{"title":"HUBUNGAN RASIO NETROFIL LIMFOSIT DENGAN KETEBALAN DINDING DIAFRAGMA PADA PASIEN KRITIS","authors":"Agustina Br. Haloho, Rudyanto Sedono, Adhrie Sugiarto, Zulkifli","doi":"10.22146/jka.v7i2.7449","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jka.v7i2.7449","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Gagalnya penyapihan pasien dari ventilasi mekanik terjadi karena berbagai macam faktor. Salah satu penyebabnya adalah Ventilator Induced Diaphragm Dysfunction (VIDD) yang terjadi akibat proses penipisan ketebalan dinding diafragma. Penurunan massa otot diafragma sendiri terjadi karena proses inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan rasio netrofil limfosit dengan ketebalan dinding difragma pada pasien kritis di ruang perawatan intensif. \u0000Metode Penelitian: Penelitian ini adalah studi analitik observasional dari bulan September 2018 hingga January 2019 di RSUP Dr. Mohammad Hoesin - Palembang. Kaji Etik telah disetujui sebelum studi dilakukan dan subjek penelitian diambil setelah menandatangani lembar penjelasan yang diberikan. Hanya 30 subjek penelitian dengan kondisi kritis dan menggunakan ventilasi mekanik yang terlibat di akhir studi ini. Untuk mengukur jumlah netrofil dan limfosit, setiap subjek diambil darahnya sebanyak 6 mL dari vena cubiti. Ketebalan dinding diafragma pada pasien diukur menggunakan ultrasonografi pada hari ke-0, ke-3, dan ke-5. Data yang terkumpul kemudian dianalisa menggunakan Stata 15. \u0000Hasil Penelitian: Uji chi-sqare menunjukkan bahwa hubungan rasio netrofil limfosit pada hari ke-0 dengan penurunan ketebalan dinding diafragma pada hari ke-3 tidaklah signifikan (p = 0.254) sedangkan dengan penurunan ketebalang dinding diafragma pada hari ke-5 signifikan (p = 0.015). Subjek dengan rasio netrofil limfosit awal >7 memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mencapai penurunan ketebalan diafragma dibandingkan terhadap subjek dengan rasio awal ≤7 (RR = 1.62 (0.99-2.64); p = 0.003). \u0000Kesimpulan: Rasio netrofil dan limfosit memengaruhi ketebalan dinding diafragma pada pasien dengan ventilasi mekanik.","PeriodicalId":513365,"journal":{"name":"Jurnal Komplikasi Anestesi","volume":"105 s1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141225813","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"HUBUNGAN NILAI “LUNG ULTRASOUND SCORE (LUS)” DENGAN P/F RATIO PADA PASIEN PNEUMONIA YANG DIRAWAT DI ICU RSUP DR SARDJITO","authors":"Catur Prasetyo Wibowo, Calcarina Fitriani Retno Wisudarti, Akhmad Yun Jufan","doi":"10.22146/jka.v7i2.7448","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jka.v7i2.7448","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Penyakit saluran nafas merupakan alasan tersering pasien masuk ke Intensive Care Unit (ICU), mencakup sekitar 22.4% dari seluruh pasien yang masuk ke ICU dengan 72.6% diantaranya disebabkan oleh suatu infeksi seperti pneumonia. Pada pasien dengan pneumonia, maka akan terjadi gangguan difusi oksigen dari paru-paru ke pembuluh darah yang akan mempengaruhi hasil P/F ratio. Gambaran ultrasonografi berbanding lurus dengan derajat aerasi paru atau perbandingan komposisi udara dengan cairan pada paru. Perubahan pada aerasi paru dapat dideteksi secara akurat dengan menggunakan ultrasonografi paru. \u0000Tujuan: Mengetahui hubungan “Lung Ultrasound Score (LUS)” dengan P/F ratio sebagai parameter untuk menilai derajat oksigenasi pada pasien pneumonia yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito. \u0000Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pada penelitian ini setiap satu sampel akan diperiksa Lung Ultrasound Score (LUS) dan pengambilan sampel analisis gas darah (AGD) arteri untuk mendapatkan nilai P/F ratio selama satu kali. Pengukuran LUS dilakukan dengan cara melakukan ultrasonografi paru pada 12 titik pemeriksaan yang telah ditentukan (6 di hemithorax kiri dan 6 di hemithorax kanan) lalu dilakukan skoring (0-3) per titik pemeriksaan, total skoring dari ke 12 titik pemeriksaan merupakan hasil LUS sampel. Kriteria inklusi pada subjek penelitian ini adalah usia ≥18 tahun, terdiagnosa pneumonia (skor ≥6 dari skor CPIS), terintubasi dengan ventilasi mekanik, dan kandidat dapat dimobilisasi sedikit miring kanan dan kiri. Sedangkan kriteria eksklusi adalah, pasien dengan hemodinamik tidak stabil (HR <60x/menit atau >130x/ menit dan MAP <70mmHg atau >120mmHg), trauma paru, pasien yang sedang menjalani hemodialisa, ada kontraindikasi terhadap posisi miring (cedera medulla spinalis), pasien dengan dressing luka di dada, dan pasien dengan morbid obese (BMI >40). \u0000Hasil: Didapatkan 60 subyek pada penelitian ini. Titik-titik observasi pasien yang memiliki nilai P/F ratio tinggi cenderung memiliki nilai Lung Ultrasound Score (LUS) yang semakin rendah. Berdasarkan hasil korelasi diperoleh nilai p=0,010 (p<0,05) dengan koefisien korelasi (r) = − 0,332 bertanda negatif yang berarti terdapat korelasi negatif yang signifikan antara nilai Lung Ultrasound Score (LUS) dengan P/F ratio dengan keeratan hubungan kategori lemah (0,2 – 0,399). \u0000Kesimpulan: Semakin tinggi nilai P/F ratio maka semakin rendah nilai LUS pada pasien dengan pneumonia yang mendapatkan ventilasi mekanik di ICU RSUP Dr. Sardjito.","PeriodicalId":513365,"journal":{"name":"Jurnal Komplikasi Anestesi","volume":"361 12","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141227989","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MENGENALI MEDICAL ERROR DAN OPTIMALISASI PATIENT SAFETY DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)","authors":"Bowo Adiyanto, Suwarman","doi":"10.22146/jka.v7i2.7458","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jka.v7i2.7458","url":null,"abstract":"Karakteristik pasien yang di rawat di di ICU adalah pasien dengan kondisi kritis, akut, dengan banyaknya komorbid, menjalani berbagai tindakan medis, mendapatkan bermacam-macam medikasi, serta perawatan oleh multidisiplin dan multispesialis. Kondisi tersebut merupakan tantangan untuk dapat mengembangkan kultur safety di ICU. Kultur safety di ICU merupakan suatu kultur yang penting dikembangkan untuk memberikan kewaspadaan kepada setiap petugas di ICU mengenai tingginya potensi medical error di ICU yang dapat memberikan dampak yang berat kepada pasien. Diperlukan strategi yang sistematis dan pendekatan multifaktorial untuk dapat meningkatkan patient safety dan mengurangi medical error di ICU. Meningkatkan kultur safety, memastikan komitmen terhadap regulasi nasional patient safety, investasi pada infrastruktur yang aman, mengoptimalkan peran unit dalam identifikasi potensi medical error dan standarisasi pelayanan sesuai dengan evidence base terkini merupakan faktor-faktor dasar yang diperlukan untuk mendukung pelayanan pasien yang aman dan berkualitas di ICU. Penting untuk dalam tahapan berikutnya untuk melakukan manajemen dan mengukur proses maupun outcome dalam pelayanan, dan memastikan bahwa pasien mendapatkan terapi secara optimal sesuai dengan evidence base practice. Usaha-usaha tersebut di atas untuk dapat berhasil tentunya memerlukan organisasi, leadership, kerjasama multidisiplin dan multispesialis, serta individu ujung pelayanan yang komitmen dan konsisten terhadap pengembangan kultur safety di ICU.","PeriodicalId":513365,"journal":{"name":"Jurnal Komplikasi Anestesi","volume":"31 14","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141226820","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Antonius Catur Sulistiyantoro, Untung Widodo, Akhmad Yun Jufan
{"title":"Hubungan Antara Mikroalbuminuria dan Skor SOFA pada Pasien Sepsis yang Dirawat di ICU RSUP Dr Sardjito","authors":"Antonius Catur Sulistiyantoro, Untung Widodo, Akhmad Yun Jufan","doi":"10.22146/jka.v7i1.7382","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jka.v7i1.7382","url":null,"abstract":"Latar belakang: Sepsis menyebabkan keluarnya mediator inflamasi ke dalam sirkulasi. Akibat adanya mediator inflamasi dan stres oksidatif terjadi peningkatan permeabilitas kapiler termasuk glomerulus renalis. Manifestasi pada glomerulus akibat disfungsi endotelium adalah meningkatnnya ekskresi albumin dalam urin. Mikroalbuminuria menggambarkan peningkatan permeabilitas mikrosirkulasi. Mikroalbuminuria didefinisikan ekskresi albumin pada urin 30-300 mg/24 jam, terjadi secara cepat setelah inflamasi danberhubungan dengan tingkat keparahan pada sepsis. Skor SOFA merupakan salah satu parameter untuk menilai tingkat keparahan disfungsi organ.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara mikroalbuminuria dan skor SOFA sepsis yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito.Metode: Penelitian ini merupakan studi korelasi observasional. Penelitian akan dilakukan di ICU RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis sepsis yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito yang berumur lebih dari 18 tahun, kriteria eksklusi: pasien diabetes mellitus, anuria, gagal ginjal kronis (CKD), hamil, trauma urologi, sindrom nefrotik, infeksi saluran kencing. Kriteria drop out: subyek ingin berhenti dari penelitian ketika penelitian berlangsung, subyek meninggal kurang dari 48 jam sehingga data tidak lengkap. Urin dikumpulkan pada 24 jam pertama (H-0), 48 jam pertama (H-1), dan 72 jam pertama (H-3). Mikroalbuminuria diperiksa di laboratorium. Skor SOFA diperiksa dan dilakukan studi korelasi untuk mengetahui hubungan dengan mikroalbuminuria.Hasil: Jumlah subyek yang memenuhi kriteria inklusi 35 sampel, 20 subyek dieksklusi, 1 sampel drop out. Pada penelitian ini didapatkan subyek 57,1% laki laki dan 42,9% perempuan, rata-rata skor SOFA 9,4 ±3,4, rata-rata mikroalbuminuria 132 ± 75,2 mg/l. Subyek dengan syok sepsis 42,9% dan semua subyek memerlukan ventilator. Mortalitas 50%, infeksi terutama dari sistem respirasi (42,9%), dan bakteri utama Acinebacter baumanii. Rata-rata skor SOFA subyek yang hidup 6,43 ± 2,80 dan yang meninggal 10,34 ± 3,00, mikroalbuminuria subyek yang hidup rata-rata 82,10 ± 70,73 mg/l dan subyek meninggal 167,71 ± 46,81 mg/l. Terdapat korelasi antara mikroalbuminuria dan skor SOFA dengan kekuatan r: 0,627 dan p: 0,016. Skor SOFA >7 memiliki risiko kematian 16 kali dan mikroalbuminuria >156,35 memiliki risiko kematian 36 kali.Kesimpulan : Terdapat hubungan antara mikroalbuminuria dan skor SOFA pada pasien sepsis yang dirawat di ICU RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.","PeriodicalId":513365,"journal":{"name":"Jurnal Komplikasi Anestesi","volume":"41 s193","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141225483","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}