JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2019-07-04DOI: 10.35799/JBL.9.1.2019.23363
Jayens Alotia, S. Saroyo, S. Rondonuwu
{"title":"Biodiversitas Burung pada Perkebunan Kelapa di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara (Bird Biodiversity in Coconut Plantation in North Minahasa Distric, North Sulawesi Province)","authors":"Jayens Alotia, S. Saroyo, S. Rondonuwu","doi":"10.35799/JBL.9.1.2019.23363","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.9.1.2019.23363","url":null,"abstract":"Biodiversitas Burung pada Perkebunan Kelapa di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara(Bird Biodiversity in Coconut Plantation in North Minahasa Distric, North Sulawesi Province) Jayens Alotia1)*, Saroyo1), Sendy Rondonuwu1)1)Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: jayensalotia70@gmail.com Diterima 1 Februari 2019, diterima untuk dipublikasi 28 Februari 2019 Abstrak Burung memerlukan tempat atau ruang yang digunakan untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain, dan tempat berkembang biak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biodiversitas burung pada habitat perkebunan kelapa di Kabupaten Minahasa Utara. Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Desember 2017 sampai dengan bulan Maret 2018 di perkebunan kelapa di Desa Maumbi, Desa Tatelu dan Desa Pinili Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei. Teknik penentuan petak contoh menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Petak contoh ditentukan sebanyak 3 transek berbentuk garis transek (line transect) dengan panjang masing-masing transek 2000 m dan lebar 20 m dengan pengambilan data sebanyak 5 kali. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil sebanyak 23 jenis burung dengan indeks biodiversitas sebesar 2.76, dari 23 jenis burung tersebut diketahui jumlah jenis burung yang dianggap kurang mengkhawatirkan (LC) terdapat 21 jenis burung, sedangkan status rentan (VU) terdapat 1 jenis yaitu Penelopides exarhatus dan status hampir punah (NT) terdapat satu jenis yaitu Accipiter nanus.Kata kunci: biodiversitas, burung, perkebunan kelapa, Kabupaten Minahasa Utara. Abstract Birds buy places or spaces that are used to find food, drink, shelter, play, and breed. This study aims to analyze biodiversity in coconut plantation habitat in North Minahasa Regency. Data collection was carried out from December 2017 to March 2018 in coconut plantations, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province in Maumbi Village, Tatelu Village, Pinili Village. Data retrieval is done using the survey method. The sampling technique uses purposive sampling method which is a sample selection technique with certain considerations. Sample plots are determined by 3 transects, forming line transects (line transects) with the length of each transect of 2000 m and width of 20 m by taking data 5 times. Based on research conducted in plantation habitats, North Minahasa Regency obtained research on species of birds on plantations in North Minahasa Regency, North Sulawesi Province, which consisted of 23 species of birds with a biodiversity index of 2.76, of 23 species of birds there are according to the type of bird that is considered less alarming (LC) there are 21 species of birds, while the vulnerable status (VU) there is 1 type, Penelopides exarhatus and the status is almost extinct (NT) there is 1 type, Accipiter nanus. Keywords: biodiversity, birds, ","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122594608","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2019-07-04DOI: 10.35799/JBL.9.1.2019.23365
Chelsy Darenoh, Edwin de Queljoe, R. R. Butarbutar
{"title":"Aktivitas Diurnal Kuskus Beruang Betina (Ailurops ursinus) di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki Minahasa Utara (Diurnal Activity Of Female Bear Cuscus (Ailurops Ursinus) In The North Minahasa Tasikoki Rescue Center)","authors":"Chelsy Darenoh, Edwin de Queljoe, R. R. Butarbutar","doi":"10.35799/JBL.9.1.2019.23365","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.9.1.2019.23365","url":null,"abstract":"Aktivitas Diurnal Kuskus Beruang Betina (Ailurops ursinus) di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki Minahasa Utara(Diurnal Activity Of Female Bear Cuscus (Ailurops Ursinus) In The North Minahasa Tasikoki Rescue Center) Chelsy Darenoh1)*, Edwin de Queljoe1), Regina Rosita Butarbutar1)1)Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115*Email korespondensi: chelsydarenoh@yahoo.com Diterima 10 Januari 2019, diterima untuk publikasi 28 Februari 2019 Abstrak Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) merupakan salah satu satwa liar yang tergolong mamalia berkantung dan endemik Sulawesi. Berdasarkan status konservasi kuskus beruang ini termasuk dalam status rentan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa persentase aktivitas diurnal dari Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki Sulawesi Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Focal Animal Sampling dengan cara mencatat aktivitas satu individu selama periode waktu tertentu dengan catatan individu selalu terlihat. Penelitian ini dilakukakn untuk membantu usaha konsevasi ex-situ kuskus beruang (Ailurops ursinus) agar tetap terjaga kelestarian populasinya. Hasil penelitian didapatkan bahwa persentase aktivitas diurnal dari kuskus beruang (Ailurops ursinus) untuk aktivitas berpindah tempat sebesar 42.93%, aktivitas istirahat 23.19%, aktivitas mencari makan 9.67%, akitivitas merawat diri 9.36%, aktivitas makan 9.32%, aktivitas bergelantungan 5.44%, dan aktivitas minum 0.08%.Kata kunci: Kuskus beruang, aktivitas diurnal, konservasi, berpindah tempat Abstract Bear Cuscus (Ailurops ursinus) is one of the wild animals belonging to marsupial mammals and endemic to Sulawesi. Based on the Conservation status of this Bear Cuscus included in the vulnerable status. This study aiming to analyze the percentage of diurnal activity of Bear Cuscus (Ailurops ursinus) in North Sulawesi PPST. The method used in this research is Focal Animal Sampling, by recording and recording the activities of one individual for a certain period of time with individual records always visible. This research was conducted to help ex-situ conservation efforts of Bear Cuscus (Ailurops ursinus) to maintain the sustainability of the population. From the results it was concluded that the percentage of diurnal activity of Bear Cuscus was as follows: moving activity 42.93%, resting activity 23.19%, foraging activity 9.67%, self-care activity 9.36%, eating activity 9.32%, hanging activity 5.44%, and drinking activity 0.08%.Keywords: Bear Cuscus, diurnal activity, conservation, moving activity","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126872032","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2019-02-28DOI: 10.35799/JBL.9.1.2019.24169
Irawaty Mertosono, Ratna Siahaan, P. Maabuat
{"title":"Struktur Makroalga Pada Ekosistem Lamun Di Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (Structure of Macroalgae in Seagrass Ecosystems at South Tabukan District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi)","authors":"Irawaty Mertosono, Ratna Siahaan, P. Maabuat","doi":"10.35799/JBL.9.1.2019.24169","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.9.1.2019.24169","url":null,"abstract":"Struktur Makroalga Pada Ekosistem Lamun Di Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara(Structure of Macroalgae in Seagrass Ecosystems at South TabukanDistrict, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi) Irawaty A. Mertosono1), Ratna Siahaan1*) Pience V. Maabuat1)1)Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi:ratnasiahaan@unsrat.ac.id Diterima 15 Februari 2019, diterima untuk dipublikasi 28 Februari 2019 Abstrak Makroalga laut merupakan tumbuhan laut yang tidak memiliki akar, batang, maupun daun sejati. Kegiatan manusia berupa pemanfaatan makroalga, konversi lahan, dan transportasi laut dapat menjadi penyebab penurunan biodiversitas makroalga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur dan distribusi makroalga pada ekosistem lamun di Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Lokasi penelitian di tiga stasiun penelitian yaitu Pantai Karurung - Desa Salurang, Pantai Palareng - Desa Palareng dan Pantai Galoghong – Desa Batuwingkung. Penelitian dilakukan pada November-Desember 2018 dengan pengambilan sampel menggunakan metode garis transek (line transect) dengan teknik pencuplikan kuadrat. Makroalga yang ditemukan sebanyak 36 spesies yang terdiri atas 25 spesies Divisi Chlorophyta, sembilan (9) spesies Divisi Rhodophyta dan dua (2) spesies Divisi Phaeophyta. Makroalga Bornetella nitida memiliki Indeks Nilai Penting 39, 24% mendominasi di lokasi penelitian. Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) spesies makroalga di Stasiun I (H’:3,02) tergolong tinggi sedangkan pada Stasiun II (H’:2,86) dan Stasiun III (H’:2,63) tergolong sedang. Secara keseluruhan, keanekaragaman spesies makroalga di Kecamatan Tabukan Selatang tergolong tinggi (H’:3,00). Kata kunci: struktur makroalga, Pantai Karurung, Pantai Palareng, Pantai Galoghong,Tabukan Selatan Abstract Marine macroalgae are marine plant-like organisms that has no true roots, stems, or leaves. The human ativities of macroalgae utilization, land conversion, and sea transportation can cause of macroalgae biodiversity decline. The purpose of this study was to analyze the structure and distribution of macroalgae in seagrass ecosystems at South Tabukan District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi. The research locations were at three research stations, i.e. Karurung Beach - Salurang Village, Palareng Beach - Palareng Village and Galoghong Beach - Batuwingkung Village. The study was conducted in November-December 2018 with line transect method sampling and quadrate sampling technique. Macroalgae were 36 species consists of 25 species of Chlorophyta Division, nine (9) species of Rhodophyta Division and two (2) species of Phaeophyta Division. Macroalga Bornetella nitida had Importance Value Index 39.24% that dominated research locations. The Shannon-Wiener biodiversity Index (H’) of macroalgae species at Station I (H': 3.02) was classified as high while Station II (H","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131704231","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2019-02-28DOI: 10.35799/JBL.9.1.2019.23368
Baren Rumanasen, S. Saroyo, P. Maabuat
{"title":"Pemanfaatan Strata Hutan oleh Tikus Ekor Putih (Maxomys hellwaldii) di Gunung Klabat Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Utilization of Forest Strates by White Equipment Rats (Maxomys hellwaldii) in Klabat Mountain North Minahasa Distric, North Sulawesi)","authors":"Baren Rumanasen, S. Saroyo, P. Maabuat","doi":"10.35799/JBL.9.1.2019.23368","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.9.1.2019.23368","url":null,"abstract":"Pemanfaatan Strata Hutan oleh Tikus Ekor Putih (Maxomys hellwaldii) di Gunung Klabat Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara(Utilization of Forest Strates by White Equipment Rats (Maxomys hellwaldii) in Klabat Mountain North Minahasa Distric, North Sulawesi) Baren Anggyon Rumanasen1)*, Saroyo1), Pience Maabuat1)1)Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: rumanasenanggy@gmail.com Diterima 15 Januari 2019, diterima untuk publikasi 28 Februari 2019 Abstrak Tikus ekor putih (Maxomys hellwaldii) adalah hewan endemik Sulawesi, yang oleh IUCN status konservasinya masih kurang diperhatikan. Ancaman utama tikus ekor putih adalah perburuan untuk dijual. Penelitian ini bertujuan menganalisis pemanfaatan strata hutan oleh tikus ekor putih (Maxomys hellwaldii) di Gunung Klabat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Pengamatan menggunakan metode garis transek, dua garis transek dibuat masing-masing pada hutan primer dan hutan sekunder, panjang garis transek masing-masing 2 km dengan lebar 20 m. Hasil penelitian menunjukkan di hutan primer tikus ekor putih memanfaatkan stratum B sebesar 7,59%, dan stratum C 92,40%. Pada hutan sekunder tikus ekor putih memanfaatkan stratum C sebesar 100%. Aktivitas yang dilakukan tikus ekor putih pada hutan primer, mencari makan sebesar 56,96%, aktivitas berpindah sebesar 30,37%, aktivitas makan sebesar 5,06%, dan aktivitas istirahat sebesar 7,59%. Pada hutan sekunder, sebesar 15,06%, aktivitas makan (2,73%),dan aktivitas istirahat sebesar 27,39%.Kata kunci: tikus ekor putih, aktivitas, strata hutan, Gunung Klabat Abstract White-tailed mice (Maxomys hellwaldii) are endemic to Sulawesi, which by the IUCN (The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) still lacks attention to conservation status. The main threat to white-tailed mice is hunting for sale. The study used the transect line method, two transect lines were made in primary forest and two transect lines were made in secondary forest, the length of the transect line was 2 km in width and 20 m in width. The results showed that in primary forest white-tailed mice made use of stratum B of (7.59%), and stratum C was (92.40%). Whereas in the secondary forest white tail rats only use the C stratum, which is equal to 100%. Activities carried out by white-tailed rats were in primary forests, foraging for (56.96%), moving activities by (30.37%), eating activities by (5.06%), and resting activities at (7.59 %). In secondary forests, white-tailed mice looked for food (54.79%), shifting activity (15.06%), eating activities (2.73%), and resting activities (27.39%).Keywords: white-tailed mice, activity, forest strates, Klabat Mountain","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125704217","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2019-02-28DOI: 10.35799/JBL.9.1.2019.23419
M. Singkoh, D. Mantiri, C. Lumenta, Hengky Manoppo
{"title":"Identifikasi Senyawa Bioaktif Alga Merah Halymenia durvillei (Identification Bioactive Compounds of Algae Halymenia durvillei)","authors":"M. Singkoh, D. Mantiri, C. Lumenta, Hengky Manoppo","doi":"10.35799/JBL.9.1.2019.23419","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.9.1.2019.23419","url":null,"abstract":"Identifikasi Senyawa Bioaktif Alga Merah Halymenia durvillei(Identification Bioactive Compounds of Algae Halymenia durvillei) Marina Flora Oktavine Singkohˡ)*, Desy Maria Helena Mantiri ²) Cyska Lumenta²), Henky Manoppo²)1) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 951152) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado *Email korespondensi: marinasingkoh16@gmail.com Diterima 17 Februari 2019, diterima untuk dipublikasikan 28 Februari 2019 Abstrak Alga merah memiliki kemampuan untuk memproduksi metabolit sekunder yang bersifat sebagai senyawa bioaktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif pada alga merah Halymenia durvillaei. yang diambil dari pesisir Pantai Desa Rendingan, Kecamatan Tabukan Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan metode skrining Fitokimia. Hasil penelitian menunjukan bahwa alga merah Halymenia durvillaei mengandung senyawa-senyawa bioaktif. Berdasarkan hasil penelitian skrining fitokimia dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol Halymenia durvillaei mengandung senyawa bioaktif alkaloid, fenol, saponin, tanin, dan steroid.Kata Kunci: Halymenia durvillaei, senyawa bioaktif, fitokimia Abstract Red algae have the ability to produce secondary metabolites that are bioactive compounds. This study aims to identify bioactive compounds in Halymenia durvillaei red algae taken from the coast of Rendingan Village Beach, Tabukan District, Sangihe Islands, North Sulawesi with the phytochemical screening method. The results showed that Halymenia durvillaei red algae contained bioactive alkaloid compounds. Based on the results of the phytochemical screening study it can be concluded that the Halymenia durvillaei ethanol extract contains bioactive alkaloid compounds, phenols, saponins, tannins, and steroids.Keywords: Halymenia durvillaei, bioactive compounds, phytochemicals","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131332092","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2019-02-28DOI: 10.35799/JBL.9.1.2019.23420
Fahrisal Fahrisal, B. A. Pinaria, D. Tarore
{"title":"Penyebaran Populasi Nyamuk Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Tidore Kepulauan (Distribution of Aedes aegypti Mosquito Population as A Vector of Dengue Fever Disease in Tidore Kepulauan City)","authors":"Fahrisal Fahrisal, B. A. Pinaria, D. Tarore","doi":"10.35799/JBL.9.1.2019.23420","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.9.1.2019.23420","url":null,"abstract":"Penyebaran Populasi Nyamuk Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Tidore Kepulauan (Distribution of Aedes aegypti Mosquito Population as A Vector of Dengue Fever Disease in Tidore Kepulauan City) Fahrisal 1*), Betsy Pinaria1), Dantje Tarore1)1)Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: atreyafahrisal@gmail.com Diterima 10 Februari 2019, diterima untuk dipublikasikan 28 Februari 2019 Abstrak Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan penting di indonesia saat ini baik di daerah tropis dan suptropis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyebaran populasi nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor penularan penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Soasio Kota Tidore Kepulauan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei cara pengambilan sampel yakni dengan pengambilan purposive sampling. Penangkapan nyamuk dilakukan pada setiap kelurahan yaitu 13 kelurahan yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Soasio yaitu tempat-tempat seperti pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, daerah pemukiman penduduk, dan lahan-lahan kosong di sekitar daerah pemukiman. Hasil penelitian populasi nyamuk Ae. aegypti yang di temukan di Wilayah kerja Puskesmas Soasio mencangkup 13 Kelurahan bervariasi antara 6-23 individu. Populasi Ae. aegypti tertingi di Kelurahan Tuguwaji yaitu 23 individu dan terendah di Kelurahan Tambula yaitu 6 individu. Populasi nyamuk Ae. aegypti terbanyak pada waktu pagi yaitu jam 08:00-10:00 sebanyak 52 individu dan sore hari jam 14:00-16:00 sebanyak 50 individu. Jumlah penderita DBD antara bulan November 2018 sampai bulan Januari 2019 sebanyak 5 orang, yang terdiri dari 3 orang di kelurahan Tuguwaji, satu orang di kelurahan Indonesiana dan 1 orang di kelurahan Tomagoba. Kata Kunci: Ae. aegypti, Demam berdarah dengue (DBD), penyebaran, populasi Abstract Dengue haemorrhagic fever (DHF) is one of the important health problems in Indonesia today both in the tropics and suptropis. Purpose of the study assess population and the spread of mosquitoes. Ae aegypti as a vector of transmission of DHF in the working area of Soasio City Health Center, Tidore Islands. This research was conducted using the survey method of sampling method by taking purposive sampling. The catch of mosquitoes was carried out in each kelurahan, namely 13 urban villages scattered in the work area of the Soasio Health Center, namely places such as health services, education services, residential areas, and vacant land around residential areas. Results of research on mosquito population Ae. aegypti found in the Puskesmas work area of the ratio includes 13 sub-districts varying between 6-23 individuals. population the highest Ae. aegypti in Tuguwaji Village is 23 individuals and the lowest in Tambula Village is 6 individuals. Population of mosquitoes most Ae. aegypti in the morning, which is at 08:00 a.m. to 10:00 a.m. by 52 individuals and ","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127476614","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2019-02-28DOI: 10.35799/JBL.9.1.2019.23422
Muhammad Tawary, J. Pontoh, L. Momuat
{"title":"Analsis Kandungan Klorofil pada Beberapa Jenis Tanaman Palma (Analysis of Chlorophyll Content in Several Types of Palm Plants)","authors":"Muhammad Tawary, J. Pontoh, L. Momuat","doi":"10.35799/JBL.9.1.2019.23422","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.9.1.2019.23422","url":null,"abstract":"Analsis Kandungan Klorofil pada Beberapa Jenis Tanaman Palma(Analysis of Chlorophyll Content in Several Types of Palm Plants) Muhammad Tawary1)*, Julius Pontoh1), Lydia Momuat1)1)Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: rachmad.tawary@gmail.com Diterima 15 Februari 2019, diterima untuk dipublikasi 28 Februari 2019 Abstrak Tanaman palma banyak dibudidayakan sebagai tanaman pertanian. Ada beberapa jenis tanaman palma seperti kelapa, kelapa sawit, dan aren. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis klorofil pada daun dan menentukan posisi anak daun yang memiliki kandungan klorofil tertinggi. Analisis kandungan klorofil dilakukan dengan metode ektraksi pelarut yang absorbansinya dibaca pada spektrofotometer UV-Vis. Kandungan klorofil a dalam daun bervariasi pada ketiga jenis tanaman palma, yaitu pada daun kelapa berkisar antara 586.56 sampai 835.75 µmol/m2, daun kelapa sawit 674.47 µmol/m2 sampai 982.98 µmol/m2, dan pada daun aren 1300.82 µmol/m2 sampai 1449.65 µmol/m2. Klorofil b pada daun kelapa berkisar antara 160.79 µmol/m2 sampai 237.86 µmol/m2, daun kelapa sawit 191.36 µmol/m2 sampai 315.63 µmol/m2, dan daun aren 423.29 sampai 543.19 µmol/m2. Kandungan klorofil a pada setiap posisi anak daun ketiga jenis tanaman palma memiliki nilai yang hampir sama sedangkan kandungan klorofil b pada setiap posisi anak daun pada ketiga jenis tanaman palma memiliki nilai yang sedikit berbeda. Kandungan klorofil a dan b pada setiap bagian anak daun aren memiliki nilai yang hampir sama begitupun dengan kelapa dan kelapa sawit. Kandungan klorofil a pada posisi kanan dan kiri daun aren memiliki nilai yang sedikit berbeda sedangkan pada kelapa dan kelapa sawit memiliki nilai yang hampir sama. Kandungan klorofil b pada ketiga jenis tanaman palma tidak memiliki perbedaan.Kata kunci: Palma, klorofil, absorbansi, spektrofometer Abstract Many palma plants are cultivated as agricultural crops. Several types of palm plants, for example coconut, oil palm, and sugar palm. This research was conducted to develop a method of chlorophyll analysis on leaves and determine the position of leaves children who have the highest chlorophyll content. Analysis of chlorophyll content was carried out by a solvent extraction method in which the absorbance was read in a UV-Vis spectrophotometer. TheThe content of chlorophyll contained in coconut leaves varies, namely containing chlorophyll content contained in coconuts varies, which contains 586.56 µmol/m2 to 835.75 μmol / m2, in oil palm leaves 674.47 µmol/m2 to 982.98 μmol / m2, and in palm leaves 1300.82 to 1449.65 μmol / m2. Whereas for chlorophyll b found in coconut leaves varies around 160.79 µmol/m2 to 237.86 µmol / m2, on palm oil leaves 191.36 µmol/m2 to 315.63 µmol / m2, and on palm leaves 423.29 µmol/m2 to 543.19 µmol / m2. The content of chlorophyll a at each position of leaflets on leaves of various types of palma plants has almost the same value while the content o","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128665773","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2018-08-31DOI: 10.35799/JBL.8.2.2018.21446
Chrisye Yustitia Pelokang, Roni Koneri, D. Katili
{"title":"Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional oleh Etnis Sangihe di Kepulauan Sangihe Bagian Selatan, Sulawesi Utara (The Usage of Traditional Medicinal Plants by Sangihe Ethnic in the Southern Sangihe Islands, North Sulawesi)","authors":"Chrisye Yustitia Pelokang, Roni Koneri, D. Katili","doi":"10.35799/JBL.8.2.2018.21446","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.8.2.2018.21446","url":null,"abstract":"Abstrak Tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang menghasilkan satu atau lebih komponen aktif yang dipercaya oleh penduduk berkhasiat obat sehingga dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh Etnis Sangihe di Kepulauan Sangihe bagian Selatan, Sulawesi Utara. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara terstruktur yang diajukan kepada pengobat tradisional. Hasil penelitian menunjukkan adanya 38 spesies dari 25 famili tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh Etnis Sangihe bagian Selatan. Herba merupakan habitus tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk bahan pengobatan. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai obat yaitu daun. Cara pengolahan yang paling banyak digunakan adalah direbus. Jenis penyakit yang dapat diobati dengan tumbuhan obat sebanyak 22 jenis penyakit. Kata kunci: tumbuhan obat, obat tradisional, habitus, Kepulauan Sangihe Bagian Selatan Abstract Medicinal plants are plants that produce one or more active components that are believed by local people as medicinal plants for traditional medicine practices. This study aimed to identify and to assess the plant species that used as traditional medicine by the Sangihe Ethnic in the Southern Sangihe Islands, North Sulawesi. Data collection was conducted by structured interviews to the indigenous medical practitioners. The results showed that 38 plant species from 25 plant families were used as medicinal plants by the Southern Sangihe Ethnic people. Herbs were plant habitus that were widely used for medicinal ingredients. The leaves were widely used as medicinal plant materials. Boiling was the most processing method for preparing medicinal herbs. There were 22 types of diseases that could be treated using medicinal plants. Keywords: medicinal plants, traditional medicine, habitus, Southern Sangihe Islands","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"77 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126092930","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2018-08-31DOI: 10.35799/JBL.8.2.2018.21447
Grisella Rambitan, J. Pelealu, T. Tallei
{"title":"Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat hasil fermentasi kol merah (Brassica oleracea L.) sebagai probiotik potensial (Isolation and identification lactic acid bacteria from red cabbage (Brassica oleracea L.) fermentation as potential probiotic)","authors":"Grisella Rambitan, J. Pelealu, T. Tallei","doi":"10.35799/JBL.8.2.2018.21447","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.8.2.2018.21447","url":null,"abstract":"AbstrakBakteri asam laktat merupakan kelompok bakteri yang menghasilkan asam laktat sebagai produk utama dalam fermentasi. Bakteri ini sering disebut probiotik sebab memberikan dampak positif bagi tubuh manusia. Setiap spesies bakteri asam laktat memiliki efek probiotik yang berbeda-beda sehingga diperlukan seleksi dan identifikasi untuk mendapatkan strain probiotik yang baik. Identifikasi bakteri asam laktat dalam penelitian ini menggunakan metode identifikasi molekuler dengan gen penanda 16S rRNA. Bakteri asam laktat dari fermentasi kol merah memiliki kemiripan 100% dengan Weissella cibaria dan Weissella confusa. Analisis filogenetik menunjukkan hubungan kekerabatan antara isolat bakteri asam laktat dari fermentasi kol merah dengan bakteri genus Weissella yang lain.Kata kunci: bakteri asam laktat, fermentasi, 16S rRNA, probiotik AbstractLactic acid bacteria is a group of bacteria that produce lactic acid as the main product in fermentation. These bacteria are often called probiotics because can confer a positive impact on the human body. Each species of lactic acid bacteria has a different probiotic effect that requires selection and identification to obtain a good probiotic strain. The identification of lactic acid bacteria in this study used a method of molecular identification with a marker gene of 16S rRNA. Lactic acid bacteria from red cabbage fermentation have a 100% similarity to Weissella cibaria and Weissella confusa. Phylogenetic analysis showed a relationship between lactic acid bacteria isolates from red cabbage fermentation with bacteria from the other Weissella genus.Keywords: lactic acid bacteria, fermentation, 16S rRNA, probiotics","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"352 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115977417","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL BIOS LOGOSPub Date : 2018-08-31DOI: 10.35799/JBL.8.2.2018.21445
Wianita Mantang, F. R. Mantiri, B. Kolondam
{"title":"Identifikasi Tumbuhan Paku Air (Azolla sp.) Secara Morfologi dan Molekuler dengan Menggunakan Gen rbcL (Identification of Water Ferns (Azolla sp.) Based on Morphologycal Traits and Molecular Marker Using rbcL Gene)","authors":"Wianita Mantang, F. R. Mantiri, B. Kolondam","doi":"10.35799/JBL.8.2.2018.21445","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/JBL.8.2.2018.21445","url":null,"abstract":"Abstrak Azolla merupakan salah satu tumbuhan paku air yang memiliki banyak manfaat, namun belum banyak dikenal dan sering dianggap sebagai tumbuhan gulma. Pengidentifikasian akan keberadaan jenis-jenis tumbuhan paku air (Azolla sp.) penting untuk dilakukan guna mendukung upaya pengembangan, pembudidayaan dan eksplorasi tumbuhan Azolla sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan paku air (Azolla sp.) secara morfologi dan molekuler dengan menggunakan gen rbcL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakter morfologi sampel tumbuhan Azolla sp. asal Tondano Sulawesi Utara menunjukkan kemiripan dengan spesies A. pinnata dan Azolla asal Magelang Jawa Tengah menunjukkan kemiripan dengan spesies A. microphylla. Identifikasi menggunakan sekuens gen rbcL menunjukkan bahwa sekuens sampel tumbuhan Azolla asal Tondano (WM1) memiliki tingkat kemiripan 100% dengan A. pinnata dan Azolla asal Magelang (WM2) memiliki tingkat kemiripan 100% dengan A. microphylla yang terdapat dalam GenBank. Analisis jarak genetik menunjukkan kedua sampel WM1 dan WM2 memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan nilai jarak genetik 0,060.Kata kunci: Azolla sp., identifikasi morfologi, identifikasi molekuler, gen rbcL Abstract Azolla is one of the water ferns that has many benefits, but it is not yet widely known and is often regarded as a weed plant. Identification of water ferns (Azolla sp.) is important to be carried out to support the development, cultivation, and exploration of Azolla sp. This study aimed to identify species of aquatic plants (Azolla sp.) morphologically and molecularly using the gene rbcL. The results demonstrated that based on the morphological characters, the Azolla sp. from Tondano, North Sulawesi, showed similarity with species A. pinnata and Azolla from Magelang, Central Java, showed similarity to species A. microphylla. Identification using rbcL gene sequences showed that the sample sequence of plants Azolla from Tondano (WM1) had a 100% similarity level with A. pinnata and Azolla from Magelang (WM2) had a 100% similarity level with A. microphylla available in GenBank. Genetic distance analysis showed that both WM1 and WM2 samples had a close relationship with the genetic distance value of 0.060.Key words: Azolla sp., morphological identification, molecular identification, rbcL gene","PeriodicalId":113222,"journal":{"name":"JURNAL BIOS LOGOS","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133949391","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}