Efie Mariyam Nursari, Menik Priaminiarti, B. Kiswanjaya, E. Fauziah, Hanna H Bachtiar-Iskandar
{"title":"Gambaran cone-beam computed tomography pada kasus Cleidocranial Displasia","authors":"Efie Mariyam Nursari, Menik Priaminiarti, B. Kiswanjaya, E. Fauziah, Hanna H Bachtiar-Iskandar","doi":"10.22146/mkgk.81954","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.81954","url":null,"abstract":"Cleidocranial dysplasia (CCD) merupakan kelainan herediter yang mempengaruhi tulang dan gigi serta diwariskan secara autosomal. Meskipun radiograf dua dimensi dapat memberikan informasi diagnosis CCD, namun memiliki keterbatasan distorsi geometrik dan superimposisi. Laporan kasus ini memaparkan dua kasus CCD yang berbeda dan mengevaluasi gambaran radiograf dengan menggunakan modalitas pencitraan Cone-Beam Computed Tomography (CBCT) dengan tujuan untuk memberikan gambaran radiografis lengkap melalui CBCT sebagai salah satu alatpenunjang diagnosis yang memberikan rekonstruksi akurat, sehingga diharapkan dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan. Dua orang pasien berusia dua belas dan sembilan tahun dikonsultasikan dari bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak untuk melakukan pemeriksaan pencitraan 3D CBCT. Temuan radiografik gigi multiple supernumerary di rahang atas dan bawah serta keterlambatan pertumbuhan gigi-gigi permanen pada kedua pasien, serta adanya kelainan tumbuh kembah pada struktur kranium, tulang-tulang wajah, maksila dan mandibula. CBCT mengatasi kelemahan atau kekurangan pada radiograf dua dimensi, khususnya evaluasi dalam arah bukolingual. Pencitraan 3D CBCT memungkinkan rekonstruksi yang akurat dan dari beberapa pandangan sagital, koronal dan aksial dari gigi supernumerari sehingga dapat dengan tepat menentukan jumlah, posisi, morfologi mahkota dan juga hubungannya dengan gigi permanen yang berdekatan sehingga memudahkan dalam menentukan rencana perawatan.","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121547223","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dyah Listyarifah, G. Fortuna, Ryan Christian Pramuditya, Anne Handrini Dewi, Retno Ardhani
{"title":"Kompatibilitas bahan implan tulang hidroksiapatit dan karbonat hidroksiapatit di jaringan lunak","authors":"Dyah Listyarifah, G. Fortuna, Ryan Christian Pramuditya, Anne Handrini Dewi, Retno Ardhani","doi":"10.22146/mkgk.83547","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.83547","url":null,"abstract":"Karbonat hidroksiapatit (carbonated hydroxyapatite, CHA) memiliki osteokonduktivitas yang lebih baik daripada hidroksiapatit (HA). Secara in vivo, CHA lebih mudah larut daripada HA serta dapat meningkatkan konsentrasi lokal ion kalsium dan fosfat yang diperlukan untuk proses pembentukan jaringan tulang baru. Tes biokompatibilitas jaringan lunak diperlukan untuk setiap bahan implan karena ketika diaplikasikan ke dalam tubuh yang akan kontak dengan jaringan lunak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi biokompatibiltas CHA dan HA di jaringan lunak. CHA dan HA ditanamkan pada jaringan subkutan paravertebral dari 12 tikus Wistar jantan. Irisan histologis diwarnai dengan Hematoksilin Eosin. Kuantitas dan kualitas kapsul fibrosa serta jumlah sel raksasa benda asing (foreign body giant cells, FBGCs) dan nukleinya dievaluasi. Perbedaan modus kualitas dan kuantitas kapsul antara periode implantasi dianalisis dengan Kruskall-Wallis, sedangkan perbedaan modus antara bahan implan pada periode yang sama dianalisis dengan uji Wilcoxon. Rata-rata FBGCs dinilai dengan two-way ANOVA dengan interval kepercayaan 95% diikuti dengan uji-t berpasangan untuk menganalisis perbedaan rata-rata antara bahan dan uji-t sampel independen untuk menganalisis perbedaan rata-rata antara periode implantasi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kuantitas dan kualitas kapsul setelah implantasi CHA dan HA pada periode yang sama dan antar periode (p ≥ 0,05). Jumlah FBGCs di CHA setelah 14, 21, 28 hari implantasi secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan HA, akan tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah nuklei FBGC antara implantasi HA dan CHA. Kesimpulan studi ini menunjukkan bahwa CHA lebih biokompatibel daripada HA, terutama pada fase subkronik.","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127797309","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tri Endra Untara, Yulita Kristanti, Andina Widyastuti
{"title":"Replantasi intensional fraktur gigi vertikal menggunakan mineral trioxide aggregate dan self adhesive resin cement terhadap pembentukan kolagen tipe I","authors":"Tri Endra Untara, Yulita Kristanti, Andina Widyastuti","doi":"10.22146/mkgk.81868","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.81868","url":null,"abstract":"Replantasi intensional merupakan salah satu cara untuk mempertahankan gigi yang mengalami fraktur vertikal. Replantasi gigi dengan fraktur vertikal memerlukan kerapatan pada sisi fraktur dengan baik. Hal ini dapat dicapai dengan cara penempatan perekat fragmen fraktur yang tepat yang dapat diterima tubuh agar dicapai penyembuhan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui reaksi regenerasi jaringan periradikuler dengan indikator pembentukan kolagen tipe I pada penggunaan self-adhesive resin cement dan mineral trioxide aggregate (MTA) sebagai bahan penutup garis fraktur. Penelitian menggunakan 27 ekor kelinci New Zealand jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Kelompok I tanpa aplikasi bahan (kontrol), kelompok II dengan aplikasi MTA dan kelompok III dengan aplikasi self-adhesive resin cement. Pengamatan pembentukan kolagen tipe I dilakukan pada hari ke-7 (minggu I), hari ke-14 (minggu II) dan hari ke-21 (minggu III). Serum diambil dari darah kelinci melalui vena auricularis. Kadar kolagen tipe I diamati dengan rabbit collagen type I kit menggunakan teknik ELISA. Data dianalisis dengan analisis variansi dan post hoc LSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji statistik dengan analisis variansi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan (p < 0,05) penggunaan self-adhesive resin cement dan MTA sebagai penutup garis fraktur pada replantasi intensional fraktur gigi vertikal terhadap pembentukan kolagen tipe I. Pembentukan kolagen tipe I kelompok dengan aplikasi MTA lebih tinggi dari kelompok kontrol maupun kelompok self-adhesive resin cement pada pengamatan minggu II dan minggu III (p < 0,05). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pembentukan kolagen tipe I pada aplikasi MTA lebih tinggi daripada self-adhesive resin cement.","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121201849","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. Brilian, Regina Titi, Christinawati Tandelilin, Tetiana Haniastuti, A. Jonarta, Heribertus Dedy, Kusuma Yulianto
{"title":"Hidrofobisitas bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 10145 setelah dipapar dengan ekstrak lidah buaya (Aloe vera)","authors":"M. Brilian, Regina Titi, Christinawati Tandelilin, Tetiana Haniastuti, A. Jonarta, Heribertus Dedy, Kusuma Yulianto","doi":"10.22146/mkgk.77604","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.77604","url":null,"abstract":"Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu mikroorganisme dengan kemampuan melekat dan membentuk biofilm pada dental unit waterline yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan infeksi sekunder periapikal terutama pada pasien yang memiliki sistem imun yang rendah dan tidak stabil. Hidrofobisitas merupakan sifat fisikokimiawi utama yang berperan pada tahap awal adhesi bakteri dan pembentukan biofilm. Tanaman lidah buaya (Aloe vera) berpotensi menghambat perlekatan bakteri karena mengandung komponen aktif seperti tanin, flavonoid,saponin dan terpenoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris yang menggunakan sampel berjumlah 24 yang terbagi dalam empat kelompok yaitu satu kelompok kontrol negatif dan tiga kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri dari enam sampel. Lidah buaya diekstraksi denganmenggunakan metode maserasi kemudian diencerkan dengan menggunakan akuades. Pengamatan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145 menggunakan metode pengukuran sudut kontak. Suspensi bakteri dicampur dengan akuades pada kelompok kontrol dan ekstrak lidah buaya pada subkelompok perlakuan dengan konsentrasi masingmasing 8,5%, 17%, dan 34%. Suspensi yang telah tercampur diinkubasi, kemudian didepositkan ke dalam membranfilter selulosa asetat. Pada membran filter selulosa asetat dilakukan drop-profile analysis dan dilanjutkan dengan pengukuran sudut kontak menggunakan software Image-J. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji One-way ANOVA dan dilanjutkan post hoc LSD (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks hidrofobisitas tertinggi terlihat pada kontrol negatif dan indeks hidrofobisitas terendah terlihat pada kelompok ekstrak lidah buaya dengankonsentrasi 34%. Hasil One-way ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya pada semua kelompok signifikan dalam menurunkan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145. Hasil LSD test menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi 34% merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam menurunkan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak lidah buaya bermakna menurunkan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145 dan konsentrasi 34% memiliki efek tertinggi dalam menurunkan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145 dibandingkan dengan konsentrasi 8,5% dan 17%.","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"99 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128793516","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pemanfaatan komponen biologi aktif tanaman sirih hijau (Piper betle L.) sebagai antibakteri dalam pencegahan karies gigi","authors":"Jeffrey Jeffrey, V. Sugiaman","doi":"10.22146/mkgk.77192","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.77192","url":null,"abstract":"Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras yang paling sering terjadi di rongga mulut dan menjadi masalah kesehatan, terutama pada anak-anak berumur antara 5-12 tahun, baik di negara maju maupun negara berkembang. Proses pembentukan karies gigi disebabkan oleh Streptococcus mutans yang berkoloni membentuk biofilm pada permukaan gigi dan melakukan metabolisme sukrosa. Hal ini dapat menurunkan pH di rongga mulut karena bersifat asam sehingga menyebabkan terjadinya demineralisasi pada permukaan email gigi dan selanjutnya membentuk kavitas. Pengendalian biofilm umumnya menggunakan bahan dasar Chlorhexidine gluconate namun sayangnya memiliki berbagai efek samping maka perlu dikembangkan suatu upaya pencegahan sehingga mendapat alternatif bahan alami potensial dalam jangka panjang, ideal, dan aman dengan efek samping yang minimal serta dapat menggantikan bahan kimia. Tujuan naratif review ini adalah memaparkan sirih hijau sebagai salah satu bahan alam pengganti bahan kimia pengendali biofilm. Komponen biologi aktif daun sirih hijau seperti minyak atsiri golongan fenol, flavonoid, dan tanin memiliki sifat antibakteri yang bermanfaat untuk mencegah bau mulut, memelihara kesehatan gigi, memperkuat gusi, dan memperbaiki sistem pencernaan. Daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat bermanfaat sebagai agen pencegahan karies karena kemampuannya dalam menghambat pembentukan biofilm pada permukaan gigi. Kesimpulan: daun sirih hijau aman dengan efek samping minimal sehingga dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri dalam pencegahan pembentukan biofilm dan karies gigi.","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"197 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133537767","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Proporsi klasifikasi maloklusi angle mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran","authors":"Fadila Khairunnisa, N.R. Yuliawati Zenab, Deni Sumantri Latif","doi":"10.22146/mkgk.77745","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.77745","url":null,"abstract":"Maloklusi merupakan kondisi oklusi yang menyimpang dari keadaan normal, ditandai dengan ketidaksesuaian hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah. Maloklusi dapat dicegah dan diperbaiki melalui perawatan ortodonti. Studi epidemiologi mengenai prevalensi maloklusi merupakan hal penting dalam merencanakan tingkat perawatan ortodonti yang tepat. Metode klasifikasi angle relevan untuk dokter dan mencakup sebagian besar maloklusi yang diamati pada pasien. Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan hubungan oklusal molar pertama menjadi tiga kelas, yaitu kelas I, kelas II, dan kelas III. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi klasifikasi maloklusi angle mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Penelitian observasional deskriptif dengan desain cross-sectional untuk mengetahui proporsi klasifikasi maloklusi angle mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran dengan memeriksa relasi gigi molar rahang atas dan rahang bawah. Populasi penelitian berjumlah 188 model studi dan didapatkan sampel sebanyak 120 model studi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan maloklusi kelas I sebanyak 82 sampel (68,33%), kelas II sebanyak 5 sampel (4,17%), kelas II subdivisi sebanyak 17 sampel (14,17%), kelas III sebanyak 9 sampel (7,5%), dan kelas III subdivisi sebanyak 7 sampel (5,83%). Maloklusi kelas I paling banyak terjadi diikuti dengan kelas II subdivisi, kelas III, kelas III subdivisi, dan kelas II pada mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123070621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Ruslin, Sri Larnani, Priztika Widya Nursalim, Mayu Winnie Rachmawati, Anne Handrini Dewi
{"title":"Kekuatan kompresi semen alpha tricalcium phosphate dengan komposisi larutan sodium yang berbeda","authors":"R. Ruslin, Sri Larnani, Priztika Widya Nursalim, Mayu Winnie Rachmawati, Anne Handrini Dewi","doi":"10.22146/mkgk.80838","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.80838","url":null,"abstract":"Calcium phosphate cement (CPC) merupakan campuran dari cairan dan serbuk yang mengandung calcium phosphate. Kelebihan CPC dibandingkan dengan bone graft lain adalah dapat menyesuaikan defek tulang, mengeras pada in vivo, dan biokompatibel. Kekurangan dari CPC adalah kekuatan mekanik yang rendah. Reaksi setting dan mengerasnya CPC dikarenakan adanya ikatan antar kristal apatite yang berpresipitasi. Cairan yang mengandung ion fosfat biasanya digunakan sebagai campuran untuk mempercepat reaksi setting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan kompresi semen alpha tricalcium phosphate (α-TCP) dengan penggunaan larutan disodium hydrogen phosphate (Na2HPO4) dan sodium dihydrogen phosphate (NaH2PO4). Sebanyak 12 sampel semen α-TCP dibuat dengan ukuran diameter 3 mm dan tinggi 6 mm. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan, kelompok pertama campuran serbuk dan larutan Na2HPO4 dan kelompok kedua campuran serbuk α-TCP dan larutan NaH2PO4. Sampel kemudian direndam dalam larutan saline selama 24 jam pada suhu 37 °C. Setelah perendaman selesai, sampel diuji dengan menggunakan universal testing machine (UTM). Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui kekuatan kompresinya. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan independent sample t-test dengan tingkat signifikansi 95%. Rerata kekuatan kompresi semen α-TCP dengan penggunaan larutan Na2HPO4 dan NaH2PO4 adalah 44,51 ± 4,22 MPa dan 21,52 ± 1,85 MPa. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada penggunaan kedua larutan (p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan kekuatan kompresi yang signifikaan antara semen α- TCP dengan penggunaan larutan Na2HPO4 NaH2PO44. Kekuatan kompresi semen α-TCP dengan penggunaan larutan Na2HPO4 lebih tinggi daripada semen α-TCP dengan penggunaan larutan NaH2PO4. ","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115768491","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Aplikasi Platelet Rich Fibrin dan Gel Rosuvastatin 1.2% sebagai Perawatan Adjuvan pasca Open Flap Debridement pada Periodontitis Stage III Grade B pada pasien dengan kondisi premenopause","authors":"Nurdien Aji, Tissa Rahadianti, Dahlia Herawati","doi":"10.22146/mkgk.77575","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.77575","url":null,"abstract":"Periodontitis merupakan penyakit inflamasi jaringan pendukung gigi yang menimbulkan gangguan mastikasi, permasalahan estetika serta fonasi. Gangguan-gangguan permanen akibat periodontitis telah terbukti mempengaruhi kualitas hidup secara negatif. Periodontitis terjadi karena proses dysbiosis mikroorganisme rongga mulut dan respon inang yang inadekuat yang menyebabkan inflamasi persisten sehingga timbul destruksi jaringan periodontal. Berdasarkan tingkat keparahan dan kecepatan progresinya, periodontitis diklasifikasikan dalam stage dan grade tertentu. Periodontitis stage III Grade B merupakan kondisi penyakit periodontal tahap lanjut yang umumnya disertai poket infraboni dan kegoyangan gigi. Kondisi sistemik seperti hormon berpengaruh pada jaringan periodontal. Menjelang menopause terjadi perubahan hormon progesterone dan estrogen yang mempengaruhi integritas dan kesehatan jaringan periodontal. Modifikasi perawatan berupa penambahan bahan adjuvan pasca bedah periodontal berpengaruh positif pada periodontitis yang disertai kondisi premenopause. Platelet Rich Fibrin (PRF) merupakan salah satu olahan konsentrat platelet yang mampu menyediakan faktor pertumbuhan pada area operasi. Gel Rosuvastatin (RSV) 1,2% merupakan obat dari golongan statin yang memiliki efek pleiotrofik dan dapat berperan sebagai agen host modulation therapy (HMT) untuk mengendalikan inflamasi di jaringan periodontal. Artikel ini menyajikan sebuah alternatif perawatan fase korektif dengan aplikasi PRF dikombinasikan dengan gel rosuvastatin pada periodontitis stage III grade B sehingga diharapkan terjadi regenerasi jaringan periodontal.","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128293774","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Noor Firda Novianti Putri, Yuliawati Zenab, W. Dewi
{"title":"Pelaksanaan protokol kesehatan, masalah, dan solusinya dalam perawatan pasien ortodonti di Kota Bandung selama masa pandemi COVID-19","authors":"Noor Firda Novianti Putri, Yuliawati Zenab, W. Dewi","doi":"10.22146/mkgk.78169","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.78169","url":null,"abstract":"Wabah pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) menempatkan ortodontis menjadi salah satu profesi dengan risiko tinggi untuk tertular dan menularkan infeksi COVID-19. Oleh sebab itu, diperlukan penerapan protokol kesehatan yang berdasar pada upaya pencegahan dan pengendalian infeksi agar dapat menekan risiko terjadinya infeksi silang. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan protokol kesehatan, masalah yang dihadapi dan solusinya dalam perawatan pasien ortodonti di Kota Bandung selama masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif untuk mengetahui gambaran pelaksanaan protokol kesehatan, masalah yang dihadapi dan solusinya dalam perawatan pasien ortodonti di Kota Bandung selama masa pandemi COVID-19. Metode dan teknik pengambilansampel menggunakan metode sampling jenuh dan non-probability sampling dari 32 ortodontis yang melakukan praktik pribadi di Kota Bandung selama masa pandemi COVID-19. Analisis statistik dengan uji validitas product moment Pearson dan uji reliabilitas Alpha Cronbach. Hasil penelitian diperoleh dokter gigi spesialis ortodonti di Kota Bandung selalu (66,67%) dan sering (28,125%) melaksanakan protokol kesehatan sebelum pandemic COVID-19, selalu (54,083%)dan sering (12,583%) menghadapi masalah protokol kesehatan terhadap perawatan pasien ortodonti disertai komitmen untuk selalu (87,946%) dan sering (11,38%) melaksanakan protokol kesehatan, selalu (66,295%) dan sering (33,04%) menerapkan protokol kesehatan selama masa pandemi COVID-19 sebagai solusi atas masalah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan lebih dari setengah populasi ortodontis menyatakan selalu melaksanakan protokol kesehatan sebelum pandemi COVID-19, sadar akan masalah yang dihadapi dan selalu menerapkan peningkatan protokol kesehatan sebagai solusi untuk mencegah potensi terjadinya infeksi silang selama masa pandemi COVID-19. Masih ada sebagian kecil responden lain menyatakan sering melaksanakan protokol kesehatan sesuai yang sudah ditetapkan.","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131605527","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kevin Christopher Kawilarang, Titik Ismiyati, M. Indrastuti, Herijanti Amalia Kusuma
{"title":"Teknik mencetak neutral zone pada pembuatan overdenture dengan kombinasi tiga jenis penyangga","authors":"Kevin Christopher Kawilarang, Titik Ismiyati, M. Indrastuti, Herijanti Amalia Kusuma","doi":"10.22146/mkgk.44384","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mkgk.44384","url":null,"abstract":"Resorpsi residual ridge yang parah sering kali menyebabkan kegagalan perawatan gigi tiruan lengkap akibat rendahnya stabilitas dan retensi. Terdapat beberapa cara untuk dapat meningkatkan residual ridge, antara lain dengan modifikasi teknik mencetak dan menggunakan sisa gigi asli sebagai penyangga untuk perawatan overdenture. Teknik mencetak neutral zone dapat meningkatkan stabilitas gigi tiruan. Teknik ini memungkinkan penyusunan anasir gigipada daerah keseimbangan otot. Penggunaan sisa gigi asli sebagai penyangga untuk perawatan overdenture terbukti efektif dalam menambah stabilitas, retensi, mencegah resorpsi residual ridge, dan memberikan proprioseptif yang lebih baik. Pemilihan jenis penyangga disesuaikan dengan keadaan sisa gigi dan pada beberapa kasus dilakukan kombinasi beberapa jenis penyangga. Tujuan penulisan ini untuk melaporkan teknik mencetak neutral zone padapembuatan tooth supported overdenture dengan kombinasi tiga jenis penyangga. Kasus pasien wanita 50 tahun, tersisa gigi 13, 14, 33, 34, 35, 47, serta sisa akar gigi 32 dan 38. Perawatan yang dipilih adalah tooth supported overdenture menggunakan kombinasi penyangga koping pendek pada gigi 13 dan 14, magnet pada gigi 33, dan bare root pada gigi 34 dan 35. Pencabutan dilakukan pada gigi 47 serta sisa akar gigi 32 dan 38. Pada rahang bawahdilakukan pencetakan dengan teknik neutral zone menggunakan bahan polyether medium body yang diletakkan di atas base plate rahang bawah dengan bantuan retensi kawat, kemudian pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bibir, menelan, dan mengucapkan huruf vokal. Pencetakan neutral zone dalam pembuatan tooth supported overdenture pada residual ridge yang resorpsi dapat memudahkan operator dalam menentukan posisi penyusunananasir gigi pada harmonisasi otot, sehingga tekanan otot di sekitar gigi tiruan dapat membantu meningkatkan retensi, stabilitas, dan kenyamanan gigi tiruan pada saat berfungsi.","PeriodicalId":414079,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Gigi Klinik","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115409244","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}