{"title":"Story Map Profil Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, DIY.","authors":"Nezha Sarfina, Octavia Dewi Alfiani, Budi Santosa","doi":"10.31315/imagi.v3i1.7684","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v3i1.7684","url":null,"abstract":"Desa Tegalrejo memiliki berbagai macam potensi. Mulai dari potensi alamnya yang dapat dijadikan objek wisata hingga sentra makanan yang dapat dijadikan potensi utama dari Desa Tegalrejo. Sayangnya informasi tersebut tidak dimuat pada peta yang diletakkan pada balai desa yang seharusnya menjadi media pengenalan profil desa. Dalam wawancara yang dilakukan dengan salah satu perangkat desa menyatakan bahwa Desa Tegalrejo membutuhkan peta desa terbaru dalam bentuk cetak maupun digital. Kondisi tersebut menunjukkan pentingnya pembuatan profil desa di Desa Tegalrejo yang dapat menyampaikan seluruh informasi Desa Tegalrejo secara menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Perancangan ini bertujuan membuat story map profil Desa Tegalrejo untuk memberikan seluruh informasi mengenai Desa Tegalrejo yang mudah dipahami oleh masyarakat desa maupun masyarakat diluar desa. Metode yang digunakan pada perancangan ini adalah mengemas informasi profil Desa Tegalrejo kedalam Story Map. Data yang digunakan sebagai basemap merupakan peta penggunaan lahan yang dibuat dari digitasi citra resolusi tinggi. Story Map yang dibuat selanjutnya dilakukan pengujian aksesibilitas dan kebergunaan dengan menyebarkan kuesioner kepada beberapa pengguna internet. Hasil dari digitasi adalah peta penggunaan lahan yang sesuai dengan PERKA BIG Nomor. 3 Tahun 2016 dengan mendapatkan nilai uji atribut sebesar 95%. Peta penggunaan lahan tersebut dikemas menjadi lebih menarik kedalam tampilan Story Map sebagai basemap. Story Map yang telah dilakukan pengujian mendapatkan nilai sebesar 93,6 poin untuk kebergunaan dan aksesibilitas mendapatkan nilai sebesar 94,4 poin. Kedua penilaian tersebut masuk kategori “Sangat Mudah Diakses” dan “Sangat Bermanfaat”.","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125409224","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perbandingan Metode Delineasi Garis Pantai Pada Citra Landsat 8","authors":"Lysa Dora Ayu Nugraini, Winagari Ratri, Maulana Yudinugroho, Dika Ayu Safitri","doi":"10.31315/imagi.v3i1.9538","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v3i1.9538","url":null,"abstract":"Identifikasi garis pantai dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan memanfaatkan citra satelit. Melalui proses interpretasi visual dari citra tersebut dan mengombinasikannya dengan teknik digitasi on screen, delineasi garis pantai dapat dilakukan. Penggunaan citra satelit Landsat 8 untuk pekerjaan delineasi garis pantai memiliki tantangan tersendiri akibat resolusi spasial yang dimilikinya, meskipun kanal spektral yang dapat digunakan cukup untuk mengamati dinamika pesisir. Gradasi warna yang sangat halus pada area yang berbatasan dengan laut menyebabkan pada beberapa kondisi, batas antara darat dan laut tidak dapat secara tegas didefinisikan dan mempersulit operator pengolah data dalam melakukan interpretasi visual dan digitasi on screen. Penelitian ini melakukan ujicoba terhadap metode NDWI, Edge Detection, dan kombinasi band SWIR-NIR-Red (Band 7-5-4) untuk mengetahui metode mana yang paling baik, yang mampu membedakan batas antara darat dan laut secara jelas dan tegas sehingga meningkatkan kualitas hasil delineasi garis pantai oleh operator. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pemanfaatan band SWIR-NIR-Red (7-5-4) pada citra Landsat 8 lebih baik dibandingkan metode NDWI dan Edge Detection atau deteksi tepi. Selain memberikan perbedaan warna yang jelas antara daratan dan badan air, kombinasi Band 7-5-4 ini mampu menetrasi awan tipis pada nilai pixel 6816 hingga 6896 yang berpotensi mengganggu proses interpretasi visual jika objek awan tersebut berada tepat pada lokasi garis pantai.","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114212022","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Klasifikasi Area Vegetasi dan Non Vegetasi pada Citra Sentinel-2 Menggunakan Metode EVI dengan Google Earth Engine (Studi Kasus: Kabupaten Klaten)","authors":"Salsabila Diyah Rahmawati, Dessy Apriyanti","doi":"10.31315/imagi.v3i1.7484","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v3i1.7484","url":null,"abstract":"Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, area, atau fenomena melalui analisis data. Salah satu nya dengan pemantauan dan analisis dari citra satelit. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan citra satelit Sentinel-2 yang meruapakan citra satelit resolusi sedang. Google Earth Engine meruapakan platform berbasis cloud yang memudahkan untuk mengakses dan memproses kumpulan data geospasial yang sangat besar untuk analisis. Penggunaan indeks vegetasi yang umum digunakan untuk mengestimasi biomassa diantaranya adalah, Normalized Difference Vegetation Index untuk membedakan suatu daerah yang terdapat vegetasi atau tidak dan Enhanced Vegetation Index (EVI) sebagai pengembangan dari NDVI. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Klaten yang merupakan bagian dari Privinsi Jawa Tengah yang secara geografis terletak di antara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan. Pada penelitian ini, menghasilkan nilai < 0,3 sebagian besar merupakan area yang tidak ada vegetasi. Area yang mempunyai nilai tresholding > 0,3 sebagian besar merupakan area yang bervegetasi.","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121481471","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Implementasi Analisis Spasial Berbasis Sistem Informasi Geografis Untuk Prediksi Awal Tingkat Kerawanan Bencana Tsunami di Kecamatan Sinjai Utara, Sulawesi Selatan","authors":"Dwi Wahyuningrum, Lia Lidyani, Naufal Setiawan","doi":"10.31315/imagi.v3i1.9554","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v3i1.9554","url":null,"abstract":"Salah satu kecamatan yang ada di Sulawesi Selatan yang memiliki letak geografis dekat dengan laut adalah Kecamatan Sinjai. Kecamatan ini memiliki sebuah pulau yang terpisah dari daratan utamanya yaitu Pulau Sembilan. Hal ini menjadikan Kecamatan Sinjai Utara memiliki kekayaan sumber daya alam berupa ikan, terumbu karang, dan makhluk laut lainnya, yang tentunya memberikan dampak positif di aspek ekonomi dan pariwisata. Kedekatannya dengan laut membuat wilayah ini perlu untuk mengantisipasi terjadinya bencana laut, salah satunya adalah tsunami. Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan studi dan analisis kondisi geografis terhadap parameter-parameter untuk mengetahui tingkat kerawanan tsunami. Data geografis berupa peta rupa bumi Indonesia, DEMNAS, dan BATNAS dari geoportal nasional Indonesia digunakan untuk menganalisis kerawanan secara spasial. Metode yang digunakan adalah metode analisis spasial seperti proximity, overlay dan geoprocessing. Selanjutnya pemberian skor dan bobot serta klasifikasi dan simbologi juga digunakan untuk memberikan hasil yang lebih baik. Hasil yang diperoleh adalah sebuah peta kerawanan tsunami yang menampilkan tingkat kerawanan. Tingkat kerawanan tersebut dikategorikan menjadi lima kelompok mulai dari kerawanan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, hingga sangat tinggi. ","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124009731","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Fault Fracture Density pada Potensi Panas Bumi Non-Vulkanik untuk Menentukan Recharge Area; Studi Kasus di Wilayah Lore Lindu, Sulawesi Tengah","authors":"Oki Kurniawan, S.T., M.T.","doi":"10.31315/imagi.v2i2.9417","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v2i2.9417","url":null,"abstract":"Sulawesi memiliki lebih dari 76 lokasi yang potensial untuk dijadikan sebagai lapangan panas bumi dengan nilai potensi mencapai 3.229 Mwe. Namun, belum satupun dari lapangan panas bumi non-vulkanik di Sulawesi yang telah dikembangkan menjadi pembangkit listrik. Kawasan Lore Lindu merupakan salah satu lapangan panas bumi non-vulkanik yang menarik untuk dijadikan objek penelitian. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas delineasi kelurusan berdasarkan peta SRTM, data topografi, dan data struktur geologi berupa kekar dan cermin sesar. Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode, antara lain Fault Fracture Density (FFD), analisis kemiringan lereng, dan kegiatan lapangan. Metode FFD telah sering digunakan pada studi awal dalam eksplorasi panas bumi. Metode ini memberi kita informasi mengenai zona dengan dengan densitas rekahan yang tinggi. Metode analisis kemiringan lereng bertujuan untuk menentukan catchment area. Metode kegiatan lapangan akan memberi informasi mengenai struktur geologi dan manifestasi panas bumi di permukaan. Dari hasil ketiga analisis tersebut dapat ditentukan tiga recharge area pada daerah penelitian, yaitu berada di area Kecamatan Rahmat, Kecamatan Kadidia di sekitar Sesar Kadidia, dan kawasan di sekitar mata air panas Koalarawa. Recharge area ini umumnya terdapat pada daerah perbukitan dengan nilai kemiringan lereng yang curam yang morfologinya dipengaruhi oleh struktur geologi.","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114130820","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Karakteristik Struktur Geologi Daerah Bukit Batu Dinding, Samboja, Kalimantan Timur","authors":"Ikhwannur Adha, S.T., M.T.","doi":"10.31315/imagi.v2i2.9420","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v2i2.9420","url":null,"abstract":"Samboja merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Beberapa lokasi di Samboja memiliki kondisi geologi yang menarik, salah satunya Bukit Batu Dinding. Bukit Batu Dinding memiliki lokasi yang berdekatan dengan IKN Baru Indonesia sehingga nantinya dapat menjadi daerah yang menyokong berkembangnya IKN. Untuk pengembangan daerah ini, perlu diketahui kondisi geologi yang detil termasuk terkait struktur geologinya sehingga pembangunan yang dilakukan sesuai dan tepat sasaran. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi geologi Bukit Batu Dinding, khususnya karakteristik struktur geologi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei untuk mengetahui kondisi geologi yang meliputi litologi dan struktur geologi. Pengamatan dan pengukuran kedudukan batuan dan kekar gerus dilakukan sepanjang punggungan Bukit Batu Dinding. Metode analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis kelurusan topografi untuk mengenali kondisi daerah penelitian dan melakukan dugaan-dugaan mengenai zona struktur geologi berdasarkan kenampakan pada peta topografi pada DEM. Proyeksi stereografis dengan menggunakan data kekar dengan bantuan perangkat lunak Dips untuk mengetahui kinematika dan dinamika tektonik pembentuk struktur geologi tersebut. Hasil proyeksi stereografis kemudian dianalisis dan diinterpretasi berdasarkan konsep sesar Anderson untuk mengetahui sesar yang berkembang di Bukit Batu Dinding. Bukit Batu Dinding adalah perbukitan yang terbentuk karena adanya sesar naik yang memanjang di sebelah barat dengan kemiringan berarah barat laut. Sesar naik ini berasosiasi dengan kekar gerus yang intensif di lokasi tersebut. Sesar naik ini memotong Formasi Pulau Balang sehingga mengakibatkan formasi tersebut menumpang diatas Formasi Balikpapan yang lebih muda. Sesar naik tersebut terbentuk karena adanya tegasan utama maksimum berarah tenggara-barat laut dan diperkirakan terbentuk pada periode tektonik Pliosen-Pleistosen","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"39 9","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120915575","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEMBUATAN ANIMASI PETA 3D POTENSI KAWASAN WISATA JEREBUU, KABUPATEN NGADA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR","authors":"Dessy Apriyanti","doi":"10.31315/imagi.v2i2.7487","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v2i2.7487","url":null,"abstract":"Indonesia memiliki beragam budaya dan tempat yang indah dengan ciri khas berbeda - beda disetiap daerahnya. Keberagaman tempat dan budaya tersebut pada wilayah yang terpencil membuat tempat – tempat yang memilki keindahan belum banyak orang yang mengetahui. Tempat yang memiliki keindahan alam dan terpencil salah satunya berada pada Kecamatan Jerebuu, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur. Tempat yang terpencil perlu dilakukan pemetaan tempat – tempat yang berpotensi sebagai tempat wisata. Untuk memetakan dengan luas yang besar diperlukan metode yang efektif yaitu dengan foto udara. pemetaan foto udara tersebut dilakukan dengan menggunakan Unmanned aerial vehicle (UAV) dengan terlebih dahulu memasang Ground Control Point (GCP) pada titik yang ditentukan yang berjumlah 77 titik. GCP yang berjumlah 77 tersebut diukur menggunakan Global Navigation Satellite System (GNSS). Data foto udara dilakukan pembuatan peta orthofoto. Dari peta orthofoto dilakukan survei ke tempat – tempat disekitar Jerebuu yang berpotensi sebagai tempat wisata dan ditandai di peta orthofoto. Untuk lebih jelas visualisasi sekitar daerah berpotensi tempat wisata dilakukan pembuatan peta 3D. Peta 3D tersebut kemudian dibuat animasi video di youtube agar dapat dilihat oleh masyarakat dan menarik wisatawan.","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129000418","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Penggunaan Citra Landsat untuk Pendeteksian Anomali Suhu Permukaan Sebagai Indikasi Keberadaan Manifestasi Panas Bumi. Studi Kasus: Sipoholon, Indonesia","authors":"Dani Mardiati, S.T., M.Eng.","doi":"10.31315/imagi.v2i2.9419","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v2i2.9419","url":null,"abstract":"Sipoholon merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara yang dilewati oleh Sistem Sesar Sumatera. Berdasarkan peta Geologi Lembar Sidikalang, ditemukan adanya manifestasi panas bumi berupa mata air panas (hot spring) di daerah tersebut. Keberadaan manifestasi ini menunjukkan adanya sistem panas bumi yang bekerja di bawahnya. Keberadaan manifestasi panas bumi di suatu daerah akan berpengaruh terhadap suhu permukaan tanah di daerah tersebut. Pendeteksian anomali suhu permukaan tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu metode yang mudah untuk dilakukan yaitu menggunakan Citra Penginderaan Jauh. Citra Landsat merupakan salah satu citra penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk mendeteksi anomali suhu permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi anomali suhu permukaan sebagai indikasi adanya manifestasi panas bumi di Sipoholon, Sumatera Utara menggunakan Citra Landsat. Band 10 dan band 11 yang merupakan thermal infrared (TIR) diolah untuk mendapatkan suhu kecerahan (brightness temperature). Band 4 dan 5 digunakan untuk menghitung kerapatan vegetasi (NDVI) dan emisivitas suhu permukaan. Gabungan dari band 10, band 11 dan NDVI digunakan untuk menghitung nilai suhu permukaan tanah (Land Surface Temperature). Data lapangan berupa suhu mata air panas dan suhu permukaan tanah diambil untuk melakukan verifikasi terhadap analisis citra yang telah dilakukan. Hasil analisis citra menunjukkan bahwa suhu permukaan di lokasi penelitian berkisar antara 16,7°C sampai dengan 28,4°C. Anomali suhu tinggi berada di daerah yang dilewati oleh sesar sumatera. Hasil verifikasi di lapangan menunjukkan hasil yang selaras, terdapat mata air panas di daerah yang dilewati oleh sesar sumatera dengan suhu 35,7 °C – 64,4°C. Sedangkan suhu permukaan tanah berkisar antara 31,3°C – 48,7°C. Hal ini menunjukkan bahwa citra landsat berupa suhu permukaan tanah (LST) dapat digunakan untuk mendeteksi anomali suhu permukaan sebagai indikasi adanya sistem panas bumi di suatu daerah untuk memudahkan pengerucutan lokasi pada tahap eksplorasi.","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130979733","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pemetaan Kerawanan Fisik Longsor Kecamatan Petungkriyono Dengan Metode Pembobotan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007","authors":"Thema Arrisaldi, S.T., M.Eng.","doi":"10.31315/imagi.v2i2.9415","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v2i2.9415","url":null,"abstract":"Kecamatan Petungkriyono merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang memiliki kondisi morfologi berupa pegunungan dan lembah. Hal ini membuat Petungkriyono sering terjadi bencana longsor yang merugikan masyarakat, oleh karena itu pemetaan kerawanan longsor perlu dilakukan pada daerah ini. Metode Pembobotan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 mengenai penataan kawasan rawan bencana longsor. Dalam pemetaan kerawanan fisik ini terdiri dari 7 parameter, yaitu : kelerengan (30%), kondisi geologi (20%), kondisi tataguna lahan(10%), densitas aliran air (7%), tebal tanah(15%), kondisi curah hujan (15%), dan kondisi kegempaan (3%). Metode pemetaan yang dilakukan yaitu dengan pemetaan langsung kemudian dilakukan pengolahan data untuk setiap parameter dan analisis overlay menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Hasil pengamatan yang dilakukan kondisi kelerngan daerah ini memiliki kelerengan rendah hingga kelerengan tinggi. Kondisi geologi daerah ini dibagi menjadi 4 satuan batuan, yaitu : endapan bongkah andsesit basaltic, satuan vulkanik III (lava dan breksi vulkanik), satuan vulkanik II (lava dan breksi vulkanik), dan satuan vulkanik I (lava dan breksi vulkanik). Kondisi tataguna lahan area ini didominasi oleh hutan dan perkebunan. Kondisi ketebalan tanah menunjukan daerah ini didominasi dengan tabal tanah yang > 1 meter dengan kondisi tidak gembur. Densitas aliran air didominasi oleh densitas aliran air sedang hingga tinggi. Kondisi curah hujan daerah Petungkriyono memiliki curah hujan yang tinnggi (>2000mm/tahun), sedangkan kondisi kegempaan pada daerah ini terletak pada area dengan kegempaan rendah. Setelah mendapatkan kondisi parameter dilakukan pembobotan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 dengan menggunakan SIG hasilnya berupa peta kerawanan fisik longsor. Kondisi kerawanan fisik longsor daerah Petungkriyono terdapat 3 kerawanan fisik yaitu : kerawanan fisik rendah memiliki luasan 0,0228 km2, kerawanan fisik sedang memiliki luasan 73,88 km2, dan kerawanan fisik tinggi memiliki luasan 10,27 km2","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"3 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131860275","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Identifikasi Zona Mineralisasi Dan Struktur Pengontrol Skarn Cu Daerah Sulit Air, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat","authors":"Afrilita S.T., M.Eng.","doi":"10.31315/imagi.v2i2.9421","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/imagi.v2i2.9421","url":null,"abstract":"Endapan skarn merupakan salah satu dari beberapa endapanhidrotermal yang menghasilkan endapan bijih yang bernilai ekonomis. Mineralisasi skarn Cu pada daerah Sulit Air sudah diketahui sejak lama, namun belum banyak penelitian rinci yang membahas tentang kontrol struktur geologi terhadap penyebaran alterasi dan mineralisasi di daerah ini. Penelitian ini membahas tentang identifikasi zona mineralisasi dan kontrol struktur geologi terhadap pola penyebaran alterasi dan mineralisasi skarn Cu. Metodologi yang digunakan yaitu analisis citra DEM dan pemetaan geologi permukaan. Zona alterasi skarn Cu terbagi kedalam empat zonasi yaitu zona piroksen-K-feldspar-klorit-epidot, zona garnet-piroksen, zona piroksen-kuarsa, dan zona garnet-wollastonit-piroksen. Mineralisasi dominan hadir pada zona alterasi garnet-wollastonit-piroksen dan zona garnet-piroksen. Mineral utama pembawa Cu berupa bornit, kalkosit, malakit, azurit dan kalkopirit. Penyebaran alterasi mengikuti pola intrusi dan sesar-sesar mendatar lokal. Zona alterasi ini mengikuti sesar mendatar kiri yang berarah utara-selatan (N-S) sedangkan zona mineralisasi mengisi rekahan-rekahan pada zona sesar mendatar kiri yang berarah utara-selatan (N-S) dan barat laut-tenggara (NW-SE). Kekar pada zona sesar terisi oleh mineral-mineral kalsit, kuarsa dan azurit yang dominan berarah berarah barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya.","PeriodicalId":123740,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Geomatika","volume":"126 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114658978","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}