PositronPub Date : 2022-05-31DOI: 10.26418/positron.v12i1.53035
Heron Surbakti, I. W. Nurjaya, Dietrich G Bengen, Tri Prartono
{"title":"Kontribusi Massa Air Tawar dari Estuari Banyuasin ke Perairan Selat Bangka pada Musim Peralihan II","authors":"Heron Surbakti, I. W. Nurjaya, Dietrich G Bengen, Tri Prartono","doi":"10.26418/positron.v12i1.53035","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v12i1.53035","url":null,"abstract":"Perairan Selat Bangka banyak mendapat pasokan air tawar dari sungai-sungai di pesisir timur Provinsi Sumatera Selatan, termasuk estuari Banyuasin. Percampuran air tawar dan air laut menentukan kondisi lingkungan estuaria, khususnya pola salinitas, termasuk pembentukan habitat yang kompleks untuk komunitas tumbuhan dan hewan yang khas di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi besarnya masukan air tawar dari empat muara sungai di estuari Banyuasin ke Perairan Selat Bangka pada bulan Oktober (musim peralihan II). Pengukuran data lapangan dilakukan di 23 lokasi pada bulan Oktober 2018 menggunakan Valeport Midas CTD+ Model 606. Selanjutnya, data salinitas digunakan untuk mengetahui kisaran nilai salinitas, menganalisis nilai anomali, fraksi air tawar dan stabilitas massa air dari masing-masing sungai. Kisaran salinitas massa air di perairan Selat Bangka pada musim peralihan II adalah 2,19 sampai 31,42 psu dengan nilai anomali salinitas sebesar -30,23 sampai -1,00 psu. Masukan massa air tawar dari empat sungai adalah berbeda satu sama lain sehingga terbentuk kontur lidah salinitas di mulut estuari dan nilai salinitas bervariasi secara spasial di Selat Bangka. Fraksi air tawar yang paling dominan berasal dari Sungai Musi dengan kontribusi sebesar 31,2 %, selanjutnya diikuti Sungai Air Saleh (21,9%), Sungai Banyuasin (20,5%) dan Sungai Upang (20,3%).","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45068815","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PositronPub Date : 2022-05-31DOI: 10.26418/positron.v12i1.51833
Christian Nugroho, H. Manik, D. Gultom, M. Firdaus
{"title":"Implementasi Multibeam Echosounder untuk Pengukuran dan Analisis Data Kedalaman Perairan Teluk Jakarta Berdasarkan Standar International Hydrographic Organization","authors":"Christian Nugroho, H. Manik, D. Gultom, M. Firdaus","doi":"10.26418/positron.v12i1.51833","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v12i1.51833","url":null,"abstract":"Sebagian besar wilayah Indonesia adalah perairan laut dengan luas meliputi dua pertiga luas wilayah negara. Survei hidrografi menggunakan multibeam dinilai lebih efektif dan efisien dalam mengeksplorasi laut terutama kondisi dasar laut apabila dibandingkan dengan single beam echosounder. Perairan Teluk Jakarta yang dangkal dengan kegiatan maritim yang padat terutama arus lalu-lintas pelayaran memerlukan pemahaman yang kritis dan spesifik untuk menjaga keselamatan navigasi di laut. Untuk itu diperlukan standar survei dalam pengambilan dan pengolahan data multibeam yaitu aturan standar berdasarkanInternational Hydrographic Organization (IHO) yang memuat kalibrasi patch test, kalibrasi offset statik, koreksi pasang surut, dan koreksi kecepatan rambat suara dalam air dan uji kualitas data. Data multibeam yang diperoleh telah dikalibrasi dan dikoreksi dengan hasil uji kualitas pada orde spesial sebesar 97.47%. Pengukuran multibeam menghasilkan data kedalaman maksimum perairan Teluk Jakarta sebesar 10.92 m, kedalaman minimum sebesar 5.84 m, dan rata-rata kedalaman 8.26 m. Interpretasi morfologi dan topografi dasar laut membentuk alur cekungan seperti parit dengan asumsi hasil pengerukan atau erosi. Analisis data kedalaman menunjukkan terdapat area pendangkalan di sisi barat daya cekungan dengan diperoleh adanya dua titik kedangkalan.","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41644292","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PositronPub Date : 2022-05-31DOI: 10.26418/positron.v12i1.53409
Anissa Bella Maharani, L. Destiarti, W. Rahmalia
{"title":"The Effect of Cell Surface Area on the Effectivity and Reusability of Bixin Sensitized Solar Cells","authors":"Anissa Bella Maharani, L. Destiarti, W. Rahmalia","doi":"10.26418/positron.v12i1.53409","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v12i1.53409","url":null,"abstract":"Dye-Sensitized Solar Cells or DSSC is the latest solar cell type generation that uses natural dyes as sensitizers. Bixin extracted from the seeds of kesumba (Bixa orellana L) is one of the natural dyes that can be used as a sensitizer. This study aims to determine the effect of the active surface area of solar cells on the effectivity and reusability of bixin-sensitized solar cells based on their open-circuit voltage (Voc), short-circuit current (Isc), and maximum energy conversion efficiency. The results of this study will provide an overview of the best surface area to produce DSSC with the highest maximum energy conversion efficiency and the lifetime of bixin sensitized solar cells. The measurement results showed that the resulting Voc for each variation of the surface area 1, 2, and 3 cm2 was 344; 719; 1002 mV under intensity 100 mW cm-2, while the Isc produced under the same intensity was 0.223; 0.471; 0.680 mA. Based on the calculation results, the maximum power generated by each surface area was 0,077; 0,338; 0,681 W. This means that the larger the active surface area of the solar cell, the greater the voltage and current generated. In this work, the highest efficiency was produced by solar cells with a surface area of 2 cm2, which is 0.085%. The solar cells fabricated in this study can be reused for five days under continuous irradiation.","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44524052","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PositronPub Date : 2022-05-31DOI: 10.26418/positron.v12i1.50470
Raghel Yunginger, Idawati Supu, S. Zulaikah, Arif Wijaya, A. Ramadani, Mariyanto Mariyanto
{"title":"Investigasi Sumber Mineral Magnetik pada Sedimen Sungai Biyonga Sebagai Inlet Danau Limboto Menggunakan Parameter Suseptibilitas Magnetik","authors":"Raghel Yunginger, Idawati Supu, S. Zulaikah, Arif Wijaya, A. Ramadani, Mariyanto Mariyanto","doi":"10.26418/positron.v12i1.50470","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v12i1.50470","url":null,"abstract":"Sifat mineral magnetik pada sedimen bergantung pada batuan dan juga lingkungan pembentuknya. Sensifitas mineral magnetik terhadap lingkungan pembentuknya menjadi proxy indicator untuk mengetahui proses lingkungan pembentuknya baik yang dipengaruhi oleh proses alamiah atau litogenik maupun karena komponen antropogenik. Hal ini sangat membantu dalam menginvestigasi sumber mineral magnetik pada sedimen sungai sehingga dapat diketahui proses perubahan lingkungan yang terjadi di perairan sungai. Dalam metode kemagnetan batuan salah satu parameter yang lazim dimanfaatkan untuk menginvestigasi sumber mineral magnetik pada batuan dan sedimen yaitu parameter suseptibilitas magnetik. Untuk itu studi ini bertujuan untuk menginvestasi sumber mineral magnetik pada sedimen Sungai Biyonga sebagai salah satu inlet Danau Limboto. Danau Limboto merupakan salah satu dari 15 danau di Indonesia yang terdegradasi dan perlu upaya untuk menelusuri kontribusi sedimen sungai yang dikontrol oleh komponen litogenik dan antropogenik. Sampel sedimen sungai diambil pada enam titik dengan memperhatikan lingkungan di sekitar Sungai Biyonga. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai suseptibilitas magnetik frekuensi rendah (χLF) berkisar dari 130,18 x 10-8 m3/kg hingga 165,00 x 10-8 m3/kg. Konsentrasi mineral magnetik pada sampel ini cenderung dipengaruhi oleh mineral ferimagnetik kelompok Besi-titanium oksida yaitu magnetit (Fe3O4) dan Hematite (Fe2O3). Namun berdasarkan nilai χFD% mineral magnetik pada sampel cenderung didominasi oleh mineral non superparamagnetik berbulir kasar (>0,03 µm) dengan domain stable single domain (SSD) dan multidomain (MD) yang merupakan tipikal dari mineral magnetik yang bersumber dari komponen antropogenik. Bahkan hal ini didukung dengan analisis morfologi mineral magnetik yang menggunakan citra SEM yang menemukan adanya bentuk bulat bulir mineral magnetik. Karakter mineral magnetik ini mencirikan mineral magnetik yang mengalami proses oksidasi akibat kehadiran material antropogenik pada sedimen Sungai Biyonga yang berasal dari komponen antropoenik. Parameter suseptibilitas magnetik ternyata telah berhasil membuktikan bahwa terdapat sedimen Sungai Biyonga yang masuk ke Danau Limboto yang cenderung berasal dari komponen antropogenik terutama dari aktivitas pertanian dan limbah pemukiman yang terdapat di perairan Sungai Biyonga.","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44554159","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PositronPub Date : 2022-05-31DOI: 10.26418/positron.v12i1.54174
S. Sukarman, Khoirudin Khoirudin, D. Mulyadi, Nana Rahdiana, Apang Djafar Ashiedieque
{"title":"Water Hyacinth Utilization: A New Perspective on the Smoke-salted Duck Egg Process in Three Different Blended Fuels","authors":"S. Sukarman, Khoirudin Khoirudin, D. Mulyadi, Nana Rahdiana, Apang Djafar Ashiedieque","doi":"10.26418/positron.v12i1.54174","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v12i1.54174","url":null,"abstract":"Smoke-salted duck eggs (SDEs) one of Indonesia's most well-known egg food preservation methods. It not only increases the shelf life of smoked-salted duck eggs, but it also imparts a distinguishable flavor and taste to them. The SDEs process requires a boiling/steaming process that requires fuel for about 30% of the total energy required. The water content in water hyacinth is around 90%, which provides an opportunity to be used as a fuel that eliminates the boiling/steaming process. The water hyacinth (Eichhornia Crassipes) has never been used to produce SDEs as an alternative energy source. The dry bulb's temperature was kept below 95 o C. The relative humidity was managed to keep above 40% for the first two hours and 30% for the next six hours for the three different blended fuels (TDBF) methods for smokesalted duck eggs. The TDBF smoking method has significantly benefited from water hyacinth in the smoked salted duck egg process. The high water content of water hyacinth is advantageous so that the boiling/steaming process is successfully eliminated. The smoke-salted duck eggs processed using the TDBF smoked method had an egg maturity of more than 60% after 1.5 - 2 hours and around 100% after 3 -6 hours","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49062693","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PositronPub Date : 2022-05-31DOI: 10.26418/positron.v12i1.53584
Miftahul Farhati, M. Rosid
{"title":"Identifikasi Bidang Gelincir dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis 2 Dimensi di Daerah Keranggan, Tangerang Selatan","authors":"Miftahul Farhati, M. Rosid","doi":"10.26418/positron.v12i1.53584","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v12i1.53584","url":null,"abstract":"Daerah Keranggan, Tangerang Selatan yang menjadi wilayah penelitian merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang berpotensi longsor. Wilayah ini memiliki karakter tanah bergerak dengan adanya lereng yang sangat curam. Pada rumah-rumah warga di atas lereng timbul retakan sejajar lereng yang mengindikasikan adanya pergerakan tanah. Oleh karena itu dilakukan pengukuran geolistrik tahanan jenis 2 dimensi untuk mengetahui struktur litologi bawah permukaan yang berpotensi dapat berperan sebagai bidang gelincir. Pengukuran menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger multichannel di 2 lintasan berarah Barat-Timur. Panjang lintasan 1 dan 2 secara berturut-turut adalah 117,5 dan 105 meter dengan jarak antar elektroda 2,5 meter. Dari hasil korelasi model tahanan jenis, data geologi regional, dan data sumur gali warga lokal, diyakini bahwa litologi penyusun di wilayah penelitian terdiri dari batuan lempung, batu pasir, dan konglomerat batu apung yang merupakan bagian dari Formasi Serpong. Dari model tahanan jenis terindikasi adanya bidang gelincir dengan litologi batu lempung di atas konglomerat batu apung dengan kemiringan 53o tepat di bawah lereng. Diduga kuat bidang gelincir ini memicu terbentuknya lereng di permukaan dengan kemiringan serupa sekitar 53o. Kedua faktor tersebut diperparah dengan beban yang tinggi dari jumlah penduduk dan kendaraan di atasnya, serta getaran yang berasal dari aktivitas manusia sehari-hari.","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48696131","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PositronPub Date : 2022-05-31DOI: 10.26418/positron.v12i1.54321
Accep Handyarso
{"title":"Optimalisasi Data Gayaberat untuk Pemodelan Struktur Geologi Bawah Permukaan Daerah Kepulauan Sabu-Raijua, Nusa Tenggara Timur, Indonesia","authors":"Accep Handyarso","doi":"10.26418/positron.v12i1.54321","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v12i1.54321","url":null,"abstract":"Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang merupakan daerah frontier meliputi sepertiga luas cekungan sedimen di Indonesia. Namun sampai dengan saat ini hanya beberapa cekungan sedimen yang berproduksi. Kendala yang dihadapi di daerah frontier adalah ketersediaan dan kualitas data yang kurang memadai. Data gayaberat dapat dijadikan solusi alternatif dalam memberikan gambaran awal kondisi bawah permukaan di daerah frontier. Analisis lanjut dilakukan dengan mengkompilasi land gravity data (onshore) dengan topex free air gravity data yang dikoreksi menjadi anomali bouguer untuk mengungkap daerah offshore, penerapan metode Second Vertical Derivative (SVD) untuk mendelineasi struktur geologi dan metode Euler 3D Deconvolution dalam memperkirakan kedalaman sumber anomali gayaberat yang umumnya dilakukan dengan analisis spektral. Hasil penelitian menunjukkan adanya anomali gayaberat tinggi yang diinterpretasikan sebagai prismatic body di bawah Pulau Sabu – Raijua. Prismatic body diduga terbentuk karena terdapat dua arah tegasan yang hampir saling tegak lurus, yaitu arah baratdaya – timurlaut dan arah tenggara – baratlaut di sekitar Scott Plateau. Tegasan baratdaya – timurlaut mensesarkan Savu Thrust di sebelah timurlaut daerah penelitian. Metode Euler 3D Deconvolution memberikan informasi kedalaman yang mendekati hasil estimasi kedalaman analisis spektral dengan disertai informasi posisi lateralnya. Kedalaman sumber berdasarkan Euler bervariasi dari 2.4 Km – 7 Km, sedangkan kedalaman berdasarkan analisis spektral pada kisaran 2 Km – 6 Km. Pemodelan 2.5D dilakukan berdasarkan data gayaberat dengan 3 unit lapisan yaitu air laut (seabed), lapisan sedimen, dan lapisan batuan alas yang diduga berupa Thrust Fold Australian Continental Margin. Pemodelan struktur geologi bawah permukaan memperlihatkan pola struktur naik yang mendorong lapisan di atasnya (uplifted) hingga memunculkan daratan Pulau Sabu – Raijua.Kata kunci: Gayaberat, prisma akresi, sabu – raijua, struktur, uplift.","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41946440","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PositronPub Date : 2022-05-31DOI: 10.26418/positron.v12i1.51214
Ratna Dewi Syarifah, Alvi Nur Sabrina, Wenny Maulina, A. Arkundato, E. Purwandari, Lutfi Rohman
{"title":"Studi Desain Boiling Water Reactor (BWR) Berdaya 100MW Berbahan Bakar Thorium Karbida","authors":"Ratna Dewi Syarifah, Alvi Nur Sabrina, Wenny Maulina, A. Arkundato, E. Purwandari, Lutfi Rohman","doi":"10.26418/positron.v12i1.51214","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v12i1.51214","url":null,"abstract":"Reaktor air didih atau boiling water reactor (BWR) merupakan reaktor yang memanfaatkan air sebagai media pendingin dan juga sebagai moderator. Penelitian ini mendesain reaktor air didih berbentuk modul atau Small Modular Reactor (SMR) berdaya 100MWth berbahan bakar Thorium Karbida (Th-U233-C), selongsong Silikon Karbida (SiC) dan pendingin air (H2O). Perhitungan neutronik dilakukan dengan mengunakan program SRAC versi 2006 dengan database nuklir JENDL 4.0. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa reaktor air didih berbentuk modul dengan bahan bakar Thorium Karbida yang diberi tambahan Protaktinium-231 (Pa-231) sebanyak 6% menunjukkan hasil paling kritis. Reaktor mampu beroperasi selama 20 tahun tanpa pengisian ulang bahan bakar dengan maksimum faktor multiplikasi efektif (keff) 1,00392. Nilai maximum excess reactivity yang dihasilkan sangat kecil dibawah 1% yakni 0,39% ∆k/k dan densitas daya maksimum yang dihasilkan bernilai 59 watt/cc.","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45688966","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PositronPub Date : 2021-12-29DOI: 10.26418/positron.v11i2.49699
A. S. Rini, Nurul Hidayanti, Y. Rati
{"title":"Biosynthesis of Zinc Oxide Powder Using Sandoricum koetjape Peel Extract at Various Annealing Temperature","authors":"A. S. Rini, Nurul Hidayanti, Y. Rati","doi":"10.26418/positron.v11i2.49699","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v11i2.49699","url":null,"abstract":"Zinc oxide (ZnO) synthesized with natural reductants has attracted the attention of researchers because it is environmentally friendly and non-toxic. In this study, ZnO was prepared using Sandoricum koetjape (S. koetjape) peel extract. An aqueous extract of S. koetjape peel was used as biological reduction agent for the synthesis of ZnO from zinc nitrate hexahydrate. The ZnO powder obtained was annealed at different temperatures i.e, 300°C, 400°C, and 500°C for 1 hour. Structural, morphological, optical properties, and functional groups of samples were analyzed using X-Ray Diffraction, Scanning Electron Microscopy, UV-Vis Spectroscopy, and Fourier Transform Infrared Spectroscopy, respectively. The X-ray diffraction pattern shows that pure hexagonal wurtzite structure of ZnO particles can be achieved after annealing. The crystal size has also increased with increasing annealing temperature. SEM photo demonstrates the transformation of ZnO particle from spherical to microflower due to annealing. The widest absorption peaks in the UV-Vis spectrum was occurred after annealing at 500°C. The bandgap energy of ZnO increases after annealing from 3.08 eV to 3.20 eV. The FT-IR analysis confirms O-H functional group from extract has been decomposed due to the annealing process. Based on this study, biosynthesized ZnO using Sandoricum koetjape peel extract requires annealing process to improve the purity, enhance the light absorbance and change the microstructure of ZnO.","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43731966","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PositronPub Date : 2021-12-29DOI: 10.26418/positron.v11i2.48461
Ahmad Zaenudin, Karyanto Karyanto, Aulia Kurniasih, R. C. Wibowo
{"title":"Analisis Struktur Patahan Daerah Suoh Menggunakan Metode Gaya Berat dan Penentuan Kerapatan Patahan","authors":"Ahmad Zaenudin, Karyanto Karyanto, Aulia Kurniasih, R. C. Wibowo","doi":"10.26418/positron.v11i2.48461","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/positron.v11i2.48461","url":null,"abstract":"Suoh merupakan daerah tektonik aktif yang mengakibatkan terbentuknya struktur geologi yang tersebar di Daerah Suoh. Struktur geologi yang berkembang di Daerah Suoh telah dianalisis menggunakan data gaya berat dan data DEM ALOS PALSAR untuk menentukan dan menganalisis struktur geologi serta arah dominannya. Analisis struktur bawah permukaan menggunakan metode gaya berat dengan analisis Second Vertical Derivative (SVD) dan analisis kelurusan menggunakan metode Fault Fracture Density (FFD). Kontur SVD residual bernilai 0 dan area dengan nilai FFD tinggi (2 sampai 2,6 km/km²) mengindikasikan adanya struktur sesar dangkal. Berdasarkan analisis kelurusan data DEM telah didapatkan informasi tentang kelurusan berarah barat laut-tenggara yang sangat jelas, selaras dengan struktur geologi regional daerah Suoh.","PeriodicalId":31789,"journal":{"name":"Positron","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46922176","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}