{"title":"Konsep Memuliakan Tuhan Berdasarkan Lukas 17:11-19 dan Signifikansinya Dalam Kehidupan Abad Modern","authors":"Yonatan Alex Arifianto","doi":"10.54403/rjtpi.v1i3.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i3.27","url":null,"abstract":"In modern times the understanding of the phrase glorifying God has been reduced to only spiritual and church activities or actions. Excavation of the biblical text on the story of Luke 17:11-19 becomes the basis or pattern for compiling its implications for the lives of believers in this modern era. For believers, glorifying God is an attitude of the heart and deepest awareness of the existence of God as the only Supreme Being. The research hopes to provide a correct understanding of the phrase glorifying God according to the story in Luke 17:11-19 so that believers can apply it correctly in their daily lives. The method used is descriptive qualitative research through a literature study approach. The results of the research found that actions and attitudes are the fruit of a state of the soul that glorifies God. Some important points about it are: first, humility is the first step to glorify God. Second, there is an acknowledgment of the authority of the Lord Jesus and giving the highest respect. Third, glorifying God contains a high level of trust and obedience. Fourth, placing God as the only necessity of life. Fifth, glorifying God properly will be marked by the fruits of concrete life that can be felt directly by God and others. Sixth, believers who glorify God will be able to become living models for others. Seventh, being able to let go of the world and all the modern pleasures it offers to focus on living only for God.Pada masa modern ini pemahaman terhadap frasa memuliakan Tuhan mengalami reduksi hanya sebatas pada aktivitas atau tindakan rohani dan bergereja. Penggalian teks Alkitab pada kisah Lukas 17:11-19 menjadi dasar atau pola untuk menyusun implikasinya terhadap kehidupan umat percaya di era modern ini. Bagi umat percaya, memuliakan Tuhan merupakan sikap hati dan kesadaran jiwa terdalam akan keberadaan Tuhan sebagai satu-satunya yang Maha Mulia. Penelitian ini memiliki harapan dapat memberikan pemahaman yang benar terhadap frasa memuliakan Tuhan sesuai kisah dalam Lukas 17:11-19 sehingga umat percaya dapat menerapkannya secara benar dalam keseharian hidup. Metode yang dipergunakan adalah riset kualitatif deskriptif melalui pendekatan studi kepustakaan. Hasil riset menemukan bahwa tindakan dan sikap adalah buah dari keadaan jiwa yang memuliakan Tuhan. Beberapa poin penting tentang hal itu yaitu: pertama, kerendahan hati menjadi langkah awal memuliakan Tuhan. Kedua, adanya pengakuan otoritas Tuhan Yesus dan memberikan penghormatan setinggi-tingginya. Ketiga, memuliakan Tuhan memuat sikap percaya tingkat tinggi dan ketaatan. Keempat, menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya kebutuhan hidup. Kelima, memuliakan Tuhan secara benar akan ditandai dengan buah-buah kehidupan konkrit yang dapat dirasakan langsung oleh Tuhan dan sesama. Keenam, umat percaya yang memuliakan Tuhan akan mampu menjadi model yang hidup bagi sesama. Ketujuh, mampu melepaskan dunia beserta semua kenikmatan modern yang ditawarkan di dalamnya untuk fokus hidup hanya b","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123342337","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Telaah Kekinian Kotbah Topikal dari Perspektif Aliran Pentakosta","authors":"Rexi Tambunan, Sarah Andrianti","doi":"10.54403/rjtpi.v1i3.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i3.23","url":null,"abstract":"This study aims to explain the perspective of the Pentecostal church on topical preaching. Preaching is the delivery of God's message to the congregation through people who have been chosen by God. The research method used in this study is qualitative using a descriptive approach and literature review. Various types of preaching models are used by preachers. One of the most popular types of sermons is topical preaching. Because in the perspective of the Pentecostal church, it is known that there is no prohibition regarding the way someone delivers a sermon. The most important thing is to use the Bible as a basis for preaching. Based on the results of the discussion, the Pentecostal church interprets topical sermons as a way of delivering the content of the Bible that is relevant and contextual to the daily life of the congregation. Without reducing the essence and authority of God's word. Because God does not limit the way humans can preach or convey God's words. The preachers of the Pentecostal church believe that the Holy Spirit will guide the preacher to be able to prepare and deliver a sermon so that it is right on target.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perspektif gereja aliran Pentakosta terhadap khotbah topikal. Khotbah merupakan penyampaian pesan Allah kepada jemaat melalui orang-orang yang telah dipilih oleh Allah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan kajian literatur. Berbagai jenis model kotbah dipakai oleh para pengkotbah. Salah satu jenis kotbah yang banyak disukai adalah kotbah topikal. Karena dalam perspektif gereja beraliran pentakosta diketahui tidak ada larangan terkait cara seseorang dalam menyampaikan khotbah. Yang terpenting adalah harus menggunakan Alkitab sebagai landasan dalam berkhotbah. Berdasarkan hasil pembahasan, gereja aliran Pentakosta memaknai kotbah topikal sebagai salah satu cara penyampaian isi Alkitab yang relevan serta kontekstual dengan kehidupan jemaat sehari-hari.Tanpa mengurangi esensidan otoritas firman Allah.Karena Tuhan tidak membatasi cara manusia dalam berkhotbah atau menyampaikan firman Tuhan.Para pengkotbah gereja Pentakosta percaya bahwa Roh Kudus akan menuntun pengkotbah untuk dapat mempersiapkan dan menyampaikan kotbah sehingga tepat pada sasaran.","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123747340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Tinjauan Eksistensi Roh Kudus dalam Dunia Virtual","authors":"Sarah Priska Toding, Carolina Etnasari Anjaya","doi":"10.54403/rjtpi.v1i3.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i3.21","url":null,"abstract":"This research is structured in order to provide an understanding to believers that the current virtual world has actually moved away from the quality of life that God wants. Even though God has given the Holy Spirit as a true guide for life. The research method uses a qualitative type, through reading and analyzing various relevant literature and basing the theory of understanding on the biblical text. The results show that life in the virtual era does not involve the Holy Spirit in it. This does not mean that the Holy Spirit does not exist and is unable to intervene in circumstances, but this is related to the free will that God gives to believers. The existence of the Holy Spirit needs to be presented to the life of the virtual world as the only guide. In this regard, there are several concrete steps that believers can take in order to be witnesses and glorify God in today's virtual life.Penelitian ini disusun agar dapat memberikan pemahaman kepada umat percaya bahwa kehidupan dunia virtual saat ini sejatinya telah bergerak menjauh dari kualitas kehidupan yang dikehendaki Tuhan. Padahal Tuhan telah memberikan Roh Kudus sebagai penuntun hidup yang benar. Metode riset dengan mempergunakan jenis kualitatif, melalui pembacaan dan analisa terhadap berbagai literatur yang relevan dan melandaskan teori pemahaman pada teks Alkitab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan dalam era virtual tidak melibatkan Roh Kudus di dalamnya. Hal ini bukan berarti Roh Kudus tidak ada dan tidak mampu mengintervensi keadaan, namun ini bertalian dengan kehendak bebas yang Tuhan berikan kepada orang percaya. Eksistensi Roh Kudus perlu dihadirkan pada kehidupan dunia virtual sebagai satu-satunya penuntun. Bertalian dengan hal tersebut terdapat beberapa langkah konkrit yang dapat dilakukan oleh umat percaya agar dapat menjadi saksi dan memuliakan Tuhan dalam berkehidupan virtual masa kini.","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126301687","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Penyebaran Yudaisme di Masa Intertestamental Dari Sudut Pandang Peristiwa Pentakosta Kis 2:9-11","authors":"H.Agus Setiawan","doi":"10.54403/rjtpi.v1i3.26","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i3.26","url":null,"abstract":"Acts 2:9-11 shows a list of the nations who were present at Pentecost. This article examines the relationship between these nations and the spread of Judaism during intertestamental periods. The study was conducted by looking at history with a focus on the pattern of the spread of Judaism from one era to another, and the pattern of geographical distribution. Based on these patterns, the research results of this article conclude two main things: first, the presence of these nations has become part of God's plan to fulfill the Great Commission (Matthew 28:19-20), and the Pentecostal Commission (Acts 1: 8); second, the Jewish education system after the exile of 586 BC was the key to the successful spread of Judaism in the Intertestamental Period.Kisah Para Rasul 2:9-11 memperlihatkan daftar bangsa-bangsa yang hadir dalam peristiwa Pentakosta. Artikel ini meneliti hubungan antara bangsa-bangsa tersebut dengan penyebaran Yudaisme selama masa intertestamental. Penelitian dilakukan dengan melihat sejarah dengan fokus kepada pola penyebaran Yudaisme dari satu era kepada era lain, dan pola penyebaran secara geografis. Berdasarkan pola-pola tersebut, hasil penelitian artikel ini menyimpulkan dua hal utama : pertama, kehadiran bangsa-bangsa tersebut sudah menjadi bagian dari rencana Allah untuk memenuhi Amanat Agung (Mat 28:19-20), dan Amanat Pentakosta (Kisah Para Rasul 1:8); kedua, sistem pendidikan Yahudi setelah masa pembuangan 586 BC adalah kunci keberhasilan penyebaran Yudaisme di Masa Intertestamental.","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128985298","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Lina Betty Lamsihar Simorangkir, Andreas Marhain Sumarno
{"title":"Tinjauan Teologis Konsep Hidup Berkelimpahan dalam Perspektif Teologi Kemakmuran","authors":"Sri Lina Betty Lamsihar Simorangkir, Andreas Marhain Sumarno","doi":"10.54403/rjtpi.v1i2.17","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i2.17","url":null,"abstract":"Abstract: The Bible is the word of God which teaches the truth by understanding it through comprehensive study. In following Jesus, believers must return to the correct understanding of materiality and wealth so as not to be trapped. In this study, it was found that living in abundance in the teachings of prosperity theology does not indicate that God's children must be prosperous and abundant in material things. This study uses qualitative methods with exposition and exegesis approaches. Thus, it can be concluded that the theological review of the concept of abundant life in the perspective of prosperity theology. First, it brings the congregation to understand the nature of Abundant Life in prosperity theology by looking at the background and teachings of Prosperity Theology. Furthermore, understanding in a comprehensive manner that a Bible review of several verses that are used as the basis for Abundant Life as a Prosperity Theology Teaching becomes an apologist who brings a new paradigm. And the last Bible review of abundance in a biblical perspective and educating believers' attitudes about wealth according to the Bible. \u0000 \u0000Abstrak: Alkitab adalah firman Allah yang mengajarkan kebenaran dengan memahaminya melalui mempelajarinya secara konprihensif. Dalam mengikut Yesus, orang percaya harus kembali kepada pemahaman yang benar tentang materi dan kekayaan agar tidak terjebak. Dalam penelitian ini di dapatkan bahwa hidup berkelimpahan dalam ajaran teologi kemakmuran tidak menunjukkan bahwa anak Tuhan harus makmur dan berlimpah dalam materi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksposisi dan eksegesa. Demikian dapat disimpulkan bahwa tinjauan teologis konsep hidup berkelimpahan dalam perspektif teologi kemakmuran. Pertama membawa jemaat dapat mengerti hakikat Hidup berkelimpahan dalam teologi kemakmuran dengan melihat latar belakang berdiri dan Ajaran Teologi Kemakmuran. Selanjutnya memahami secara konfrernhensif bahwa tinjauan Alkitab tentang beberapa ayat yang dipergunakan sebagai dasar untuk Hidup Berkelimpahan Sebagai Ajaran Teologi Kemakmuran menjadi apologet yang membawa paradigma baru. Dan yang terakhir Tinjauan Alkitab tentang kelimpahan dalam perspektif Alkitab dan mengedukasi bagi Sikap orang percaya tentang kekayaan Menurut Alkitab.","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125896786","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Christ Is Our Message","authors":"John Henry King","doi":"10.54403/rjtpi.v1i2.13","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i2.13","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Seperti yang dikatakan oleh Pendeta David Platt, Pendeta Utama di Gereja Alkitab McLean di Washington, D.C., dengan tepat menyatakannya, “Injil adalah sumber kehidupan Kekristenan.” Di sinilah letak motif Kristen;” menyatakan Dewan Misionaris 1928, “sederhana. Kita tidak bisa hidup tanpa Kristus dan kita tidak tahan memikirkan manusia yang hidup tanpa Dia.” \u0000Bagi Dr. Platt tantangannya adalah “bagaimana menghidupi Injil itu dalam kehidupan kita, keluarga, dan gereja di zaman kebingungan seksual, aborsi legal, materialisme yang merajalela, rasisme yang kejam, meningkatnya krisis pengungsi, berkurangnya kebebasan beragama, dan sejumlah masalah sosial penting lainnya.” Dalam karyanya “From Christendom to Apostolic Mission” Uskup Kagan, Uskup Bismarck, North Dakota, melihat perlunya Gereja sekali lagi mengenakan jubah misionaris karena kita tidak lagi hidup dalam budaya kristen. Stanley Hauerwas, seorang teolog, ahli etika Amerika, dalam karyanya, \"The Christian Difference, or Surviving Postmodernism,\" menyebut karya kita \"perjuangan hidup dan mati dengan dunia.\" …menambahkan: “Saya pikir adalah kesalahan serius untuk tidak menganggap serius postmodernisme.” Hauerwas melihat orang-orang percaya sebagai “komunitas di pengasingan.” (Postmodernisme adalah intelektualisme yang melelahkan dunia yang tidak lagi memandang kehidupan dalam kerangka prinsip-prinsip absolut atau universal. Mereka melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa semua pemikiran sama-sama relevan (bahwa tidak ada batasan, tidak ada aturan, tidak ada hierarki, tidak ada realitas objektif). dan semua fakta hanyalah 'konstruksi sosial.') \u0000Seperti yang ditulis Dr. Platt, “Sebagai pengikut Kristus, kita membodohi diri sendiri jika kita tidak menghadapi kenyataan bahwa kepercayaan dan ketaatan kepada Alkitab di zaman anti-Kristen pasti akan membawa risiko dalam keluarga, masa depan, hubungan seseorang. , reputasi, karier, dan kenyamanan di dunia ini.” \u0000Dunia menaruh kepercayaan mereka pada kemajuan evolusioner bukan pada Tuhan. Menurut Kejadian 1 Tuhan adalah Pencipta kita yang pertama. Kreasionisme tidak memiliki kesamaan dengan teori evolusi. Teori evolusi menunjukkan bahwa kita sedang menuju dunia utopis di mana \"survival of the fittest\" adalah proses alami meninggalkan yang terbaik dari yang terbaik, bukan pemeliharaan ilahi yang merencanakan untuk mengakhiri dosa dan korupsi. Pemikiran postmodern dan teori evolusi menentang apa yang dimaksud dengan eskatologi Kristen. \u0000Allah sebagai Pencipta kita menciptakan kita, untuk kemuliaan-Nya. Jika ini tidak benar, Roma 3:23 akan menjadi omong kosong, karena kita tidak dapat mengabaikan hubungan yang menurut postmodernisme materialistis tidak ada. Dosa dan penghakiman Tuhan sekarang diejek oleh doktrin bahwa pengetahuan, kebenaran, dan moralitas hanya ada dalam kaitannya dengan budaya. Susunan Kristen telah digantikan dengan realitas materialistis. \u0000Kami, dalam kebenaran sederhana, misionaris untuk perubahan budaya. Apologet Kristen J","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134287053","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kajian Teologis Konsep Hidup Tekun Menurut Surat Yakobus 1:2-8 dan Aplikasinya Bagi Kehidupan Orang Percaya Pada Masa Kini","authors":"Stefanus Agus Budi Yanto, Paulus Kunto Baskoro","doi":"10.54403/rjtpi.v1i2.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i2.16","url":null,"abstract":"The life of a believer is a process that continues until the end of his life. Because believe in the Lord Jesus, everyone faces a process to live a more beautiful life in Christ. Living like Jesus is the ultimate goal for every believer. But many are faound in the lives of believers, their lives are not optimal in following Jesus. Even though they have been to church for a long time and have even served, many Christians when facing life’s challenges, struggles, problems and suffering, are quicker to grumble and leave the Lord Jesus. This ia a sign of the spiritual immaturity of the believer. Not because believres do not understand, but not serious in following Jesus. In order to obtain accurate and accountable data, in this study the authors used the method of writing is Frist, to provide an understanding to every believer that perseverance is one the characteristics of spiritual maturity; Second, perseverance will make every believer experience a strong spiritual life process; Third, today’s beliavers can be witnesses for everyone who is facing life’s challenges. \u0000 \u0000 \u0000 \u0000Kehidupan orang percaya merupakan proses yang terus berjalan sampai akhir hidupnya. Sebab percaya Tuhan Yesus, setiap orang menghadapi proses untuk hidup makin indah dalam Kristus. Hidup menjadi serupa dengan Yesus adalah tujuan utama bagi setiap orang percaya. Namun banyak ditemukan dalam kehidupan orang percaya, hidupnya tidak maksimal dalam mengikuti Yesus. Meskipun sudah lama ke gereja bahkan sudah melayani, namun banyak orang Kristen ketika menghadapi tantangan hidup, pergumulan, persoalan dan menderita, lebih cepat bersunggut-sungut dan meninggalkan Tuhan Yesus. Ini adalah sebuah tanda ketidakdewasaan rohani orang percaya. Bukan karena orang percaya tidak memahami, namun ketidakseriusan dalam mengikut Yesus. Untuk mendapatkan data-data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penulisan deskriptif literatur. Tujuan penulisan ini adalah Pertama, memberikan pemahaman kepada setiap orang percaya bahwa ketekunan adalah salah satu ciri kedewasaan rohanit; Kedua, ketekunan akan membuat setiap orang percaya mengalami proses hidup rohani yang kuat; Ketiga, orang percaya masa kini bisa menjadi saksi bagi setiap orang yang sedang menghadapi tantangan hidup.","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130049333","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Pentecostal Mind","authors":"J. P. Lathrop","doi":"10.54403/rjtpi.v1i2.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i2.19","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Apa yang menyebabkan orang-orang Pentakosta melakukan hal-hal yang mereka lakukan? Apa yang memotivasi mereka? Mengapa mereka melayani dengan cara yang mereka lakukan? Ini semua adalah pertanyaan bagus yang pantas mendapatkan jawaban. Untungnya, Alkitab memberi kita beberapa wawasan tentang hal-hal ini. Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi praktik Pentakosta adalah pola pikir Pentakosta. Artikel ini akan berfokus terutama pada satu bagian Alkitab yang akan membantu pembaca dalam memahami pikiran Pentakosta. Kita akan melihat pengalaman orang Kristen abad pertama di kota Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 4:23-31. \u0000 \u0000Abstract \u0000What causes Pentecostals to do the things they do? What motivates them? Why do they minister in the ways that they do? These are all good questions that deserve answers. Fortunately, the Bible supplies us with some insight into these matters. One of the key factors that impacts Pentecostal practice is the Pentecostal mindset. This article will focus primarily on one biblical passage that will help the reader in understanding the Pentecostal mind. We will be looking at the experience of the first-century Christians in the city of Jerusalem in Acts 4:23-31.","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115705827","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yakub Hendrawan Perangin Angin, Tri Astuti Yeniretnowati
{"title":"Book Review: Untuk Apa Aku Ada di Dunia ini? (The Purpose Driven Live - Rick Warren)","authors":"Yakub Hendrawan Perangin Angin, Tri Astuti Yeniretnowati","doi":"10.54403/rjtpi.v1i2.14","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i2.14","url":null,"abstract":"Dr. Rick Warren adalah Gembala pendiri Gereja Saddleback di California dengan anggota jemaat 30.000 dan pengajar di berbagai kampus seperti Oxford, Cambridge, Harvard, University of Judaism. \u0000Buku ini sudah terjual lebih dari 32 juta dan merupakan Bestselling Author disematkan oleh #1 New York Times. Di Indonesia diterbitkan oleh Immanuel, Jakarta di tahun 2021 dengan cetakan 15, jumlah halaman 419. Dengan lisensi lebih dari 85 bahasa, The Purpose Driven Life memandu pembaca untuk menjalani perjalanan rohani selama 42 hari yang akan mengantar pada tiga isu yang terpenting dalam kehidupan seorang Kristen, yaitu: Pertama, Mengapa aku hidup?. Kedua, Apakah hidupku penting?. Ketiga, Untuk apa aku ada di dunia ini?. Buku ini sangat relevan bagi orang yang terus mencari jawaban untuk apa tujuan hidup selama menumpang di bumi ini, terlebih pada siatuasi kondisi masa pandemic Covid-19 ini, bagi orang yang merindukan jawaban arti makna hidupnya setelah membaca buku ini paling tidak akan mendapatkan lima manfaat, yaitu: Pertama, Akan mendapatkan penjelasan arti dari hidup. Kedua, Akan mendapat tuntunan bahwa hidup ini sederhana. Ketiga, Akan membuat hidup menjadi fokus yang benar. Keempat, Akan membuat hidup dijalani dengan semakin termotivasi. Kelima, Akan membantu orang percaya untuk memasuki kekekalan yaitu kehidupan yang finishing well. \u0000 \u0000Dr. Rick Warren is the founding Pastor of Saddleback Church in California with a congregation of 30,000 members and teaches at various campuses such as Oxford, Cambridge, Harvard, University of Judaism. \u0000The book has sold over 32 million copies and is the #1 New York Times Bestselling Author. In Indonesia, published by Immanuel, Jakarta in 2021 with concrete 15, the number of pages 419. With licenses of more than 85 languages, The Purpose Driven Life guides readers to undergo a spiritual journey for 42 days that will lead to the three most important issues in the life of a Christian, namely: First, Why am I alive?. Second, is it important?. Third, why am I in this world? This book is very relevant for people who continue to look for answers to what is the purpose of living while on this earth, first in the current situation of the Covid-19 pandemic, for people whose answers to the meaning of life after reading this book will at least get five benefits, namely : First, Will get an explanation of the meaning of life. Second, Will get guidance that life is simple. Third, Will make life the right focus. Fourth, Will be a life lived by sales. Fifth, Will help believers to enter eternity i.e. a well-finished life.","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"77 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129307886","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kajian Teologi Misi dalam Roma 10:13-15 terhadap Aktualisasi Misi Kristen","authors":"Yonatan Alex Arifianto","doi":"10.54403/rjtpi.v1i2.15","DOIUrl":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v1i2.15","url":null,"abstract":"Abstract: Evangelism as a means of bringing people together with God through testimony or example must continue to be echoed. However, there are many different paradigms and concepts of evangelism. Moreover, churches and believers are reluctant to do evangelism because they do not consider it their duty and responsibility. Indeed, believers do not escape the actualization of the mandate of the Great Commission of the Lord Jesus in preaching the gospel to humans. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that the study of mission theology in Romans 10:13-15 on the actualization of Christian missions studied through exegesis can be concluded, First, evangelism must be carried out as part of the actualization of the mandate of the Great Commission by giving oneself to preach the news to others so that People who don't know Jesus can hear salvation only in Jesus. Second, the task of the believer is continued as a person who continues to preach by listening and proclaiming the gospel of salvation for humans. The three churches or leaders are obliged to send messengers of evangelists for the sake of saving souls. \u0000 \u0000Abstrak:Penginjilan sebagai sarana mempertemukan manusia dengan Tuhan lewat kesaksian ataupun keteladannan harus terus digaungkan. Namun banyaknya perbedaan paradigma dan konsep pengijilan. Terlebih gereja maupun orang percaya enggan melakukan penginjilan karena bukan mengangap bahwa tugas dan tanggung jawabnya. Sejatinya orang percaya tidak luput dari aktualisasi mandat Amanat Agung Tuhan Yesus dalam melakukan pemberitaan Injil kepada manusia. Mengunakan meotode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature bahwa kajian Teologi misi dalam Roma 10:13-15 terhadap aktualisasi misi Kristen yang dikaji melalui eksegesa dapat disimpulkan, Pertama Penginjilan harus terus dilakukan sebabgai bagian aktualisasi mandat Amanat Agung dengan memberi diri untuk memberitakan kabar bagi sesama sehingga orang yang belum mengenal Yesus dapat mendengar keslematan hanya didalam Yesus. Kedua, Tugas orang percaya dilanjutkan sebagai pribadi yang terus menerus melakukan pemberitaan dengan Memperdengarkan dan memberitakan Injil keselamatan bagi manusia. Ketiga Gereja atau pemimpin wajib mengirimkan utusan Pemberita Injil demi jiwa jiwa diselamatkan.","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131148500","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}