{"title":"Konseptualisasi Kepemimpinan Islami dalam Pengembangan Pendidikan Islam","authors":"M. Muzammil","doi":"10.33650/AT-TURAS.V4I2.335","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/AT-TURAS.V4I2.335","url":null,"abstract":"Pemimpin sebagai salah satu motor utama pengembangan lembaga pendidikan, dipengaruhi oleh model kepemimpinan yang dimiliki dan digunakan untuk memimpin lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Dalam hal ini, salah satu model kepemimpinan yang dapat digunakan adalah model kepemimpinan Islami yang menekankan bukan sekedar pada kemampuan untuk mempengaruhi staff untuk melakukan suatu aktivitas, namun lebih dari itu, kemampuan tersebut diiringi dengan karakteristik individu yang dekat dengan prinsip-prinsip Islam. Kepemimpinan islami merupakan keseimbangan antara kepemimpinan dengan konsep duniawi maupun konsep ukhrawi, menggapai tujuan hakiki lebih dari sekedar tujuan organisasi yang bersifat sementara, menuntut komitmen tinggi kepada prinsip-prinsip Islam dan menempatkan tugas kepemimpinan tidak sekedar tugas kemanusiaan yang dipertanggungjawabkan hanya kepada anggota, tetapi juga di hadapan Allah SWT","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132450895","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Integrated Learning dalam Perspektif Pendidikan Islam","authors":"Lukman Hakim","doi":"10.33650/AT-TURAS.V4I2.334","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/AT-TURAS.V4I2.334","url":null,"abstract":"Integrated learning is a teaching and learning approach that takes into account and adjusts to the developmental level of the students (Developmentally Appropriate Practical). The approach that departs from the theory of learning that rejects the drill-system as the basis for the formation of knowledge and intellectual structure of the child. The principles in integrated learning include: 1) the principle of excavation of the theme, 2) the principle of implementation of integrated learning, 3) the principles of evaluation and 4) the principle of reaction. Integrated learning has characteristics: (a) Child-centered (b) Providing direct experience to the child (c) Segregation between fields of study is not clear (d) Presenting concepts from different fields of study in a learning process e) f) Learning outcomes can develop in accordance with the interests and needs of children. Implementation of Integrated Leaning in Islamic educational institutions, among others: the application of Integrated Learning in Early Childhood Education (Paud) or Taman Kanak-Kanak (TK), Primary School (SD) or Madrasah Ibtidaiyah (MI), Junior High School or Madrasah Tsanawiyah (MTs), Senior High School (SMA) or Madrasah Aliyah (MA) and University","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131253336","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Implementasi Manajemen Kurikulum Pesantren Berbasis Pendidikan Karakter","authors":"Abdurrahman Abdurrahman","doi":"10.33650/AT-TURAS.V4I2.336","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/AT-TURAS.V4I2.336","url":null,"abstract":"Selama ini manajemen kurikulum pendidikan pesantren hanya dikenal sebagai lembaga pendidikan yang hanya mengandalkan manajemen kurikulum tradisional dan sangat menghindari terhadap kurikulum pendidikan modern. Namun faktanya, banyak lulusan pesantren yang mampu bersaing dengan lulusan pendidikan modern dalam segala bidang. Salah satu keberhasilan pesantren tidak terlepas dari peran kiai sebagai hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) yang mengedepankan nilai-nilai pendidikan karakter sekaligus menjadi reference personbagi para santri. Belakangan pesantren mulai menerapkan kurikulum baru tanpa meninggalkan kurikulum sebelumnya yang dikelola (manaj) secara berkesinambungan. Keterpaduan antara kurikulum lama dan baru memperkuat pendidikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang unik dan mempunyai kekhasan tersendiri. Secara rinci tujuan pendidikan pesantren meliputi meninggikan budi pekerti, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan tingkah-laku yang jujur dan bermoral, dan mempersiapkan para santri untuk hidup sederhana dan bersih hati","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130256133","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Menelusuri Sekularisme dalam Konteks Keberagamaan","authors":"M. Bakir","doi":"10.33650/AT-TURAS.V5I1.325","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/AT-TURAS.V5I1.325","url":null,"abstract":"Gerakan sekularisme seringkali dianggap sebagai bentuk kemodernan bagi suatu komunitas tertentu, yang ditandai dengan rasionalitas sebagai identitasnya. Pun demikian, tidak dapat dipungkiri keberadaan gerakan sekularisme telah mempengaruhi konsep dan perilaku keagamaan masyarakat. Karena modernisme yang menjadi bungkus sekularisme telah menjelma menjadi sytle, metode, maupun ekspresi-ekspresi lainnya bagi masyarakat. Sekularisme yang lahir di Barat seakan memberi informasi kepada bangsa Timur yang notabene dianggap sebagai masyarakat tertinggal dan berlumur kemiskinan, bahwa jika ingin maju dan terdidik, maka kunci utamanya adalah menjadi masyarakat modern.","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124941726","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Eksistensi Hukum Islam dan Prospeknya di Indonesia","authors":"A. Siroj","doi":"10.33650/AT-TURAS.V5I1.326","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/AT-TURAS.V5I1.326","url":null,"abstract":"Indonesia as one of the most populated-by-Muslim country has a long historical experience in implementing Islamic law. In each era, the practice of Islamic law differs one another due to the legal politics which influence it. Prior to the Dutch colonialism, Islamic law was prevalent among Muslims with political support from the royal kingdom of Islam such as in Aceh, Palembang, Banjarmasin, Banten, Demak, Jepara, Tuban, Gersik, Ampel and Mataram. Islamic law grew and developed in the midst of society beside adat law. In the Dutch colonial era the policy of the colonial government against Islamic law had its ups and downs in line with the legal theory that emerged at the time. On the one hand, it tends to be accommodative, while confrontational on the other hand. In the era of independence the position of Islamic law became stronger with the enactment of the 1945 Constitution which guaranteed the right of every citizen to embrace religion and practise religious law. In the New Order era, several laws have been enacted, which strengthened the position of Islamic law, especially the Islamic civil law. This tends to develop in the Reform era, marked by strengthening Muslim aspirations and regional autonomy. Consequently, the Islamic law is increasingly practised, though still limited in the field of civil law and Islamic economics. The enforcement of Islamic criminal law in Indonesia still encounter many obstacles both conceptually and legally. This article will examine the existence and the prospect of Islamic law in Indonesia by observing its strengths, weaknesses, opportunities and challenges.","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128402156","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Daur Ulang Limbah dalam Pandangan Hukum Islam","authors":"Halimatus Sa'diyah","doi":"10.33650/AT-TURAS.V5I1.323","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/AT-TURAS.V5I1.323","url":null,"abstract":"The waste recycling is a process in which the new products are made from used products to provide more benefits for human being and to maintain the sustainable ecosystem. It is based on theological assumption that a waste, whatever bad of it, is a part of nature as inseperable way of God’s creation. This article argues that recycling process is human’s responsibility to serve the earth with reorganizing and reusing every possible useable things into commodities or others. As a part of prodoct which is possible to be purified (mutanajjis in Islamic term), a waste could be utilized to the useful products for human. Islam, for this term, also ruled the essence of human brain to make use God’s creation.","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129471914","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Dialektika Sunni dan Syiah Melacak Argumentasi Hukum Nikah Mut’ah","authors":"S. Subhan","doi":"10.33650/at-turas.v5i1.321","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/at-turas.v5i1.321","url":null,"abstract":"Studi ini bertujuan untuk melacak, memperlihatkan dan mengomparasikan argumentasi yang mendasari pandangan Sunni dan Syiah tentang nikah mut’ah. Perbedaan pendapat antarkeduanya, terkait keniscayaan nikah mut’ah, akan ditelusuri berdasarkan sumber hukum masing-masing pandangan, yakni penafsiran QS. an-Nisa [4]: 24. Fuqaha Sunni yang merujuk pada fikih empat mazhab memahami ayat tersebut bukan sebagai dalil yang memperbolehkan nikah mut’ah, sementarafuqaha Syiah justru memahami sebaliknya. Dengan metode komparatif, studi ini menyatakan bahwa berdasarkan QS An-Nisa’ [4]: 24, al-Mu’minun [23]: 5-7, dan at-Talaq [65]: 1, pernyataan hadis dan ijma’ ulama, dapat dipahami bahwa nikah mut’ah termasuk dalam katergori haram. Sebaliknya, fuqaha Syiah berpendapat bahwa QS. an-Nisa [4]: 24 adalah dalil yang meperbolahkan mut’ah yang berlaku sejak masa awal keislaman dan hanya dilarang pada masa Umar bin Kattab. Pelarangan tersebut dipahami bukan sebagai larangan yang berpijak pada dalil naqli, melainkan hanya sebagai ijtihad Umar yang merupakan dalil aqli, dan karenanya tidak menutup peluang interpretasi.","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134391394","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Maqasid Syariah: Kajian Teoritis dan Aplikatif Pada Isu-Isu Kontemporer","authors":"Musolli Musolli","doi":"10.33650/AT-TURAS.V5I1.324","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/AT-TURAS.V5I1.324","url":null,"abstract":"Maqasid Syariah merupakan pintu gerbang awal yang harus dilalui agar Islam sebagai agama mampu mengimplementasikan ekspektasinya yaitu agama yang ajarannya selalu relevan untuk zamannya, mampu mengkontekstualisasikan dirinya dalam ruang lingkup yang mengitarinya dan mampu memberikan solusi bagi setiap permasalahan yang timbul dan terjadi di setiap waktu dan kondisi dimana agama itu dianut oleh pemeluknya.","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131774589","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pluralitas Agama dan Faham Keagamaan: Pelajaran Dari Pondok Pesantren Nurul Jadid","authors":"Mursyid Mursyid","doi":"10.33650/at-turas.v4i1.201","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/at-turas.v4i1.201","url":null,"abstract":"This article attempts to provide a sociological perspective on the religious pluralism and ideology, and its implementation in the leadership system of Nurul Jadid islamic boardingschool at Probolinggo, East Java. Additionally, it also aims to argue the ways cultural power and negotiation are implemented by leaders of pesantren in building plural education for santri. To deeply analyze it, it is important first to describe the common pattern of Muslim in perceiving the diversity of religions and religious ideologies in Islam. One of the ways Nurul Jadid has carried out is to strenghten cultural roots of pesantren and to adapt it with social actions under kiai’s modelling figure, since the kiai and pesantren tradition are two ornaments contributing on the formation of santri’s behaviors.Keywords: Religious Plurality, Religious Ideologies, Pesantren Nurul Jadid","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"37 3-4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132692683","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Diskursus Hukum Kewarisan ‘An-Tarâdhin: Menjembatani Dialektika Kewarisan Maternalistik dan Paternalistik di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi","authors":"A. Alfikri","doi":"10.33650/AT-TURAS.V5I1.322","DOIUrl":"https://doi.org/10.33650/AT-TURAS.V5I1.322","url":null,"abstract":"This study attempts to figure out the practice of inheritance of Muslim communities in Serolangun, Jambi, and its contestation with the discourses of maternalism and paternalism. The proponents of maternalism suggest that practice of inheritance is based on the law of tradition, while proponents of paternalism suggest the significance of relationship between inheritence and law of shariah. For the former, the right of having inheritence belongs to heiress, while the later insisted that shariah has ruled the two-equal to-one (2:1) between men and women. The contradiction between both groups indicates the dialectics of an-taradin based inheritence. This idea is derived from ridha (willingness) expressed explicitly or practiced implicitly by Serolangun people in the system of their inheritence. The an-taradhin is third way to integrate the maternalistic and paternalistic based inheritences by accomodating and providing win-to-win solution between the two groups.","PeriodicalId":356646,"journal":{"name":"AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-04-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134156380","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}