Oky Sensa Ritzky Cinicy, Jaka Windarta, Singgih Saptadi
{"title":"Economic Feasibility Study of Rooftop Solar Power Plant 32 kWp in PT KPJB Office Building, PLTU Tanjung Jati B, Kabupaten Jepara","authors":"Oky Sensa Ritzky Cinicy, Jaka Windarta, Singgih Saptadi","doi":"10.14710/jebt.2023.17574","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jebt.2023.17574","url":null,"abstract":"Strategic initiatives in an effort to increase the role of New and Renewable Energy in the energy mix as a supply of power plants, one of which is the development of Solar Power Plants (PLTS) for own use at PLN's existing Power Plants. In 2021, the percentage of self-use power at PLTU Tanjung Jati B reaches 5.25% or the equivalent of 543 GWh, where PT. KPJB office building is one of the loads that receives self-use from the PLTU grid. Rooftop Solar Power Plant (PLTS) has been implemented on to replace the role of supplying electrical energy from the PLTU to several equipment to support the company's operations. After conducting an economic feasibility study with 3 calculation methods, namely Net Present Value (IDR. 210,436,003.12), Benefit Cost Ratio (1.17), and Payback Period (16.90), theoretically implementing a 32 kWp PLTS Rooftop can indeed said worthy. But with the three calculation results that can be considered very low with an estimated return on investment reaching almost 17 years.","PeriodicalId":483290,"journal":{"name":"Jurnal Energi Baru dan Terbarukan","volume":"99 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135832233","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Dekarbonisasi Sektor Ketenagalistrikan Sampai 2050 Dalam Kerangka Kebijakan Energi Nasional","authors":"Yudiartono Yudiartono, Windarta Jaka, Adiarso Adiarso","doi":"10.14710/jebt.2023.16966","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jebt.2023.16966","url":null,"abstract":"Dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan akan bertumpu pada pembangkit EBT jenis PLTS, PLTA dan PLTA pumped storage, PLTP, PLTBm serta PLTN. Pada tahun 2025, produksi listrik dari EBT pada skenario transisi energi (TE) maupun nuklir (NK) diperkirakan sebesar 145,35 TWh, lebih tinggi 28% dibanding skenario BAU. Pembangkit EBT yang berkontribusi adalah PLTA dan PLTA pumped storage (62,24 TWh), PLTS (12,26 TWh), PLTP (29,76 TWh) dan EBT lainnya (41,09 TWh). Adapun PLTN akan mulai berkontribusi pada tahun 2035. Pada tahun 2050 diprediksi produksi listrik EBT pada skenario TE dan NK berturut-turut akan mencapai 566,93 TWh dan 722,33 TWh, masing-masing lebih tinggi 77% dan 126% dibanding skenario BAU yang hanya sebesar 319,44 TWh. Khusus untuk PLTN, pada skenario TE, total energi listrik yang akan dihasilkan pada tahun 2050 tersebut adalah sebesar 29,78 TWh. Sedangkan pada skenario NK, kontribusi dari PLTN naik signifikan menjadi 186,15 TWh. Selanjutnya, proyeksi bauran energi primer EBT pada tahun 2025 dan 2050, untuk skenario BAU, pangsanya berturut turut sebesar 18,17% dan 19,48%, jauh lebih rendah dari target KEN. Namun hal yang berbeda terjadi pada skenario TE, dimana kontribusi EBT mencapai 23,09% (2025) dan 31,33% (2050), sesuai dengan target KEN. Pada skenario NK, dimana penerapan PLTN mencapai 25 GW pada tahun 2050, bauran energi primer berbasis EBT naik signifikan menjadi 36,69%, serta emisi GRK turun menjadi 695,28 juta metric ton CO2eq , lebih rendah berturut turut sebesar 7% dan 17% dibanding dengan skenario BAU dan skenario TE.","PeriodicalId":483290,"journal":{"name":"Jurnal Energi Baru dan Terbarukan","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136346078","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Peranan Gasifikasi Batubara Menjadi Dimetil Eter (DME) dalam Bauran Energi Baru dan Kontribusinya pada Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia","authors":"Putri Nur Fadhilla, Sinaga Nazarudin","doi":"10.14710/jebt.2023.17420","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jebt.2023.17420","url":null,"abstract":"Bauran energi primer di Indonesia masih didominasi oleh energi fosil, salah satunya batubara. Indonesia tercatat memiliki sumber daya batubara sebesar 110,07 Milyar Ton dan cadangan sebesar 36,28 Milyar Ton, yang didominasi oleh batubara kalori rendah dan sedang. Sekitar 72% dari produksi batubara dalam negeri dilakukan ekspor. Saat ini Pemerintah tengah mendorong pemanfaatan batubara untuk peningkatan nilai tambah (PNT) melalui gasifikasi batubara menjadi Dimetil Eter (DME). DME memiliki karakteristik yang serupa dengan Liquefied Petroleum Gas (LPG) sebagai bahan bakar untuk memasak rumah tangga. Pemanfaatan batubara melalui gasifikasi batubara menjadi DME diharapkan mampu mengurangi impor LPG yang pada tahun 2021 mencapai 6,33 juta ton (75,84%). Melalui beberapa regulasi dan insentif yang telah disiapkan oleh Pemerintah, gasifikasi batubara diharapkan dapat menekan import LPG hingga 1,9 juta ton pada tahun 2050. Selain terciptanya ketahanan energi nasional, upaya ini juga berkontribusi terhadap peningkatan bauran energi baru sebesar 3% pada tahun 2025 dan 1,9% pada tahun 2050, serta berkontribusi pada penurunan gas rumah kaca hingga 14,03% pada tahun 2025 dan 33,35% pada tahun 2050 pada pembakaran DME sebagai bahan bakar memasak rumah tangga. Untuk mengurangi timbulan emisi CO2, perlu dilakukan beberapa pengembangan dalam produksi DME diantaranya menggunakan biomassa sebagai bahan baku, penangkapan CO2, dan yang baru-baru ini dikembangkan adalah memanfaatkan CO2 yang ditangkap sebagai bahan baku untuk memproduksi DME.","PeriodicalId":483290,"journal":{"name":"Jurnal Energi Baru dan Terbarukan","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134952792","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}