Nabila Maharani Suryanegara, Nuzirwan Acang, Y. Suryani
{"title":"Scoping Review: Pengaruh Kadar Gula Darah tidak Terkontrol terhadap Komplikasi Makrovaskular pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2","authors":"Nabila Maharani Suryanegara, Nuzirwan Acang, Y. Suryani","doi":"10.29313/JIKS.V3I2.7289","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/JIKS.V3I2.7289","url":null,"abstract":"Diabetes melitus (DM) tipe 2 adalah gangguan metabolik karena tubuh mampu menghasilkan insulin, namun tidak dalam kadar normal atau tidak dapat berespons terhadap efek insulin (resistensi insulin) sehingga menyebabkan hiperglikemia. Jika kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik maka akan dapat menyebabkan komplikasi kronis berupa mikrovaskular seperti penyakit mata, neuropati dan nefropati, serta makrovaskular seperti penyakit arteri koroner, arteri perifer, dan serebrovaskular. Pada tahun 2013, riset menunjukkan prevalensi penderita DM di Indonesia tinggi, terutama di Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan mengetahui komplikasi makrovaskular pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kadar gula darah tidak terkontrol. Metode penelitian: Scoping review dengan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi suatu karya tulis ilmiah yang diterbitkan dalam rentang waktu 10 tahun terakhir yang dilakukan selama September—Desember 2020. Pencarian sistematis dilakukan melalui situs database yaitu Pubmed, Springer Link, dan Proquest. Sesuai dengan kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi serta dilakukan skrining menggunakan kriteria kelayakan pada PRISMA dan disajikan dalam bentuk tabel hasil penelitian berisi uraian artikel penelitian yang telah di-review (9 artikel). Simpulan: Sembilan artikel menyatakan terdapat pengaruh kadar gula darah tidak terkontrol terhadap kemunculan komplikasi makrovaskular berupa penyakit arteri koroner, arteri perifer dan serebrovaskular pada pasien diabetes melitus tipe 2. Kadar gula darah tidak terkontrol berkaitan dengan pembentukan plak aterosklerosis serta gangguan fungsi endotel sehingga pasien dengan miokardiak infark, gangren, iskemik strok merupakan presentasi yang umum pada pasien dengan kadar gula darah tidak terkontrol. The Effect of Uncontrolled Blood Sugar Levels on Macrovascular Complications in Type 2 Diabetes Mellitus Patients: Scoping ReviewDiabetes mellitus (DM) type 2 is a metabolic disorder in which the body is able to produce insulin but not in normal levels or cannot respond to the effects of insulin (insulin resistance), causing hyperglycemia. If blood sugar levels are not properly controlled, it can lead to chronic complications in the form of microvascular diseases such as eye diseases, neuropathy and nephropathy and macrovascular diseases such as coronary artery disease, peripheral arteries and cerebrovascular. In 2013, research showed the high prevalence of DM sufferers in Indonesia, especially in the province of Central Sulawesi. Objective: To see the emergence of macrovascular complications in type 2 diabetes mellitus patietns with uncontrolled blood sugar levels. Research method: Scoping review by identifying, analyzing and evaluating a scientific paper published within the last 10 years, conducted in September—December 2020. Systematic searches were carried out through database sites, i.e Pubmed, Springer Link and Proquest. In accordance with inclusion and exclusion criteria, and screeni","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"92 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125181006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan antara Kadar Hemoglobin dan Status Gizi pada Penderita Thalassemia-β Mayor di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat","authors":"Dita Trieana Ulfah, Hidayat Widjajanegara, Yoyoh Yusroh","doi":"10.29313/JIKS.V3I2.7378","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/JIKS.V3I2.7378","url":null,"abstract":"Thalassemia adalah penyakit kronik yang menyebabkan penurunan Hb karena gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi satu atau lebih gen globin. Thalassemia dapat menyebabkan gangguan status gizi. Status gizi penderita thalassemia dipengaruhi oleh keadaan anemia kronik, kelebihan zat besi akibat rendahnya kepatuhan minum obat kelasi besi yang rendah, usia saat terdiagnosis, kadar Hb saat akan dilakukan transfusi, nutrisi dan penyakit penyerta. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dan status gizi pada penderita thalassemia-β mayor di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan melihat data rekam medis pasien Thalassemia-β mayor di Klinik Anak RSUD Al-Ihsan periode Maret - Juni 2020 dengan rancangan studi cross sectional. Kriteria inklusi: usia 0 - 18 tahun, terdapat data BB, TB dan Hb. Dari 92 anak yang menderita Thalassemia-β mayor terdapat 82 anak yang memenuhi kriteria inklusi, kebanyakan berusia 1 - 5 tahun (40%) dengan jenis kelamin laki-laki 43 anak dan perempuan 39 anak. Pada anak usia ≤ 5 tahun: 85% status gizinya normal, gizi kurang 6%, perawakan normal 67%, perawakan pendek 18%, dan perawakan sangat pendek 15%. Anak usia > 5 tahun: 71% status gizinya normal, gizi kurus 10%, sangat kurus hanya 2%, perawakan normal 35%, perawakan pendek 43%, dan perawakan sangat pendek 22%. Nilai-p BB/TB pada anak ≤ 5 tahun yaitu 0.494 dan TB/U 0.33. Pada anak usia > 5 tahun dihasilkan nilai-p IMT/U 0,595 dan TB/U 0,230. Simpulan penelitian adalah kadar hemoglobin tidak memiliki hubungan dengan status gizi pasien Thalassemia-β mayor. The Relationship between Hemoglobin Levels and Nutritional Status in Thalassemia B Major Patients in Al Ihsan Hospital West Java ProvinceThalassemia is chronic disease that causes decrease in Hb due to hemoglobin synthesis disorders. Thalassemia can cause nutritional status disorders. Factors that influence nutritional status are age at diagnosis, Hb level at the time of transfusion, chronic anemia, iron overload due to low adherence to taking iron chelating agent drugs, nutrition and comorbidities. The purpose of this study is to see the relationship between hemoglobin levels and nutritional status in thalassemia B major patients in Al Ihsan Hospital West Java province. Using the analytic method by looking at the medical record data of patients who went to the children’s clinic at Al Ihsan Hospital during the March - June 2020 period with a cross-sectional study. The inclusion criteria were children aged 0 - 18 years and there were data on body weight, height and Hb level. Of the 92 thalassemia patients, 82 met the inclusion criteria. Mostly aged 1-5 years (40%) with male 43 children and female 39 children. Children aged < 5 years: 85% normal nutritional status, 6% wasted, 67% normal stature, 18% stunted and 15% severely stunted, with p-value W/BH was 0.493 and p-value BH/A was 0.331. Children > 5 years aged: 71% normal nutritional status, 10% wasted,","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"47 23","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120817042","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rifa Meidina, Wedi Iskandar, Ratna Dewi indi Astuti
{"title":"Systematic Review: Perbandingan Efektivitas Pemberian Terapi Ivermektin dengan Permetrin pada Pengobatan Skabies","authors":"Rifa Meidina, Wedi Iskandar, Ratna Dewi indi Astuti","doi":"10.29313/jiks.v3i2.7307","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/jiks.v3i2.7307","url":null,"abstract":"Skabies merupakan penyakit kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei, penyakit ketiga paling sering di Indonesia. Pengobatan lini pertama yang direkomendasikan adalah krim permetrin 5% dan pengobatan lain menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit, adalah ivermektin oral dengan dosis 200 mcg/kgBB, dua dosis 14 hari terpisah.Metode yang digunakan adalah systematc review dengan mengevaluasi artikel publikasi ilmiah dengan desain penelitian randomized control trial sesuai dengan kriteria inklusi, dengan intervensi pemberian permetrin dan pembanding ivermektin, dilakukan skrining menggunakan kriteria kelayakan. Hasil yang didapat, 3 jurnal mengenai efektivitas ivermektin dan permetrin yaitu, dosis tunggal ivermektin memberikan tingkat kesembuhan pada interval 2 minggu. Terapi dua aplikasi permetrin dengan interval satu minggu memiliki nilai yang efektif yang tinggi pada pasien. Empat jurnal menyatakan bahwa permetrin lebih unggul dalam penatalaksanaan skabies. Permetrin 5% topikal menunjukkan perbaikan lebih cepat pada minggu pertama follow up. Satu jurnal menyatakan bahwa aplikasi ivermektin sama efektifnya dengan dua aplikasi krim permetrin 2,5% follow-up 2 minggu. Setelah mengulangi pengobatan, ivermektin sama efektifnya dengan krim permetrin 2,5%. Simpulan pemberian keduanya dapat mengobati skabies. Aplikasi permetrin dua kali dengan interval satu minggu dinilai lebih efektif daripada ivermektin dosis tunggal dan pasien sembuh lebih awal. Dua dosis ivermektin sama efektifnya dengan aplikasi tunggal permetrin. Systematic Review: The Effectiveness of Therapy Comparison between Ivermectin with permetrin Therapy in Scabies TreatmentScabies, a skin disease caused by the mite Sarcoptes scabiei, is the third most common disease in Indonesia. The recommended first-line treatment is 5% permetrin cream and another treatment according to the Centers for Disease Control and Prevention, is oral ivermectin at a dose of 200 mcg/kg body weight, two doses 14 days apart. The method used is a systematic review with a randomized control trial research design in accordance with the inclusion criteria and screening using the eligibility criteria. The results obtained: 3 journals regarding the effectiveness of ivermectin and permetrin which stated that a single dose of ivermectin provided a cure rate at 2 week intervals, two applications of permetrin at one-week intervals have high effective values; 4 journals stated that topical 5% permetrin showed faster improvement in the first week of follow-up; 1 journal stated that ivermectin applications were as effective as two applications of 2.5% permetrin cream at 2 weeks follow-up. After repeating the treatment, ivermectin is as effective as 2.5% permetrin cream. The conclusion is that giving both can cure scabies. Twice application of permetrin at one-week intervals was considered more effective than single dose ivermectin and the patient recovered earlier. Two doses of ivermectin are as effective as a single applicatio","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114612614","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Karakteristik Pekerja Industri Tekstil yang Terdiagnosis Kanker di Purwakarta","authors":"Tia Oktaviani, A. F. Sumantri, Riri Risanti","doi":"10.29313/JIKS.V3I2.7356","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/JIKS.V3I2.7356","url":null,"abstract":"Pekerja industri berisiko terkena kecelakaan, kecacatan, dan kematian akibat kerja. Hasil survei dari International Labour Organization menunjukkan bahwa prevalensi terbesar penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan disebabkan oleh kanker sebesar 8%. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol diikuti proses invasi ke jaringan sekitar dan penyebaran ke bagian tubuh yang lain. Penyakit ini diketahui berhubungan dengan lingkungan kerja salah satunya industri tekstil karena terpapar oleh zat-zat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik pasien kanker yang bekerja di industri tekstil berdasar atas usia, jenis kelamin, dan jenis kanker yang terdiagnosis di RSUD Bayu Asih dan RS Abdul Radjak Purwakarta tahun 2018 - 2019. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan melihat data rekam medis pasien kanker di RSUD Bayu Asih dan RS Abdul Radjak Purwakarta selama periode bulan Januari 2018 – Desember 2019 dengan rancangan cross-sectional. Didapatkan kejadian kanker pada pekerja industri tekstil lebih tinggi pada perempuan 61% daripada laki-laki 39%. Berusia 46 - 55 tahun 58%, usia 36 - 45 tahun 35% dan jenis kankernya yaitu kanker paru 26%, kanker payudara 23%, dan kanker kulit 13%. Simpulan penelitian ini adalah mayoritas pekerja industri tekstil yang terdiagnosis kanker adalah perempuan, berusia 46-55 tahun, dan jenis kanker adalah kanker paru dan kanker payudara. Characteristics of Textile Industry Workers Diagnosed with Cancer in Purwakarta Industrial workers are at high risk of accidents, injuries and death due to work. The results from a survey conducted by the International Labor Organization showed that the highest prevalence of occupational causes of death was due to cancer, which was 8%. Cancer is an uncontrolled growth of cells following the invasion of surrounding tissues and spread to the other parts of the body. This diseases are known to be related to the work environment, one of which is the textile industry because they are exposed to carcinogenic substances. This study aims to find out the characteristics of cancer patients who were textile industry workers. They were categorized based on age, gender, and type of cancer diagnosed at Bayu Asih Hospital and Abdul Radjak Purwakarta Hospital in 2018 - 2019. This study used a descriptive observational method by looking at the medical record data of cancer patients at Bayu Asih Hospital and Abdul Radjak Purwakarta Hospital during from January 2019 – December 2019 with a cross sectional design. The result it was found that the incidence of cancer in textile industry workers is higher in women 61% than men 39%. 46 - 55 years old 58%, 36 - 45 years old 35% and the types of cancer are lung cancer 26%, breast cancer 23%, and skin cancer 13%. In conclusion the majority of textile industry workers diagnosed with cancer are female, aged 46 - 55 years, and the most common type of cancer is lung and breast cancer.","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123409014","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Scoping Review: Rasio Monosit Limfosit sebagai Penunjang untuk Menegakkan Diagnosis pada Penderita Tuberkulosis","authors":"Algifari Fauzia, Purwitasari Purwitasari, Heni Muflihah","doi":"10.29313/jiks.v3i2.7501","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/jiks.v3i2.7501","url":null,"abstract":"Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Indonesia menempati urutan ketiga kasus TB terbanyak di dunia. Pemeriksaan bakteriologis menjadi standar untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis. Keterbatasan pemeriksaan kultur bakteri adalah membutuhkan waktu yang lama, sedangkan pemeriksaan TCM tidak selalu menunjukkan bakteri masih hidup. Pemeriksaan imunologis interferon-γ release assays (IGRA) memiliki harga mahal dan membutuhkan alat khusus. Pemeriksaan hematologi rutin mudah dilakukan sehingga memiliki potensi menunjang penegakan diagnosis TB berdasar atas parameter imunologis. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan literature review untuk mengidentifikasi potensi rasio monosit limfosit (MLR) sebagai penunjang diagnosis TB. Pencarian artikel dilakukan secara online dari database Pubmed, Springer Link, dan Science direct. Tahapan penyaringan artikel mengikuti alur PRISMA. Pada tahap akhir, artikel yang eligible dipilih berdasar atas kriteria patient, intervention, comparison, outcome, and study (PICOS), yaitu pasien TB, rasio monosit limfosit, diagnosis TB, dan original study. Hasil penelitian ini mendapatkan tujuh artikel dari jumlah awal 8.942 artikel yang ditemukan dari kata kunci. Dua dari tujuh artikel menyatakan MLR dapat menunjang diagnosis TB. Dua artikel menunjukkan monosit dan limfosit dapat menjadi penanda infeksi bakteri termasuk TB. Satu artikel menyatakan hubungan TB dengan penurunan produksi sitokin monosit dan limfosit. Dua artikel menyatakan MLR tidak ada hubungan dengan kasus TB. Terdapat satu artikel yang menyatakan batas nilai MLR 0,378 untuk menunjang diagnosis TB. Penelitian observasional tentang MLR untuk menunjang diagnosis TB di Indonesia masih perlu dilakukan terutama pengkajian batas nilai MLR. Scoping Review: Monocyte Lymphocyte Ratio as Support to Enforce on Patient TuberculosisTuberculosis (TB) is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Indonesia is the third largest TB burdened country in the world. Bacteriological examination is the standard for diagnosing TB. Bacterial culture examination has limitation for its prolonged time, whereas rapid molecular assay is unable to detect viable bacteria. Interferon-γ release assays (IGRA) examination are expensive and require special equipment. Hematology examination is common and has potential to support TB diagnosis based on immunological parameters. The purpose of this study was to conduct a literature review to identify the potential for monocyte lymphocyte ratio (MLR) to support the diagnosis of TB. Search for articles was conducted online from Pubmed, Springer Link, and Science Direct databases. The steps of filtering articles are follow the PRISMA flow. In the final stage, eligible articles were selected based on patient, intervention, comparison, outcome, and study (PICOS) criteria, that is TB patient, monocyte lymphocyte ratio, TB diagnosis, and the original study. The results of this study obtained seven article","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129157211","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Gambaran Sistem Skoring Tuberkulosis Anak di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu Tahun 2019","authors":"Aisyah Putri Rejeki, Uci Ary Lantika, S. Masria","doi":"10.29313/jiks.v3i2.7346","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/jiks.v3i2.7346","url":null,"abstract":"Indonesia menjadi negara endemis tb dengan prevalensi tb paru anak yang cukup tinggi. Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kepadatnya penduduk, tingkat pendidikan rendah, pola hidup bersih dan sehat, serta status gizi buruk menjadi risiko tinggi penularan penyakit ini terutama pada anak. Terdapat kesulitan dalam penegakan diagnosis disebabkan oleh kesulitan pengambilan sampel dahak pada anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggunakan pendekatan sistem skoring dalam mendiagnosis TB paru pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sistem skoring tuberklosis pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu bulan Januari-Desember tahun 2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari 69 rekam medis pasien TB anak mengenai parameter sistem skoring. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 74% pasien didiagnosis TB anak dengan skoring TB ≥6 dan 26% skoring TB <6. Hal ini kemungkinan karena sebagian besar anak yang didiagnosis mengalami gizi buruk. Imunitas yang belum matur juga menjadi salah satu faktor risiko sistem skoring rendah. Simpulan, sistem skoring masih dapat menjadi pendekatan diagnosis TB pada anak. Overview of the Children's Tuberculosis Scoring System at the Bhayangkara Indramayu Hospital in 2019Indonesia is one of the endemic countries for tuberculosis, with a high prevalence of pulmonary tuberculosis in children. Tuberculosis is a chronic disease caused by Mycobacterium tuberculosis. The density of population, low level of education, low hygiene and healthy lifestyle, and poor nutritional status are the cause of transmission of this disease, especially in children. Diagnosis of tuberculosis in children is quite difficult due to the difficulty of taking sputum samples in children. For this reason, the Indonesian Pediatrician Association (IDAI) uses a scoring system approach in diagnosing pulmonary TB in children. This study aims to determine the tuberculosis scoring system in outpatients at the Bhayangkara Indramayu Hospital in January-December 2019. This study used secondary data obtained from 69 medical records of pediatric TB patients regarding the scoring system parameters. The results showed that patients were diagnosed with TB in children with TB scoring ≥6 (74%) and TB scoring <6 (26%). These are presumed because most children which diagnosed with TB have malnutrition. Immature immunity is also a risk factor for low scoring system parameters. Conclusion, the scoring can still be a diagnostic approach for TB in children. ","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"123 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116286651","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aurelia Shafira, Usep Abdullah Husin, Dyana Eka Hadiati
{"title":"Gambaran Faktor Risiko Diare pada Balita (0 - 59 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Bojongsoang pada Tahun 2019","authors":"Aurelia Shafira, Usep Abdullah Husin, Dyana Eka Hadiati","doi":"10.29313/JIKS.V3I2.7275","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/JIKS.V3I2.7275","url":null,"abstract":"Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia. Angka kematian diare paling banyak pada anak usia 5 tahun ke bawah. Jawa Barat menempati posisi pertama dalam penderita balita terbanyak. Berdasar atas data Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, kejadian diare banyak tersebar di Kabupaten Bandung. Wilayah kerja Puskesmas Bojongsoang mengalami peningkatan kasus diare balita pada tahun 2019. Diare disebakan oleh faktor lingkungan, faktor ibu, faktor anak, dan sosiodemografi. Studi ini bertujuan mengetahui gambaran faktor risiko diare pada balita berusia 0 - 59 bulan. Metode yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan desain cross-sectional. Responden berjumlah 43 orang, dilakukan selama bulan september 2020 menggunakan rumus perkiraan proporsi, tingkat kepercayaan 90%, margin of error 1%, dan dipilih dengan teknik purposive. Terdapat hasil sebanyak 51% (22 orang) balita non ASI eksklusif dan 93% (40 orang) balita memiliki status gizi baik. Pada faktor sosiodemografi, sebanyak 49% (21 orang) ibu dengan pendidikan terakhir SLTP/MTS. Pada faktor ibu, sebanyak 95% (41 orang) ibu memiliki pengetahuan PHBS yang baik dan 77% (33 orang) ibu memiliki sikap PHBS yang baik. Pada faktor lingkungan, sebanyak 58% (25 orang) balita memiliki sarana air bersih yang baik dan 65% (28 orang) memiliki sarana jamban yang baik. Kesimpulan yang didapat adalah masih banyak balita non ASI eksklusif. Pengetahuan dan sikap PHBS baik, tetapi banyak ibu belum terbiasa melakukan PHBS. Masih banyak sarana air secara fisik tidak layak dan jamban yang kurang baik karena belum memiliki pembuangan kotoran sesuai aturan yang dapat menyebarkan bakteri penyebab diare. Disarankan pada institut terkait agar dapat mengajak para ibu menerapkan PHBS dan memberi ASI eksklusif.Diarrhea Risk Factors in Toddlers (0-59 Months) in Bojongsoang Primary Health Care Region in 2019Diarrhea is an endemic disease in Indonesia. Diarrhea mortality rates mostly occur in toddlers. West Java occupies the first position in most toddlers who experience diarrhea. Based on the Bandung District Public Health Office data, the incidence of diarrhea in toddlers spread in the Bandung district. In 2019, it has increased in Bojongsoang Primary Health Care region. Some of the risk factors are environmental factors, maternal factors, child factors, and sociodemography. This study was conducted to discover the risk factors for diarrhea in toddlers. During September 2020 the method used was a cross-sectional descriptive observational. A sample of 43 people was calculated by estimating proportions with a credibility level of 90%, a 1% margin of error, and were selected using purposive sampling. The results are 51% (22 people) toddlers were not exclusively breastfed and 93% (40 people) had a good nutritional status. In sociodemographic, 49% (21 people) mothers attended Junior High School. In the maternal factor, 95% (41 people) mothers had good PHBS knowledge and 77% (33 people) had a good attitude. In environmental fa","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131840478","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Remagari Briliani Mulyana Rosi, Deis Hikmawati, N. A. Abdullah
{"title":"Scoping Review: Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Perilaku dengan Kejadian Skabies","authors":"Remagari Briliani Mulyana Rosi, Deis Hikmawati, N. A. Abdullah","doi":"10.29313/JIKS.V3I2.7426","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/JIKS.V3I2.7426","url":null,"abstract":"Skabies adalah infestasi parasit yang sangat gatal pada kulit yang disebabkan oleh tungau S. scabiei yang menghasilkan erupsi pruritus pada kulit. Terdapat 300 juta kasus setiap tahun. Indonesia menempati posisi pertama dari 195 negara dengan beban skabies terbesar. Faktor risiko skabies ada 11 faktor di antaranya sosiodemografi dan perilaku. Tujuan mengetahui faktor sosiodemografi dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian skabies. Metode penelitian: scoping review pada September—Desember 2020. Pencarian sistematis dilakukan melalui database elektronik ( PubMed, Proquest, Springer Link dan Google Scholar ) sesuai dengan kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi serta dilakukan skrining menggunakan kriteria eligible pada diagram PRISMA. Hasil penelitian: dari total 4.104 artikel terdapat 358 sesuai dengan kriteria inklusi dan didapatkan 9 artikel yang kriteria eligible serta di-review uraiannya. Faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan skabies adalah lokasi sekolah, pelajar dengan ayah dan ibu berpendidikan rendah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, laki-laki, akses fasilitas kesehatan, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga yang besar. Faktor perilaku yang berhubungan dengan skabies adalah personal hygiene yang buruk, berbagi tempat tidur, pakaian, pemakaian toilet bersamaan dengan orang lain, cuci tangan tanpa sabun, jarang mandi, serta riwayat kontak dengan orang lain atau keluarga yang memiliki gejala skabies. Simpulan, 9 artikel yang telah di- review menyatakan faktor-faktor sosiodemografi dan perilaku berhubungan dengan kejadian skabies. Relationship between Sociodemographic and Behavioral Factors with Scabies: Scoping Review Scabies is a parasitic infestation that is severe itching on the skin caused by S. scabiei mites that produce pruritus eruptions on the skin. There are 300 million cases every year. Indonesia ranks first out of 195 countries with the largest scabies burden. Risk factors scabies there are 11 factors including sosiodemorafi and behavior. Objective: to know the sociodemographic and behavioral factors associated with scabies. Research method: scoping review in September 2020−December 2020. Systematic searches are conducted through electronic databases (PubMed, Proquest, Springer Link and Google Scholar) according to inclusion and exclusion criteria and are screened using eligible criteria in PRISMA diagrams. Results of the study: out of a total of 4,104 articles there were 358 articles according to inclusion criteria, and obtained 9 articles in accordance with the criteria eligible and reviewed description. Sociodemographic factors associated with scabies are the location of the school, students with lowly educated fathers and mothers, mother’s occupation, father’s occupation, man, access to health facilities, household income, large number of family members. Behavioral factors associated with scabies are poor personal hygiene, bed sharing, clothing, use of the toilet along with others, washing hands with","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125500162","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fairuz Fakhri Luthfiyan, L. Kurniawati, I. B. Akbar
{"title":"Karakteristik dan Jumlah Leukosit pada Anak Penderita Leukemia Limfoblastik Akut yang Menjalani Kemoterapi Fase Induksi di Rumah Sakit Al Islam Bandung","authors":"Fairuz Fakhri Luthfiyan, L. Kurniawati, I. B. Akbar","doi":"10.29313/jiks.v3i2.7325","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/jiks.v3i2.7325","url":null,"abstract":"Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah kelompok keganasan heterogen dengan sejumlah kelainan genetik khas yang menghasilkan berbagai perilaku klinis dan respons terhadap terapi. Pasien LLA pada umumnya identik dengan jumlah leukosit yang tinggi, terapi saat ini adalah dengan cara kemoterapi yang terdiri atas 3 fase, yaitu induksi, konsolidasi, dan pemeliharaan. Keberhasilan kemoterapi ditentukan banyak faktor antara lain adalah terjadi remisi setelah kemoterapi fase induksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik dan jumlah leukosit pada anak penderita LLA setelah fase induksi kemoterapi. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan rancangan potong lintang yang menggunakan data rekam medik pasien LLA periode tahun 2019 usia 0 - 15 tahun. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Oktober 2020, teknik pengambilan data menggunakan total sampling. Pada penelitian ini didapatkan 137 data rekam medik, data yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 74 data. Kasus LLA paling banyak terjadi pada usia 0 - 5 tahun pada 41 pasien (55%), jenis kelamin laki-laki 43 pasien (58%), status gizi baik 46 pasien (62%), morfologi sumsum tulang remisi 63 pasien (85%), dan jumlah leukosit 4500-13500/mm3 pada 52 pasien (70%), remisi sumsum tulang terbanyak pada jumlah leukosit 4 pada 45 pasien (61%). Simpulan, karakteristik pasien LLA terba500-13500/mm3nyak laki-laki, usia 0 - 5 tahun status gizi baik dan morfologi sumsum tulang remisi. Characteristics and Number of Leukocytes in Children with Acute Lymphoblastic Leukemia who Underwent Induction Phase Chemotherapy at Al Islam Hospital BandungAcute lymphoblastic leukemia (ALL) is a heterogeneous group of malignancies with a number of characteristic genetic disorders that produce a variety of clinical behaviors and responses to therapy. LLA patients are generally synonymous with high leukocyte counts. Current therapy is chemotherapy which consists of 3 phases, namely induction, consolidation, and maintenance. The success of chemotherapy is determined by many factors, including remission after induction phase chemotherapy. This study aims to determine the characteristics and number of leukocytes in children with LLA after the chemotherapy induction phase. The method used was descriptive with a cross-sectional design using medical records of LLA patients periode 2019 aged 0-15 years. study was held in October 2020. In this study, there were 137 medical record data, data that met the inclusion criteria were 74 data. LLA cases in this study mostly occurred at the age of 0 - 5 years, amounting to 41 patients (55%), male gender totaled 43 patients (58%), good nutritional status totaled 46 patients (62%). ), the morphology of bone marrow remission totaled 63 patients (85%), and for the number of leukocytes 4500 - 13500/mm3 as many as 52 patients (70%), the greatest occurrence of bone marrow remission was in the number of leukocytes 4500/mm3-13500/mm3 as many as 45 patients (61%). In conclusion, characteristics of","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"99 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133099032","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Shift Kerja dengan Kualitas Tidur pada Pekerja Perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) Tahun 2020","authors":"Adlina Afifah, Ismawati Ismawati, Siska Nia Irasanti","doi":"10.29313/JIKS.V3I2.7360","DOIUrl":"https://doi.org/10.29313/JIKS.V3I2.7360","url":null,"abstract":"Sif kerja merupakan hal yang umum di antara para pekerja. Sistem sif yang tidak teratur dan berkepanjangan dapat memengaruhi kesehatan pekerja dan produktivitasnya. Secara khusus, sif kerja dikenal sebagai hazard di tempat kerja karena dapat memengaruhi kualitas tidur pekerja. Kualitas tidur yang buruk akan berdampak buruk juga pada kesehatan dan keselamatan pekerja. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan sif kerja dengan kualitas tidur pada pekerja di perusahaan Fast Moving Consumer Goods Karawang. Penelitian ini bersifat analitik dengan studi cross sectional pada 57 pekerja dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Data diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling pada pekerja di perusahaan FMCG Karawang tahun 2020. Data yang didapat dilakukan uji statistika dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan kualitas tidur baik sebagian besar terdapat pada pekerja dengan sif pagi sebanyak 7 orang dan kualitas tidur buruk sebagian besar terdapat pada pekerja dengan sif malam sebanyak 18 orang. Hasil analisis didapatkan adanya hubungan antara sif kerja dan kualitas tidur pada pekerja di salah satu perusahaan FMCG Karawang (=0,023). Simpulan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara sif kerja dan kualitas tidur. Correlation between Work Shift and Sleep Quality on Fast Moving Consumer Goods (FMCG) Company Workers in 2020Shift work is shared among workers. Irregular and prolonged shift systems can affect workers' health and productivity. In particular, shift work is known to be a workplace hazard. It may cause poor sleep quality, which can impact adversely on the health and safety of workers. This study aims to analyze the relationship between shift work and sleep quality in employees of the Fast Moving Consumer Goods Karawang companies. This study is an analytical study with a cross-sectional design on 57 workers through the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire. The data were taken using a purposive sampling technique on FMCG Karawang companies in 2020. The data obtained were carried out by statistical tests using the Chi-Square test. The research results show that good sleep quality is mostly found in workers with morning shifts as many as seven people, and poor sleep quality is mostly found in workers with night shifts as many as 18 people. The analysis results showed a relationship between shift work and sleep quality in workers at FMCG Karawang companies (p = 0.023). The research results' conclusions indicate a significant relationship between shift work and sleep quality.","PeriodicalId":161042,"journal":{"name":"Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131712178","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}