JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)最新文献

筛选
英文 中文
Keamanan Penggunaan Propofol Auto-Coinduction Dibandingkan Dengan Midazolam Coinduction Berdasarkan Perubahan Hemodinamik Pada Induksi Anestesi Pasien Yang Dilakukan General Anestesi 异丙酚的使用安全性与咪达唑仑联合是基于一般麻醉病人诱导的血液动力学变化
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2019-03-01 DOI: 10.14710/JAI.V11I1.22039
I. N. Yesua, Puger Rahardjo, Pesta Parulian Maurid Edwar
{"title":"Keamanan Penggunaan Propofol Auto-Coinduction Dibandingkan Dengan Midazolam Coinduction Berdasarkan Perubahan Hemodinamik Pada Induksi Anestesi Pasien Yang Dilakukan General Anestesi","authors":"I. N. Yesua, Puger Rahardjo, Pesta Parulian Maurid Edwar","doi":"10.14710/JAI.V11I1.22039","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V11I1.22039","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Pemilihan obat anestesi untuk induksi bagi seorang ahli anestesi merupakan hal yang krusial dan didasarkan atas efek farmakodinamik terhadap sistem kardiovaskular.Tujuan: Menganalisa apakah penggunaan propofol auto-coinduction (pre-dosing propofol) dapat digunakan sebagai alternatif midazolam sebagai obat coinduction, dilihat dari segi keamanan pasien (perubahan hemodinamik yang terjadi) dan biaya yang dikeluarkan.Metode: Penelitian eksperimental dengan desain pre-posttest single blind group ini melibatkan 52 pasien yang menjalani operasi elektif dengan anestesi umum di Kamar Operasi Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan September-Oktober 2018. Dua kelompok pasien masing-masing mendapatkan midazolam 0,03 mg/KgBB (kelompok M, n=26) dan propofol 0,4 mg/KgBB (kelompok P, n=26) 2 menit sebelum induksi dengan propofol titrasi sampai hilang kontak verbal. Dosis propofol yang digunakan, tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan induksi serta biaya induksi dicatat.Hasil: Rerata Arterial Pressure (MAP) pra-induksi pada kelompok M adalah 96,35 ±11,366 mmHg dan pada kelompok P 90,54 ±7.732 mmHg, sedangkan MAP pascainduksi pada kelompok M sebesar 79.96 ±9.21mmHG dan pada kelompok P adalah 73,96 ±5,03mmHg (p=0,037). Total biaya yang digunakan pada kelompok M adalah Rp. 7.890 ±1.448.89 sedangkan pada kelompok P Rp. 7.082 ±1.403.89 (p=0.047).Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada perubahan MAP yang disebabkan oleh penggunaan propofol auto-coinduction bila dibandingkan dengan midazolam coinduction. Tidak terdapat perbedaan signifikan penurunan tekanan darah dan nadi, serta dosis propofol yang digunakan antara kedua kelompok. Biaya induksi pada kelompok auto-coinduction propofol secara signifikan lebih rendah.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132947701","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Kejadian Drop Foot Setelah Anestesi Spinal 足部瘫痪后脊椎麻醉
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2019-03-01 DOI: 10.14710/JAI.V11I1.23859
Satrio Adi Wicaksono, Bhimo Priambodo
{"title":"Kejadian Drop Foot Setelah Anestesi Spinal","authors":"Satrio Adi Wicaksono, Bhimo Priambodo","doi":"10.14710/JAI.V11I1.23859","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V11I1.23859","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Komplikasi neurologi setelah prosedur anestesi spinal dapat disebabkan oleh cedera saraf secara langsung, hipotensi yang berat, henti jantung, masalah terkait peralatan, efek yang tidak diinginkan dari obat, pemberian obat yang tidak benar, dan kesalahan lokasi penyuntikan. Namun komplikasi neurologi serius yang disebabkan oleh anestesi regional jarang terjadi. Drop Foot merupakan salah satu komplikasi langsung dari cedera saraf.Kasus: Seorang wanita berusia 44 tahun telah dijadwalkan untuk operasi histerektomi. Pasien mengalami penurunan daya lihat, visus mata kanan 1/300 sedangkan mata kiri adalah 1/~. Melalui teknik aseptik, 25 G jarum spinal disuntikan di interspatium L3-L4. Ruang subarachnoid dicapai setelah beberapa kali suntikan. Setelah itu, bupivakain spinal 0,5% 20 mg diinjeksikan.Satu hari setelah operasi, pasien menyadari bahwa ia tidak mampu menggerakkan kaki kirinya dan kaki kanan normal. Kasus ini dikonsulkan ke bagian neurologi dan rehabilitasi medik dan akupuntur. Tiga minggu pascaoperasi kekuatan motorik skala 1, sensorik hampir kembali normal, sensasi panas di kulit hampir hilang. Setelah 4 minggu, sebagian kekuatan motorik telah pulih, 8 minggu kemudian pulih total.Pembahasan: Jenis dan luasnya cedera saraf dapat bervariasi sesuai dengan orientasi jarum. Ketika bevel sejajar dengan sumbu panjang saraf, jarum lebih mudah untuk melewati serabut saraf. Saat jarum menyilang ke serabut saraf, lukanya lebih besar. Beberapa gangguan sensorik dan kelemahan anggota gerak dapat berlangsung lebih dari satu tahun. Pemeriksaan konduksi saraf berguna untuk melokalisasi dan menilai cedera saraf. Tanda-tanda denervasi pada elektromiogram (EMG) setelah cedera saraf akut membutuhkan 18-21 hari untuk berkembang.Kesimpulan: Dalam kasus ini, komplikasi muncul segera setelah pemulihan dari anestesi spinal dan pasien mengalami pemulihan total setelah 2 bulan. Komplikasi neurologi ini muncul dan diterapi dengan kortikosteroid, obat anti inflamasi, dan akupunktur tanpa adanya efek samping.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115327279","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Analisis Anesthesia Ready Time Dalam Pelayanan Anestesi untuk Pembedahan Darurat di Kamar Operasi IGD RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2018 紧急手术的麻醉时间传道准备麻醉分析。住友医院医生在手术室急诊室县2018年泗水
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2018-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I3.20278
Yudha Adi Prabowo, April Poerwanto Basoeki, Teguh Sylvaranto, Pesta Parulian Maurid Edwar
{"title":"Analisis Anesthesia Ready Time Dalam Pelayanan Anestesi untuk Pembedahan Darurat di Kamar Operasi IGD RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2018","authors":"Yudha Adi Prabowo, April Poerwanto Basoeki, Teguh Sylvaranto, Pesta Parulian Maurid Edwar","doi":"10.14710/JAI.V10I3.20278","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I3.20278","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Pelayanan anestesi untuk operasi darurat bertujuan memberikan kedalaman anestesi secara cepat dan adekuat untuk dilakukan pembedahan. Survei pendahuluan di kamar operasi elektif RSUD Dr. Soetomo pada Oktober hinggaDesember 2017 menunjukkan bahwa pada lebih dari 30% pasien, waktu sejak masuk kamar operasi hingga manipulasi pembedahanmencapai lebih dari 60 menit, sedangkan waktu benchmark internasional adalah kurang dari 45 menit. Tujuan: Untuk menganalisis Anesthesia Ready Time (ART) dalam pelayanan anestesi di kamar operasi darurat IGD RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.Metode: 254 subyek dengan Pasien Status (PS) ASA 1-4 yang menjalani operasi darurat di RSUD Dr. Soetomo selama April 2018 yang terlibat dalam penelitian ini. Waktu dicatat sejak pemasangan monitor, waktu induksi anestesi, waktu pemasangan prosedur invasif, dan deklarasi pasien siap dilakukan manipulasi bedah. Kesulitan dan kendala yang terjadi dari pemasangan monitor hingga deklarasi siap operasi juga dicatat.Hasil: ART di kamar operasi darurat IGD RSUD Dr. Soetomo 24,00 menit untuk PS ASA 1;22,08 menit untuk PS ASA 2;29,03 menit untuk PS ASA 3;25,00 menit untuk PS ASA 4;23,34 menit untuk Sub Arachnoid Block (SAB); 36,67 menit untuk epidural; 21,71 menit untuk pemasangan ABP ; dan 21,25 menit untuk pemasangan Central Venous Catheter (CVC). Faktor yang mempengaruhi lamanya ART adalah menunggu kedatangan operator (42,5%), pemasangan prosedur invasif anestesi (7,3%), dan menunggu kedatangan PPDS anestesi yang lebih senior untuk mendampingi proses induksi anestesi (5,2%).Kesimpulan: ART di kamar operasi darurat IGD RSUD Dr. Soetomo sudah mendekati benchmark internasional.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"94 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129229684","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Penilaian Praoperasi Bedah Jantung 心脏术前评估
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2018-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I3.22428
Donni Indra Kusuma, Heru Dwi Jatmiko
{"title":"Penilaian Praoperasi Bedah Jantung","authors":"Donni Indra Kusuma, Heru Dwi Jatmiko","doi":"10.14710/JAI.V10I3.22428","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I3.22428","url":null,"abstract":"Meskipun perkembangan ilmu kedokteran mengenai patofisiologi penyakit kardiovaskular sudah berkembang, namun penyakit ini tetap menjadi penyebab kematian terbanyak di seluruh dunia. Bedah jantung menawarkan potensi yang cukup menguntungkan bagi sebagian besar pasien. Berbagai macam cara dilakukan untuk mengoptimalkan hasil dari bedah jantung dan menurunkan tingkat mortalitas pascaoperasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penilaian praoperasi pasien sebelum melakukan bedah jantung. Penilaian praoperasi pasien yang akan dilakukan operasi jantung meliputi empat hal utama, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan kardiologi.Penilaian risiko diperlukan oleh dokter anestesi untuk menilai faktor-faktor risiko yang dimiliki pasien dan bagaimana pengaruhnya dengan tingkat mortalitas pasien apabila dilakukan operasi jantung. Sistem penilaian yang sering digunakan antara lain indeks risiko jantung praoperasi dari Detsky, sistem penilaian European System for Cardiac Operative Risk Evaluation (EuroSCORE), dan Cardiac Anaesthesia Risk Evaluation Score (CARE). American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association (AHA) menyusun sebuah algoritme mengenai pendekatan dalam pemeriksaan jantung praoperasi. Algoritme ini membantu dokter dalam memberikan informed consent dan sebagai panduan dalam manajemen perioperatif untuk meminimalkan risiko.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126923913","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Anestesi Spinal Dosis Rendah Untuk Pasien Operasi Sesar dengan Stenosis Mitral Berat 低剂量剖腹产硬丝分裂患者脊髓麻醉
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2018-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I3.20769
Ruddi Hartono, Isngadi Isngadi, Dewi Puspitorini Husodo
{"title":"Anestesi Spinal Dosis Rendah Untuk Pasien Operasi Sesar dengan Stenosis Mitral Berat","authors":"Ruddi Hartono, Isngadi Isngadi, Dewi Puspitorini Husodo","doi":"10.14710/JAI.V10I3.20769","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I3.20769","url":null,"abstract":"Latar belakang: Stenosis mitral banyak ditemukan pada kehamilan, dimana sekitar 25% pasien akan mengalami gejala pada kehamilan pertama. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan volume darah dan nadi. Beberapa literatur menyebutkan bahwa anestesi spinal dikontraindikasikan pada pasien yang akan menjalani operasi dengan kelainan stenosis mitral karena risiko terjadinya hipotensi dan takikardia.Kasus: Perempuan 24 tahun primigravida, usia kehamilan 32-34 minggu dengan stenosis mitral berat, regurgitasi mitral ringan, regurgitasi trikuspid sedang, regurgitasi pulmonal sedang (EF 62%), hipertensi pulmonal sedang (PASP 65 mmHg), gagal jantung stadium C kelas fungsional III menjalani operasi sesar dengan low dose anestesi spinal menggunakan 5 mg bupivacaine heavy 0,5% dan 50 mcg fentanyl volume total 2 ml. Blok spinal dicapai dalam waktu 5 menit. Hemodinamik stabil selama perioperatif. Tidak terjadi gagal jantung akut maupun perburukan hemodinamik pascaoperasi.Pembahasan: Prinsip pembiusan pasien dengan mitral stenosis adalah menghindari takikardia, menjaga kondisi sinus rhytm  dan secara agresif mengatasi atrial fibrilasi baik farmakologis maupun dengan kardioversi terutama pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil, menghindari penurunan SVR yang akan meningkatkan denyut jantung sehingga memperberat kerja jantung, menghindari hipovolemi, kelebihan cairan, dan faktor yang meningkatkan tekanan arteri pulmonal seperti hipoksia dan hiperkarbia maupun nyeri.Kesimpulan: anestesi spinal dosis rendah menggunakan 5 mg bupivakain dan ajuvan fentanyl dapat digunakan pada operasi operasi sesar pada pasien dengan stenosis mitral berat karena awitan yang cepat, level blok yang adekuat, durasi blok hemodinamik yang stabil dan bayi yang lahir dengan kondisi yang baik.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117079312","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Perbandingan Visualisasi Laring dan Glotis pada Maneken Intubasi Sulit menggunakan Video Laryngoscope C-MAC dan VL-Scope
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2018-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I3.20666
Abdul Kadir Munsy, N. M. Rehatta, Maulydia Maulydia, Agustina Salinding, Arie Utariani, Teguh Sylvaranto, Elizeus Hanindito
{"title":"Perbandingan Visualisasi Laring dan Glotis pada Maneken Intubasi Sulit menggunakan Video Laryngoscope C-MAC dan VL-Scope","authors":"Abdul Kadir Munsy, N. M. Rehatta, Maulydia Maulydia, Agustina Salinding, Arie Utariani, Teguh Sylvaranto, Elizeus Hanindito","doi":"10.14710/JAI.V10I3.20666","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I3.20666","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Video laryngoscope C-MAC terbukti sangat membantu dalam tindakan intubasi terutama pada pasien kasus dengan difficult airway. Departemen Anestesiologi dan Reanimasi Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya telah menciptakan video laryngoscope VL-Scope dengan fitur perekam audiovisual dengan harga yang jauh lebih murah.Tujuan: Membandingkan waktu yang dibutuhkan oleh video laryngoscope C-MAC dan VL-Scope pada simulasi maneken imobilisasi cervical spine dengan rigid collar neck.Metode: Penelitian dengan desain eksperimental acak ini melibatkan residen untuk melakukan intubasi dengan 2 video laringoskop yaitu C-MAC dan VL-Scope pada simulasi maneken imobilisasi cervical spine dengan rigid collar neck. Penelitian dilakukan dengan cara mengobservasi perbedaan waktu yang diperlukan untuk melihat plica vocalis, lama intubasi dan penekanan pada gigi menggunakan  laringoskop C-MAC dan video laringoskop VL-ScopeHasil: Video laryngoscope C-MAC mempersingkat waktu rata-rata untuk menilai derajat Cormarck and Lehane (8.57 ± 2,64 ) dan intubasi (17.89 ± 5,92) dibandingkan dengan video laringoskop VL-Scope (12.24±5,83) dan (20,68±5,83) detik. Namun frekuensi kejadian penekanan terhadap gigi saat tindakan laringoskopi adalah sama menggunakan kedua alat tersebut 2/37(5,4%)Kesimpulan: Intubasi menggunakan video laryngoscope C-MAC lebih efektif pada maneken imobilisasi cervical spine dengan rigid collar neck namun angka kejadian penekanan gigi pada tindakan tersebut adalah sama.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"24 5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131662703","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Manajemen Hipertensi Pulmonal Perioperatif pada Bedah Jantung 心脏手术的肺周高血压管理
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2018-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I3.20724
S. Habibah
{"title":"Manajemen Hipertensi Pulmonal Perioperatif pada Bedah Jantung","authors":"S. Habibah","doi":"10.14710/JAI.V10I3.20724","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I3.20724","url":null,"abstract":"Pembedahan pada pasien dengan hipertensi pulmonal merupakan pembedahan dengan kategori risiko tinggi dan merupakan tantangan besar untuk dokter anestesi maupun bedah. Hipertensi pulmonal merupakan salah satu penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas perioperatif. Komplikasi serius yang dapat terjadi diantaranya adalah  gagal jantung kanan, aritmia dan kematian dini pascaoperasi. Pasien dengan hipertensi pulmonal membutuhkan evaluasi dan manajemen penyakit yang komprehensif untuk mengurangi risiko secara optimal dan meningkatkan outcome. Pada tulisan ini dijelaskan mengenai patofisiologi, penilaian praoperasidan penanganan perioperatif pasien PH yang akan menjalani bedah jantung.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"177 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114432508","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Perbedaan Pengaruh Parasetamol dan Parecoxib Terhadap Aktivitas Agregasi Trombosit pada Pasien SIRS atau Sepsis 扑热息痛和Parecoxib对感冒或败血症患者的血小板集活性的不同影响
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2018-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I3.13493
Admaji Wibowo
{"title":"Perbedaan Pengaruh Parasetamol dan Parecoxib Terhadap Aktivitas Agregasi Trombosit pada Pasien SIRS atau Sepsis","authors":"Admaji Wibowo","doi":"10.14710/JAI.V10I3.13493","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I3.13493","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Parasetamol dan parecoxib adalah Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang paling banyak digunakan pada pasien yang dirawat dengan SIRS atau sepsis di ICU sebagai antipiretik dan anti inflamasi. Kedua obat tersebut dapat mempengaruhi agregasi trombosit yang dapat kita nilai melalui tes agregasi trombosit.Tujuan: Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian parasetamol dan parecoxib terhadap aktivitas agregasi trombosit pada pasien SIRS atau sepsis.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan pendekatan uji klinis dengan rancangan penelitian pre dan post. Terdapat 34 subjek penelitian pasien SIRS atau sepsis yang dirawat di ICU dengan umur antara 17 - 65 tahun. Distribusi sampel meliputi 17 subjek dengan pemberian parasetamol dan 17 subjek dengan pemberian parecoxib. Setelah dilakukan pengacakan dilakukan pemeriksaan agregasi trombosit sebelum perlakuan dan 120 menit sesudah perlakuan dengan menggunakan induktor 10 µM ADP.Hasil: Berdasarkan hasil uji beda Mann Whitney pada kelompok tidak berpasangan mendapatkan nilai p=0,310, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal agregasi trombosit antara kelompok parasetamol dan parecoxib sebelum perlakuan dan nilai p=0,013 (p<0,05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok parasetamol dan parecoxib setelah perlakuan. Analisa selanjutnya berdasarkan hasil uji beda Wilcoxon pada kelompok berpasangan mendapat nilai p=0,020 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian parasetamol.Kesimpulan: Penggunaan parasetamol akan berdampak pada penurunan agregasi trombosit secara signifikan secara statistik dibandingkan dengan parecoxib (p=0,013).","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126618673","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Perbandingan Efektivitas Patient-Controlled Analgesia (PCA) Fentanil, PCA Morfin dan Tramadol Intravena Sebagai Analgetik Pasca Operasi Modified Radical Mastectomy (MRM)
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2018-07-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I2.22248
Arie Faishal Madjan, W. Nurcahyo
{"title":"Perbandingan Efektivitas Patient-Controlled Analgesia (PCA) Fentanil, PCA Morfin dan Tramadol Intravena Sebagai Analgetik Pasca Operasi Modified Radical Mastectomy (MRM)","authors":"Arie Faishal Madjan, W. Nurcahyo","doi":"10.14710/JAI.V10I2.22248","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I2.22248","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Operasi Modified Radical Mastectomy menimbulkan nyeri derajat sedang hingga berat pasca operasi. Sebagian pasien yang mendapat kombinasi anagetik tramadol dan ketorolak secara berkala, masih mengeluh nyeri. PCA merupakan metode baru pemberian analgetik. Penggunaan PCA fentanil dan PCA morfin diharapkan dapat lebih efektif dalam mengatasi nyeri pasca operasi MRM.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas, efek samping dan tingkat kepuasan pasien antara penggunaan PCA fentanil, PCA morfin dan tramadol intravena sebagai analgetik pasca operasi MRM.Metode:Dilakukan uji klinis tersamar ganda terhadap 36 pasien rencana operasi MRM yang memenuhi kriteria penelitian. Setelah dilakukan anestesi umum, pasien dibagi dalam 3 kelompok perlakuan pemberian analgetik pasca operasi: (1) kelompok PCA fentanil dengan fentanil loading dose 50 mcg, demand dose 20 mcg, lockout interval 10 menit, limitdose 70 mcg/jam, background infusion 30 mcg/jam; (2) kelompok PCA morfin dengan morfin loading dose 4 mg, demand dose 1 mg, lockout interval 10 menit, limit dose 6 mg/jam, tanpa background infusion; (3)kelompok tramadol yang mendapat tramadol intravena 100 mg/8jam. Dilakukan penilaian berkala skor NRS, RASS, tanda vital, efek samping dan tingkat kepuasan pasien selama 24 jam pasca operasi. Data dianalisa dengan Shapiro-Wilk dilanjutkan Kruskal-Wallis atau One way ANOVA, dianggap bermakna bila p< 0,05.Hasil:Efektivitas terbaik pada PCA fentanil, diikuti PCA morfin lalu tramadol. Skor RASS PCA fentanil dan PCA morfin lebih rendah dari tramadol (p=0,000). Terdapat efek samping mual, muntah dan dizziness yang secara statistik tidak berbeda bermakna. Tingkat kepuasan pasien tertinggi pada kelompok PCA fentanil, sedangkan antara kelompok PCA morfin dan tramadol tidak berbeda bermakna(p=0,009).Simpulan: PCA fentanil dan PCA morfin lebih efektif dibandingkan tramadol. PCA fentanil memberikan tingkat kepuasan pasien yang lebih tinggi dibanding PCA morfin dan tramadol. Terdapat efek samping mual, muntah dan dizziness namun secara statistik tidak berbeda bermakna.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115691355","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Kateter Epidural Terputus Saat Dipasang 硬膜导管在安装时被切断
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Pub Date : 2018-07-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I2.22329
M. Hadiyanto, Doso Sutiyono
{"title":"Kateter Epidural Terputus Saat Dipasang","authors":"M. Hadiyanto, Doso Sutiyono","doi":"10.14710/JAI.V10I2.22329","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I2.22329","url":null,"abstract":"Latar belakang: Anestesia epidural adalah satu bentuk dari anestesia regional dan merupakan salah satu bentuk teknik blok neuroaksial, dimana penggunaannya lebih luas daripada anesthesia spinal. Teknik epidural sangat luas penggunaanya pada anestesia operatif, analgesia untuk kasus obstetri, analgesia post operatif dan untuk nyeri kronis. Morbiditas dan bahkan mortalitas pascaoperasi dapat dikurangi ketika blokade neuraksial digunakan, baik sebagai agen tunggal maupun sebagai kombinasi dengan anestesi umum. Kasus: Seorang wanita usia 45th, ASA II dengan Adenokarsinoma Lambung yang akan menjalani operasi Gastrektomi Parsial. Penilaian preoperasi pasien sudah dalam kondisi yang optimal. Direncanakan akan dilakukan anestesi dengan teknik Epidural, insersi pada ruang intervertebra lumbal 3-4 dengan pemasangan kateter epidural tetapi gagal dipasang dan terputus 1cm saat pencabutan. Kemudian teknik anestesi dikonversi menjadi anestesi umum.Pembahasan: Kerusakan kateter adalah komplikasi yang dapat dikenali pada anestesi epidural, sering dikaitkan dengan trauma pada penusukan jarum epidural atau kekuatan yang berlebihan saat penarikan kateter. Pemeriksaan CT scan lebih sensitif daripada MRI dalam mendeteksi fragmen kateter dalam ruang epidural dan lebih sensitif dengan radiografi polos, terutama untuk fragmen kecil. Pengelolaan post operasi, potongan kateter epidural yang dianggap benda asing umumnya dianggap sebagai tidak aktif dan seharusnya tidak menghasilkan reaksi tubuh.Kesimpulan: Meskipun dikatakan potongan kateter epidural yang dianggap benda asing umumnya tidak menghasilkan reaksi tubuh. Pada kebanyakan kasus, standard penanganan terputusnya segmen kateter epidural, adalah dengan membiarkan dengan pengawasan sampai muncul gejala simptomatik. Namun, ada situasi di mana operasi pengangkatan harus dilakukan. ","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"94 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129198417","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
相关产品
×
本文献相关产品
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信