M. Darmawan, Neviaty Putri Zamani, Hari Eko Irianto, Hawis H. Madduppa
{"title":"DIVERSITY AND ABUNDANCE OF GREEN SEAWEED Caulerpa (Chlorophyta) ACROSS INDONESIAN COASTAL WATERS WITH DIFFERENT NUTRIENT LEVELS: Bintan Island, Jepara, and Osi Island","authors":"M. Darmawan, Neviaty Putri Zamani, Hari Eko Irianto, Hawis H. Madduppa","doi":"10.29244/jitkt.v14i2.37745","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i2.37745","url":null,"abstract":"The green seaweed Caulerpa can be found in almost every coastal area of Indonesia, and it is one of the seaweeds with immense potential to be developed in the future. The chemical factors, especially water nutrients (nitrate, nitrite, phosphate, and ammonia), play an essential role in the distribution and diversity of seaweed. This study aimed to identify the abundance, ecological index, and relationship between the water column nutrients concentration and the biodiversity of Caulerpa from three different locations (Bintan Island, Jepara, and Osi Island). There were 12 points of observation at each site. The result showed a correlation between the nutrient levels and the abundance and diversity of Caulerpa in three locations. The nitrate, ammonia, and DIN:P ratio values were significantly different between areas. In contrast, there were insignificant differences in nitrite and phosphate concentrations between sites. The highest nitrate and phosphate concentrations were observed on Osi Island. The nitrite and ammonia values were identical for the condition on Bintan Island. The nitrate value was the main characteristic that distinguished the water nutrient at all sites. The Caulerpa species found in this research were Caulerpa racemosa, Caulerpa lentilifera, Caulerpa serrulata, Caulerpa sertularoides, and Caulerpa cupresoides. The nitrate and phosphate values influenced the growth factor of the green seaweed Caulerpa lentilifera. Caulerpa racemosa and Caulerpa serrulata, on the other hand, grew in response to ammonia levels. Caulerpa cupresoides diversity and abundance were impacted by the nitrite value. The results of the canonical correspondence analysis revealed that nitrate, phosphate, and ammonia were the most important factors influencing Caulerpa distribution in three locations.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89919304","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENAPISAN KAPANG ENDOFIT ASAL Thallasia hemprichii SEBAGAI PENGHASIL ANTIMIKROBA","authors":"Elma Alda syahputri","doi":"10.29244/jitkt.v14i2.39490","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i2.39490","url":null,"abstract":"Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan yang dialami oleh makhluk hidup, disebabkan oleh penggunaan antibiotik jangka panjang. Thallasia hemprichii memiliki kandungan senyawa metabolit yang berpotensi pada bidang farmasi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa lamun memiliki aktivitas senyawa bioaktif alami sebagai antifouling, antibakteri, dan antikapang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jumlah isolat, dan karakteristik morfologi kapang endofit serta mengetahui aktivitas antagonis yang dihasilkannya terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian dimulai bulan April-September 2021 menggunakan perairan Desa Malang Rapat. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif. Terdapat 4 tahap penelitian yaitu pengambilan dan preparasi akar serta daun lamun sebagai inang kapang endofit, isolasi kapang endofit lamun dengan metode isolasi tanam langsung, pengamatan morfologi kapang, dan uji antagonis kapang menggunakan metode uji antagonis oleh kapang terhadap bakteri uji. Hasil penelitian mendapatkan 3 isolat dari sampel akar dan 7 isolat asal daun, dengan isolat yang memiliki hifa septum dimiliki oleh D32.1, D32.2, A37, A35, A21, dan D45. Karakteristik pigmentasi putih dimiliki oleh isolat D32.2, D31, D21, D22, D18, dan A37. Uji antagonis terhadap bakteri E. coli dan S. aureus menunjukkan bahwa isolat D18 memiliki diameter zona hambat yang paling besar yaitu 27,7 mm, dan isolat D32.1 menunjukkan diameter zona hambat yang paling kecil yaitu 13,1 mm terhadap bakteri E. coli. Isolat D22 terhadap bakteri S. aureus memperlihatkan diameter zona hambat sebesar 5,9 mm.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"251 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75916101","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"IDENTIFIKASI POTENSI ARUS RABAK DI PERAIRAN PANTAI SEKUNYIT BENGKULU SELATAN","authors":"Supiyati -","doi":"10.29244/jitkt.v14i2.39016","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i2.39016","url":null,"abstract":"Arus rabak (rip current) merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan pantai, yaitu terseretnya pengunjung ke lepas pantai. Tujuan penelitian ini adalah menentukan karakteristik hidro-oseanografi pembangkit arus rabak, dan identifikasi zona potensi arus rabak di Pantai Sekunyit Bengkulu Selatan. Metode dalam penelitian ini adalah pengukuran secara in situ parameter hidro-oseanografi pembangkit arus rabak dan memetakan zona potensi arus rabak melalui visualisasi foto udara menggunakan drone. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Pantai Sekunyit zona potensi sering terjadinya arus rabak berada di sebelah Tenggara, yaitu pada musim barat maupun musim timur. Zona ini memiliki tipe gelombang pecah yaitu tipe plunging, dengan morfologi pantai curam dengan kemiringan 19°. Ketinggian gelombang dan kecepatan arus yang lebih besar dibandingkan zona lain, yaitu rata-rata ketinggian gelombang 0,38 m dan kecepatan arus 0,88 m/s. Oleh sebab itu diharapkan pengunjung dapat lebih berhati-hati jika berada di zona tenggara Pantai Sekunyit, sehingga dapat mengurangi terjadinya kecelakaan pantai.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73430452","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH PENAMBAHAN TRIPSIN TERHADAP KARAKTERISTIK SURIMI IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)","authors":"Irama Dramawanti Pamungkas, Tati Nurhayati, Bustami Ibrahim, Asadatun Abdullah, Nurjanah","doi":"10.29244/jitkt.v14i2.33622","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i2.33622","url":null,"abstract":"Ikan nila memiliki daging yang berwarna putih sehingga sangat baik digunakan dalam pembuatan surimi. Dari segi tekstur surimi ikan nila memiliki tekstur daging yang agak padat yang menjadikan hasil akhir kamabokonya agak keras. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penambahan enzim pada surimi ikan nila sehingga mendapatkan tekstur kamaboko lebih lembut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik surimi ikan nila merah dengan penambahan enzim tripsin yang diekstrak dari usus ikan. Metode yang digunakan yaitu rancangan percobaan sederhana dengan penambahan enzim tripsin 0%, 1%, 2%, 3% dan 4%. Parameter yang diamati yaitu analisis proksimat, protein larut garam (PLG), pH, derajat putih, particle size analysis (PSA), texture profile analysis (TPA), water holding capacity (WHC) dan analisis sensori. Berdasarkan hasil analisis, penambahan enzim tripsin mampu meningkatkan karakteristik dari surimi ikan nila merah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil parameter yang diukur yaitu pada chewiness, hardness, gummines, uji lipat dan uji gigit yang menunjukkan bahwa tekstur dari surimi ikan nila menjadi lebih baik serta lebih lembut.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85361407","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KLASIFIKASI TIGA GENUS IKAN KARANG MENGGUNAKAN CONVOLUTION NEURAL NETWORK","authors":"I. Ariawan","doi":"10.29244/jitkt.v14i2.33633","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i2.33633","url":null,"abstract":"Ikan karang adalah salah satu organisme penting dalam kajian ekosistem terumbu karang, perlu dilakukan proses identifikasi untuk memahami pola, struktur dan distribusi keanekaragaman ikan karang. Selain itu, ikan karang memiliki jumlah yang sangat banyak dan hampir mirip satu sama lain. Oleh karena itu, untuk mempercepat proses identifikasi ikan dapat dilakukan secara komputerisasi. Salah satu teknik komputerisasi yang dapat dilakukan adalah pengolahan citra digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan citra genus Ikan (Epinephelus spp., Halichoeres spp., dan Lutjanus spp.) ekonomis penting. Data citra diperoleh dari situs https://www.kaggle.com/. Metode klasifikasi citra yang digunakan adalah Convolutional Neural Network (CNN) yang terdiri dari dua tahapan. Tahapan yang pertama adalah melakukan pelatihan dengan metode backpropagation, dan tahapan yang kedua adalah melakukan klasifikasi citra menggunakan feedforward. Hasil dari kombinasi dua metode tersebut diperoleh accuracy sebesar 85,31%. Selain itu, model yang dibangun cukup bagus karena selisih nilai rataan antara precision dan sensitivity tidak terlalu besar, precision sebesar 89,92% dan sensitivity sebesar 86,49%. Hasil analisis dan evaluasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode klasifikasi CNN dapat digunakan dengan baik dalam mengelompokkan citra Ikan berdasarkan genus. \u0000 ","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"30 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73845027","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERFORMA PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AIR PADA PENDEDERAN LOBSTER PASIR Panulirus homarus YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI","authors":"Ega Aditya Prama, Ardana Kurniaji","doi":"10.29244/jitkt.v14i2.37116","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i2.37116","url":null,"abstract":"Ketersediaan benih yang berukuran sama pada budidaya lobster pasir Panulirus homarus menjadi salah satu kendala. Pendederan dengan sistem resirkulasi merupakan teknologi alternatif yang dapat digunakan untuk menyeragamkan ukuran benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa pertumbuhan dan kualitas air pada lobster P. homarus yang dipelihara dengan menggunakan sistem resirkulasi. Penelitian ini dilaksanakan dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan yakni bak kontrol (K) menggunakan sistem flow trough, bak perlakuan (SK) dilengkapi skimmer, bak perlakuan (F) dilengkapi dengan trickle filter, bak perlakuan (SKF) dilengkapi kombinasi skimmer dan trickle filter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian (LPH) dan FCR tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (P>0,05). Bobot tertinggi diperoleh dari kontrol 1,09 g dan panjang tertinggi pada perlakuan SK yakni 3,58±0,09 cm. Suhu relatif stabil pada 25,6-27,1oC, DO 4,6–6,3 mg/L, salinitas 33,4–37,4 ppt, TDS 33,5-36,9 mg/L, pH 7,6-7,9, kadar nitrit (NO2) berkisar antara 0,03–4,1 mg/L. Nilai nitrat (NO3) selama penelitian berkisar antara 0,9–15,5 mg/L. Nilai amonia (NH3) selama penelitian berkisar antara 0,001–0,049 mg/L. Sistem filtrasi (skimmer dan trickle filter) mampu menyediakan kualitas air yang optimal untuk pertumbuhan lobster pasir.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"92 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80361779","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ESTIMASI STOK KARBON MANGROVE REHABILITASI DI PULAU HARAPAN DAN KELAPA, TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA","authors":"Zulhamsyah Imran, Grace Easteria, Gatot Yulianto","doi":"10.29244/jitkt.v14i2.39861","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i2.39861","url":null,"abstract":"Restorasi ekosistem karbon biru, seperti mangrove, semakin banyak digunakan untuk mitigasi perubahan iklim dengan menghilangkan dan menyerap karbon di atmosfer. Rehabilitasi penanaman mangrove yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) sejak tahun 2005 di Kepulauan Seribu merupakan salah satu upaya penurunan emisi secara nasional. Namun, pertumbuhan mangrove dan persebaran mangrove cenderung tidak optimal dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Hal ini tentu berdampak pada jumlah stok karbon yang tersimpan dalam mangrove. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk 1) mengestimasi potensi stok karbon pada mangrove rehabilitasi baik tegakan dan substrat, dan 2) menghitung valuasi ekonomi mangrove sebagai penyimpan karbon. Perhitungan stok karbon mangrove pada tegakan dan bawah permukaan menggunakan metode non destruktif (rumus alometrik), sedangkan perhitungan karbon tanah dilakukan menggunakan perhitungan kadar C-Organik dengan metode Walkley & Black. Cadangan total karbon (aboveground, belowground, dan karbon tanah) pada mangrove Rhizophora stylosa adalah 634,54 tonC/ha dan serapan CO2 2328,75 tCO2/ha dengan nilai ekonomi jasa lingkungan dari mangrove rehabilitasi di Pulau Harapan dan Kelapa mencapai Rp375.202.308 untuk pasar bebas dan Rp980.528.697 untuk pasar wajib (Clean Development Mechanism). Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi awal perumusan kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove sebagai penyimpan karbon agar ekosistem mangrove dapat berkelanjutan.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"54 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86890598","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Septy Heltria, Amir Yarkhasy Yuliardi, Ratu Almira Kismawardhani, I Wayan Nurjaya, Lerma Yuni Siagian, Denny Alberto Satrya Gumay
{"title":"DISTRIBUTION OF SALINITY AND TEMPERATURE IN MUSI ESTUARY: USING VERTICAL SALINITY GRADIENT FOR ESTUARY CLASSIFICATION ZONE","authors":"Septy Heltria, Amir Yarkhasy Yuliardi, Ratu Almira Kismawardhani, I Wayan Nurjaya, Lerma Yuni Siagian, Denny Alberto Satrya Gumay","doi":"10.29244/jitkt.v14i2.40222","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i2.40222","url":null,"abstract":"Musi estuary is the mouth of the Telang and Musi rivers directly adjacent to the Bangka Strait. During flood (ebb) we see the distribution of salinity increases (decreases) which is known through the vertical distribution using CTD. The TS diagram is used to see the water mass characteristics the study area. Data-Interpolating Variational Analysis (DIVA) method is used to interpolate and visualize data from vertical and spatial temperature, salinity and density data. The classification of the Musi estuary zone is identified based on the value of the distribution of salinity, which considers the exchange of circulating salinity at flood and ebb. The density of the water mass is significantly affected by the proven graded salinity. While the temperature distribution does not change significantly with depth, the spatial distribution indicates that the temperature in the estuary is lower than in the upstream and ocean areas. The spatial distribution of salinity indicates that high salinity enters the estuary towards the river further at flood than at ebb. Salinity distribution ranges from 0.5 to 30 psu and temperatures between 29 and 33 oC from horizontal and vertical sections. The pattern of salinity distribution in the Musi river estuary was identified, consisting of three zones representing salinity conditions in the study area, namely the Polyhaline, Mesohaline, and Olygohaline zones.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"240 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76310122","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH PERBEDAAN SUHU DAN LAMA PENGASAPAN TERHADAP KADAR AIR, LEMAK DAN GARAM IKAN NILA (Oreochromis niloticus) ASAP","authors":"Dr. Christina Litaay","doi":"10.29244/jitkt.v14i2.39941","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i2.39941","url":null,"abstract":"Pengasapan ikan merupakan salah satu metode pengolahan guna memperpanjang masa simpan produk. Salah satu cara pengolahan untuk mengatasi terjadinya penurunan mutu ikan nila yaitu melalui proses pengasapan dingin. Pengasapan dingin memiliki daya tahan yang lebih lama dibandingkan ikan yang diasapi dengan pengasapan panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama pengasapan terhadap kualitas ikan nila asap dengan menggunakan metode pengasapan dingin. Interaksi perlakuan suhu dan lama pengasapan pada proses pengasapan memengaruhi karakteristik kadar air, lemak, dan garam ikan nila asap. Ikan nila asap yang dihasilkan dengan kombinasi perlakuan suhu dan lama pengasapan memiliki kadar air sebesar 12,73-20,46%; lemak dengan rata-rata antara 16,48-27,17%; dan garam sebesar 3,30-4,68%. Perlakuan suhu 50-55oC selama 48 jam memberikan nilai kadar air yang lebih rendah sebesar 12,73%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan suhu dan lama pengasapan berpengaruh terhadap kadar air, lemak, dan garam ikan nila asap.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"82 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84227001","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Riska Riska, Ilham Antariksa Tasabaramo, Neviaty P. Zamani, Lalang, Essa Annisa Syadiah
{"title":"AKUMULASI LOGAM BERAT (Pb, Cd, Hg) PADA KARANG Acropora aspera DI PERAIRAN POMALAA SULAWESI TENGGARA","authors":"Riska Riska, Ilham Antariksa Tasabaramo, Neviaty P. Zamani, Lalang, Essa Annisa Syadiah","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.37553","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.37553","url":null,"abstract":"Karang merupakan salah satu organisme yang sensitif terhadap perubahan fisik dan kimia lingkungan laut. Terumbu karang di perairan Pomalaa mulai terancam karena adanya pertambangan Nikel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kualitas perairan terhadap terumbu karang, dan tingkat akumulasi logam berat (Pb, Cd, dan Hg) di perairan dan pada karang (Acropora aspera) di perairan Pomalaa. Sampel diambil pada 4 stasiun dengan parameter yang diukur adalah suhu, oksigen terlarut, pH, salinitas, kecerahan perairan, kecepatan arus, nitrat dan fosfat. Sampel air laut pada setiap stasiun diambil menggunakan botol sampel berukuran 500 ml dan ditambahkan HNO3 sebanyak 5 ml. Sampel karang diambil pada kedalaman 5-10 m sebesar 3-5 cm, kemudian dipreparasi dan dianalisis menggunakan metode Atomic Absorption Spectrometer (AAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam di air dan karang memiliki nilai yang berbeda. Akumulasi logam berat pada sampel air melebihi ambang batas baku mutu air laut untuk biota laut. Akumulasi logam berat pada kerangka karang memiliki konsentrasi yang berbeda untuk setiap jenis logam. Konsentrasi logam Pb yang terakumulasi pada karang berkisar antara 1,20-28,40 mg/kg. Konsentrasi logam Cd berkisar antara 12,06-18,53 mg/kg, sedangkan konsentrasi logam Hg yang terakumulasi berkisar antara 0,03-1,70 mg/kg. Konsentrasi logam yang terakumulasi pada karang lebih besar dari pada di air. Karang memiliki kecenderungan tinggi dalam mengakumulasi logam sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator dalam melihat tingkat pencemaran perairan.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"69 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76542393","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}