{"title":"POTENSI PENERAPAN KONSEP KOTA KOMPAK DI KOTA DEPOK DARI ASPEK TATA GUNA LAHAN DAN SISTEM TRANSPORTASI","authors":"Navrida Ratnaningtyas, Paramita Rahayu, Tendra Istanabi","doi":"10.20961/desa-kota.v4i2.55498.181-195","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i2.55498.181-195","url":null,"abstract":"Urbanisasi yang terus terjadi tanpa perencanaan akan berakibat negatif pada pergeseran perkembangan kota ke arah pinggiran kota atau urban sprawl. Konsep compact city atau kota kompak menjadi solusi dari perkembangan kota yang sprawl dengan adanya intensifikasi lahan dan pemerataan sistem transportasi. Kota Depok merupakan salah satu wilayah yang memiliki kecenderungan sprawl dengan isu-isu guna lahan dan transportasi. Kota Depok memiliki strategi pengembangan kota yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi tahun 2018-2029 dengan meningkatkan keterpaduan antara tata guna lahan dan transportasi melalui penerapan konsep kota kompak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi guna lahan dan sistem transportasi Kota Depok dalam penerapan konsep kota kompak. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif kuantitatif dengan metode analisis spasial dan statistik deskriptif. Penelitian ini menggunakan delapan indikator konsep kota kompak yang dilihat dari aspek tata guna lahan dan sistem transportasi. Dari hasil analisis aspek tata guna lahan, persentase wilayah dengan kepadatan tinggi di Kota Depok sebesar 50%, kepadatan perumahan dan permukiman tinggi sebesar 23%, wilayah yang memiliki guna lahan campuran sebesar 41%, serta keterjangkauan dan ketersediaan sarana sebesar 46%. Sementara itu, dari aspek transportasi, aksesibilitas tinggi berada pada persebaran guna lahan perkotaan dan peribadatan. Konektivitas jalan di Kota Depok memiliki rasio 1.6, dan terdapat tujuh nodal multimoda di Kota Depok. Penelitian menemukan bahwa 2.422 Ha atau 12% wilayah Kota Depok sudah memiliki potensi kota kompak karena wilayahnya mendukung keseluruhan indikator perkembangan konsep kota kompak.","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122269043","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa-KotaPub Date : 2022-09-13DOI: 10.20961/desa-kota.v4i2.62297.210-225
Muhammad Udhian Sidqi, Roisaten Nuril Choiriyah, Tania El Mahrunisa, Laily Nurhayati, Winny Astuti, Hakimatul Mukaromah
{"title":"STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG SENI DAN BUDAYA JELEKONG, KABUPATEN BANDUNG","authors":"Muhammad Udhian Sidqi, Roisaten Nuril Choiriyah, Tania El Mahrunisa, Laily Nurhayati, Winny Astuti, Hakimatul Mukaromah","doi":"10.20961/desa-kota.v4i2.62297.210-225","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i2.62297.210-225","url":null,"abstract":"Konsep kota kreatif merupakan konsep pengembangan wilayah yang berkembang sejak era pasca industri, dimana pusat industri dan manufaktur tidak lagi terletak di tengah kota. Konsep kota kreatif menyediakan ruang kota sebagai ruang ekspresi masyarakat sekaligus dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya melalui ekonomi kreatif. Pada skala lebih kecil, konsep kota kreatif diaplikasikan pada kampung kota, sehingga muncul istilah kampung kreatif. Salah satu kampung kreatif yang berkembang di Indonesia adalah kampung Jelekong. Kampung Jelekong merupakan salah satu kampung wisata berbasis budaya yang terletak di kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Kampung Jelekong memiliki ciri khas yakni sebagai pusat budaya wayang dan seni lukis. Terdapat 200 kepala keluarga yang berprofesi sebagai pelukis. Ilmu seni melukis diberikan secara turun temurun oleh seniman Odin Rohidin. Selain itu, Kampung Jelekong merupakan rumah bagi seniman berbagai kebudayaan Sunda. Potensi Kampung Jelekong tersebut diidentifikasi lebih lanjut menggunakan analisis deskriptif terkait kondisi eksisting di Kampung Jelekong yang didasarkan pada dimensi desa wisata yang selanjutnya menjadi input dalam analisis SWOT. Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk menghasilkan strategi pengembangan Kampung Jelekong sebagai desa wisata berbasis budaya yang unggul di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis, salah satu permasalahan yang ditemukan adalah fasilitas penunjang wisata di Kampung Jelekong masih belum sepenuhnya terpenuhi. Output dari analisis yang telah dilakukan adalah berupa strategi pengembangan, yang mana salah satu strategi yang dihasilkan adalah mengembangkan fasilitas yang ada di desa wisata sesuai dengan standar kebutuhan wisatawan dengan bantuan dari pemerintah kabupaten.","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126431587","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa-KotaPub Date : 2022-09-13DOI: 10.20961/desa-kota.v4i2.62826.140-151
Lestyanto Cahyadani, Achmad Djunaedi
{"title":"FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ADAPTASI DALAM PENERAPAN SMART CITY DI WILAYAH KABUPATEN (STUDI KASUS: KABUPATEN SUKOHARJO)","authors":"Lestyanto Cahyadani, Achmad Djunaedi","doi":"10.20961/desa-kota.v4i2.62826.140-151","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i2.62826.140-151","url":null,"abstract":"Pada mulanya, konsep smart city (kota cerdas) muncul dari kekhawatiran akan dampak terus tumbuhnya kawasan perkotaan. Namun kini konsep smart city tidak hanya diterapkan di perkotaan, melainkan juga di kawasan perdesaan. Di Indonesia, kawasan perdesaan tersebut berada dalam wilayah administrasi kabupaten. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia telah menyusun pedoman penyusunan kebijakan smart city untuk dapat diterapkan di kota dan kabupaten di seluruh Indonesia, khususnya yang terlibat dalam Gerakan Menuju 100 Smart City. Penerapan konsep smart city di wilayah kabupaten menarik untuk diidentifikasi karena membutuhkan adaptasi mengingat sebagian besar wilayahnya berupa kawasan perdesaan. Salah satunya adalah Kabupaten Sukoharjo yang hampir 90% wilayahnya berupa kawasan perdesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab adaptasi yang dilakukan oleh Kabupaten Sukoharjo dalam menerapkan konsep smart city di wilayahnya dengan menggunakan metode studi kasus. Hasilnya adalah Kabupaten Sukoharjo melakukan adaptasi konsep smart city untuk disesuaikan dengan isu dan permasalahan di wilayahnya, terutama kawasan perdesaan. Komitmen Pemerintah Kabupaten Sukoharjo untuk menerapkan smart city berbasis perdesaan terlihat pada adaptasi dalam enam dimensi smart city yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi geografis, potensi desa, sosial dan budaya masyarakat, sumber daya alam, dan infrastruktur. Bentuk penyesuaian penerapan konsep smart city di wilayah yang didominasi oleh kawasan perdesaan dilakukan oleh Kabupaten Sukoharjo sebagai upaya pengembangan potensi sekaligus penyelesaian masalah secara efektif dan efisien.","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"101 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131562351","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa-KotaPub Date : 2022-09-13DOI: 10.20961/desa-kota.v4i2.57588.128-139
Rumidan Kabes, Soedwiwahjono Soedwiwahjono, Lintang Suminar
{"title":"KAJIAN POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA PONGGOK, KABUPATEN KLATEN, SEBAGAI DESA WISATA","authors":"Rumidan Kabes, Soedwiwahjono Soedwiwahjono, Lintang Suminar","doi":"10.20961/desa-kota.v4i2.57588.128-139","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i2.57588.128-139","url":null,"abstract":"Pemerintah Kabupaten Klaten, provinsi Jawa Tengah, memiliki rencana pengembangan pariwisata berbasis desa wisata. Salah satu desa yang diprioritaskan untuk pengembangan desa wisata adalah Desa Ponggok. Desa Ponggok memiliki keunikan potensi lokal tetapi dalam pengembangannya sebagai desa wisata, mengalami permasalahan kondisi penyediaan daya tarik wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi penyediaan daya tarik wisata Desa Ponggok berdasarkan konsep 4A dalam pariwisata, yaitu attractions (atraksi), accessibility (aksesibilitas), amenities (amenitas), dan ancillary (kelembagaan). Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif. Data diperoleh dari observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi ketersediaan atraksi, Desa Wisata Ponggok belum cukup menambah daya tarik bagi wisatawan. Dari segi kondisi dan penyediaan aksesibilitas, akses menuju Desa Wisata Ponggok serta akses pendukung lainnya belum cukup tersedia. Penyediaan aksesibilitas menuju objek wisata belum cukup mendukung. Oleh sebab itu, akses dari kawasan objek wisata Desa Ponggok perlu disediakan lebih baik, terutama jalan Umbul Sigedang-Kapilaler dan Umbul Besuki yang berjarak relatif jauh. Kondisi penyediaan fasilitas penunjang kegiatan wisatawan dalam kawasan objek wisata juga belum cukup mendukung. Kawasan objek wisata perlu didukung dengan akses jalan yang menghubungkan dengan fasilitas di luar kawasan dan objek wisata, terutama di Umbul Sigedang-Kapilaler dan Umbul Besuki. Penelitian ini menemukan bahwa kontribusi dari pihak terkait masih kurang, yaitu dari pemerintah dalam hal penambahan infrastruktur dan pendanaan untuk pengembangan Desa Wisata Ponggok. Dari hasil analisis, disimpulkan bahwa kondisi Desa Ponggok sebagai desa wisata masih belum mendukung dari segi atraksi, aksesibilitas, amenitas, maupun kelembagaan","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"23 15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115827142","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa-KotaPub Date : 2022-03-24DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.53668.67-77
Dimas Eko Ardyannas, Rufia Andisetyana Putri, Murtanti Jani Rahayu
{"title":"MODA TRANSPORTASI DAN FAKTOR PEMILIHAN MODA DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ZONASI: STUDI KASUS SMA NEGERI DI KECAMATAN BOYOLALI","authors":"Dimas Eko Ardyannas, Rufia Andisetyana Putri, Murtanti Jani Rahayu","doi":"10.20961/desa-kota.v4i1.53668.67-77","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i1.53668.67-77","url":null,"abstract":"Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.14 Tahun 2018 tentang PPDB, memiliki salah satu tujuan untuk menghilangkan istilah sekolah favorit. Pada tahun 2019, SMAN di Kecamatan Boyolali menetapkan peraturan zonasi tersebut dalam PPDB jalur reguler mulai tahun ajaran 2019/2020. Setelah kebijakan ini diterapkan, terjadi peningkatan penggunaan moda transportasi pribadi dalam mengakses sekolah dikarenakan jarak yang cenderung lebih dekat. Terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi pemilihan moda transportasi, diantaranya ada jarak, waktu perjalanan, lama perjalanan, dan lain lain. Pada kasus ini variabel jarak merupakan hal yang paling mencolok, dikarenakan siswa tidak lagi mendaftar menggunakan nilai akan tetapi menggunakan pengukuran jarak sekolah ke domisili siswa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor pemilihan moda transportasi terhadap moda transportasi yang digunakan siswa menggunakan teknik analisis regresi logistik. Menggunakan sampel dari populasi siswa SMAN di Kecamatan Boyolali dengan teknik pengambilan data secara kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kepemilikan motor, kepemilikan mobil, kepemilikan lisensi, jenis kelamin, jarak, waktu yang dibutuhkan dalam satu pergerakan, dan keamanan memiliki pengaruh terhadap pemilihan moda transportasi siswa SMAN PPDB jalur reguler di Boyolali.","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116632305","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa-KotaPub Date : 2022-03-24DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.54893.16-37
D. Sari, Istijabatul Aliyah, Rufia Andisetyana Putri
{"title":"JALUR DISTRIBUSI PRODUK BATIK DI KELURAHAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA","authors":"D. Sari, Istijabatul Aliyah, Rufia Andisetyana Putri","doi":"10.20961/desa-kota.v4i1.54893.16-37","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i1.54893.16-37","url":null,"abstract":"Batik merupakan produk unggulan bagi Kota Surakarta. Salah satu kelurahan yang ditetapkan sebagai sentra batik di Kota Surakarta berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 536/60 Tahun 2019 adalah Kelurahan Laweyan. Berdasarkan hasil interpretasi, Kelurahan Laweyan sebagai sentra batik memiliki dominasi aktivitas perdagangan dibandingkan dengan industri. Selama ini diketahui bahwa sentra batik di Kota Surakarta mampu memasarkan produknya hingga pasar global. Saluran distribusi memiliki peranan dalam memenuhi permintaan batik yang luas tersebut untuk terus berkembang dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui saluran distribusi produk batik dari produsen di Kelurahan Laweyan. Penelitian ini merupakan penelitian deduktif dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan pemetaan. Data didapat dari menyebar kuesioner kepada lembaga distribusi batik di Kelurahan Laweyan, observasi, dan melakukan studi literatur pembahasan terkait yang dipublikasikan secara resmi. Temuan pertama menunjukkan bahwa secara garis besar, produsen batik di Kelurahan Laweyan terbagi menjadi dua jenis, yaitu produsen batik cap-tulis dan produsen batik printing. Temuan kedua adalah produsen cenderung terletak mengikuti Jalan Sidoluhur, selebihnya memiliki persebaran yang acak. Temuan terakhir, sebanyak 25% produsen batik printing di Kelurahan Laweyan menyalurkan produknya kepada konsumen saja, 75% lainnya menyalurkan produknya ke pedagang besar dan pengecer. Sedangkan, 86% produsen batik cap dan tulis menyalurkan kepada konsumen saja, dan 14% lainnya menyalurkan produknya kepada konsumen dan pengecer. Sehingga, saluran distribusi yang terbentuk dari produsen batik di Kelurahan Laweyan adalah produsen – pedagang besar – pengecer – konsumen, produsen – pengecer – konsumen, dan produsen – konsumen. Secara keseluruhan, 53% wilayah yang menjadi tujuan produk batik dari produsen batik di Kelurahan Laweyan adalah Pulau Jawa, diikuti luar negeri sebanyak 35%, dan luar Pulau Jawa sebanyak 12%. Maka dapat disimpulkan bahwa produsen batik di Kelurahan Laweyan menggunakan saluran distribusi langsung, tidak langsung, dan campuran dengan wilayah pemasaran yang mendominasi berada di dalam Pulau Jawa.","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129766759","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa-KotaPub Date : 2022-03-24DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.48009.116-127
W. Nugroho, Paramita Rahayu, Tendra Istanabi
{"title":"TRANSPORTASI UMUM SEBAGAI PENDUKUNG MOBILITAS SISWA: STUDI KASUS BATIK SOLO TRANS DI KOTA SURAKARTA","authors":"W. Nugroho, Paramita Rahayu, Tendra Istanabi","doi":"10.20961/desa-kota.v4i1.48009.116-127","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i1.48009.116-127","url":null,"abstract":"Kota Surakarta merupakan kawasan perkotaan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan sosial, dan juga pusat kegiatan ekonomi. Berdasarkan peran tersebut, Kota Surakarta telah memenuhi salah satu fungsi pelayanan sosial yaitu dalam bentuk aktivitas pendidikan. Aktivitas pendidikan ini memunculkan mobilitas aktivitas yang didasarkan dari pergerakan pengguna sarana pendidikan yaitu para pelajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pelayanan Batik Solo Trans (BST) dalam mendukung aktivitas pendidikan di Kota Surakarta. Dalam menganalisis kinerja Batik Solo Trans sebagai penunjang mobilitas aktivitas pendidikan di Kota Surakarta, penilaian dilakukan dengan menjelaskan seberapa jauh jangkauan BST serta pelayanan BST terhadap aktivitas pendidikan di Kota Surakarta berdasarkan variabel sebagai berikut, yaitu (1) keamanan; (2) kenyamanan; (3) kecepatan; (4) tarif dan biaya; (5) keandalan; (6) jangkauan pelayanan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tingkat persepsi pengguna BST serta kondisi sarana dan prasarana dari angkutan BST ini. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data statistika deskriptif yang menggunakan teknik analisis jangkauan pelayanan dan analisis kinerja BST dalam melayani aktivitas pendidikan. Kinerja BST dalam melayani aktivitas pendidikan di Kota Surakarta ini dapat dikatakan sudah baik, namun terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan agar tingkat pelayanan dari BST ini dapat menjadi lebih maksimal. Faktor ini adalah ketepatan jadwal pelayanan, integrasi rute trayek BST, sarana prasarana BST yang perlu ditingkatkan, dan juga jangkauan pelayanan dari rute trayek BST.","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123818220","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa-KotaPub Date : 2022-03-24DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.50747.38-52
Fistira Dini Elanissan, Winny Astuti, Hakimatul Mukaromah
{"title":"JAYENGAN KAMPUNG PERMATA (JKP) SEBAGAI BAGIAN DARI PROGRAM WISATA KAMPUNG TEMATIK DI SURAKARTA","authors":"Fistira Dini Elanissan, Winny Astuti, Hakimatul Mukaromah","doi":"10.20961/desa-kota.v4i1.50747.38-52","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i1.50747.38-52","url":null,"abstract":"Kota Surakarta memiliki banyak kampung tematik yang berpotensi membentuk wisata kampung tematik. Jayengan Kampung Permata (JKP) merupakan salah kampung tematik yang berada dalam tahap pengembangan dari tujuh kampung tematik di Kota Surakarta. Pengembangan JKP memerlukan pelibatan dari banyak pihak dan kebijakan. Pihak dan kebijakan yang disusun harus diintegrasikan dengan JKP supaya bisa berkembang secara optimal sebagai wisata kampung tematik. Integrasi obyek daya tarik wisata adalah konsep totalitas produk wisata yang saling terkait untuk meningkatkan daya saing tiap klaster pariwisata, sehingga terjadi aglomerasi ekonomi serta memudahkan promosi pariwisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis integrasi antara komponen wisata JKP sebagai kampung tematik dengan wisata kampung tematik yang ada di Surakarta. Integrasi komponen pariwisata JKP dengan wisata kampung tematik dilihat dari sisi dukungan kelembagaan, atraksi pariwisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, dan keterlibatan masyarakat lokal. Dengan menggunakan pendekatan penelitian deduktif, penelitian kuantitatif, teknik analisis skoring, dan metode perbandingan berpasangan, JKP dikatakan terintegrasi apabila mendapatkan total skor satu (1) dan dikatakan tidak terintegrasi apabila mendapatkan skor kurang dari 1 dari seluruh komponen yang diteliti. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa JKP tidak terintegrasi dengan wisata kampung tematik di Kota Surakarta karena mendapat total skor kurang dari 1. Skor kurang dari satu ini diperoleh karena komponen yang tidak terintegrasi lebih dominan, yaitu dukungan kelembagaan, fasilitas pariwisata, dan aksesibilitas.","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"104 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134501326","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa-KotaPub Date : 2022-03-24DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.54495.1-15
Cinthya Rahmawati, Galing Yudana, Winny Astuti
{"title":"FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERTAHANAN PERMUKIMAN NELAYAN DI DESA BANYUTOWO KABUPATEN PATI","authors":"Cinthya Rahmawati, Galing Yudana, Winny Astuti","doi":"10.20961/desa-kota.v4i1.54495.1-15","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i1.54495.1-15","url":null,"abstract":"Permukiman nelayan merupakan permukiman yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Permukiman nelayan Desa Banyutowo berlokasi di Kabupaten Pati. Desa Banyutowo ditinjau sebagai kampung nelayan nasional dikarenakan memiliki sumber daya kelautan yang melimpah dan menjadi pemasok retribusi lelang terbesar di Kabupaten Pati. Akan tetapi, di permukiman nelayan Desa Banyutowo dihuni oleh golongan nelayan kecil, dimana merupakan nelayan dari golongan rendah. Berdasarkan potensi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebertahanan permukiman nelayan Desa Banyutowo Kabupaten Pati. Jenis penelitian yang digunakan, yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, pembagian kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa kebertahanan permukiman nelayan Desa Banyutowo Kabupaten Pati memiliki kebertahanan yang dilihat dari sistem sosial masyarakat dengan adanya ikatan spiritual dan memberikan dampak positif bagi ekonomi serta lingkungan. Sedangkan, ketidakbertahanan dilihat dari adanya nelayan yang tidak memiliki pekerjaan sampingan, tidak adanya peran pemerintah dalam pemeliharaan layanan dasar, tidak adanya peraturan yang memayungi habitat pesisir, sarana kesehatan, pendidikan, pemerintahan, ruang terbuka hijau tidak melayani kebutuhan masyarakat, tempat penjemuran ikan tidak memadai, drainase menggenang, tidak ada layanan kebutuhan air bersih, serta lokasi bangunan rumah berada pada area rentan.","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"34 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114047675","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa-KotaPub Date : 2022-03-24DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.55017.87-102
Adi Janatra, Paramita Rahayu, Tendra Istanabi
{"title":"POTENSI PENERAPAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI KAWASAN SEKITAR STASIUN LEMPUYANGAN","authors":"Adi Janatra, Paramita Rahayu, Tendra Istanabi","doi":"10.20961/desa-kota.v4i1.55017.87-102","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/desa-kota.v4i1.55017.87-102","url":null,"abstract":"Transit oriented development merupakan konsep pengembangan lokasi dengan beragam penggunaan lahan di kawasan stasiun transit untuk mengurangi tingkat ketergantungan penggunaan kendaraan pribadi. Tujuan penelitian adalah mengetahui potensi penerapan Transit Oriented Development di Kawasan Sekitar Stasiun Lempuyangan. Menurut Peraturan Daerah DIY Nomor 5 Tahun 2019 tentang RTRW Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2019 – 2039 pasal 14 Nomor 4, Stasiun Lempuyangan akan dikembangkan sebagai kawasan transit oriented development seiring dengan dibangunnya Bandara Yogyakarta International Airport di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Namun, ada beberapa permasalahan yang terdapat di Kawasan Sekitar Stasiun Lempuyangan, yaitu kurang teraturnya kepadatan bangunan di seluruh Kawasan Sekitar Stasiun Lempuyangan yang mengakibatkan kepadatan bangunan eksisting di kawasan tersebut tidak merata. Penataan penggunaan lahan eksisting di kawasan tersebut juga bermasalah karena terbatasnya ketersediaan lahan yang mengakibatkan fungsi dari masing-masing penggunaan lahan kurang maksimal. Metode penelitian yang diterapkan adalah kuantitatif dan metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk mengukur kesiapan Kawasan Stasiun Lempuyangan sebagai kawasan Transit Oriented Development (TOD) berdasarkan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan ruang. Kesesuaian tersebut dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: persentase penggunaan lahan, ketersediaan fasilitas umum, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, kepadatan hunian, tinggi bangunan, jumlah hunian, dan tipe hunian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan dan data sekunder dari instansi terkait. Berdasarkan dari hasil skoring, didapatkan persentase indikator yang sesuai dengan konsep transit oriented development sebesar 41,6%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Kawasan Stasiun Lempuyangan belum siap sebagai kawasan transit oriented development dan masih harus dilakukan peningkatan pemenuhan indikator, yaitu koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dimensi blok, tinggi bangunan, dan tipe hunian untuk mencapai kesesuaian dengan konsep transit oriented development.","PeriodicalId":433570,"journal":{"name":"Desa-Kota","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126496536","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}