Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/agripet.v21i2.20409
Jauhari Efendy, P. W. Prihandini, Tri Agus Sulistya, A. Primasari
{"title":"Evaluasi Status Reproduksi Sapi Hasil Persilangan Peranakan Ongole dengan Bali","authors":"Jauhari Efendy, P. W. Prihandini, Tri Agus Sulistya, A. Primasari","doi":"10.17969/agripet.v21i2.20409","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v21i2.20409","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Tujuan penelitian untuk mengetahui status reproduksi hasil persilangan sapi peranakan ongole (PO) dan sapi bali (yang selanjutnya dinamakan sapi POBA) jantan dan betina melalui beberapa kegiatan lapang. Penelitian ini bersifat non eksperimental yang dilakukan secara eksploratif; menggunakan 20 ekor sapi berumur antara 32 sampai 36 bulan. Parameter yang diamati meliputi kualitas semen, kondisi organ reproduksi sapi betina dan angka kebuntingan. Hasil penelitian menunjukkan, kualitas semen sapi POBA rendah atau jelek berdasarkan hasil analisis secara mikroskopis maupun makroskopis; namun memiliki libido yang cukup tinggi yaitu rata-rata sekitar 4 menit 25 detik dari mulai mengendus atau didekatkan dengan ternak pemancing (teaser) sampai ejakulasi. Secara umum kondisi organ reproduksi sapi POBA betina normal, sehingga siap dijadikan indukan yang produktif. Sebanyak 66,67% menunjukkan perilaku estrus yang tampak terutama keluar lendir yang terlihat jelas menggantung di bibir vagina bahkan diantaranya mengejar dan/atau menaiki sapi-sapi lain. Namun hasil pemeriksaan kebuntingan (PKB) melalui palpasi rektal menunjukkan tidak ada sapi betina yang bunting. Dapat disimpulkan bahwa sapi POBA jantan infertil, yang diindikasikan melalui hasil pemeriksaan semen dan tidak adanya sapi betina yang berhasil bunting melalui perkawinan alam selama 3 (tiga) bulan. Sedangkan sapi betina POBA memiliki organ reproduksi normal serta menunjukkan ekspresi estrus yang baik. (The evaluation of cattle reproduction status between crosses Ongole Crossbreed with Bali cows) ABSTRAK. The purpose of this research was to determine the reproductive status of the crossbred PO and Bali cattle (hereinafter referred to as POBA cattle) through several field activities. This research is non-experimental and carried out exploratory using 20 cattle aged 32 to 36 months. Parameters observed included semen quality, cows' reproductive organ condition, and pregnancy rate. The quality of POBA bulls semen was low or bad as indicated by the results of microscopic and macroscopic analysis; but had pretty high libido, which was an average of about 4 minutes and 25 seconds, starting to sniff or being brought near to teaser until ejaculation. In general, the reproductive organs of POBA cows were normal so that they were ready to become productive sires. As many as 66.67% showed estrus behavior, especially visible mucus that was hanging on the lips of the vagina, even among them chasing and/or riding other cattle. However, the results of pregnancy examination through rectal palpation showed that there were no pregnant cows. It can be concluded that POBA bulls are infertile, which was indicated by the results of semen examination and the absence of successfully conceived cows through natural mating for 3 (three) months. Meanwhile, POBA cows have normal reproductive organs and show good estrus expression.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48734972","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.20105
Asril Adjis, Rizal Y. Tantu, U. Hatta
{"title":"Pengaruh Penambahan Pakan Ampas Kelapa yang Difermentasi dengan Penambahan Ammonium Sulfat terhadap Produksi dan Kualitas Telur Ayam Ras","authors":"Asril Adjis, Rizal Y. Tantu, U. Hatta","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.20105","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.20105","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pakan ampas kelapa (AK) yang difermentasi dengan penambahan ammonium sulfat (AS) terhadap produksi dan kualitas telur telah dilaksanakan. Ampas kelapa ditambahkan AS dengan konsentrasi 0, dan 4% dan 0.1% Ragi (Fermipan®) dan diinkubasi selama 5 dan 7 hari. Substrat yang dihasilkan dicampur kedalam pakan dan diberikan kepada 75 ekor ayam petelur fase bertelur umur 20 minggu selama 24 minggu. Pakan perlakuan yang diberikan adalah: pakan kontrol (KTL), kontrol + AK tanpa AS yang difermentasi selama 5 hari (F5-0AS), kontrol + AK dengan 4% AS yang difermentasi selama 5 hari (F5-4AS), kontrol + AK tanpa AS yang difermentasi selama 7 hari (F7-0AS) dan kontrol + AK dengan 4% AS yang difermentasi selama 7 hari (F7-4AS). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan, 5 ulangan dan 3 ekor ayam per ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi ransum, produksi telur, bahan kering ekskreta dan kualitas telur dipengaruhi oleh pakan perlakuan (P0,05). Perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P0,05) terhadap bobot telur, kecernaan bahan kering, persentase kerabang telur, indeks telur dan tinggi albumen. Total bobot telur tertinggi diperoleh pada ayam yang diberi perlakuan fermentasi baik tanpa ataupun dengan penambahan AS. Fermentasi selama 7 hari dapat meningkatkan produksi henday dan jumlah telur. Kualitas terbaik dari aspek indeks kuning telur dan Haugh unit adalah pada perlakuan F7-4AS. Penelitian dapat disimpulkan bahwa fermentasi dapat meningkatkan total bobot telur dan AS dapat meningkatkan kualitas telur dalam bentuk Haugh unit. (The effect of coconut dregs fermented with the addition of ammonium sulfate on production and quality of eggs) ABSTRAK. An experiment was done to determine the effect of coconut dregs (CD) with the addition of ammonium sulfate (AS) prior to fermentation on productive performance and egg quality. Coconut dregs were added with 0 and 4% AS and 0.1% yeast S. cerevisiae (Fermipan®) after autoclaving. The substrates were incubated for 5 and 7 days and mixed into diets and offered to 75 laying hens for 24 weeks. The experimental diets were: control diet (KTL), basal + 5-days- fermented coconut dregs (FCD) without AS (F5-0AS), basal + 5-days FCD with 4% AS (F5-4AS), basal + 7-days- FCD without AS (F7-0AS), basal + 7-days-FCD with 4% AS (F7-4AS). Data were analyzed using analysis of variance with 5 treatments and 5 replications. Data were further tested by the Tukey test. Results of the study indicate that feed intake, hen day production, total egg, total egg mass, excreta dry matter, yolk height, yolk index, and the Haugh unit were statistically affected by the treatments (P0.05). The effects of treatments were not statistically significant (P0.05) on individual egg mass, dry matter digestibility, eggshell percentage, egg shape index, and albumen ","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45948645","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/agripet.v21i2.20181
U. H. Tanuwiria, R. Hidayat, R. Christi, Andhika M Rizki
{"title":"Efek Penambahan Ruminer dalam Ransum Sapi Perah terhadap Produksi 4% FCM dan Nutrien Susu","authors":"U. H. Tanuwiria, R. Hidayat, R. Christi, Andhika M Rizki","doi":"10.17969/agripet.v21i2.20181","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v21i2.20181","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Sapi perah yang berproduksi tinggi membutuhkan ransum berenergi tinggi dan asam lemak esensial. Penambahan lemak dalam ransum dapat mengatasi kekurangan energi dan asam lemak esensial. Permasalahan umum dari pemberian lemak atau minyak pada dosis tertentu dapat mengganggu ekosistem rumen, sehingga dalam pemberiannya perlu diproteksi. Ruminer adalah suplemen komersial berupa minyak sawit yang diproteksi mineral kalsium. Penelitian ditujukan untuk mengetahui penambahan ruminer dalam ransum lengkap terhadap produksi susu 4% FCM dan produksi nutrien susu sapi perah. Penelitian dilakukan secara eksperimental terhadap 10 ekor sapi perah Friesian Holstein pada masa laktasi sama. Sapi tersebut dibagi dua, masing-masing lima ekor. Perlakuan berupa ransum tanpa ditambah ruminer (P0) dan ransum ditambah 250 gram ruminer.ekor-1.hari-1 (P1). Peubah yang diamati adalah produksi susu 4% FCM diukur setiap hari selama 60 hari dan kualitas susu diukur setiap 10 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi susu 4% FCM, produksi total padatan, lemak, protein dan laktosa susu pada sapi diberi ruminer lebih tinggi (P0,05) daripada sapi yang tidak diberi ruminer. Disimpulkan bahwa pemberian ruminer meningkatkan produksi susu 4% FCM, total padatan, lemak, protein dan laktosa susu. Pemberian ruminer sebanyak 250 gram.ekor-1hari-1 mampu meningkatkan 2 kg produksi susu 4% FCM pada sapi perah laktasi. (Effects of ruminer addition in dairy cattle rations on milk 4% FCM and nutrient production) ABSTRAK. High-yielding dairy cows require high-energy rations and essential fatty acids. The addition of fat in the ration can overcome the lack of energy and essential fatty acids. The general problem of giving fat or oil at certain doses can disrupt the rumen ecosystem, so that it needs to be protected. Ruminer is a commercial supplement in the form of calcium mineral protected palm oil. This research was aimed to determine the addition of ruminants in complete rations on the production of 4% FCM milk and the nutrient production of dairy cow milk. The research was carried out experimentally on 10 dairy cows during the same lactation period. The cow is divided into two, five each. The treatments were rations without adding ruminer (P0) and rations added by 250 grams of ruminer. head-1 day-1 (P1). The variables observed were 4% FCM milk production measured every day for 60 days and milk quality was measured every 10 days. The results showed that the production of 4% FCM milk, the total production of solids, fat, protein and milk lactose in cows fed with ruminer was higher (P 0.05) than cows that were not given ruminer. It was concluded that the provision of ruminer increased milk production by 4% FCM, total solids, fat, protein and milk lactose. Giving a ruminer of 250 grams of head-1.day-1 was able to increase 2 kg of 4% FCM milk production in lactating dairy cows.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47087184","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.19957
U. Suryadi, A. F. Prasetyo, E. Kustiawan, Urfa Khoirotun Khisan
{"title":"Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Gaharu (Grynops versteegii) terhadap Stres Transportasi pada Broiler Jantan","authors":"U. Suryadi, A. F. Prasetyo, E. Kustiawan, Urfa Khoirotun Khisan","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.19957","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.19957","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun Gaharu (Grynops verstegii) sebelum transportasi terhadap stres transportasi dan penyusutan bobot badan pada broiler jantan. Materi yang digunakan sebagai sampel yaitu 60 ekor dari 200 ekor broiler jantan yang dipelihara, dan ekstrak daun Gaharu dari hasil destilasi. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji lanjut Duncan’s. Broiler jantan yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi 4 perlakuan level pemberian ekstrak daun Gaharu yang berbeda. Pemberian ekstrak daun Gaharu berdasarkan pada bobot badan (BB) broiler, yaitu P0 (tanpa pemberian ekstrak daun Gaharu sebagai kontrol ), P1 (250 mg/kg BB), P2 (300 mg/kg BB), P3 (350 mg/kg BB), setiap perlakuan memiliki lima ulangan dan setiap ulangan menggunakan 3 ekor. Parameter yang diamati adalah penyusutan bobot badan, frekuensi denyut jantung, suhu tubuh, dan frekuensi Pernafasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun Gaharu (Grynops verstegii) tidak berpengaruh nyata (P0,05) terhadap persentase susut bobot badan broiler, frekuensi denyut jantung, suhu tubuh dan frekuensi pernafasan. Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun Gaharu sebelum transportasi pada broiler tidak berpengaruh terhadap penurunan stres setelah transportasi hal ini ditunjukkan oleh perubahan suhu tubuh, frekuensi pernafasan, peningkatan denyut jantung dan penyusutan bobot badan yang tidak berbeda nyata (P0.05) dibandingkan dengan kontrol. (The effect of agarwood leaf extract (Grynops versteegii) on transport stress in male broilers) ABSTRAK. This study aims to determine the effect of adding agarwood leaf extract a source of antioxidants before transportation on body weight loss and the physiological conditions of broilers. The materials used were 60 male broilers as samples and agarwood leaf extract obtained through the extraction process using the distillation method. This study used experimental methods with a completely randomized design (CRD) with Duncan's test. The broilers used in the study consisted of 4 treatment groups with different levels of Gaharu leaf extract, they were P0 (control), P1 (250 mg/kg body weight, P2 (300 mg/kg body weight), P3 (350 mg/kg body weight), each treatment was repeated five times and each repetition used 3 individuals. The parameters observed were weight loss, heart rate frequency, increase in body temperature, and respiratory rate. The results showed that the addition of agarwood leaf extract (Grynops verstegii) had no significant effect (P 0.05) on the percentage of broiler body weight loss, heart rate frequency, increased body temperature and respiratory frequency. It was concluded that the addition of agarwood leaf extract before transportation could not reduce body weight loss and the physiological conditions of broilers.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43904098","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.20407
Fahrudin Darlian, S. Wahjuningsih, A. Rosmayanti, S. Jodiansyah, Ludi Ahmad Jalaludin, Yanyan Setiawan, Trinil Susilawati
{"title":"Respon Superovulasi Sapi Persilangan Belgian Blue dengan Metode yang Berbeda","authors":"Fahrudin Darlian, S. Wahjuningsih, A. Rosmayanti, S. Jodiansyah, Ludi Ahmad Jalaludin, Yanyan Setiawan, Trinil Susilawati","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.20407","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.20407","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Superovulasi merupakan suatu metode pemanfaatan induk betina unggul untuk menghasilkan embrio sebanyak-banyaknya untuk kegiatan transfer embrio. Tujuan penelitian ini membandingkan 2 teknik superovulasi yang berbeda pada sapi persilangan Belgian Blue. Penelitian dilakukan di Balai Embrio Ternak Cipelang Bogor dengan menggunakan 24 ekor sapi persilangan Belgian Blue dengan umur 2-3 tahun, masing-masing perlakuan 12 ekor. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan dua perlakuan, P1 = Superovulasi menggunakan penyuntikan FSH selama 3 hari pada pagi dan sore (metode konvensional) dengan dosis 400 mg FSH dalam 20 ml pelarut dan P2 = Superovulasi menggunakan penyuntikan tunggal (satu kali) FSH dengan dosis 400 mg FSH dalam 3 ml pelarut . Parameter pada penelitian ini adalah Jumlah Corpus luteum (CL), respon rate, perolehan embrio, kualitas embrio, recovery rate, dan tingkat fertilisasi. Data yang diperoleh diuji dengan uji T tidak berpasangan. Hasil analisa data menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P0,05) pada jumlah CL P1 : 8,42+3,06 dan P2 : 6,08+4,74; Respon rate P1 : 100% dan P2 : 75%; Total perolehan embrio P1 : 6,08+2,64 embrio dan P2 : 4,45+4,01 embrio; Embrio recovery rate P1 : 70,37+9,18% dan P2 : 61,33+12,12%; Embrio Layak Transfer P1 : 3,83+2,92 embrio dan P2 : 2,73+2,28 embrio; dan berbeda nyata (P0,05) pada rataan fertilisasi P1 : 79,10% dan P2 : 95,26%. Kesimpulan penelitian ini adalah teknik superovulasi penyuntikan tunggal FSH secara subkutan memberikan efek superovulasi dan menghasilkan embrio dengan jumlah dan kualitas yang tidak berbeda nyata dengan teknik superovulasi konvensional. (Superovulation Responses of Belgian Blue Crossbreed Cattle Treated with Different Superovulation Methods) ABSTRAK. Superovulation is a technique for producing a large number of embryos for embryo transfer using a genetically superior female. The purpose of this research was to compare two alternative methods of superovulation in Belgian Blue crossbreed cattle. The study used 24 Belgian Blue crossbred cattle aged 2-3 years, including 12 cows per treatment, at the National Livestock Embryo Center of Cipelang in Bogor. The research was done in an experimental setting using two different treatments, P1 = Superovulation using twice daily FSH injections for three days at a dose of 400 mg FSH dissolved in 20 ml of saline, and P2 = Superovulation using FSH single injections at a dose of 400 mg FSH dissolved in 3 ml of saline. The parameters in this study were the number of corpus luteum (CL), response rate, total number of embryo/ova collection, embryo quality, recovery rate, and fertilization rate. The data obtained were tested by unpaired T test. The results of data analysis showed results that were not significantly different (P0.05) on the number of CL P1 : 8.42+3.06 and P2 : 6.08+4.74; Response rate P1 : 100% and P2 : 75%; Total number of embryos collection P1 : 6.08+2.64 embryos and P2 : 4.45+4.01 embryos; Embryo recovery rate P1 : 70.3","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42394420","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.18633
U. Santoso, Y. Fenita, K. Kususiyah
{"title":"Effect of Sauropus androgynus Leaf Extract and Fish Oil Plus Vitamin E on Performance, Carcass Quality, and Meat Amino Acid Composition in Broiler Chickens","authors":"U. Santoso, Y. Fenita, K. Kususiyah","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.18633","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.18633","url":null,"abstract":"ABSTRACT. This study aimed to evaluate the effect of Sauropus androgynus leaf extract (SALE), lemuru fish oil and vitamin E supplementation on performance, carcass quality, and amino acid composition of broiler meat. One hundred and ninety-five broilers aged 21 days were distributed into 13 groups as follows: broilers were fed diet with 0.5% commercial supplement feed (P0), 10 g/kg SALE plus 1% lemuru fish oil (LFO) (P1), 10 g SALE/kg and LFO 1% plus 60 mg vitamin E (P2), 10 g SALE/kg and LFO 2% (P3), 10 g SALE/kg and LFO 2% plus 60 mg vitamin E (P4), 10 g SALE/kg and LFO 3% (P5), 10 g SALE/kg and LFO 3% plus 60 mg vitamin E (P6), 18 g SALE/kg and LFO 1% (P7), 18 SALE g/kg and LFO 1 % plus 60 mg vitamin E (P8), 18 g SALE/kg and FLO 2% (P9), 18 SALE g/kg and FLO 2% plus vitamin E (P10), 18 g SALE/kg and LFO 3% (P11 ), and 18 g SALE/kg and LFO 3% plus 60 mg vitamin E. The variables measured were performance, carcass quality, organoleptic properties, protein and amino acid composition of meats. The experimental results showed that the treatment had no significant effect (P 0.05) on body weight, feed consumption, feed conversion ratio, carcass weight, meat color, meat odor, meat taste, and cooking losses. However, the treatment had a significant effect (P 0.05) on carcass color, spleen weight, and protein content. In addition, the treatment also changes the amino acid composition of the meat. In conclusion, supplementation of 18 g SALE/kg diet, 3% LFO plus vitamin E resulted in meat with the highest protein and amino acid content. (Pengaruh ekstrak daun katuk, minyak ikan plus vitamin E terhadap performa, kualitas karkas, dan komposisi asam amino pada broiler) ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suplementasi ekstrak daun katuk (EDK), minyak ikan lemuru, dan vitamin E terhadap performa, kualitas karkas, dan komposisi asam amino daging broiler. Seratus sembilan puluh lima ekor broiler umur 21 hari didistribusikan ke dalam 13 kelompok sebagai berikut: broiler diberi pakan mengandung 0,5% pakan imbuhan komersial (P0), 10 g/kg EDK plus 1% minyak lemuru (MIL) (P1), EDK 10 g/kg dan MIL 1% plus 60 mg vitamin E (P2), EDK 10 g/kg dan MIL 2% (P3), EDK 10 g/kg dan MIL 2% plus 60 mg vitamin E (P4), EDK 10 g/kg dan MIL 3% (P5), EDK 10 g/kg dan MIL 3% plus 60 mg vitamin E (P6), EDK 18 g/kg dan MIL 1% (P7), EDK 18 g/kg dan MIL 1% plus 60 mg vitamin E (P8), EDK 18 g/kg dan MIL 2% (P9), EDK 18 g/kg dan MIL 2% plus vitamin E (P10), EDK 18 g/kg dan MIL 3% (P11), dan EDK 18 g/kg dan MIL 3% plus 60 mg vitamin E. Variabel yang diukur adalah performa, kualitas karkas, dan sifat organoleptik, protein dan komposisi asam amino daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P0,05) terhadap berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, berat karkas, warna daging, bau daging, rasa daging, dan susut masak. Akan tetapi perlakuan berpengaruh nyata (P0,05) terhadap warna karkas, berat limfa, kadar protein. Selain itu, perlakuan","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42767137","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.18513
A. Sutriana, A. Sayuti, Budianto Panjaitan, T. Tr, Aisyah Fadillah Tunnisa, J. Melia, T. Siregar, H. Hafizuddin, D. Aliza
{"title":"The Effectiveness of Lugol on the Increasing of Pregnancy Rate in Aceh Cow with Endometritis","authors":"A. Sutriana, A. Sayuti, Budianto Panjaitan, T. Tr, Aisyah Fadillah Tunnisa, J. Melia, T. Siregar, H. Hafizuddin, D. Aliza","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.18513","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.18513","url":null,"abstract":"ABSTRACT. The objective of this study was to determine the effect of lugol on the increasing the pregnancy rate in repeat breeding (RB) Aceh cows due to endometritis. This study used six endometritis’s cows, aged 5-7 years, weighed 150-250 kg which were divided into two groups (n=3), KI and KII. The cows in group 1 (K1) were injected with 5 ml PGF2α, while the cows in group 2 (KII) were treated with 50 ml of 2% lugol intra-uterine and continued with an injection of 5 ml PGF2α after healing. The detection of estrus was performed twice a day following by artificial insemination (AI) about 10-16 hours after the onset of estrus. Determination of pregnancy was performed by ultrasonography (USG) on the 25th day after AI. The data obtained were analyzed descriptively. The results showed that all endometritis ’cows in KI and KII present estrous signs (100%). However, only one cow was recovered in K2, whereas in K1 did not. After AI, one pregnant cow was observed in KII (33.3%), while none of the pregnant cows was found in K1 (0.0%). It is concluded that the lugol treatment for endometritis’s Aceh cows can improve the pregnancy rate. (Efektivitas larutan lugol untuk meningkatkan persentase kebuntingan pada sapi Aceh yang mengalami endometritis) ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian larutan lugol terhadap peningkatan persentase kebuntingan sapi Aceh yang mengalami RB. Dalam penelitian ini digunakan enam ekor sapi Aceh betina dewasa, umur 5-7 tahun, bobot badan 150-250 kg, sudah pernah beranak, dan didiagnosis mengalami endometritis. Seluruh sapi dibagi menjadi dua kelompok (n=3). Pada kelompok 1 (K1), sapi endometritis diterapi dengan 50 ml lugol 2% secara intra uteri dan setelah sembuh dilanjutkan dengan penyuntikan 5 ml PGF2α. Sapi pada kelompok 2 (K2) hanya diinjeksi dengan 5 ml PGF2α. Deteksi berahi dilakukan sebanyak dua kali per hari dan inseminasi buatan (IB) dilakukan sekitar 10-16 jam setelah awal berahi. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan dengan ultrasonografi (USG) pada hari ke-25 setelah IB. Data dianalisis secara deskriptif. Dari masing-masing kelompok, hanya satu ekor sapi pada K2 yang dinyatakan sembuh yaitu sapi pada kelompok kedua. Persentase sapi yang menjadi estrus pada kedua kelompok masing-masing adalah 100%. Dari tiga ekor sapi yang diinseminasi pada masing-masing kelompok, hanya satu ekor sapi pada K2 (33,3%) yang menunjukkan hasil positif bunting sedangkan pada K1 tidak terdapat sapi yang menunjukkan hasil positif (0,0%). Disimpulkan bahwa pemberian larutan lugol pada sapi Aceh yang mengalami endometritis dapat meningkatkan persentase kebuntingan sapi Aceh.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43330718","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.21185
Masduqi Masduqi, Eka Meutia Sari, Mohd. Agus Nashri Abdullah
{"title":"Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Sifat Kualitatif pada Sapi Aceh Dalam Rangka Pelestarian Sumber Daya Genetik Ternak Lokal","authors":"Masduqi Masduqi, Eka Meutia Sari, Mohd. Agus Nashri Abdullah","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.21185","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.21185","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Sapi Aceh merupakan sumber daya genetik ternak lokal dan merupakan rumpun sapi lokal Indonesia yang tersebar di Provinsi Aceh, dan telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor: 2907/Kpts/OT.140/6/2011 pada 17 Juni 2011. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keragaman sapi Aceh di Kabupaten Aceh Besar saat ini dengan SNI 7651.3:2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – April 2020. Jumlah sampel sapi Aceh jantan berumur 24-36 bulan sebanyak 62 ekor dan 106 ekor sapi Aceh betina berumur 15-18 bulan. Peubah yang diamati (1) tinggi pundak (TP), (2), panjang badan (PB). dan (3) lingkar dada (LD). Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, nilai sifat kuantitatif sapi Aceh jantan dan betina masing-masing memiliki tinggi pundak (TP) 108,08±3,59 cm dan 89,53±4,26 cm, panjang badan (PB) 110,26±4,92 cm dan 88,77±6,52 cm dan lingkar dada (LD) 141,02±7,34 cm dan 107,22±8,92 cm. Sebanyak 48,39 % sapi Aceh jantan termasuk kategori kelas III dan 30,19 % sapi Aceh betina termasuk kategori kelas II berdasarkan SNI 7651.3:2013. Sifat kualitatif bentuk muka sapi Aceh jantan dan betina secara keseluruhan berbentuk cekung dengan persentase 80,65 % dan 90,57 %. Sementara tanduk pada sapi Aceh jantan berbentuk ke samping melengkung ke atas dengan rataan persentase 51,61 % dan sapi Aceh betina secara umum hanya membentuk lingkaran tanduk pendek dengan rataan persentase sebesar 67,92 %. Bentuk garis punggung sapi Aceh jantan dan betina berbentuk cekung dengan persentase sebesar 72,58 % dan 79,25 %. ((Identification of quantitative traits and qualitative traits in Aceh cattle in the context of preserving animal genetic resources) ABSTRAK. Aceh cattle are a genetic resource for local livestock and are a clump of local Indonesian cattle spread across Aceh Province, and have been determined based on the Decree of the Minister of Agriculture number: 2907 / Kpts / OT.140 / 6/2011 on 17 June 2011. This study aims to compare the diversity of Aceh cattle in Aceh Besar district currently with SNI 7651.3: 2013. This research was conducted in January - April 2020. The total samples of male Aceh cattle aged 24-36 months were 62 cows and 106 female Aceh cattle aged 15-18 months. The variables observed were (1) shoulder height (TP), (2), body length (PB). and (3) chest circumference (LD). Determination of the sample using purposive sampling method. Based on the results of the study, the quantitative traits of male and female Aceh cattle each had shoulder height (TP) 108.08 ± 3.59 cm and 89.53 ± 4.26 cm, body length (PB) 110.26 ± 4, 92 cm and 88.77 ± 6.52 cm and chest circumference (LD) 141.02 ± 7.34 cm and 107.22 ± 8.92 cm. A total of 48.39% of Aceh male cattle are in class III category and 30.19% of female Aceh cattle are categorized as class II based on SNI 7651.3: 2013. The qualitative characteristics of the face shape of male and female Aceh cattle are overall concave with a percentage of 80.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45839318","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.19463
Muhamad Bata, S. Rahayu, Mela Oktora
{"title":"Efisiensi Metabolisme Rumen Pakan Berbasis Jerami Padi Amoniasi dan Konsentrat yang Disuplementasi Ekstrak Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) (In-Vitro)","authors":"Muhamad Bata, S. Rahayu, Mela Oktora","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.19463","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.19463","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian bertujuan mengkaji pengaruh interaksi taraf suplementasi ekstrak etanol daun waru (Hibiscus tiliaceus) dan rasio jerami padi amoniasi dan konsentrat terhadap efisiensi metabolisme rumen dan total protozoa rumen secara in vitro. Penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial 3 x 3. Faktor pertama adalah imbangan bahan kering (BK), jerami padi amoniasi (JPA) dan konsentrat yaitu 45:55 (R1), 55:45 (R2), dan 65:35 (R3). Faktor kedua adalah taraf suplementasi ekstrak etanol daun waru yaitu 0 ppm (E0), 200 ppm (E1), dan 400 ppm (E2). Variabel yang diamati adalah total protozoa dan produk fermentasi rumen yaitu sintesis protein mikroba (SPM), volatile fatty acids (VFA), N-NH3, gas metan, rasio Asetat/Propionat (A/P), dan efisiensi konversi glukosa menjadi VFA (EVFA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P0,05) antara rasio JAP: konsentrat dan taraf ekstrak etanol daun waru terhadap N-NH3, total VFA, asam asetat, asam propionat, asam butirat, rasio A/P, dan (EVFA). Rasio JAP: konsentrat R2 menghasilkan EVFA dan SPM lebih tinggi (P0,05) jika dibandingkan dengan R1 dan R3, akan tetapi metan dan protozoa lebih rendah (P0,05). Suplementasi ekstrak etanol daun waru sampai 400 ppm meningkatkan secara liner (P0,05) EVFA, SPM, dan propionate, akan tetapi menurunkan rasio A/P, gas metan, total protozoa, dan asetat. Suplementasi ekstrak etanol daun waru pada taraf 400 ppm dan rasio JAP: konsentrat 55:45% BK dapat meningkatkan efisiensi metabolisme rumen. (Rumen metabolism efficiency of rice straw ammoniation and concentrate based diet supplemented with Hibiscus tiliaceus leaf extract in vitro) ABSTRAK. The aim of this study was to examine the effect of the interaction between the level of supplementation of ethanolic extracts of waru leaves (Hibiscus tiliaceus) and the ratio of ammoniated rice straw and concentrate on rumen metabolism efficiency and total rumen protozoa in vitro. The research was carried out experimentally designed using a 3 x 3 factorial randomized block design. The first factor was the dry matter (DM) ratio of ammoniated rice straw (ARS) and the concentrates were 45:55 (R1), 55:45 (R2), and 65:35 (R3). The second factor was the supplementation level of ethanolic extracts of waru leaves of 0, 200, and 400 ppm for E0, E1, and E2, respectively. The variables measured were total protozoa and rumen fermentation products, namely microbial protein synthesis (MSP), volatile fatty acids (VFA), N-NH3, methane gas, acetate/propionate (A/P) ratio, and efficiency of glucose conversion to VFA (EVFA). The results showed that there was no interaction (P 0.05) between the ratio of ARS:concentrate and the ethanol extract level of waru leaves on N-NH3, total VFA, acetic acid, propionic acid, butyric acid, A/P ratio, and (EVFA). The ratio of ARS: concentrate on R2 resulted in higher EVFA and SPM (P0.05) compared to R1 and R3, but lower methane and protozoa (P0.05). Supplementation of waru lea","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49134752","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal AgripetPub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.20554
L. K. Nuswantara, E. Pangestu, S. Sunarso, M. Christiyanto
{"title":"Kecernaan, Fermentabilitas dan Produksi Protein Mikrobia Secara In Vitro pada Complete Feed Berbasis Pelepah Sawit Fermentasi","authors":"L. K. Nuswantara, E. Pangestu, S. Sunarso, M. Christiyanto","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.20554","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.20554","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian bertujuan mengetahui kualitas complete feed dengan level pelepah sawit fermentasi berdasarkan kecernaan bahan kering, bahan organik, produksi N-NH3, produksi volatile fatty acids (VFA) dan produksi biomassa protein mikrobia serta protein total secara in vitro. Materi yang digunakan adalah complete feed tersusun atas konsentrat dan pelepah sawit fermentasi dengan berbagai level yaitu 0, 10, 20 dan 30%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan complete feed dengan level pelepah sawit fermentasi yang berbeda. Data diolah menggunakan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji beda wilayah berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa complete feed dengan level pelepah sawit fermentasi yang berbeda berpengaruh nyata (p0,05) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik, produksi N-NH3, produksi VFA, dan produksi protein total, sedangkan pada biomassa protein mikrobia tidak terdapat perbedaan yang nyata (p0,05). Rata-rata nilai kecernaan bahan kering pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 adalah 69,59; 71,9; 69,05; dan 62,58%. Rata-rata nilai kecernaan bahan organik pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 adalah 63,59; 63,15; 65,50; 52,66 %. Rata-rata produksi VFA pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 sebesar 105,8; 142,7; 136,4; dan 135,7 mM. Rata-rata produksi NH3, biomassa protein mikrobia dan produksi protein total pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 berturut-turut adalah 6,48mM, 15,04mg/ml;, 34,10mg/g; 7,36mM, 15,75mg/ml, 23,72mg/g; 8,18mM, 12,59mg/ml, 33,72mg/g); dan 6,60mM, 15,31mg/ml, 40,80mg/g. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan pelepah sawit fermentasi dengan level 20% dalam complete feed menghasilkan produksi VFA, kecernaan bahan kering dan bahan organik yang cukup baik sehingga dapat menjadi pakan alternatif sumber serat pengganti rumput. (Digestibility, fermentability and in-vitro production of microbial protein on complete feed based on fermented palm frond) ABSTRAK. This study aimed to determine the quality of a complete feed containing fermented palm fronds based on the digestibility of dry matter, organic matter, N-NH3, VFA, microbial protein biomass, and total protein in vitro. The material used was complete feed composed of concentrates and fermented palm fronds at various levels, i.e., 0, 10, 20, and 30%. The experiment was conducted as a completely randomized design (CRD) with four complete feed treatments containing different levels of fermented palm fronds. The data were processed using analysis of variance, followed by Duncan’s multiple range test. The results demonstrated that the complete feed with different levels of fermented palm fronds had a significant effect (p0.05) on the digestibility of dry matter and organic matter, N-NH3 production, essential fatty acids production, and total protein production, whereas there was no significant difference (p 0.05) on microbial protein biomass. The average dry matter and organic matter digestibility values","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48195128","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}