Jurnal KoridorPub Date : 2018-07-15DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1363
J.F. Bobby Saragih
{"title":"SENSATOPIA","authors":"J.F. Bobby Saragih","doi":"10.32734/koridor.v9i2.1363","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1363","url":null,"abstract":"Kala pendekatan fisik tidak mampu memahami karya arsitektur secara tuntas maka pendekatan metafisik dapat digunakan (Hardjoko, 2011). Dan perkembangan pengetahuan arsitektur pun akan terjadi bila ide dan gagasan yang melatarbelakangi kehadiran objek tidak dibatasi (Yatmo, 2014). Dalam kehidupan perkotaan, kehadiran anak bermain di jalan adalah sebuah fenomena yang jamak terlihat dan jalan tersebut kadang berubah fungsi dan tidak jarang berfugsi bersamaan, sebagai jalur transportasi dan sebagai spasial yang digunakan anak bermain dan akhirnya jalan tidak lagi terdefenisi dengan jelas. Apakah jalan tersebut masih didefinisikan sebagai jalur transportasi atau sebagai spasial bermain? ambiguitas ini menjadi sebuah dilema dalam memahami spasial arsitektur. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif berbasis grounded theory. Sebagian besar data bersifat data primer yang diperoleh dengan metode wawancara terhadap anak usia sekolah dasar serta melalui pengamatan berkala terhadap perilaku bermain anak. Analisis dilakukan dengan pendekatan coding terhadap setiap ucapan yang disampaikan anak. Penelitian ini lebih berpihak kepada melihat makna dibalik setiap ucapan dan perilaku bermain anak melalui pendekatan metafisik dengan focus pada spasial. Dari penelitian ini diperoleh pemahaman baru bahwa bagi anak bermain itu lebih bersifat kepada laboring mind, dan dari proses analisa tersebut dapat dipahami bahwa bagi anak spasial bermain adalah spasial yang mampu memberikan kesenangan dan kegembiraan bagi anak oleh sebab itu tak salah bila anak sering terlihat bermain di spasial yang tidak semestinya. Oleh sebab itu bagi anak ternyata jalan atau tempat-tempat lainnya adalah spasial yang berpotensi menimbulkan sensasi yang dapat dicerap oleh indera anak. Dan akhirnya dari sensasi yang dihadirkan oleh jalan tersebut dan menghantarkannya sebagai topos (tempat) yang memberikan sensasi yang melahirkan istilah baru sebagai sensatopia. Jalan bukan lagi didefinisikan sebagai jalur transportasi dan bukan juga sebagai spasial bermain. Jalan adalah Sensatopia yang kehadirannya berwujud Spasial Berbasis Stimulus Sensasionalistic.","PeriodicalId":447776,"journal":{"name":"Jurnal Koridor","volume":"362 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113956238","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal KoridorPub Date : 2018-07-15DOI: 10.32734/KORIDOR.V9I2.1370
Made Algo Ellais Firlando, Wiyatiningsih
{"title":"MEMPERTAHANKAN IDENTITAS LOKAL MELALUI PENGELOLAAN LORONG-LORONG DI KAMPUNG ALUN-ALUN KOTAGEDE","authors":"Made Algo Ellais Firlando, Wiyatiningsih","doi":"10.32734/KORIDOR.V9I2.1370","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/KORIDOR.V9I2.1370","url":null,"abstract":"Kampung Alun-Alun sebagai bagian sejarah dari Kotagede telah berkembang dengan pesat. Kampung ini terletak di sisi selatan dari Pasar Legi yang menjadi pusat kehidupan Kotagede.Secara fisik, Kampung Alun-Alun dibentuk oleh dinding-dinding dan gerbang kecil yang mempertemukan dengan gang-gang sempit dan sunyi penghubung antar kampung. Di Kampung Alun-Alun terdapat deretan rumah-rumah tradisional Jawa yang berada di antara dua pintu gerbang dan dikenal sebagai wilayah Between Two Gates. Bentuk dan tata ruang dari rumah-rumah tradisional Jawa yang terdapat di wilayah ini tetap dipertahankan keasliannya dan menjadi museum hidup. Berbeda dengan rumah-rumah di wilayah Between Two Gates, bangunan-bangunan di sekitar Between Two Gates tidak lagi memiliki karakter arsitektur tradisional Jawa. Namun demikian, lorong-lorong sempit di antara rumah-rumah yang berada di Kampung Alun-Alun memiliki fungsi sosial yang tinggi. Sistem kekerabatan yang kuat tercermin melalui ruang-ruang interaksi di sepanjang lorong-lorong kampung. Ruang-ruang interaksi sosial di sepanjang lorong kampung membentuk pola-pola ruang yang unik. Keunikan tersebut membentuk karakter arsitektur sebagai identitas Kampung Alun-Alun. Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi elemen arsitektur spasial dan visual yang membentuk identitas Kampung Alun-Alun Kotagede dan pengelolaannya untuk keberlanjutan kampung pada masa mendatang.Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif yang dilakukan di Kampung Alun-Alun Kotagede. Data yang diperlukan untuk mengidentifikasi karakter kampung terdiri dari fasad bangunan, bentuk lorong, dan ruang-ruang interaksi sosial bagi warga Kampung Alun-Alun. Analisis dan pembahasan dilakukan terhadap data hasil observasi lapangan, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa identitas Kampung Alun-Alun Kotagede dibentuk oleh karakter spasial yang dibentuk oleh interaksi sosial sehari-hari dari warga kampung dan visual dari bangunan yang berderet di sepanjang lorong-lorong di kampung. Pengelolaan ruang dan citra bangunan yang sesuai dengan konteks setempat menjadi salah satu upaya untuk mempertahankan eksistensi Kampung Alun-Alun di era modern. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi warga Kampung Alun-Alun untuk berpartisipasi dalam mempertahankan identitas kampungnya. Hasil penelitian juga bermanfaatn bagi pemerintah, yaitu sebagai acuan untuk pengembangan kawasan bersejarah Kotagede, khususnya Kampung Alun-Alun. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa, Kampung Alun-Alun yang mulai kehilangan identitasnya dapat dihidupkan kembali melalui pemanfaatan potensi-potensi lokal, yang berupa fasad bangunan bersejarah, bentuk lorong, dan ruang-ruang komunal di sepanjang lorong kampung.","PeriodicalId":447776,"journal":{"name":"Jurnal Koridor","volume":"622 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122947308","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal KoridorPub Date : 2018-07-15DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1360
Aulia Azmi, Imam Faisal Pane
{"title":"PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGKABAU PADA BANGUNAN PERKANTORAN BUKITTINGGI","authors":"Aulia Azmi, Imam Faisal Pane","doi":"10.32734/koridor.v9i2.1360","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1360","url":null,"abstract":"Rumah gadang merupakan salah satu ekspresi Arsitektur tradisional Minangkabau yang mampu mencerminkan kebijakan.penggunaan bahasa arsitektural masyarakat etnis tersebut. Rumah gadang menjadi simbol kebesaran dari sebuah kaum, karena selain sebagai rumah tinggal rumah gadang juga menjadi tempat berkumpulnya seluruh keluarga seperti rapat keluarga, upacara adat, dan lain-lain.Seiring berkembangnya waktu dan kemajuan zaman, nilai dari arsitektur vernakular Minangkabau mulai ditinggalkan oleh warganya. Dampaknya bentuk keaslian rumah gadang semakin memudar dan tidak dikenali lagi. Namun, di samping itu banyak juga pihak yang tetap mempertahankan nilai rumah gadang dengan menerapkan beberapa aspek keaslian dari rumah gadang itu sendiri ke bangunan modern. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur tradisional minangkabau, dan untuk mengetahui apa saja bentuk penerapan arsitektur tradisional minangkabau pada gedung perkantoran Bukittinggi dari segi bentuk fisik. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melihat berbagai sumber penelitian arsitektur tradisional minangkabau melalui observasi dan melihat berbagai sumber pustaka. Penelitian ini menunjukan bahwa terjadi penerapan bentuk-bentuk arsitektur tradisional minangkabau pada gedung kantor Bersama DPKAD, Bapedda, Kesbangpolinmas, dan BAZ di Bukittinggi seperti atap bergonjong dan bentuk bangunan persegi simetris yang memanjang.","PeriodicalId":447776,"journal":{"name":"Jurnal Koridor","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126771175","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal KoridorPub Date : 2018-07-15DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1356
Almira Raissa, Beny O.Y Marpaung
{"title":"KARAKTER FASAD SUATU KELOMPOK BANGUNAN RUKO CINA MELAYU PADA KORIDOR JALAN JAMIN GINTING PANCUR BATU","authors":"Almira Raissa, Beny O.Y Marpaung","doi":"10.32734/koridor.v9i2.1356","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1356","url":null,"abstract":"Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu daerah yang memiliki peranan penting dalam perkembangan perusahaan tembakau Belanda di Deli. Kegiatan perkebunan tembakau tersebut mengakibatkan kehadiran orang-orang Tionghoa yang bekerja sebagai pekerja kontrak di perusahaan perkebunan Belanda. Kenyataan inilah yang menjadi awal warga keturunan Tionghoa mewarnai kehidupan di Pancur Batu hingga hari ini khususnya pada kawasan pasar. Warga Tionghoa yang berdiam pada area kedai panjang atau deretan ruko pada koridor Jalan Jamin Ginting Pancur Batu memilih pekerjaan sebagai pedagang. Kenyataannya pengaruh budaya Tionghoa dapat ditemukan pada kelompok bangunan ruko di kawasan pasar Pancur Batu dan menjadi daya tarik bagi kawasan tersebut. Seiring berjalannya waktu, pengalihan pemilik bangunan menyebabkan ruko-ruko tersebut tidak terawat lagi dan menghilangnya aksen Tionghoa pada setiap elemen bangunan. Identifikasi karakter fasad kelompok bangunan ruko ini bertujuan untuk mengembalikan citra kawasan pasar sebagai pusat perdagangan yang dibentuk oleh warga Tionghoa. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Adapun penelitian ini akan menghasilkan pedoman dalam hal melestarikan kelompok bangunan ruko aksen Tionghoa pada koridor Jalan Jamin Ginting Pancur Batu. Dengan menerapkan pedoman pelestarian bangunan ruko aksen Tionghoa tersebut diharapkan dapat mengembalikan citra kawasan pasar pada koridor Jalan Jamin Ginting Pancur Batu.","PeriodicalId":447776,"journal":{"name":"Jurnal Koridor","volume":"7 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131251248","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal KoridorPub Date : 2018-07-15DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1374
Sintia Dewi Wulanningrum
{"title":"KAJIAN POLA TATANAN KEHIDUPAN DI KABUYUTAN TRUSMI, CIREBON","authors":"Sintia Dewi Wulanningrum","doi":"10.32734/koridor.v9i2.1374","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1374","url":null,"abstract":"Seiring berkembangnya peradaban manusia yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, pola kehidupan manusia mengalir mengikuti zamannya. Akan tetapi perkembangan ini, tidak mempengaruhi pola kehidupan di Kabuyutan Trusmi, yang tetap mempertahankan ajaran leluhurnya. Pola kehidupan dan aktivitas Kabuyutan Trusmi merupakan perwujudan dari kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. Kearifan lokal ini dapat dilihat seperti pada bentuk bangunan yang ramah lingkungan, pola kehidupan sehari-hari yang menghargai alam dan penggunaan peralatan rumah tangga yang masih orisinil. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola tatanan kehidupan Kabuyutan Trusmi yang mencerminkan kearifan lokal daerah setempat. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif mengenai tatanan kehidupan Kabuyutan Trusmi. Hasil temuan penelitian adalah pola tatanan kehidupan Kabuyutan Trusmi yang masih menjaga tradisi nenek moyang, seperti bentuk bangunan yang masih tradisional, penggunaan material ramah lingkungan, pola kehidupan yang menjaga tradisi, dan penggunaan alat-alat memasak yang masih tradisional.","PeriodicalId":447776,"journal":{"name":"Jurnal Koridor","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130037670","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal KoridorPub Date : 2018-07-15DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1368
Iwan Muraman Ibnu
{"title":"KAJIAN GEOMETRI HUNIAN MASA LAMPAU","authors":"Iwan Muraman Ibnu","doi":"10.32734/koridor.v9i2.1368","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1368","url":null,"abstract":"Hunian masa lampau adalah salah satu produk budaya bangsa Indonesia, Lamban Pesagi merupakan hunian masa lampau yang terletak di Pekon Kenali Kabupaten Lampung. Kajian geometri yang akan dilakukan dengan memakai teori dari Francis D.K. Ching, dengan melakukan analisa olah bangun dasar, proporsi dimensi bangun dan elemen pembentuk wajah (artikulasi) bangun. Hasil kajian menunjukan Lamban Pesagi terdiri dari 3 (tiga) lapis bangun dengan bangun dasar yang dipakai adalah silinder, kubus dan piramid dan teknik olah bangun perubahan dimensi, pengurangan dan penambahan. Proporsi dimensi vertikal dan horisontal di Lamban Pesagi untuk setiap lapisnya berkisar antara 1:2 sampai 1:6, hal ini menunjukan proporsi bangun dari Lamban Pesagi adalah bangun horisontal. Elemen artikulasi sebagai pembentuk wajah menunjukan dominasi elemen vertikal di lapis bawah dan tengah hal ini menjadi penyeimbang dari proporsi bangun yang horisontal. Hasil kajian ini akan disandingkan dengan kajian geometri dari Rumah Potong Ulu di Desa Minangga OKU Timur, Rumah Baghi di Desa Pulau Panggung Muara Enim , Rumah Pasemah di desa Plang Kenidai Pagar alam, Rumah Lamban Bhajak di Pekon Hujung dan Rumah Bathin di Desa Gedung Batin Way Kanan, guna mendapatkan tipologi geometri hunian masa lampau di dataran tinggi Bukit Barisan sisi barat Sumatera.","PeriodicalId":447776,"journal":{"name":"Jurnal Koridor","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114613024","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal KoridorPub Date : 2018-07-15DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1371
Mahatmanto
{"title":"PERKEMBANGAN WACANA IDENTITAS ARSITEKTUR DALAM JURNAL-JURNAL ARSITEKTUR DI AWAL ABAD XX DI HINDIA BELANDA","authors":"Mahatmanto","doi":"10.32734/koridor.v9i2.1371","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1371","url":null,"abstract":"The transition of the 19th century to the 20th century known as the flowering period of the printed mass media in the West and the colonies. Similarly, in the Dutch East Indies, in the turn of the century, many publications are created, written and read by the architects who come to enjoy this print technology development in order to always be able to follow the progress in the Netherlands. At the turn of the century it was known four publications that circulated among architects in the Indies. Ideologies and interests with each of them carrying, mixing, and developed the ideas of architecture are increasingly different from the original. This process is in line with the development of the ideas of nationalism in a society that demands the assertion of identity in the form of nation-state nation Indonesia. This study surveyed the development of the contents of the four publications related to architecture in the Dutch East Indies, which is the method of Discourse Analysis, found patterns of discourse that lies behind the development of architectural identity discourse in the aftermath of Indonesia's independence.","PeriodicalId":447776,"journal":{"name":"Jurnal Koridor","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128708757","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal KoridorPub Date : 2018-07-15DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1366
Feby Hendola
{"title":"NILAI MASJID JAMI KALI PASIR SEBAGAI SEBUAH BANGUNAN CAGAR BUDAYA: PENGAMATAN SEORANG PEJALAN KAKI","authors":"Feby Hendola","doi":"10.32734/koridor.v9i2.1366","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1366","url":null,"abstract":"Masjid Jami Kali Pasir (MJKP) is believed as the oldest mosque in Tangerang. It is located at Pasar Lama-Kali Pasir heritage site, near old Chinese settlements. In 2011 MJKP was legitimated as an architectural heritage by government of Tangerang City regardless its unnoticeable appearance and its lack of accurate historic and architecture documentary. Nevertheless the board of MJKP’s welfare mosque has tried to conserve its original parts. These facts show that MJKP has significant meaning despite its status, as an architectural heritage, is questionable. Based on this background, this writing is an attempt to know what value that MJKP contains apart from its valid historical data by experiencing its architecture and spatial conditions around it from a pedestrian’s viewpoint. Pictures of walking sequence to MJKP and interview with visitors and local people about their perception on Pasar Lama-Kali Pasir heritage site and the mosque were used to study the value. After analyzing the data with Kevin Lynch’s theory about ‘sense’ dimension, the study revealed that MJKP’s spiritual value could maintain its existence even though its physical appearance was not significant. In conclusion, the spiritual value might be essential in architectural conservation to know why an architectural heritage that has lack of historic documentary and unnoticeable appearance, such as MJKP, needs to be preserved.","PeriodicalId":447776,"journal":{"name":"Jurnal Koridor","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133535245","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}