{"title":"Evaluasi Pemilihan Kepala Desa antar Waktu di desa Winong Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo","authors":"Sri Rahayu, Dian Suluh Kusuma Dewi","doi":"10.24903/fpb.v3i2.734","DOIUrl":"https://doi.org/10.24903/fpb.v3i2.734","url":null,"abstract":"Pemilihan Kepala Desa atau Pilkades adalah sebuah kata yang tidak asing lagi dan diperbincangkan oleh sebagian besar masyarakat khususnya masyarakat perdesaan dimasa Demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia politik ataupun praktisi politik. Pemilihan Kepala Desa erat kaitannya dengan kehidupan Pemerintah Desa yang nantinya berperan sebagai penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya. Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu adalah Pemilihan Kepala Desa yang dilakukan melalui musyawarah Desa. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa khusus untuk pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa. Dengan kegunaannya yang sangat penting maka telah dilakukan penelitian yang berjudul “ Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kepala Desa di Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo” yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hingga hasil akhir dari kebijakan pemerintah yang baru dibuat dan untuk perbandingan atau untuk mengetahui kekurangan dari kebijakan tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin secara aktual dan akurat mengenai keadaan atau fenomena yang diteliti. Deskriptif lebih banyak mengunakan kata-kata, bukan angka-angka. Dalam penelitian ini langkah-langkah pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam dengan informan dilapangan dan dokumentasi. Analisis data dilakukan analisa kualitatif dengan melihat situasi yang dialami. Pemilihan Kepala Desa Wonoketro yang dilaksanakan pada tanggal 22 November 2016, yang terpilih dari 3 kandidat yaitu Imam Nurdin, Muhammad Takim dan Gunawan Mardiraharjo, calon Kepala Desa yang terpilih adalah Bapak Imam Nurdin yang latar belakangnya adalah masyarakat biasa. Dari pemilih sebanyak 60 orang selisih perbandingannya sangatlah banyak, dari kandidat yang nomor urut 2 dan 3 dengan jumlah pemilih 5 orang masing-masing, nomor urut 1 dengan jumlah pemilih 50 orang. Dan Pemilihan Kepala Desa Winong yang terpilih dari 2 calon yaitu Bapak Hanif Saifulloh, SE dan Bapak Didik Prasetyo, SH calon yang terpilih adalah Bapak Hanif Saifulloh, SE selaku PJ di Desa tersebut, dari 2 calon Kepala Desa tersebut hasil rekapitulasi selisihnya sangatlah sedikit yaitu hanya 3 suara dari 61 pemilih yang hadir, nomor urut 1 dengan pemilih bejumlah 29 suara dan nomor urut 2 dengan 32 suara.","PeriodicalId":141866,"journal":{"name":"FisiPublik : Jurnal Ilmu Sosial dan Politik","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129418563","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. Sobari, Robby Darwis Nasution, Khoirrurosyidin Khoirrurosyidin
{"title":"Kaderisasi Perempuan dalam Partai Politik untuk meningkatkan Partisipasi Perempuan di Kabupaten Ponorogo","authors":"I. Sobari, Robby Darwis Nasution, Khoirrurosyidin Khoirrurosyidin","doi":"10.24903/fpb.v3i2.730","DOIUrl":"https://doi.org/10.24903/fpb.v3i2.730","url":null,"abstract":"Meski sudah ada payung hukum yang jelas mengenai keikutsertaan kaum perempuan dalam kancah politik tetapi masih sedikit sekali kaum perempuan yang berkecimpung dalam politik. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang analisis pola kaderisasi perempuan partai GOLKAR dan PKB kabupaten ponorogo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mngetahui bagaimana pola kederisasi perempuan pada partai GOLKAR dan PKB. Jenis peneilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode yang diginakan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara tersetruktur dan dokumentasi kemudian dianalisi dan dipaparkan dalam bentuk laporan. Hasil dari penelitian ini adalah partai GOLKAR maupun PKB mengagendakan program kaderisasi setiap lima tahun sekali, kaderisasi ini bersifat umum dan tidak ada kaderisasi yang kusus untuk perempuan. Belom ada AD/ART yang menyebutkan khusus tentang kaderisasi terhadap kaum perempuan. Rekrutmen partai bersifat terbuka artinya tidak kusus untuk kader partai tetapi terbuka untuk umum. Untuk bisa lebih meningkatkan keterwakilan perempuan seharusnya partai memasukkan aturan kusus untuk meningkatkan keterwakailan perempuan dalam AD/ART partai, kaum perempuan harus bisa menunjukkan kemampuannya kepada masyarakat sehingga bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, sebaiknya sistem rekrutmen bersifat tertutup sehingga memberikan kesempatan lebih kepada para kader.","PeriodicalId":141866,"journal":{"name":"FisiPublik : Jurnal Ilmu Sosial dan Politik","volume":"59 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134391713","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Tingkat Keberhasilan Mothercare dalam pendampingan KRTP pada Program Feminisasi Kemiskinan tahun 2017 di Kabupaten Madiun","authors":"Nanang Cendriono","doi":"10.24903/fpb.v3i2.731","DOIUrl":"https://doi.org/10.24903/fpb.v3i2.731","url":null,"abstract":"Permasalahan kemiskinan secara keseluruhan menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Timur, namun secara khusus saat ini mencermati adanya peningkatan populasi perempuan yang hidup di bawah garis kemiskinan serta semakin tumbuh dan akutnya kondisi kemiskinan yang terjadi pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan. Fenomena yang sering dikenal sebagai feminisasi kemiskinan atau kemiskinan yang semakin berwajah perempuan tersebut memerlukan upaya khusus dalam rangka penanganannya. Dalam rangka menangani permasalahan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur merancang program untuk menangani kemiskinan perempuan, terutama bagi rumah tangga yang Kepala Rumah Tangga Perempuan (KRTP) melalui Program Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan.Program tidak hanya sebagai upaya jangka pendek untuk memberikan bantuan kepada KRTP tetapi terlebih daripada itu adalah sebagai program yang berkelanjutan dalam rangka untuk mengantisipasi adanya perangkap kemiskinan (poverty trap) pada KRTP. Kondisi permasalahan dan kemiskinan yang dihadapi rumah tangga dengan KRTP secara umum lebih kronis di banding dengan kepala rumah tangga laki-laki. KRTP tidak hanya mengalami permasalahan di sektor ekonomi, tetapi juga problematika psikologis, sosial, dan budaya. Kebutuhan untuk mendapatkan jalan keluar dari perangkap kemiskinan tidak cukup melalui fasilitasi akses ekonomi tetapi memerlukan dukungan interaksi secara intensif dari “figur” yang secara keseharian sudah dikenal, dinilai mampu memberikan perlindungan, berkelanjutan, serta memiliki legitimasi sosial. Figur tersebut yang selanjutnya menjadi “ mother care “ atau layaknya sebagai ibu/orang tua yang memiliki kepedulian yang tinggi, menjadi simpul interaksi dan berbagi antar KRTP sehingga akan memupuk harapan serta semangat untuk berjuang bersama-sama dalam upaya keluar dari kemiskinan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Berdasarkan kebutuhan tersebut kader dari Tim Penggerak PKK adalah figur yang tepat sebagai “mother care” bagi KRTP. Gerakan PKK merupakan gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat. Jejaring PKK dapat menjangkau kepada keluarga-keluarga secara langsung, karena telah terbentuk kelompok-kelompok PKK, RW, RT dan Kelompok Dasa Wisma. Sehingga melalui optimalisasi TP PKK dalam Jalin Matra PFK diharapkan dapat benar-benar secara riil memecahkan permasalahan problematika kemiskinan yang berwajah perempuan di tingkat keluarga.","PeriodicalId":141866,"journal":{"name":"FisiPublik : Jurnal Ilmu Sosial dan Politik","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131847592","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Peran Tokoh Masyarakat Sebagai Aktor Penerus Warisan Budaya Di Tanah Perantauan (Studi: Sanggar Budaya Kuda Lumping Campur Sari Turonggo Sri Margo Mulyo Desa Bhuana Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara)","authors":"Muhammad Habibi","doi":"10.24903/fpb.v1i1.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.24903/fpb.v1i1.7","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas Peran Tokoh Masyarakat dalam membangun dan mempertahankan warisan budaya yang diperoleh dari leluhur di tanah perantauan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan, pertama, Merekatkan kerukunan warga dan bertekad untuk terus mengenalkan kebudayaan nenek moyang kepada anak cucu, serta melalui kesenian kuda lumping ini sebagai warga perantauan mereka tidak melupakan asal usul dan budaya dari tanah Jawa. Kedua, pelestarian budaya merupakan bukti kecintaan terhadap kampung halaman dan perlindungan dalam pergaulan anak-anak mereka. Ketiga, metode pelestarian dengan mengenalkan sejak dini, dan cara mengajak latihan, serta menonton pagelaran. Keempat, seni kuda lumping merupakan pagelaran seni berbiaya mahal dalam sewa dan operasional pagelaran. Dan Kelima, Pengakuan dan penghargaan masyarakat secara umum menjadi penghapus pesimisme kendala pelestarian sanggar budaya.","PeriodicalId":141866,"journal":{"name":"FisiPublik : Jurnal Ilmu Sosial dan Politik","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125493223","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}