Esti Handayani Hardi, Catur Agus Pebrianto, Triesna Hidayanti, Rizki Tri Handayani
{"title":"INFEKSI Aeromonas hydrophila MELALUI JALUR YANG BERBEDA PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI LOA KULU KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR","authors":"Esti Handayani Hardi, Catur Agus Pebrianto, Triesna Hidayanti, Rizki Tri Handayani","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2632","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2632","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah mengetahui patogenisitas bakteri Aeromonas hydrophila (A. hydrophila) yang diinfeksi dengan jalur yang \u0000berbeda yaitu melalui perendaman, pakan, injeksi intraperitoneum dan injeksi intramuskular. Kepadatan bakteri 10 \u000010 \u0000cfu/ml bakteri A. hydrophila \u0000diinfeksikan pada ikan nila berukuran 15 g melalui empat jalur infeksi yang berbeda. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa in feksi melalui \u0000perendaman, pakan, injeksi intraperitoneum, dan injeksi intramuskular merupakan port entry atau jalan masuk bakteri A. hydrophila terhadap \u0000ikan nila yang bermakna bakteri mampu menyebarkan virulensi (menyebabkan ikan sakit dan atau mati) melalui air (media hidup), saluran \u0000pencernaan melalui rongga perut, dan melalui pembuluh darah. Kondisi ini dapat dilihat dari perubahan pada pola renang, penurunan nafsu \u0000makan, patologi anatomis organ dalam dan luar serta perubahan gambaran darah. Infeksi bakteri A. hydrophila melalui penyuntikan merupakan \u0000jalur infeksi yang menyebabkan ikan nila mengalami kematian lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan dengan jalur infeksi melalui pakan dan \u0000perendaman. Namun injeksi melalui muskular merupakan jalur infeksi yang menyebabkan kematian lebih cepat. Infeksi melalui injeksi \u0000merupakan infeksi yang juga menyebabkan perubahan pada pola renang, patologi anatomi lebih cepat dibandingkan dengan jalur infek si yang \u0000lain.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668526","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENINGKATAN TNF-α DAN INDEKS APOPTOSIS PADA TULANG MENCIT YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii","authors":"Lucia Tri Suwanti, Mufasirin Mufasirin","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2808","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2808","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan tumor necrosis factor-alpha (TNF-α) dan indeks apoptosis pada tulang mencit yang diinfeksi Toxoplasma gondii (T. gondii). Tiga puluh dua ekor mencit dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 (K1), merupakan kelompok kontrol, tidak diinfeksi sedangkan Kelompok 2 (K2) diinfeksi dengan 10 takizoit T. gondii secara intraperitoneal. Enam hari setelah infeksi mencit dikorbankan, diambil tulang femur dan dilakukan pembuatan preparat histologis dengan pengecatan immunohistochemistry (IHC) dan Tunel assay. Hasil penelitian menunjukkan jumlah sel tulang yang mengekspresikan TNF-α pada K2 (27,04±6,92) berbeda sangat nyata dibandingkan dengan K1 (11,42±3,92). Indeks apoptosis pada K1 dan K2 masing-masing adalah 9,17±3,04 dan 16,28±3,37. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa infeksi T. gondii meningkatkan TNF-α dan indeks apoptosis sel tulang femur.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67669228","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Amrozi, L. I. Tumbelaka, Ade Ocktaviani, Bondan Achmadi, Juli Melia
{"title":"OVSYNCH DAN INSEMINASI BUATAN PADA INDUK KUDA WARMBLOODYANG DIINDUKSI OVULASI DENGAN HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN DOSIS JAMAK","authors":"A. Amrozi, L. I. Tumbelaka, Ade Ocktaviani, Bondan Achmadi, Juli Melia","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2836","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2836","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengamati pola pertumbuhan folikel dan keberhasilan inseminasi buatan dengan semen cair pada induk kuda warmblood yang disinkronisasi estrus dan ovulasi (ovsynch). Induk kuda berjumlah lima ekor berumur 6-18 tahun digunakan dalam penelitian ini. Sinkronisasi estrus dilakukan pada induk kuda yang memiliki korpus luteum berdiameter minimal 3,0 cm dengan injeksi prostaglandin 7,5 mg secara intramuskular. Induksi ovulasi dilakukan dengan memberikan hCG 1500 IU secara intravena 48 jam setelah sinkronisasi estrus dan diulang setiap 24 jam sampai terjadinya ovulasi folikel (dosis jamak) yang diamati dengan ultrasound. Inseminasi buatan dilakukan berulang mengikuti setiap pemberian hCG sampai terjadinya ovulasi dengan dosis inseminasi 1,5x10 9 spermatozoa. Sinkronisasi estrus dan ovulasi dengan menggunakan hCG dosis jamak menghasilkan ovulatori dominan folikel berdiameter 4,81±0,92 cm dan korpus rubrum berdiameter 3,82±0,45 cm serta menghasilkan 60% kebuntingan. Kesimpulan sinkronisasi ovulasi dengan pemberian hCG dosis jamak pada kuda warmblood yang diinseminasi buatan dengan semen cair efektif menghasilkan kebuntingan yang tinggi.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67669775","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
K. Y. Purwandari, E. Handharyani, D. Sajuthi, E. Sulistiawati
{"title":"AKTIVITAS GLIAL FIBRILLARY ACIDIC PROTEIN PADA OTAK MARMUT (Cavia porcellus) SEBAGAI MODEL PENYAKIT ALZHEIMER DENGAN DEPLESI HORMON TESTOSTERON","authors":"K. Y. Purwandari, E. Handharyani, D. Sajuthi, E. Sulistiawati","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2834","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2834","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengarakterisasi marmut sebagai hewan model untuk penyakit Alzheimer dengan mengamati histopatologis otak dan aktivitas seluler glial fibrillary acidic protein (GFAP) pada otak yang diakibatkan oleh deplesi hormon testosteron. Dua belas marmut dibagi dua kelompok berdasarkan umur, yaitu enam marmut umur 16-32 bulan dan enam marmut umur 32-48 bulan. Deplesi testosteron dilakukan dengan cara kastrasi. Dua marmut dari setiap kelompok dinekropsi untuk koleksi sampel otak pada waktu satu, tiga, dan lima bulan setelah kastrasi. Bagian otak yang diambil adalah korteks, lobus parietalis, temporalis, dan hipokampus. Sampel otak dilakukan evaluasi patologis dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin dan immunohistokimia dengan antibodi GFAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deplesi testosteron dapat menyebabkan kerusakan otak yang ditandai oleh kematian sel neuron, peningkatan aktivitas sel-sel glia dan ekspresi GFAP pada jaringan otak. Kesimpulan penelitian adalah penurunan kadar testosteron dalam plasma darah menyebabkan terjadinya kematian sel neuron dan peningkatan aktivitas sel-sel glia pada otak.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67670034","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
D. Darniati, Surachmi Setiyaningsih, Agustina Indrawati
{"title":"Deteksi Molekuler dan Keragaman Virus Newcastle Disease pada Ayam Kampung di Wilayah Aceh","authors":"D. Darniati, Surachmi Setiyaningsih, Agustina Indrawati","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2841","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2841","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi keberadaan virus Newcastle disease (VND) dan mengkaji keragaman dari virus terisolasi. Sampel penelitian berupa usapan kloaka dan orofaring dari 177 ekor ayam kampung yang diambil dari unggas pekarangan dan pasar unggas di 12 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Penapisan virus dilakukan pada sampel pool dengan real-time reverse transcriptation-polymerase chain reaction (rRT-PCR) dengan target gen matriks. Inokulasi 309 sampel representasi 157 ayam asal pool positif matriks pada telur ayam berembrio spesifik pathogen free (SPF) menghasilkan 69 isolat yang berasal dari 51 ekor ayam. Sebagian besar (45,09%) ayam mengeluarkan virus melalui orofaring, 25,39% melalui kloaka dan orofaring, serta 19,61% melalui kloaka. Karakterisasi keragaman isolat dilakukan dengan uji hemagglutination inhibition (HI) menggunakan serum Komarov dan Hitchner B1, rRT-PCR gen fusi dan uji elusi. Adanya keragaman epitop permukaan virus ditunjukkan dengan titer HI yang bervariasi antar isolat, perbedaan mencapai 4 log dengan serum Komarov, dan 3 log dengan B1. Sebagian besar isolat mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap serum Komarov yang mengindikasikan kecenderungan kepada galur virulen. Penentuan patogenisitas menggunakan rRT-PCR menunjukkan 73,95% isolat termasuk ke dalam galur virulen (mesogenik/velogenik), sementara dari uji elusi menunjukkan 72,46% isolat termasuk galur velogenik, 20,29% mesogenik dan 7,25% dari galur lentogenik.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67670460","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP PENINGKATAN SPERMATOGENESIS TIKUS WISTAR YANG TERPAPAR ASAP ROKOK","authors":"Mujahidatul Musfiroh, Sri Gustari","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2820","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2820","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui efek minyak jintan hitam (Nigella sativa L.) terhadap spermatogenesis tikus Wistar yang terpapar asap rokok. Jenis penelitian adalah eksperimental murni dengan subyek 24 ekor tikus yang terpapar asap rokok selama 21 hari dan dirandomisasi dalam 4 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan pemberian minyak jintan masing-masing 0,1; 0,2; dan 0,3 ml. Penegakan hipotesis dilakukan dengan menggunakan Krusskal-Wallis dan Mann Whitney dengan batas derajat kemaknaan P≤0,05, interval kepercayaan 95%. Pemberian minyak jintan hitam dapat memperbaiki derajat spermatogenesis.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67670014","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muslim Akmal, T. N. Siregar, Sri Wahyuni, Muhammad Hambal, S. Sugito, A. Amiruddin, S. Syafruddin, R. Roslizawaty, Z. Zainuddin, Mulyadi Adam, G. Gholib, Cut Dahlia Iskandar, Rinidar Rinidar, Nuzul Asmilia, Hamny Hamny, J. Joharsyah, S. Suriadi
{"title":"PEMBERIAN EKSTRAK EPIDIDIMIS BERPOTENSI MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING JANTAN LOKAL","authors":"Muslim Akmal, T. N. Siregar, Sri Wahyuni, Muhammad Hambal, S. Sugito, A. Amiruddin, S. Syafruddin, R. Roslizawaty, Z. Zainuddin, Mulyadi Adam, G. Gholib, Cut Dahlia Iskandar, Rinidar Rinidar, Nuzul Asmilia, Hamny Hamny, J. Joharsyah, S. Suriadi","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2839","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2839","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak epididimis (EE) terhadap peningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan lokal. Dalam penelitian ini digunakan 12 ekor kambing jantan lokal, berumur 1,5 tahun dengan bobot badan 10-15 kg dan dibagi atas empat kelompok (K0, KP1, KP2, dan KP3). Kelompok K0, hanya diinjeksi dengan NaCl fisiologis sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi EE masing-masing 1, 2, dan 3 ml/ekor selama 13 hari berturut-turut. Pada hari ke-14, dilakukan pengambilan semen kambing dengan elektroejakulator dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kualitas spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EE dengan dosis 1 dan 3 ml/ekor EE selama 13 hari berturut-turut menyebabkan peningkatan kualitas spermatozoa dibanding kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa EE berpotensi meningkatkan kualitas spermatozoa pada kambing jantan lokal.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67670186","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KARI (Murraya koenigii) TERHADAP Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas sp.","authors":"Rastina R, M. Sudarwanto, Ietje Wientarsih","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2842","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I2.2842","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antibakteri, konsentrasi efektif, dan pengaruh peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun kari (Murraya koenigii) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas sp. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar. Parameter yang diukur adalah besarnya diameter daya hambat yang terbentuk di sekitar kertas cakram. Hasil uji aktivitas antibakteri dianalisis dengan metode one way anova dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak 12,5; 25; dan 50% telah memberikan aktivitas daya hambat pertumbuhan bakteri uji. Konsentrasi efektif yang dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi 50%, sedangkan bakteri Pseudomonas sp. pada konsentrasi 12,5; 25; dan 50%. Peningkatan konsentrasi ekstrak daun kari menunjukkan semakin luas diameter zona hambat pertumbuhan bakterinya. Penghambatan yang terjadi pada bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas sp. tersebut, membuktikan bahwa daun kari mengandung senyawa aktif yang bersifat antibakteri, seperti flavonoid, fenol, alkaloid, dan saponin.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67670203","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Anni Nurliani, Teguh Budi Pitojo, Dwi Liliek Kusindarta
{"title":"STUDI HISTOKIMIA LEKTIN TERHADAP JENIS DAN DISTRIBUSI GLIKOKONJUGAT ABOMASUM KERBAU RAWA (Bubalus bubalis) KALIMANTAN SELATAN","authors":"Anni Nurliani, Teguh Budi Pitojo, Dwi Liliek Kusindarta","doi":"10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2826","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2826","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengkaji efisiensi pencernaan kerbau rawa dengan mengidentifikasi jenis dan distribusi glikokonjugat pada daerah abomasum kerbau rawa. Enam ekor kerbau rawa jantan >2,5 tahun dan berat badan 300-400 kg digunakan dalam penelitian ini. Sampel diperoleh dari rumah potong hewan (RPH) Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Setiap bagian abomasum meliputi kardiak, fundus, dan pilorus diambil untuk pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) dan alcian blue-periodic acid schiff (AB-PAS). Residu gula glikokonjugat pada abomasum dideteksi dengan pewarnaan histokimia lektin dengan menggunakan wheat germ agglutinin (WGA), ricinus communis agglutinin (RCA), concanavalin agglutinin (Con A), ulex europaeus agglutinin (UEA), dan soybean agglutinin (SBA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah kardiak mengandung glikokonjugat D manosa/D glukosa, D galaktosa, dan N asetilglukosamin. Daerah fundus mengandung D manosa/D glukosa, D galaktosa, L fukosa, N asetilglukosamin, dan N asetilgalaktosamin. Daerah pilorus mengandung glikokonjugat L fukosa dan N asetilglukosamin. Pola reaktivitas daerah kardiak, fundus, dan pilorus kerbau rawa terhadap pewarnaan histokimia lektin memiliki pola yang berbeda dengan ruminansia lain. Jenis glikokonjugat yang dimiliki oleh kerbau rawa tersebut diduga berkaitan dengan fungsi peningkatan kemampuan efisiensi pencernaan kerbau rawa. Setiap bagian abomasum kerbau rawa memiliki jenis glikokonjugat yang spesifik dengan pola distribusi khas sesuai dengan fungsinya.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67669805","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Katrin Roosita, Rimbawan Rimbawan, Ita Djuwita, M. Damanik, C. M. Kusharto
{"title":"RESPONS SEL EPITEL USUS (CMT-93) TERHADAP NUTRASETIKAL GALOHGOR","authors":"Katrin Roosita, Rimbawan Rimbawan, Ita Djuwita, M. Damanik, C. M. Kusharto","doi":"10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2825","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2825","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan membandingkan pengaruh nutrasetikal galohgor dalam bentuk serbuk (GS) dan ekstrak (GE) terhadap proliferasi, morfologi, dan ekspresi gen Aldh1a2 pada sel epitel usus (CMT-93). Galohgor serbuk (GS) dibuat dengan menghancurkan semua bahan dan dikeringkan menggunakan drum-dryer sedangkan GE dibuat dengan mengeringkan semua bahan dengan oven, digiling, dan dimaserasi dengan etanol selama 3x24 jam. Perlakuan didasarkan pada konsentrasi akhir β-karoten yang berasal dari GS dan GE masing-masing sebesar 0,5; 1,5; dan 5,0 µM dalam larutan medium Dulbecco's Modified Eagle's medium (DMEM) yang dilengkapi serum (10%). Analisis proliferasi menggunakan asai 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT), dan ekspresi gen dianalisis dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR). Hasil penelitian meunjukkan bahwa GE pada konsentrasi tinggi (5,0 μM) secara signifikan (P<0,05) dapat menekan proliferasi dan memengaruhi morfologi sel CMT-93. Beta-karoten dalam GE dan GS memengaruhi ekspresi gen Aldh1a2 pada sel epitel usus CMT-93","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67669732","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}