{"title":"5 (LIMA) NILAI BUDAYA KERJA KEMENTRIAN AGAMA (Analisis dari Injil Sinoptis)","authors":"Ibelala Gea","doi":"10.37196/KENOSIS.V2I1.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/KENOSIS.V2I1.30","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian tentang konsep teori 5 (lima) nilai budaya kerja Kementerian Agama dan bagaimana analisis aplikasinya menurut Injil Sinoptis. Temuan penelitian menunjuk bahwa Injil Sinoptis (Matius, Markus, dan Lukas) memberitakan bahwa jauh sebelum ada teori nilai budaya kerja (integritas, profesionalitas, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan), Yesus telah mengajarkan dan melakukannya. Injil sinoptis memberitakan bahwa Yesus telah mengajarkan kejujuran baik perkataan dan perbuatan (Matius 5:37; Markus 12:13; Lukas 16:8). Profesionalitas mendapat perhatian dari pengajaran Yesus (Lukas 5:1-11) dimana keahlian sangat didorong untuk dimiliki oleh semua orang, namun harus tetap rendah hati dan mengutamakan kuasa Tuhan dalam segala hal. Inovasi adalah usaha untuk selalu mengalami peningkatan melalui berbagai kreasi dan teknologi, namun kemajuan harus didapat dengan cara-cara yang benar. Demikian inovasi sebaiknya didasarkan pada peraturan dan kehendak Tuhan. Di dalam Inji Sinoptis memberitakan tentang tanggungjawab. Dimana setiap orang diharapkan bertanggungjawab pada setiap perbuatan dan tindakannya, bukan hanya dipertanggungjawabkan kepada manusia, tetapi juga kepada Allah sebagai penerima tanggungjawab akhir (Matius 25:21-28).Sedangkan nilai budaya kerja keteladanan, kitab Injil memberitakan bahwa Yesus mengajarkan supaya setiap orang harus menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan. Lebih jauh Injil Matius 20:28 dan markus 10:45, bahwa Yesus telah membuat pernyataan bahwa Ia datang ke dunia untuk melayani dan bukan dilayani. ","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134158845","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FACEBOOK : A Product Of Popular Culture And The Virtual Interreligious Dynamics","authors":"Nelson Semol Kalay","doi":"10.37196/kenosis.v4i1.51","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/kenosis.v4i1.51","url":null,"abstract":"Popular Culture especially Facebook has become a part our everyday life. Religious communities such as church is also using this media of communication to support its ministerial purposes. In this article, I try to explore about the ideas of Facebook in order to see to what extend this media has already contributed not merely for any particular religion, but also for strengthening interreligious relations. This article begins with a consideration on why we should pay attention on Facebook in our theological discourses, followed by a brief description why it has been said as a form of popular culture. In the next section, I will analyze social, existential or hermeneutical, and transcendent dimensions functions of Facebook setting out from Gordon Lynch’s theory. In the end, I will specifically highlight how Facebook can contribute for interreligious dynamics. This part ends up with three considerations that Facebook has built an online interreligious community, increased public awareness on social and political issues, and bridged the gap in the spatially-segregated community.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128882893","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FALSAFAH HIDUP ORANG FAKFAK SATU TUNGKU TIGA BATU [TOROMIT WAR ISTERY]","authors":"Marthinus Ngabalin","doi":"10.37196/kenosis.v1i1.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/kenosis.v1i1.21","url":null,"abstract":"Satu tungku tiga batu adalah bagian dari sistem kerjasama antar institusi di Kabupaten Fak-fak.Tetapi di dalamnya juga mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang bermuara pada hubungan antar agama, tolong-menolong, saling mempedulikan dalam kesusahan dan kekurangan tanpa menjadikan agama sebagai sumber konflik ataupun alasan untuk tidak saling menolong sehingga basis budaya masyarakat membawa dampak perubahan yang signifikan bagi hubungan antar agama dan kemanusiaan di Fak-fak. Artinya bahwa ikatan budaya masyarakat lebih terbuka memandang satu dengan yang lain sebagai saudara, sementara agama justru sering terjebak dalam membedakan sesama saudaranya sebatas mereka yang seagama. Budaya satu tungku tiga batu menjadi kritik atas cara dan paham beragama yang eksklusif.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130178450","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"CINTA YANG MEMULIHKAN","authors":"W. Tiwery","doi":"10.37196/KENOSIS.V4I1.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/KENOSIS.V4I1.18","url":null,"abstract":"Puisi adalah salah satu karya seni yang memiliki makna mendalam termasuk makna spiritualitas, baik oleh pengarangnya maupun oleh para pembaca. Bahkan bagi para pembaca, puisi memiliki horizon yang luas, ia terbuka atas pemaknaan malampaui maksud si pengarang. Melalui puisi, seseorang dapat mengungkapkan emosinya entah kekaguman, kemarahan, cinta, benci, protes, kritikan, sedih ataupun gembira. Salah satu karya seni dari W.S. Rendra, “Nyanyian Angsa”, adalah kritik jumawa Rendra sekaligus pesan spiritualitas universal kepada semua orang beragama yang memiliki harapan sama bahwa Tuhan adalah Sang Adil yang memberikan cinta-Nya untuk memeluk, merawat, memulihkan dan mengangkat semua umat manusia tanpa memandang latarbelakangnya yang penuh noda dan dosa. Hal ini dipertegas dalam salah satu bait nyanyian angsa ‘ Lelaki itu membungkuk mencium bibirnya. Ia merasa seperti minum air kelapa, belum pernah ia merasa ciuman seperti itu. Maria Zaitun menciumi seluruh tubuh lelaki itu. Tiba-tiba ia berhenti. Ia jumpai bekas-bekas luka di tubuh pahlawannya. Di lambung kiri, di dua tapak tangan, di dua tapak kaki. Ini adalah ungkapan spiritualitas yang paling murni yakni ketulusan cinta Tuhan yang berbeda dengan cinta manusia. Cinta yang telah lebih dahulu merasakan penderitaan manusia, Ia mencintai sampai terluka dan mati untuk memulihkan yang dicintai-Nya.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"117 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115318193","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KRITIK TERHADAP IDEOLOGI IMPERIAL Memaknai Simbol Yerusalem Baru dan Fungsinya dalam Wahyu 21:9-27","authors":"F. Patty","doi":"10.37196/kenosis.v1i1.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/kenosis.v1i1.19","url":null,"abstract":"Apakah Yerusalem Baru merupakan sebuah utopi?Sebuah imaginasi tentang sebuah tempat di mana tak ada lagi isak tangis dan air mata?Lewat tulisan ini, saya hendak memperlihatkan bahwa Yerusalem Baru merupakan konstruksi penulis Kitab Wahyu pada masanya dengan muatan atau kandungan ideologi.Ideologi tersebut dibangun tatkala penulis berhadapan dengan lingkungannya di mana terjadi sebuah krisis yang mengakibatkan penderitaan dalam kehidupan umat.Imperialisme dan kekuasaannya membawa dampak kekerasan, ketidakadilan, kemiskinan dan marginalisasi dalam kehidupan manusia dan ciptaan, mesti dilawan atau ditentang. Dengan menggunakan retorika apokaluptik yang kaya dengan simbol-simbol yang bermakna, penulis Wahyu melakukan sebuah perlawanan dalam upaya mengkritik penggunaan kekuasaan dan pelaku kekuasaan yang manipulatif dan anarkhis.Hal ini bertujuan untuk menciptakan sebuah kehidupan yang damai dan sejahtera, adil, solider dan terbuka bagi kehidupan kemanusiaan dan seluruh ciptaan.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114382029","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MEMAHAMI MAKNA RELASI DAN KEBERADAAN MANUSIA DALAM FILM “HER” Berdasarkan Perspektif Filsafat Fenomenologi Emmanuel Levinas","authors":"Mefibosed Radjah Pono","doi":"10.37196/kenosis.v4i1.50","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/kenosis.v4i1.50","url":null,"abstract":"Film “Her” menceritakan tentang upaya manusia memenuhi kebutuhannya akan relasi dengan menggantikan peran manusia sebagai mitra relasi dengan produk budaya populer. Namun hal itu tidaklah mampu menjawab kebutuhan manusia, malah justru membawa manusia semakin jauh ke dalam keterasingan. Dengan menggunakan filsafat fenomenologi Emanuel Levinas, penulis mencoba menemukan makna keberadaan dan relasi manusia. Manusia sendiri memiliki kecenderungan untuk menjadi egosentris, sehingga bisa menjadikan manusia sebagai individu yang terpisah dan tidak peduli terhadap orang lain. Padahal kehadiran orang lain sebenarnya justru memunculkan tanggung jawab “aku” terhadap diri orang lain. Dengan demikian, manusia terhindar dari sikap egois dan keterasingan dalam relasinya. Kebutuhan manusia untuk berelasi dengan sesama sebenarnya telah dipenuhi sejak Allah menciptakan penolong yang sepadan bagi manusia. Akibat dosa, relasi itu menjadi rusak. Allah sendiri memperbaiki relasi itu dengan mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia. Dalam menghadapi rusaknya relasi, individualism, dan keterasingan manusia, gereja sebagai persekutuan orang yang berelasi harus menjadi keluarga yang nyaman, di mana setiap pribadi dapat saling berelasi dan bertanggungjawab terhadap sesama.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134117994","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"YESUS SEBAGAI HAMBA Kajian Kristologi Dan Relevansinya Pada Pelayan Gereja Di Jemaat GPM Nehemia Sektor Petra","authors":"M. Alakaman","doi":"10.37196/KENOSIS.V1I1.20","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/KENOSIS.V1I1.20","url":null,"abstract":"Konsep Yesus sebagai hamba adalah sebuah konsep Kristologi yang mewarnai konsep Kristologi Yesus lainnya dalam teologi Perjanjian Baru. Dalam konsep ini Yesus menunjukkan sebuah teladan yang baik dalam melayani banyak orang dimana, menyadari dirinya sebagai Anak Allah dan tahu benar bahwa Ia memiliki kekuasaan tetapi Ia rela mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia melayani dengan setia dan taat bahkan ketaatan itu ditunjukkan-Nya lewat pengorbanan dan mengambil keputusan untuk meyerahkan diri-Nya disalibkan demi banyak orang. Menjadi seorang hamba yang memimpin dan menjadi seorang pemimpin yang menghamba, itulah yang dilakukan Yesus.Dengan demikian, realita ini menjadi menarik jika dilihat dan direlevansikan pada semua pelayan atau pun pemimpin umat yang melayani dan mewartakan Injil Kerajaan Allah, khusunya pelayan gereja sektor Petra Jemaat GPM Nehemia.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128791996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"AMBIVALENSI DAN KRISIS IDENTITAS DALAM KUMPULAN CERPEN “CUCU TUKANG PERANG” KARYA SOEPRIJADI TOMODIHARDJO; SEBUAH TINJAUAN POSKOLONIAL","authors":"Badrul Munir Chair","doi":"10.37196/kenosis.v4i2.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/kenosis.v4i2.65","url":null,"abstract":"Penelitian ini akan mengeksplorasi masalah ambivalensi dan krisis identitas dalam kumpulan cerita pendek “Cucu Tukang Perang” karya Soeprijadi Tomodihardjo. Soeprijadi merupakan penulis eksil Indonesia yang kini menetap di Jerman. Tokoh-tokoh dalam cerpen-cerpen Soeprijadi yang sebagian besar merupakan imigran memunculkan pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah seputar identitas, terutama bagaimana cara mereka memandang dan mempresentasikan ide-ide mereka dalam menghadapi diaspora dan dilema kesulitan di negara tempat tinggal. Dalam berbagai teori poskolonial, masalah identitas merupakan salah satu tema yang penting. Penelitian ini akan menggunakan teori poskolonial dengan mengekspose kondisi krisis identitas yang muncul pada tokoh-tokoh dalam kumpulan cerita pendek yang disebutkan di atas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan riset kepustakaan.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124194577","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MASYARAKAT VIRTUAL, MITOS DAN PERILAKU KONSUMTIF","authors":"Marlin Christina Laimeheriwa","doi":"10.37196/KENOSIS.V4I1.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/KENOSIS.V4I1.49","url":null,"abstract":"Perkembangan besar teknologi digital telah melahirkan berbagai perangkat media sosial dan telah membentuk masyarakat virtual juga. Masyarakat virtual mewakili model interaksi sosial baru. Interaksi sosial ini menghasilkan heterogenitas makna, sementara makna telah berubah. Keberadaan makna ditentukan oleh respon masyarakat virtual, bagaimana mereka melestarikan, menolak dan menghasilkan makna. Oleh karena itu, masyarakat virtual menjadi produsen, agen, dan konsumen makna sekaligus, wacana makna berubah menjadi mitos kemudian. Mitos mempengaruhi cara orang berpikir dalam mengambil realitas virtual sebagai realitas sejati. Ini menunjukkan masalah epistemik sesuai dengan asal mula realitas. Fenomena ini sangat terlihat di pasar digital. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara masyarakat virtual, produksi mitos, dan dampaknya terhadap perilaku konsumtif. Dalam mengambil perspektif dalam filsafat, perspektif postmodern digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis kondisi masyarakat virtual, mitos dan perilaku konsumtif. Makalah ini menjelaskan beberapa poin dari perspektif filosofis: pertama, komunitas virtual sebagai produsen, agen dan konsumen pengetahuan dan mitos; Kedua, perilaku konsumtif adalah salah satu hasil mitos. Selain itu, tulisan ini menunjukkan perlunya kesadaran kritis untuk dapat mengidentifikasi motif tersembunyi dari modal dalam menjual komoditas.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129601999","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKANKREATIVITAS ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK","authors":"Kori Makulua","doi":"10.37196/kenosis.v1i1.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.37196/kenosis.v1i1.23","url":null,"abstract":"Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian keadaan jasmani dan sosialnya.Selain itu juga setiap anak memiliki kemampuan terbatas dalam belajar yang inheren, dalam dirinya untuk dapat berpikir kreatif dan produktif. Anak akan beraktivitas sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki dirinya, sehingga pengembangan kreativitas anak harus dimulai sejak anak usia dini baik dalam pendidikan PAUD non formal (TPA, KB) maupun PAUD Formal (TK). Untuk mencapai pengembangan kreativitas anak yang optimal bagi anak usia taman Kanak-Kanak, diperlukan strategi guru dalam pembelajaran, sehingga anak akan terangsang untuk berpikir kreatif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, diantaranya: faktor perkembangan anak Taman Kanak-Kanak, menguasai konsep strategi pembelajaran, memiliki potensi kreatif dalam diri, sehingga dengan potensi kreatif itulah, seorang guru dapat melakukan aktivitas pembelajaran untuk anak usiaTaman Kanak-Kanak, melalui aktivititas atau kegiatan-kegiatan yang dikemas dalam bentuk permainan. Diharapkan dengan strategi guru yang demikian dapat meningkatkan kreativitas anak usia taman kanak-kanak.","PeriodicalId":423837,"journal":{"name":"KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115398870","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}