi (p-value = 0,032) di Desa Waru Rt 03 Rw 06 Parung Bogor.","PeriodicalId":474374,"journal":{"name":"Edu Dharma Journal","volume":"198 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135802561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yuanita Ani Susilowati, Fransiska Nova, Monica Saptiningsih, Cindiana Cecilia Bromm
{"title":"Determinan Faktor Paritas di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kota Bogor","authors":"Yuanita Ani Susilowati, Fransiska Nova, Monica Saptiningsih, Cindiana Cecilia Bromm","doi":"10.52031/edj.v7i1.517","DOIUrl":"https://doi.org/10.52031/edj.v7i1.517","url":null,"abstract":"Parity is a term that defines the number of children that a woman has. Parity consists of primiparas giving birth to one child, multiparas giving birth to 2-4 children, and grand multiparas giving birth to 5 or more children with a gestational age of more than 28 weeks. Women with high parity have a risk of cervical cancer with an odds ratio of 2.65 times. Multiparas are at risk for preeclampsia compared to primiparas, as well as grand multiparas are at risk for various health problems during pregnancy such as hypertension in pregnancy, gestational diabetes, placental abruption, placenta previa, malposition, and fetal pelvic disproportion. Socioeconomic factors play an important role in the development of the fetus and child. Socio-economic is the dominant demographic factor influencing the number of births (parity), socioeconomic status includes education, employment, and income. This study aims to determine what factors are associated with parity. Research design using correlation description with cross-sectional approach, 296 samples were taken using convenience sampling. The research instrument used a questionnaire with six questions to measure factors related to parity. Data analysis using chi-square. The results showed that there is a significant relationship between age and parity with a p-value of 0,000 < α, while education, income, hypertension, partner desires, and myths are not related to parity (p-value > α). Age affects parity, this happens because women in menarche to menopause have the potential to become pregnant and give birth to children. ABSTRAK Paritas adalah istilah yang mendefinisikan jumlah anak yang dimiliki seorang wanita. Paritas terdiri dari primipara yang melahirkan satu anak, multipara yang melahirkan 2-4 anak, dan grand multipara yang melahirkan 5 anak atau lebih dengan usia kehamilan lebih dari 28 minggu. Wanita dengan paritas tinggi memiliki risiko kanker serviks dengan odds ratio 2,65 kali. Multipara berisiko mengalami preeklampsia dibandingkan dengan primipara, begitu pula grand multipara berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan selama kehamilan seperti hipertensi dalam kehamilan, diabetes gestasional, solusio plasenta, plasenta previa, malposisi, dan disproporsi panggul janin. Faktor sosial ekonomi memegang peranan penting dalam perkembangan janin dan anak. Sosial ekonomi merupakan faktor demografi yang dominan mempengaruhi jumlah kelahiran (paritas), status sosial ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan paritas. Desain penelitian menggunakan deskripsi korelasional dengan pendekatan cross sectional, sampel diambil sebanyak 296 sampel dengan convenience sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan enam pertanyaan untuk mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan paritas. Analisis data menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan parita","PeriodicalId":474374,"journal":{"name":"Edu Dharma Journal","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135802560","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muayah Muayah, Woro Nurul Seftiyaningtyas, Lina Herlina, Dewi Nawang Sari
{"title":"EFEKTIVITAS PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI AIR SUSU IBU PADA IBU POSTPARTUM","authors":"Muayah Muayah, Woro Nurul Seftiyaningtyas, Lina Herlina, Dewi Nawang Sari","doi":"10.52031/edj.v7i1.507","DOIUrl":"https://doi.org/10.52031/edj.v7i1.507","url":null,"abstract":"Breast milk is the best food for babies because it contains many nutrients. In Indonesian, there are 38% of mothers who stop breastfeeding due to lack of milk production. One method of increasing breast milk production is by oxytocin massage. The purpose of the study: was to determine the effect of before and after oxytocin massage on the production of breast milk on postpartum at Midwife Independent Practice “E” Tangerang for the period June – August, 2022. Methods: This research is a quasi-experimental study with the One Group pretest and post test design, namely giving intervention only to one group without a control group and taking measurements before and after giving treatment. The intervention given was oxytocin massage. There are 35 postpartum samples with sampling technique that is purposive sampling. The oxytocin massage was carried out for seven days and the measurement of milk production was carried out on the 1st and 7th days. Results: Breast milk production before oxytocin massage was found to all have less milk production as many as 35 people (100%) and after oxytocin massage it was found that most of them had sufficient milk production as many as 25 people (71.4%). The results of the Wilcoxon test showed the effect of before and after oxytocin massage on the production of breast milk on postpartum (p value = 0.000 < 0.05). Conclusion: was an increase in breast milk production after oxytocin massage was given. Suggestions: it is hoped that health workers can use oxytocin massage as a non-pharmacological alternative in an effort to increase breast milk production and educate mothers in the prenatal and postpartum periods regarding breastfeeding. ABSTRAK ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi karena mengandung banyak nutrisi. Di Indonesia, ada 38% ibu yang berhenti menyusui karena kurangnya produksi ASI. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ASI adalah dengan pijat oksitosin. Tujuan penelitian: untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas di Praktek Mandiri Bidan “E” Tangerang periode Juni – Agustus 2022. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan rancangan One Group pretest dan Post test yaitu pemberian intervensi hanya pada satu kelompok saja tanpa adanya kelompok kontrol serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Intervensi yang diberikan yaitu pijat oksitosin. Sampel ibu nifas berjumlah 35 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Pijat oksitosin dilakukan selama tujuh hari dan pengukuran produksi ASI dilakukan pada hari ke-1 dan ke-7. Hasil: Produksi ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin didapatkan semua memiliki produksi ASI yang kurang sebanyak 35 orang (100%) dan setelah dilakukan pijat oksitosin didapatkan sebagian besar memiliki produksi ASI yang cukup sebanyak 25 orang (71,4%). Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya pengaruh sebelum dan sesudah pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu ","PeriodicalId":474374,"journal":{"name":"Edu Dharma Journal","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136267789","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"BEHAVIOR THAT DEALS WITH THE GENESIS ANEMIA IN ADOLESCENT GIRLS","authors":"Ida Widaningsih, Armi Armi","doi":"10.52031/edj.v7i1.524","DOIUrl":"https://doi.org/10.52031/edj.v7i1.524","url":null,"abstract":"Anemia is the lack of red blood cells in the body, red blood cells contains hemoglobin to carry the oxygen to the grid body. anemia juvenile must not being taken for granted. If its left terus-menerus, this can disrupt the quality of life of the child. The research is descriptive, the research by design analytic observational cross sectional. Were 2654 the population, the number of samples from the 97, to technique accidental sampling. Analysis bivariat use wilcoxon test, and multivariate to analyze data consisting of many variables and allegedly between the variables interconnected each other. The bivariat with p- value 0.000 < 0,05 so it can be read the connection between variables knowledge, attitude, nutrition status, menstrual pattern of juvenile anemia. The results show variable mutivariat third free failed to exert meaningful simultaneous to events. ABSTRAK Anemia merupakan kondisi kekurangan sel darah merah dan banyak terjadi pada remaja putri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku yang dapat menimbulkan terjadinya anemia pada remaja. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, rancangan penelitian analitik observasional dengan desain Cross Sectional. Populasi berjumlah 2654 orang, jumlah sampel sebanyak 97 orang, dengan teknik Accidental Sampling. Analisis bivariat mengunakan uji Wilcoxon, dan multivariat untuk menganalisis data yang terdiri dari banyak variabel serta diduga antar variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. H asil bivariat dengan p- value 0.000 < 0,05 maka dapat di artikan adanya hubungan antara variabel pengetahuan, sikap, status gizi, pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja. Hasil mutivariat menunjukkan ketiga variabel bebas dinyatakan tidak memberikan pengaruh simultan yang bermakna terhadap kejadian anemia pada remaja. Kesimpulan: sebagian besar remaja yang memiliki pengetahuan kurang (86,4%), status gizi dengan berat badan kurus (11,3%), sikap kurang setuju (19,1%) dan pola menstruasi tidak teratur (24,8%) dapat meningkatkan kejadian anemia pada remaja. Diharapkan para remaja putri yang sedang mengalami menstruasi sebaiknya mengkonsumsi Tablet Tambah Darah dan meningkatkan konsumsi pangan sumber energi, protein, vitamin C dan zat besi yang dapat mengurangi risiko terjadinya anemia","PeriodicalId":474374,"journal":{"name":"Edu Dharma Journal","volume":"219 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135463633","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}