{"title":"Peran mikrobiota usus dalam perkembangan obesitas","authors":"Susmiati Susmiati","doi":"10.25077/MKA.V42.I1.P41-49.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/MKA.V42.I1.P41-49.2019","url":null,"abstract":"Sampai sekarang etiologi obesitas masih belum jelas dan masih diperdebatkan. Baru-baru ini mikrobiota usus dianggap sebagai salah satu faktor yang berperan terhadap kejadian obesitas. Tujuan: Untuk membahas tentang peran mikrobiota usus terhadap kejadian obesitas. Metode: Artikel ini disusun berdasarkan review beberapa literature yang berhubungan dengan peran mikrobiota usus baik pada hewan coba maupun pada manusia dengan berbagai metode penelitian. Hasil: Pada penelusuran literature didapatkan peran mikrobiota usus terhadap kejadian obesitas dapat melalui beberapa mekanisme yaitu melalui jalur metabolik, inflamasi dan hormonal. Jalur metabolik dengan peningkatan produksi Short-Chain Fatty Acid (SCFA), perubahan metabolisme asam empedu dan FXR/TGR5 signaling, jalur inflamasi dengan peningkatan lipopolisakarida (LPS) dan endocannabinoid (eCB) system yang mengatur metabolisme dan rasa lapar melalui microbiota-gut-brain axis serta jalur hormonal yaitu penekanan fiaf, peningkatan Peptide YY (PYY), dan ekspresi dari G protein coupled receptors (GPCRs). Simpulan: Beberapa penelitian menunjukkan mekanisme utama peran mikrobiota terhadap perkembangan obesitas dapat melalui jalur metabolik, inflamasi, maupun hormonal.","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45571516","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Anomaly of left coronary artery","authors":"Finesa Hasye, Y. Karani","doi":"10.25077/MKA.V41.I3.P143-151.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/MKA.V41.I3.P143-151.2018","url":null,"abstract":"Anomalies of the coronary artery are uncommon, with a reported incidence of 0.3% to 1.3% in the coronary angiography studies routinely performed for suspected atherosclerotic coronary disease. There were 0.92% incidence of anomalous origination of the right coronary artery from the left sinus and the 0.15% incidence of anomalous origination of the left coronary artery from the right sinus. Most coronary artery anomalies are diagnosed by invasive angiography performed to investigate suspected atherosclerotic coronary disease. There are two important managements for patient with anomaly coronary artery. First, these coronary anomalies should result in exclusion from participation in intense competitive sports to reduce the risk of a cardiac event or sudden death. Second, and more importantly, treatment for wrong sinus coronary artery anomalies are revascularization can be either surgical or percutaneous. Surgical intervention should be considered for high-risk varieties of anomalous coronary arteries, as this is the only treatment that has been demonstrated to improve coronary blood flow and carries a low morbidity and mortality.","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45993402","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Outcome trabekulektomi terhadap kontrol tekanan intraokular","authors":"Muhammad Syauqie, Fitratul Ilahi","doi":"10.25077/MKA.V41.I3.P101-111.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/MKA.V41.I3.P101-111.2018","url":null,"abstract":"Tujuan: Membandingkan outcome pada tindakan trabekulektomi, trabekulektomi dengan MMC dan trabekulektomi dengan ekstraksi katarak. Metode: Penelitian retrospektif dari rekam medis pasien poliklinik Mata RSUP Dr. M. Djamil Padang. Hasil: Terdapat 64 kasus dari 46 pasien pada penelitian ini, dengan rasio laki-laki dan perempuan yaitu 1:1. Usia pasien berkisar antara 19 tahun hingga 90 tahun. Dari keseluruhan pasien didapatkan diagnosa POAG pada 67,2% kasus, PACG pada 18,8% kasus, glaukoma juvenile pada 6,2% kasus, dan glaukoma sekunder pada 7,8% kasus. Prosedur yang paling banyak dilakukan adalah trabekulektomi (28 mata) diikuti oleh trabekulektomi dikombinasikan dengan ekstraksi katarak (21 mata) dan trabekulektomi dengan MMC (15 mata). Trabekulektomi atau trabekulektomi dengan MMC menghasilkan efek pengendalian TIO yang lebih baik, yaitu 16,35±7,30 mmHg dan 13,23±6,46 mmHg, dibandingkan dengan trabekulektomi yang dikombinasikan dengan ekstraksi katarak (17,70±5,66 mmHg). Namun demikian, 42,85% kasus setelah trabekulektomi dan 50% kasus setelah trabekulektomi dikombinasikan dengan ekstraksi katarak masih memerlukan setidaknya satu obat untuk mencapai rentang TIO normal dibandingkan dengan hanya 7,14% kasus setelah trabekulektomi dengan MMC. Simpulan: Trabekulektomi dengan MMC lebih unggul daripada trabekulektomi atau trabekulektomi dikombinasikan dengan ekstraksi katarak dalam menurunkan tekanan intraokular (TIO) dan bermanfaat bagi kontrol TIO dalam jangka panjang.","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44098076","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perdarahan saluran cerna setelah dilakukan intervensi koroner perkutan: suatu keputusan terapi yang sulit","authors":"Meidianaser Putra, M. Fadil, Yose Ramda Ilhami","doi":"10.25077/MKA.V41.I3.P120-133.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/MKA.V41.I3.P120-133.2018","url":null,"abstract":"Intervensi koroner perkutan merupakan prosedur invasif jantung yang sering dilakukan untuk mengobati pasien dengan penyakit arteri koroner. Komplikasi yang menakutkan seperti diseksi koroner atau penyumbatan koroner akut pada era balon angioplasti telah banyak berkurang dengan ditemukannya stent arteri koroner dan penggunaan rutin terapi antiplatelet dan antitrombotik. Peningkatan penggunaan DAPT tersebut meningkatkan risiko pasien untuk terjadinya cedera saluran cerna dan perdarahan. Mengobati pasien yang mengalami perdarahan setelah IKP merupakan suatu hal yang rumit, karena kita harus mempertimbangkan intervensi yang tepat untuk mengelola perdarahan aktif, untuk menimbang manfaat potensial untuk meneruskan atau menghentikan terapi antiplatelet dan untuk mengevaluasi apakah diperlukan transfusi sel darah merah yang bisa menimbulkan efek samping yang merugikan. Pemberian PPI direkomendasikan oleh panduan Amerika dan Eropa untuk terapi yang bisa diberikan pada perdarahan saluran cerna akibat pemberian antiplatelet dan hemostasis endoskopi merupakan pilihan yang direkomendasikan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas.","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45096352","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Epidemi obesitas dan dampaknya terhadap status kesehatan masyarakat serta sosial ekonomi bangsa","authors":"Masrul Masrul","doi":"10.25077/MKA.V41.I3.P152-162.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/MKA.V41.I3.P152-162.2018","url":null,"abstract":"Obesitas merupakan penyakit kronis dan multi faktorial dan juga disebut penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan peningkatan total lemak tubuh. Distribusi kejadian obesitas berhubungan dengan faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status ekonomi. Faktor risiko dasar terjadinya obesitas yaitu faktor peningkatan asupan, faktor metabolik, penggunaan kalori dan gen. Obesitas terbagi menjadi dua tipe yaitu obesitas sentral dan obesitas periferal. Dampak obesitas terhadap kesehatan masyarakat meliputi percepatan proses penuaan, gangguan kecerdasan, resistensi insulin, kanker, osteoatritis, kolelithiasis, dan kematian pada usia muda. Selain itu, obesitas juga berdampak pada sosial ekonomi seperti menurunnya kualitas kehidupan penderita, menurunnya produktivitas individu dan negara, tingginya biaya kesehatan negara, dan tingginya biaya yang dikeluarkan individu ketika sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan pengendalian dan penanganan epidemi obesitas dengan pendekatan dalam aspek sosial, biologi, teknologi, dan ekonomi. Prinsip dasarnya penanggulangan obesitas adalah intervensi gaya hidup dan terapi medik seperti obat-obatan dan operasi bariatrik bila diperlukan. Perubahan gaya hidup lebih ditekankan pada modifikasi perilaku makanan dan aktivitas fisik.","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43504455","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kromomikosis yang menyerupai karsinoma sel skuamosa: suatu kasus jarang","authors":"Shinta Ayu Intan, Salmiah Agus, Anandia Putriyuni","doi":"10.25077/MKA.V41.I3.P112-119.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/MKA.V41.I3.P112-119.2018","url":null,"abstract":"Kromomikosis merupakan infeksi jamur kronik yang disebabkan oleh jamur berpigmen (dematiaceous) yang masuk ke dermis dari lingkungan sekitar. Kromomikosis mengenai laki-laki dewasa dengan rentang usia antara 40-50 tahun. Predileksi paling sering yaitu di ekstremitas bawah terutama kaki. Tanah, sayur-sayuran dan bahan organik lainnya merupakan habitat normal dari jamur ini. Tujuan: Melaporkan satu kasus kromomikosis jarang. Kasus: Dilaporkan kasus pada seorang laki-laki usia 53 tahun dengan bercak berwarna keabu-abuan tanpa rasa gatal dan nyeri yang semakin bertambah besar sejak ±1 tahun yang lalu pada pergelangan kaki kiri. Simpulan: Kromomikosis sering salah didiagnosis sebagai karsinoma sel skuamosa, konfirmasi histopatologi penting untuk menegakkan diagnosis karena pemeriksaan secara histopatologi menunjukkan gambaran khas yaitu adanya copper pennies sehingga dapat menyingkirkan diagnosis bandingnya. ","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49097097","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Atrial fibrillation with flutter episode in patient with mitral stenosis","authors":"D. Arara, Y. Karani","doi":"10.25077/mka.v41.i3.p134-142.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/mka.v41.i3.p134-142.2018","url":null,"abstract":"Mitral stenosis (MS) is a condition which happened because of congenital or acquired event. The most common etiology of MS in Indonesia is Rheumatic Heart Disease (RHD). Chronic inflammation on the mitral valve could lead to stenosis from mild to severe degree. Mitral stenosis could lead to many complications such as pulmonary hypertension and atrial fibrillation (AF). The prevalence of AF in patients with MS is related to the severity of valve obstruction and patient age. AF event in patient with MS could be happen because of Left Atrial (LA) dilatation of the patient. The mechanism that responsible for AF in patient with MS is a complex one. AF even with or without atrial flutter episode could lead a deterioration of patient hemodynamic. In the other way, the patient also predisposes to left atrial thrombus formation and systemic embolic events. Good awareness in diagnosis and management of atrial fibrillation in patient with MS are mandatory to reduce the morbidity and mortality.","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44390152","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis genetik lokus CSF1PO, TH01, dan TPOX short tandem repeats pada etnis minangkabau","authors":"Taufik Hidayat, R. Susanti","doi":"10.25077/MKA.V41.I3.P94-100.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/MKA.V41.I3.P94-100.2018","url":null,"abstract":"Identifikasi forensik terus mengalami kemajuan yang pesat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. Tujuan: Untuk mengetahui frekuensi alel-alel dan membuat data dasar alel-alel lokus CSF1PO, THO1 dan TPOX Short Tandem Repeats pada etnis Minangkabau. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel 30 orang coba beretnis Minangkabau, sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan isolasi DNA lokus CSF1PO, TH01 dan TPOX dan dilakukan sekuensing dengan kit experion DNA 1 K. Alel yang didapat dianalisis dengan software EasyDNA. Hasil: Didapatkan frekuensi alel lokus CSF1PO yaitu 16 alel, lokus TH01 sebanyak 12 alel, dan lokus TPOX yaitu 10 alel. Frekuensi alel tertinggi CSF1PO yaitu 165 bp (0,0167) dan alel 170 bp (0,0167). Frekuensi alel tertinggi lokus TH01 yaitu 93 bp (0,217). Frekuensi alel TPOX tertinggi adalah 85 bp (0,267) Nilai heterozigositas observasi tertinggi terdapat pada lokus TPOX (0,4) diikuti oleh lokus TH01 (0,33) dan lokus CSF1PO (0,2). Nilai power of discrimination tertinggi terdapat pada lokus CSF1PO (0,98), TH01 (0,973) dan TPOX (0,949). Simpulan: didapatkan data frekuensi alel lokus CSF1PO, TH01, dan TPOX etnis Minangkabau. Lokus CSF1PO, TH01 dan TPOX dapat digunakan sebagai pembanding dalam identifikasi forensik.","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42685775","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Physical violence cases in Pekanbaru, Indonesia: a 5 years retrospective study","authors":"D. Afandi","doi":"10.25077/mka.v41.i2.p78-87.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/mka.v41.i2.p78-87.2018","url":null,"abstract":"Violence is a global public health problem. This study aims to identify the prevalence and patterns of injury among physical violence victims in Pekanbaru, Indonesia. Methods: A retrospective descriptive study was conducted at the Forensic Medical Service Center Bhayangkara Hospital Pekanbaru. All medicolegal reports of physical violence victims from January 1, 2010 to December 31, 2014 were studied for the prevalence of physical violence cases using basic data, such as sex, age, occupation, and forensic examination findings. Results: The average prevalence of sexual violence was 51.47/100,000 population/year. The total number of cases was 5,206, of which 75.7% were males. The 18-34-year-old age groups accounted for the highest proportion of cases for both genders. Bruises and abrasions were the most frequently found injuries (67.8% and 57.3%, respectively), with the head being the most common injury sites. The majority of victims had blunt and mild degree of injuries (85.6% and 83.8%, respectively). Conclusions: the prevalence of physical violence cases was high among study populated. Although most of the victims had non-fatal injury but physical violence can affect all age group and both genders.","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45062441","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Aktivitas Fisik dan Kualitas Tidur dengan Dismenorea pada Mahasiswi FK UPN “Veteran” Jakarta","authors":"D. Lestari, Mila Citrawati, Niniek Hardini","doi":"10.25077/mka.v41.i2.p48-58.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/mka.v41.i2.p48-58.2018","url":null,"abstract":"Dismenorea menjadi gangguan menstruasi yang paling umum terjadi pada perempuan dewasa, sehingga memengaruhi kehidupan sehari-hari dan performa akademik. Dismenorea banyak dialami oleh perempuan muda pada rentang usia 18 - 25 tahun dan prevalensi dismenorea tertinggi terjadi pada mahasiswi. Tujuan: Mengetahui hubungan aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta. Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional menggunakan desain potong lintang dengan sampel berjumlah 70 mahasiswi. Data dianalisis dengan uji Chi-Square, uji alternatif Mann Whitney dan uji regresi logistik. Instrumen penelitian menggunakan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan Numeric Pain Rating Scale (NPRS) untuk menilai aktivitas fisik, kualitas tidur, dan derajat dismenorea. Hasil: Terdapat hubungan antara aktivitas fisik (p = 0,002) dan kualitas tidur (p = 0,004) dengan dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta. Simpulan: Aktivitas fisik dan kualitas tidur memiliki hubungan yang bermakna dengan dismenorea. Kualitas tidur memiliki hubungan yang lebih kuat dengan dismenorea.","PeriodicalId":31071,"journal":{"name":"Majalah Kedokteran Andalas","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46415673","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}