{"title":"Application of The Properties of Naqli And Aqli in Positive Law with Respect to Islamic Contract Law","authors":"Irena Dwi Fetraningtyas, Yunanto Yunanto","doi":"10.18592/SJHP.V21I1.4140","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/SJHP.V21I1.4140","url":null,"abstract":"Abstrak: Konsep bertransaksi dalam Ekonomi Islam disebut sebagai akad. Akad adalah perikatan yang ditetapkan dengan ijab dan qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada objeknya. Semua perikatan atau transaksi yang dilakukan oleh para pihak, dua pihak atau lebih tidak boleh menyimpang dan sejalan dengan kehendak sya’riat. Tidak boleh ada kesepakatan untuk menipu orang lain, tidak boleh bertransaksi yang mengandung unsur maisir, gharar, riba dan bathil. Serta tidak boleh bertransaksi dengan barang atau harta yang diharamkan, maal ghairu mutaqawwim. Dalam bertransaksi secara ekonomi Islam, terdapat dalil Naqli dan Aqli. Dalil naqli dapat diartikan sebagai tanda bukti atau petunjuk dari teks ayat Al-Quran, dalil tersebut kebenarannya merupakan mutlak atau hakiki. Sedangkan yang dimaksud dengan dalil Aqli adalah dalil yang dapat dinalar oleh akal fikiran. Dua dalil tersebut lahirlah dasar atau prinsip ekonomi Islam yang tidak boleh menyimpang dari Al-Quran dan Al-Hadits. Hal tersebutlah yang akan melahirkan asas-asas kebolehan dalam ekonomi Islam. Penelitian ini akan membahas bagaimana fungsi dalil Naqli dan Aqli dalam Hukum Ekonomi Islam, dan bagaimana penerapan Dalil Naqli dan Aqli dalam Hukum Positif Berkenaan Dengan Hukum Akad (Perjanjian) Islam. Kata Kunci: Akad, Ekonomi Islam, Dalil Naqli dan Aqli. Abstract: the concept of dealing in Islamic economics is called contract. An contract is an agreement that is determined by consent and qabul based on the provisions of syara’ have an impact on the object. All agreement or transactions made by the parties, two or more parties may not deviate and in accordance with the wishes of the faith. There must be no agreement to deceive others, no transactions containing elements of maisir, gharar, usury and bathil. And may not deal with goods or property that is forbidden, called as Maal ghairu mutaqawwim. In transacting economically in Islam, there is the proposition of Naqli and Aqli. Naqli theorem can be interpreted as evidence or indications from the text of the verses of the Quran, the argument is the truth is absolute or haqiqi. The argument of the Aqli is the proposition that can be reasoned by logic. These two propositions were born as the basic principles of Islamic economics that must not deviate from the Al-Quran and Al-Hadith. This research will discuss how the function Naqli and Aqli arguments are in Islamic Economic Law, and how the application of Naqli and Aqli propositions in Positive Law with regard to Islamic contract Law.Key Words: Contract, Economic Islam, Propositions of Naqli and Aqli. ","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75132120","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Performance Of Islamic Law In Indonesia In The Fields Of Civil, Private Law, Public Law And Ethics","authors":"Z. Arifin","doi":"10.18592/SJHP.V1I1.4161","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/SJHP.V1I1.4161","url":null,"abstract":"Abstrak.Wacana tentang hubungan Islam dan negara masih menjadi pembahasan yang menarik. Masalahnya, Indonesia negara yang mayoritas warganya beragama Islam tidak menjadikan hukum Islam sebagai dasar konstitusinya, namun Indonesia juga bukan negara sekuler. Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang moderat, dimana hukum ketatanegaraan tidak bertentangan dengan hukum Islam Hukum Islam di tengah masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan yang lebih penting dari pada dua ciri hukum lainnya yaitu hukum positif dan hukum hukum, tetapi tentunya tidak secara normatif atau ideologis. rasa ordogmatis, lebih secara tekstual tetapi secara kultural. Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia tentunya sangat mempengaruhi gaya hidup bangsa Indonesia. Dalam pandangan masyarakat Indonesia, hukum Islam merupakan bagian penting dari ajaran agama dan Islam merupakan ruang utama ekspresi pengalaman beragama dan menentukan keberlangsungan serta identitas sejarahnya.Kata kunci. Kinerja, Hukum Islam, Indonesia.Abstract. The discourse on the relationship between Islam and the state is still being discussedwhich are interesting. The problem is that Indonesia is a country with a majority of its citizensbeing Muslim does not make Islamic law the basis of its constitution.However, Indonesia is also not a secular country. Indonesia cansaid to be a moderate country, where the constitutional law does not contradict Islamic lawIslamic law in the midst of Indonesian society has a positionwhich is more important than the two other legal features, positive law and lawadat, but certainly not in a normative or ideological sense ordogmatic, more so textually but culturally. Islam, as the religion embraced by the majority of Indonesia's population, certainly greatly influences the lifestyle of the Indonesian nation. In the view of Indonesian society, Islamic law is an important part of religious teachings and Islam is a space for the main expression of religious experience and determines its continuity and historical identity.Keyword. Performance, Islamic Law, Indonesia.","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"41 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82660710","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"THE RED YARN OF CONTEMPORARY ISLAMIC LAW REFORM: A Critical Study of Abdullahi Ahmed An-Na'im's Thought","authors":"A. Asman","doi":"10.18592/SJHP.V1I1.4193","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/SJHP.V1I1.4193","url":null,"abstract":"Abstract: This study analyzes the thoughts of Abdullahi Ahmed an-Na'im in Islamic law reform, Abdullahi Ahmed an-Na'im, a Sudanese intellectual figure. The objective of this study is for discovering Naskh's thinking conceptually, as an object for Islamic law studies. This critical study emphasizes that it is a need to review the naskh principle, for an-Na'im, which lies in the requirement to treat the texts in the Quran relevantly to fillenough Islamic law reform in a modern context. By comprehending the naskh verses in the Koran as a form of delaying their implementation to the right time, He uses logic or paradigm reversed from the conventional naskh principles, by re-streamlining the principles of Islamic teachings contained in the verses in the Mecca phase, which in conventional naskh theory have stated by the Madaniyyah verses that came down later. For him, reversing the naskh process is an evolutionary principle of interpretation. The methods used are descriptive, hermeneutic, and phenomenological methods. In practical terms, his naskh thinking which is aimed at revitalizing the interpretation of Islamic teachings in the context of the modern world can be useful for its application for the benefits of the ummah in the renewal of Islamic law in Islamic legal reform.Keywords: reform, Islamic law, critical, Abdullahi Ahmed Na'in Abstrak: Kajian ini menganalisis pemikiran Abdullahi Ahmed an-Na'im dalam reformasi hukum Islam, Abdullahi Ahmed an-Na’im adalah salah seorang tokoh intelektual Sudan. Arah tujuan dalam kajian ini diarahkan untuk menguak pemikiran naskh secara konseptual, sebuah objek kajian yang diletakkan sebagai bagian dari kajian studi hukum Islam dalam pembahruan. Studi kritis ini menegaskan bahwa perlunya peninjauan kembali prinsip naskh, bagi an-Na'im yang terletak pada keharusan untuk memperlakukan teks-teks al-Quran secara relevan demi mewujudkan pembaruan hukum Islam yang memadai dalam konteks modern. Dengan memahami naskh ayat-ayat dalam al-Quran sebagai suatu bentuk penundaan pelaksanaannya hingga waktu yang tepat, ia menggunakan logika atau paradigma terbalik dari prinsip naskh konvensional, yaitu dengan mengefektifkan kembali prinsip-prinsip ajaran Islam yang terdapat pada ayat-ayat fase Makkah, yang dalam teori naskh konvensional dinyatakan telah oleh ayat-ayat Madaniyyah yang turun belakangan. Baginya, membalikkan proses naskh merupakan prinsip interpretasi yang evolusioner. Metode yang digunakan metode deskriptif, hermeneutika, dan fenomenologi. Secara praktis, bahwa pemikiran naskhnya yang ditujukan untuk merelevansikan penafsiran ajaran Islam dalam konteks dunia modem, dapat berguna penerapannya bagi kebaikan dan kemaslahatan umat dalam pembaharuan hukum Islam dalam reformasi hukum Islam.Kata kunci: reformasi, hukum Islam, kritis, Abdullahi Ahmed Na'in","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"40 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79158197","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Recording Siri's Marriages In Obtaining Legal Certainty (Reflections on the rise of Siri marriages in Aceh)","authors":"Z. Zainuddin, Z. Ulya","doi":"10.18592/SJHP.V1I1.3276","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/SJHP.V1I1.3276","url":null,"abstract":"Abstract: Fenomena pernikahan sirri marak terjadi di Indonesia, termasuk di Aceh. Pernikahan sirri dilakukan secara tersembunyi dengan hanya diketahui oleh beberapa orang saksi, serta tidak dilakukan pencatatan nikah pada pejabat yang berwenang. Pelaksanaan pernikahan sirri dinilai sah menurut agama namun tidak sah menurut negara. Amanah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menegaskan setiap pernikahan wajib dilakukan pencatatan. Guna menanggulangi maraknya pernikahan sirri di Aceh, Pemerintah Aceh telah melakukan pembahasan atas Rancangan Qanun Aceh Tahun 2019 tentang Hukum Keluarga, dimana setiap warga yang melakukan nikah sirri dapat dicatat pada pejabat yang berwenang. Dan, dalam rancangan qanun tersebut pula diberikan hak untuk nikah poligami. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk membahas pengaturan hukum pernikahan sirri dalam rancangan qanun hukum keluarga sehingga dapat bertujuan meminimalkan pernikahan sirri di Aceh. Dan, orientasi rancangan qanun keluarga dalam meningkatkan kesadaran masyarakat guna meminimalkan pernikahan sirri di Aceh. Hasil kajian menunjukkan bahwa pencatatan pernikahan sirri di Aceh dapat diselenggarakan pasca ditetapkan putusan peradilan dan berdasarkan Rancangan Qanun Aceh tentang Hukum Keluarga menyebutkan setiap pihak yang menikah diwajibkan melakukan pencatatan atas pernikahannya. Faktor terjadinya pernikahan sirri diakibatkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pencatatan nikah dan terkait pengaturan poligami sebagai jalan keluar pernikahan sirri dapat dikaji ulang oleh pemerintah Aceh sebelum disahkan. Kata Kunci: Pencatatan Nikah, Nikah Sirri, Kepastian Hukum Abstract: The phenomenon of Sirri marriage is rife in Indonesia, including in Aceh. Sirri marriages are conducted in secret with only a few witnesses known, and marriage records are not made to the authorized official. The implementation of Sirri marriage is considered legal according to religion but not legal according to the state. The mandate of Law Number 1 of 1974 emphasizes that every marriage must be registered. In order to cope with the rise of Sirri marriages in Aceh, the Government of Aceh has been discussing the 2019 Aceh Qanun Draft on Family Law, whereby every citizen who engages in Sirri marriage can be recorded with the authorized official. And, in the draft qanun also given the right to polygamy marriage. The purpose of writing this article is to discuss the Sirri marriage legal arrangements in the draft family law qanun so that it can aim to minimize Sirri marriages in Aceh. And, the orientation of the family qanun design in raising public awareness to minimize Sirri marriages in Aceh. The results of the study show that the registration of Sirri marriages in Aceh can be held after a judicial ruling is stipulated and based on the Aceh Qanun Draft on Family Law, it is stated that each married party is required to make a record of his marriage. The factor of sirri marriages is due to the lack of public understanding of the i","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75883873","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Out of Court Divorce Model and Its Legal Implications: A Juridical Study in Babelan District Bekasi","authors":"Nursaidah Nursaidah, Adi Nur Rohman, Panti Rahayu","doi":"10.18592/sjhp.v20i2.3945","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/sjhp.v20i2.3945","url":null,"abstract":"Abstract:Divorce in Indonesia, legally positive, must be carried out before a panel of judges at trial in accordance with the mandate of Law Number 1 of 1974 concerning Marriage and the Compilation of Islamic Law. However, out-of-court divorce is still common in several areas including Babelan district Bekasi where some of the community still practice out-of-court divorce. Out-of-court divorce even though it is considered religiously valid, leaves various legal issues such as neglect of the rights of children and wives who are divorced to the legality of the divorce itself. This study aims to find models of out-of-court divorce that are conducted by the community. Besides that, the study of the consequences and legal efforts to overcome this phenomenon are very important to be analyzed. This research is classified as a normative-empirical juridical study using a statutory approach assisted by a sociological approach. The results showed that research outside the court was carried out by: (1) kinship, and (2) through amil. From a positive legal perspective, divorce outside the court does not have a strong legal position, resulting in neglect of the right to support, distribution of assets and subsequent marriage.Keywords:divorce, Religious Court, legal consequences Abstrak:Perceraian di Indonesia secara hukum positif harus dilakukan dihadapan majelis hakim di persidangan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Namun demikian, perceraian di luar pengadilan masih banyak ditemui di beberapa daerah termasuk di kecamatan Babelan Bekasi dimana sebagian masyarakatnya masih mempraktikkan perceraian di luar pengadilan. Perceraian di luar pengadilan meskipun dianggap sah secara agama, tetapi menyisakan berbagai persoalan hukum seperti pengabaian hak anak dan istri yang diceraikan hingga legalitas perceraian itu sendiri.Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model-model perceraian di luar pengadilan yang dilakukan masyarakat. Disamping itu, kajian tentang akibat serta upaya hukum menanggulangi fenomena tersebut menjadi sangat penting untuk dianalisis. Penelitian ini tergolong penelitian yuridis normative-empiris dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dibantu dengan pendekatan sosiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian di luar pengadilan dilakukan dengan cara: (1) secara kekeluargaan, dan (2) melalui amil. Dalam perspektif hukum positif, perceraian di luar pengadilan tidak memiliki kedudukan hukum yang kuat sehingga berakibat kepada pengabaian terhadap hak nafkah, pembagian harta serta pernikahan selanjutnya.Kata Kunci: akibat hukum, luar pengadilan, perceraian, Pengadilan Agama ","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"67 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77464286","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Febrina Gladys Elvira, Sri Damayanti, Gavrilla Theodora, Olga Nadina
{"title":"Analysis Of Electric Bicycles As A Vehicle In Indonesia: A Normative Legal Review","authors":"Febrina Gladys Elvira, Sri Damayanti, Gavrilla Theodora, Olga Nadina","doi":"10.18592/sjhp.v20i1.3571","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/sjhp.v20i1.3571","url":null,"abstract":"Abstrak:Dalam perkembangannya terdapat kendaraan berupa sepeda listrik yang notabene memiliki dua sumber energi yaitu energi manusia dan energi listrik. Kendaraan yang memiliki dua sumber energi penggerak ini disebut juga sebagai hybrid vehicle. Di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia terkait dengan hybrid vehicle, yang notabene memiliki dua sumber energi, seperti sepeda listrik yang menggabungkan energi manusia dan listrik tidak terdapat pengaturan. Hal ini menimbulkan problematika terkait dengan legalitas sepeda listrik yang ada di masyarakat. Ketidakjelasan legalitas sepeda listrik ini memiliki problematik hukum yaitu 1) kedudukan hukum sepeda listrik di Indonesia dan 2) akibat hukum sepeda listrik sebagai kendaraan di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa sepeda listrik t tergolong sebagai kendaraan tidak bermotor. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa sumber utama tenaga penggerak sepeda listrik adalah tenaga manusia dan dengan penafsiran ekstensif sepeda listrik merupakan perluasan dari sepeda pada umumnya. Akibat hukum yang muncul ketika sepeda listrik tergolong sebagai kendaraan tidak bermotor, berarti terdapat hak dan kewajiban hukum bagi pengendara sepeda listrik tersebut. Terdapat dua klasifikasi kewajiban bagi pengemudi sepeda listrik, dimana terdapat kewajiban yang hanya bersifat anjuran karena tidak memiliki sanksi ketika tidak dilaksanakan dan kewajiban yang memiliki sanksi ketika tidak dilaksanakan. Adapun hak-hak bagi pengemudi sepeda listrik adalah terdapat fasilitas-fasilitas khusus bagi pengendara sepeda listrikKata Kunci: sepeda listrik, legalitas, kendaraan. Abstract: In its development, there is a vehicle in the form of electric bicycles which incidentally has two sources of energy namely human energy and electrical energy. This vehicle that has two sources of propulsion energy is also called hybrid vehicles. Though, there is not yet an Indonesian regulations related to hybrid vehicles, which has two energy sources, such as electric bicycles that combine human energy and electricity. This raises problems related to the legality of electric bicycles in the society. The unclear legality of electric bicycles has legal problems namely 1) the legal standing of electric bicycles in Indonesia and 2) legal consequences of electric bicycles as vehicles in Indonesia. This research is a normative legal research with a statutory and conceptual approach. Based on this research, it was found that electric bicycles are classified as non-motorized vehicles. This is based on the argument that the main source of electric bicycle driving force is human power and with an extensive interpretation of electric bikes as an extended version ofa bicycle in general. The legal consequences that arise when electric bicycles are classified as non-mo","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80258082","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Village Development in Village Autonomy Context Based on CommunityEmpowerment (The implementation of Act Number 6 of 2014 concerning Villages)","authors":"Sri Pujiningsih","doi":"10.18592/sjhp.v19i2.3121","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/sjhp.v19i2.3121","url":null,"abstract":"Abstract : The village development carried out in the village cannot be separated from the village autonomy authority that it has. The purpose of village development is directed at improving the welfare of the village community, supported by more and more village affairs now as stipulated in Act Number 6 of 2014. Village development cannot be carried out by one party alone, without involving other parties, therefore it must be coordinated with other parties both with the government and the community. In community empowerment it means that there is a process that builds the community through developing community capacity, changing human behavior and even reaching the level of community organizers. Village development in the context of village autonomy based on community empowerment does not always lead to the form of programs that are physical in nature. Through this writing, village development is more directed at the form of community empowerment programs. Keywords : village development, village autonomy, community empowerment Abstrak : Pembangunan desa yang dilaksanakan di desa tidak terlepas dari kewenangan otonomi desa yang dimilikinya. Tujuan pembangunan desa diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desanya, didukung pula urusan desa sekarang ini semakin banyak sebagaimana diatur dalam UU Nomor.6 Tahun 2014. Pembangunan desa tidak mungkin bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja, tanpa melibatkan pihak lainnya, oleh karena itu harus melalui koordinasi dengan pihak lain baik dengan pemerintah maupun masyarakat. D a lam p e mbe r d a y a a n m a s y a r a k a t b e ra rti ada su a tu p ro s e s y an g memb a n g unma s y a r a k a tmel a l uip e n ge mba n g a nk e m a mpuan ma s y a r a k a t, pe r ub a h a n pe ril a ku manusia d a n bahkan bisa sampai pada tingkatan p e n gorg a nisasi m a s y a r a k a t. Pembangunan desa dalam konteks otonomi desa yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat ini tidak selalu mengarah pada bentuk program pembangunan yang sifatnya fisik. Melalui tulisan ini pembangunan desa lebih diarahkan pada bentuk program-program pemberdayaan masyarakat. Kata Kunci : pembangunan desa, otonomi desa, pemberdayaan masyarakat","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74987120","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Reading Fatwas of MUI a Perspective of Maslahah Concept","authors":"M. Rosyid, M. Irfan","doi":"10.18592/SJHP.V19I1.2726","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/SJHP.V19I1.2726","url":null,"abstract":"Abstrak: Kemaslahatan dan kebaikan manusia merupakan tujuan pokok setiap bentuk peratuan, termasuk fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Salah satubidang fatwa yang diterbitkan MUI adalahhukumkeluarga. Fokusutamatulisaniniadalahmembacaulang dan menganalisa fatwa-fatwa MUI dalambidanghukumkeluargadenganperspektifkonsepmaslahatmayoritas fuqaha yang juga telahditerbitkandalam Fatwa MUI tentangKriteriaMaslahatNomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005. Fatwa-fatwa tersebut, dilihatmenggunakanparadigmakonsepmaslahat, adakalanya masuk dalam kategori maṣlaḥahmu‘tabarah, maṣlaḥahmursalah, dan adaindikasibeberapa fatwa yang masuk kedalam kategori maṣlaḥah mulghah. Adapun fatwa MUI dalam bidang hukum keluarga yang dimaksud dalam tulisan ini yaitu fatwa tentang Aborsi, tentang Perkawinan Beda Agama, tentang Kewarisan Beda Agama, tentang Perkawinan Di BawahTangan (sirri, tidak dicatatkan), dan tentang Nikah Wisata.Kata kunci: Maṣlaḥah, GradasiMaṣlaḥah, MUI, HukumKeluargaAbstract: Human benefit and goodness are the main objectives of every form of regulation, including the fatwas of the Council of Indonesian Ulama (MUI). One of the fatwa fields issued by MUI is family law. The main focus of this paper is to reread and analyze the fatwas of the MUI in the field of family law with the perspective of the concept of majority fuqaha masses which have also been published in the MUI Fatwa concerning the Maslahat No. 6 / MUNAS VII / MUI / 10/2005. These fatwas, are seen using the concept of maslahat, sometimes include to the category of maṣlaḥahmu‘tabarah, maṣlaḥahmursalah, and there are indications of several fatwas that include to the category of maṣlaḥahmulghah. The fatwas of the MUI in the field of family law referred to in this article is a fatwa on Abortion, concerning Differential Marriage, about Different Religions, About Marriage Under the Hand (sirri, not recorded), and about Tourism Marriage.Keywords: Maṣlaḥah, Gradation of Maṣlaḥah, MUI, Family Law","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90210955","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Urgency Of Creating Regional Regulations For Supporting The Implementation Of Regional Autonomy","authors":"Lies Ariany, Risni Ristiawati","doi":"10.18592/SJHP.V19I1.2652","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/SJHP.V19I1.2652","url":null,"abstract":"The Regional government which carried out based on the principle of autonomy as wide as possible implies that the regions are given the authority to regulate and manage all their own affairs. So, this study tried to conduct a study of normative law to further examine the nature of the implementation of regional autonomy, and the second tried to analyze the role of regional regulations in order to support the implementation of regional autonomy through library research using the statute approach and conceptual approach. The results of the study indicated that one of the important ideals and rationalities for implementing regional autonomy was to make the policy process closer to the society, not only in the central government. For this reason, authority needs to be given so that local governments can take their own initiative to make decisions regarding the interests of the local community through laws at the local government level. Thus, the contents of the Regional Regulations are to accommodate the interests of the people in the regions in order to achieve happiness and prosperity that is distributed equally to the people in the area.Pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi yaitu memberi dan melaksanakan rumah tangga itu sendiri. Untuk alasan ini, penelitian ini adalah studi hukum normatif untuk memeriksa lebih lanjut tentang pelaksanaan otonomi daerah dan pendekatan lain yang dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan perpustakaan menggunakan pendekatan Statuta dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu cita-cita dan rasionalitas penting pelaksanaan otonomi daerah adalah membuat proses lebih dekat dengan masyarakat, tidak hanya di pemerintah pusat. Untuk alasan ini, perlu mengisi ruang sehingga pemerintah dapat mengambil inisiatif sendiri untuk membuat keputusan tentang lingkungan masyarakat melalui peraturan di tingkat pemerintah daerah. Ini adalah konten materi dari Peraturan Daerah pada dasarnya untuk mengakomodasi manfaat masyarakat di daerah dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kemakmuran yang didistribusikan secara merata kepada orang-orang di daerah tersebut.(The regional government is carried out based on the principle of autonomy is giving and carrying out the household itself. For this reason, the research is normative legal studies to examine more about the implementation of regional autonomy and other approaches that can be analyzed using the library approach using the Statute approach and the conceptual approach. The results of the study show that one of the important ideals and rationalities of the implementation of regional autonomy is to make the process closer to the community, not only in the central government. For this reason, it is necessary to fill the space so that the government can take its own initiative to make decisions about the community environment through a regulation at the regional government level. This is the material content of the Regional Regulation is ","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"61 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76374574","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analysis Of Construction Services Income Tax Law","authors":"Nor Hasan, H. Tjaraka","doi":"10.18592/SJHP.V19I1.2709","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/SJHP.V19I1.2709","url":null,"abstract":"Penelitian ini menganalisis kepastian hukum pengenaan pajak penghasilan atas jasa konstruksi yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat Final dan Pajak Penghasilan bersifat Tidak Final serta menganalisis bentuk penyelesaian konflik hukum atas pengenaan Pajak Penghasilan pada sektor jasa konstruksi yang dapat memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha jasa konstruksi, terutama dalam hal penentuan kualifikasi usaha. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan ( statute approach ) dan pendekatan konseptual ( conceptual approach ). Analisis bahan hukum yang digunakan adalah dengan analisis sistematika hukum dengan menggunakan asas hukum dan ketentuan hukum yang berkaitan erat dengan pengenaan pajak atas jasa konstruksi, yang diperoleh melalui studi dokumentasi untuk mengidentifikasi pengertian pokok dan/atau dasar hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, dan objek hukum. Konflik hukum pada sektor pajak penghasilan jasa konstruksi dapat diselesaikam dengan interpretasi yang telah memenuhi 3 (tiga) asas dalam contextualism dan asas preferensi hukum, yaitu asas lex superiori derogat legi inferiori. Dengan asas lex superiori derogat legi inferiori tersebut, Pasal 23 Undang – Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) lebih unggul dari pada Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009. Pengenaan pajak dengan Pasal 4 Ayat (2) huruf d UU PPh yang bersifat final dikenakan pada Jasa Konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha. Namun apabila tidak memiliki kualifikasi usaha, maka tidak dikenai Pasal 4 Ayat (2) huruf d UU PPh, melainkan dikenai Pasal 23 UU PPh. ABSTRACT This study aims to analyze the characteristics of construction services subject to Final Income Tax and Non-Final Income Tax as well as to analyze the form of conflict of the rules on the imposition of Income Tax on construction service sector that can provide legal certainty, especially in the case of business qualification determination. This research is a normative legal research with statute approach and conceptual approach. The types of materials used are primary legal materials, secondary legal materials, and non-legal materials. Technique of trace material technique is library study and internet access. The analysis of legal materials used is with legal systematic analysis using legal principles and legal provisions relating to the imposition of taxes on construction services, obtained through documentation studies to identify basic understanding of rights and obligations, legal events, legal relations, and the object of law. Conflict of rules in the income tax of construction services can be answered by interpretation that has fulfilled 3 (three) principles in contextualism and the principle of legal preferences, that is namely the principle of lex superiori derogat legi inferiori then Article 23 of the Income Tax Law is superior to Article 3 PP. 51 Year 2008 juncto PP. 40 Year 2009","PeriodicalId":33523,"journal":{"name":"Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81604896","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}