{"title":"Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik Pada Materi Segiempat Kelas VII","authors":"E. Efuansyah, R. Wahyuni","doi":"10.24014/SJME.V4I2.5749","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/SJME.V4I2.5749","url":null,"abstract":"This research aims to produce authentic assessment instruments in mathematics learning materials plan geometry class VII in terms of aspects of validity and practicality as well as to determine the potential effect. This study uses research development methods (development research) type of formative research involving 32 seventh grade students of SMP Negeri 24 Palembang. In this study a series of instruction developed through several stages of self evaluation, expert reviews and one-to-one, small group, and field tests. This research produces authentic assessment on the material properties of the material, the circumference and area of a rectangle. This study includes a series of learning consists of two activities on properties and circumference & area of a rectangle. The results of the development of authentic assessment instruments shows that with them knowing that they are assessed by three aspects (cognitive, affective, and psychomotor) students are very enthusiastic to learn, able to work on the problems with a good, brave respond and put forward the idea of both written and verbal are associated with a square long.","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132710070","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KUALITAS HASIL BELAJAR STATISTIKA SISWA MTs YANG DIBELAJARKAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING","authors":"Nuralam Nuralam","doi":"10.24014/sjme.v4i2.5744","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/sjme.v4i2.5744","url":null,"abstract":"High and low acquisition of students' mathematics learning outcomes is influenced by internal and external factors. External factors of concern are related learning approaches so students are easy to learn mathematics. There is a tendency for the role of students to be more passive and teachers to be more active in the process of learning mathematics. This condition results in low acquisition of mathematics learning outcomes. One alternative solution is to teach students through the problem posing approach, so as to contribute to the involvement of students in learning mathematics. The purpose of this study was to find out: (1) statistics learning outcomes of students taught through the problem posing approach were higher than those taught through direct learning approaches and (2) student responses after the statistical learning process with a problem posing approach. This study uses a quasi-experimental study with a control group only design post test design. The population is students of MTsS Darul Hikmah Aceh Besar grade VIII and the sample was total sampling. Data were collected by statistical learning outcomes and response questionnaires. Data analysis techniques used t test for test data and response questionnaire data through analysis of average score criteria. Based on the results of the analysis of the test data obtained that tcount >ttable is 2,45 > 1,70. From the results of the questionnaire data the average score was 3.29. It was concluded that the statistical learning outcomes of students taught through the problem posing approach were higher than those taught through direct learning approaches. And the student response questionnaire after the statistical learning process with the problem posing approach in the very positive category","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"499 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122201929","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Profil Kesalahan Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal pada Mata Kuliah Kalkulus Diferensial berdasarkan Gaya Kognitif dan Habits of Mind","authors":"Hayatun Nufus, Rezi Ariawan","doi":"10.24014/sjme.v4i2.6146","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/sjme.v4i2.6146","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan profil kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal pada mata kuliah kalkulus differensial berdasarkan gaya kognitif dan habits of mind. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan subjek penelitian adalah mahasiswa semester 3 jurusan Pendidikan Matematika FTK UIN Suska Riau semester ganjil 2017/2018 yang sedang menempuh mata kuliah kalkulus peubah banyak. Intrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar GEFT untuk mengidentifikasi gaya kognitif, lembar angket habits of mind untuk memperoleh informasi tentang habits of mind mahasiswa, serta lembar tes soal kemampuan berpikir koneksi matematis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari teknik tes dan teknik nontes. Teknik analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan soal pada mata kuliah differensial terbagi atas tiga jenis kesalahn, yaotu kesalahan fakta, operasi dan prinsip serta kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah kesalahan prinsip.","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128949145","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Lingkaran Pada Kelas VII-B Mts Assyafi’iyah Gondang","authors":"C. Bagus","doi":"10.24014/sjme.v4i2.5234","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/sjme.v4i2.5234","url":null,"abstract":"Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan representasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal. Penelitian ini dilakukan di kelas VII-B MTs Assyafi’iyah Gondang. Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide-ide matematika yang dapat berupa diagram, tabel, grafik, simbol matematika, model matematika, kata-kata, dan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan permasalahan. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan representasi visual, representasi persamaan atau ekspresi matematis, dan representasi kata atau teks tertulis dalam menyelesaikan soal. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, tes,wawancara, dan dokumentasi. Representasi sebenarnya bukan menunjukkan kepada hasil atau produk yang diwujudkan dalam konfigurasi atau konstruk baru dan berbeda, tetapi proses berfikir yang dilakukan untuk dapat mengungkap dan memahami konsep, operasi, dan hubungan-hubungan matematik dari suatu konfigurasi. Artinya, proses representasi matematik berlangsung dalam dua tahap yaitu secara internal dan eksternal. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis menurut Miles dan Huberman melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis sangat penting dan dibutuhkan oleh siswa dalam memahami materi yang dierikan dan menyelesaikan soal, jika kemamuan representasi matematis kurang maka menyebabkan kurangnya pemahaman siswa dalam materi yang diberikan sehingga siswa susah memahami dan mengerjakan soal yang disediakan.","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116333026","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa antara Model Eliciting Activities dan Discovery Learning","authors":"R. Asmara, Ekasatya Aldila Afriansyah","doi":"10.24014/SJME.V4I2.5714","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/SJME.V4I2.5714","url":null,"abstract":"Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap materi pembelajaran menjadikan siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan hendaknya berpusat pada siswa, agar siswa memiliki kebebasan untuk memperdalam materi dengan pemahamannya sendiri. Dua model pembelajaran yang berpusat pada siswa dipilih sebagai solusi dalam mengatasi rendahnya kemampuan komunikasi matematis yaitu Model Eliciting Activities dan Discovery Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang mendapatkan pembelajaran Model Eliciting Activities dengan yang mendapatkan pembelajaran Discovery Learning. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 15 Garut. Sampel dipilih secara acak sebanyak dua kelas yaitu kelas X MIPA 8 sebagai kelas eksperimen I yang berjumlah 32 orang siswa dan kelas X MIPA 7 sebagai kelas eksperimen II yang berjumlah 30 orang siswa. Kelas eksperimen I yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran Model Eliciting Activities dan kelas eksperimen II yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran Discovery Learning. Instrumen penelitian yang digunakan Instrumen tes kemampuan komunikasi matematis berupa soal uraian (Pretest dan Posttest) dan instrumen non tes berupa angket. Berdasarkan hasil analisis secara statistik diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang mendapatkan pembelajaran Model Eliciting Activities dengan yang mendapatkan pembelajaran Discovery Learning. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelas Model Eliciting Activities berada pada intepretasi sedang dan kelas Discovery Learning berada pada interpretasi rendah. Respon siswa terhadap pembelajaran Model Eliciting Activities dan pembelajaran Discovery Learning menunjukkan respon yang baik.","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124881975","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pembelajaran Team Assisted Individual Siswa Kelas VII-1 SMP 32 Pekanbaru","authors":"P. Poritas","doi":"10.24014/SJME.V4I2.4857","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/SJME.V4I2.4857","url":null,"abstract":"As a mathematics teacher who taught class VII at SMP N 32 Pekanbaru. Researchers feel responsible for students' failures in learning. In class VII-1 where researchers teach, there are problems that need to be resolved, including the activities and student learning outcomes of mathematics that are very low. Some students are passive and do not want to ask if they have difficulty in learning mathematics. The students scores who reach KKM ≥ 80 is 43.8%. Based on these problems, it is necessary to improve the activities and mathematics learning outcomes of students through the cooperative learning model type Team Assisted Individualization Class VII-1 SMP N 32 Pekanbaru in 2018. The research method used is Classroom Action Research. Activities carried out include planning, implementation, observation, and reflection. The activity data is collected through observations at the end of each cycle. Data analysis using qualitative and quantitative. The results of Classroom Action research, namely from the learning outcomes in the first cycle students who complete learning from meetings 1, 2 and 3 on average are 66.7% in the second cycle increased to 87.1% up by 20.4% Learning incompleteness students are due to their lack of concrete abilities, therefore need guidance and attention from the teacher, from these results indicate that indicators of learning outcomes 75% of students who get a value of 80 have been reached in cycle 2.","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129997954","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Habits of Mind Calon Guru Matematika dalam Pemecahan Masalah Matematis","authors":"Ahmad Dzulfikar","doi":"10.24014/SJME.V4I1.4251","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/SJME.V4I1.4251","url":null,"abstract":"Habits of mind had the impact toward mathematical problemsolving skills, especially for the pre-service teacher who will facilitate the development of their students’ mathematical problem solving skills in the future. This qualitative descriptive study aimed to analyze mathematical problem solving habits of mind of the pre-service teacher. 22 undergraduate students were the research subject that was chosen by purposive sampling technique. The research instrument was habits of mind scale, interview guide, and mathematical problemsolving test. The study found that level of mathematical problem solving habits of mind of the pre-service teacher was apprentice and practitioner. Based on the indicators, habits of thinking flexibly had the largest frequency of subject who had novice level. Whereas, flexibility in choosing and using strategy determined whether the subject could solve the problem or not. This research hypothesized that this condition was affected by prior mathematical ability. Therefore, future research and development of mathematical problem solving habits of mind of the pre-service teacher were needed.","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123432472","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa dengan Self Efficacy Tinggi","authors":"Muhammad Tri Stio Ermawan","doi":"10.24014/SJME.V4I1.4578","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/SJME.V4I1.4578","url":null,"abstract":"Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa dapat diketahui dari (1) kemampuan siswa dalam berpikir secara masuk akal, (2) kemampuan siswa mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan masalah yang baru dihadapi dan (3) kemampuan siswa menggeneralisasi suatu contoh atau konsep untuk memecahkan setiap masalah matematika yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk menanalisis kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang memiliki tingkatan self efficacy berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa siswa dengan self efficacy memiliki kemampuan berpikir intuitif matematis yang lebih baik daripada siswa dengan self efficacy rendah.","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129251226","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR FORMAL SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF","authors":"M. Syawahid, Nurhardiani Nurhardiani","doi":"10.24014/SJME.V4I1.4080","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/SJME.V4I1.4080","url":null,"abstract":"Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi berpikir formal siswa SMA kelas X dalam menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif field independent dan field dependent. Siswa diminta untuk mengerjakan tes GEFT dan soal kemampuan matematika kemudian diwawancarai. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir formal adalah: (1) mampu memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan dengan benar, (2) mampu memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan kurang tepat atau terdapat kesalahan, (3) tidak dapat memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan. Dari hasil penelitian, diperoleh dari 66 siswa yang diberikan tes GEFT, terdapat 30 siswa dengan gaya kognitif field independent dan 36 siswa dengan gaya kognitif field dependent. Dari 30 siswa dengan gaya kognitif field independent diperoleh 2 siswa dengan kemampuan berpikir formal sangat baik berarti hanya 7%, 19 siswa dengan kemampuan berpikir formal baik berarti 63%, dan 9 siswa dengan kemampuan berpikir formal cukup baik berarti 30%. Sedangkan yang dari 36 siswa dengan gaya kognitif field dependent diperoleh 6 siswa dengan kemampuan berpikir formal cukup baik artinya 16% dan 30 siswa dengan kemampuan berpikir formal kurang artinya 84%. Kemampuan berpikir formal sangat baik ditunjukkan dengan kemampuan memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan yang benar pada dua soal yang diberikan. Kemampuan berpikir formal baik ditunjukkan dengan kemampuan memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan kurang tepat atau terdapat kesalahan pada salah satu soal yang diberikan. Kemampuan berpikir formal cukup baik ditunjukkan dengan kemampuan memberikan alasan disetiap langkah yang dilakukan hingga memperoleh kesimpulan kurang tepat atau terdapat kesalahan pada dua soal yang diberikan. Kemampuan berpikir formal kurang baik. ditunjukkan dengan ketidakmampuan siswa dalam memberikan alasan disetiap langkah yang diberikan.","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115404670","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KECERDASAN EMOSIONAL GURU MATEMATIKA DALAM MEMBANGUN KARAKTER SISWA","authors":"Meilinda Manda Yassar","doi":"10.24014/sjme.v4i1.4384","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/sjme.v4i1.4384","url":null,"abstract":"ABSTRACT: In the current era, education is not only focused on the academic teacher, but a teacher's personality is also very aware of. In realizing quality education, emotional intelligence can be used as an important thing to acquire knowledge for an educator to improve his quality as a teacher. The task of a math teacher is tough, a teacher must have a pedagogic and academic competence, personal competence and social competence. The competence of the four competencies kepribadianlah critical note, because most math teachers in Indonesia lacks emotional intelligence. This is caused by the material and metedologi given LPTK and teacher training institutions associated with personal competence remains low. If emotional intelligence is developed and trained math teachers well, the personality of the teacher will mature and are emotionally intelligent that professionalism of math teacher can be achieved. To that end, the math teacher is expected to have all the necessary competence, in order to achieve quality education and make the learning process successfully.ABSTRAK: Pada zaman sekarang, pendidikan tidak hanya terfokus kepada akademik seorang guru saja, namun kepribadian seorang guru pun sangat diperhatikan. Dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas, kecerdasan emosi dapat dijadikan satu hal yang penting untuk memperoleh ilmu pengetahuan bagi seorang pendidik untuk meningkatkan kualitasnya sebagai guru. Tugas seorang guru matematika memang berat, yaitu seorang guru harus mempunyai kompetensi pedagogik dan akademik, kompetensi kepribadian, serta kompetensi sosial. Dari keempat kompetensi tersebut kompetensi kepribadianlah yang sangat diperhatikan, karena sebagian guru matematika di Indonesia kurang memiliki kecerdasan emosional. Hal ini disebabkan oleh materi dan metedologi yang diberikan LPTK dan lembaga pembinaan guru yang terkait dengan kompetensi kepribadian masih terbilang rendah. Apabila kecerdasan emosional guru matematika dikembangkan dan terlatih dengan baik, maka kepribadian seorang guru tersebut akan matang dan memiliki emosi yang cerdas sehingga keprofesional guru matematika pun dapat dicapai. Untuk itu, guru matematika diharapkan mempunyai setiap kompetensi yang diperlukan, guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan membuat proses belajar mengajar berhasil.","PeriodicalId":122991,"journal":{"name":"Suska Journal of Mathematics Education","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121080377","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}