{"title":"Perbandingan Efektivitas Berkumur Dengan Chlorhexidine dan Obat Kumur yang Mengandung Daun Sirih (Piper betle) Terhadap Penurunan Indeks Plak Pasien Pengguna Alat Ortodontik Cekat","authors":"Henry Y. Mandalas, N. Aini, Ken Edinata","doi":"10.28932/sod.v6i2.3459","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v6i2.3459","url":null,"abstract":"Alat ortodontik cekat mempunyai bentuk yang rumit sehingga mempermuhan terbentuknya akumulasi plak pada permukaan gigi dan di sekitar bracket. Kontrol plak pada pasien pengguna alat ortodontik cekat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara mekanis dengan meyikat gigi dan kimia dengan obat kumur dan pasta gigi. Obat kumur memiliki beberapa jenis berdasarkan bahan dasar yang digunakannya. Chlorhexidine merukapan obat kumur berbahan dasar kimia yang sudah teruji sebagai gold standar dalam penggunaan dan efektivitasnya. Namun, chlorhexidine memiliki efek samping apabila digunakan terus menerus seperti pewarnaan gigi dan perubahan persepsi rasa. Maka dari itu, diperlukan alternatif obat kumur berbahan dasar herbal seperti daun sirih (Piper betle) yang lebih alami dan efektif dalam kontrol plak dan baik dalam kesehatan gigi dan mulut. \u0000Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas berkumur dengan obat kumur chlorhexidine dan obat kumur daun sirih (Piper betle) terhadap indeks plak pasien pengguna alat ortodontik cekat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis dengan single blind experiment disertai pre-test and post- test design dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. \u0000Keefektivitasan obat kumur diuji melalui independent t-test dengan hasil efektivitas obat kumut daun sirih (Piper betle) terhadap penurunan indeks plak sebesar 29,74 dan efektivitas obat kumur chlorhexidine terhadap penurunanindeks plak sebesar 56,37 (p = 0,014). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan antara penggunaan obat kumur daun sirih (Piper betle) dan obat kumur chlorhexidine. \u0000Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa obat kumur chlorhexidine lebih efektif dibandingkan dengan daun sirih (Piper betle) dalam menurunkan indeks plak pada pasien pengguna ortodontik cekat.","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"446 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125772685","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Flexural Strength pada Geopolimer Komposit dengan Filler Zirconia Alumina dan Nanoselulosa Kristalin","authors":"Ibnu Suryatmojo","doi":"10.28932/sod.v6i2.4431","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v6i2.4431","url":null,"abstract":"Komposit adalah bahan restorasi yang paling umum digunakan dalam kedokteran gigi untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang. Komposit yang ada saat ini masih memiliki beberapa kekurangan sifat mekanis. Geopolimer adalah bahan yang mulai berkembang dalam bidang kedokteran gigi, karena memiliki sifat mekanis yang baik sebagai bahan restorasi sehingga bahan ini dapat bermanfaat, selanjutnya penambahan filler dapat meningkatkan sifat mekanis suatu komposit. Untuk mengetahui pengaruh zirkonia-alumina (ZrO2-Al2O3) dan nanoselulosa kristalin (C6H10O5)n sebagai filler tambahan terhadap sifat mekanis komposit berbasis geopolimer. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan desain kontrol post test only. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok uji. Untuk menguji sifat mekanis yaitu flexural strength dari geopolimer komposit yang telah ditambahkan ZrO2-Al2O3 dan/tanpa nanoselulosa kristalin. Analisis statistik dilakukan menggunakan program STATA. Hasil uji flexural strength kelompok geopolimer komposit-ZrO2-Al2O3 dan geopolimer komposit-ZrO2-Al2O3-nanoselulosa kristalin menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,000). Penambahan nanoselulosa kristalin pada geopolimer komposit-ZrO2-Al2O3 meningkatkan flexural strength secara signifikan. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128532159","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Comparison of Herbal and Non-Herbal Dental Pasta Effectiveness Towards Children's Dental Plaque Index","authors":"Jeffrey, Marlin Himawati","doi":"10.28932/sod.v6i2.3306","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v6i2.3306","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Dental plaque is formed from biofilm that coats the surface of the teeth and is an indicator of dental and oral hygiene. One way to control plaque is by brushing your teeth. Herbal toothpaste is expected to inhibit plaque growth because it is related to the ability of herbal ingredients to inhibit microbial growth. This study aims to determine the comparison of the effectiveness of herbal and non-herbal toothpaste on reducing the plaque index in children aged 15-18 years (WHO). This type of research is experimental with pretest-postest group design on 30 respondents obtained by total sampling method and divided into 2 groups. A total of 15 respondents in the first group used herbal toothpaste and 15 respondents in the second group used non-herbal toothpaste. The plaque index is measured based on the Loe and Silness plaque index. Paired t test was used to determine the difference in dental plaque index before and after treatment. The results showed that there were significant differences in the dental plaque index on the use of herbal and non-herbal toothpaste for children aged 15-18 years. \u0000Keywords: plaque index, herbal toothpaste, non herbal toothpaste","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132121070","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Persepsi Kinerja dan Tantangan yang dihadapi Dokter Gigi dalam Praktik","authors":"I. Adyatmaka","doi":"10.28932/sod.v6i2.3976","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v6i2.3976","url":null,"abstract":"Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa 21 dari 34 propinsi di Indonesia, penduduknya mengalami masalah gigi dan mulut di atas rerata. Secara nasional, anak usia 5 (lima) tahun memiliki rerata 8 (delapan) gigi rusak. Penduduk usia 65 tahun keatas memiliki 16-17 gigi yang rusak atau bahkan sudah dicabut karena rusak. Di lain sisi, dokter gigi mengeluh praktiknya sepi dari pasien, sangat kontras dengan tingginya angka kerusakan gigi di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi dokter gigi terhadap kinerjanya serta tantangan yang dihadapi di lapangan. Penelitian deskriptif, mixed method dengan potong lintang. Pengambilan sampel secara convenience sampling dengan jumlah subyek studi 409 dokter gigi. Pengambilan data dilakukan Juni 2019. Diurutkan dari besarnya masalah maka dapat diidentifikasi beberapa variabel yang dikeluhkan oleh responden dokter gigi, yaitu: Terkait faktor predisposing dampak pendidikan di FKG: (1) Kurangnya kemahiran menangani pasien balita dengan tantangannya, dirasakan oleh 51%, (2) Kurangnya kemahiran marketing/pemasaran layanan klinik, 50%, (3) Kurangnya kemahiran menangani pasien usia lanjut, 43% (4) Kurangnya kemahiran memotivasi pasien, 26%, (5) Perasaan yang mendominasi responden saat ini mengenai praktik; Perlu inovasi 53%. Terkait faktor enabling : (1) Kurang mahir mengelola klinik 40,3%, (2) Asisten kurang andal, 29%. Terkait faktor reinforcing: (1) Kurangnya Dukungan dinas kesehatan atau pemerintah, 23%, (2) Kurangnya dukungan organisasi profesi, 16%. Hasil penelitian dapat memberi masukan tentang kurikulum di Fakultas Kedokteran Gigi sehingga mata ajaran yang diberikan dapat mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja dan segala tantangannya.","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131319165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Ulser Traumatik Akibat Rotasi dan Migrasi Gigi","authors":"Mila Umayah, Atia Nurul Sidiqa","doi":"10.28932/sod.v6i2.3123","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v6i2.3123","url":null,"abstract":"Ulser merupakan salah satu lesi pada mukosa mulut yang umum terjadi pada individu. Ulser traumatik adalah manifestasi rongga mulut yang menyebabkan kehilangan lapisan terluar dari kulit atau mukosa akibat trauma. Ulser dapat disebabkan oleh trauma mekanik akibat malposisi gigi, bahan aktif kimia, respon elektrik, perubahan suhu. Pasien laki-laki, 59 tahun mengalami sariawan pada bagian pinggir lidah sebelah kanan sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan ulser pada ventral lidah dextra dengan ukuran 5 x 3mm, permukaan ditutupi oleh pseudomembran putih kekuningan, dikelilingi oleh daerah eritema dan tidak beraturan. Terapi yang diberikan berupa non farmakologi dan farmakologis. Ulkus yang disebabkan oleh malposisi gigi umumnya terjadi pada mukosa yang berhadapan dengan gigi yang mengalami malposisi seperti pada bibir, lidah, dan bukal. Iritasi mekanis terjadi ketika suatu benda yang lebih keras bergesekan secara terus menerus pada mukosa. Ulser traumatik yang terjadi pada pasien dikarenakan trauma mengenai gigi yang mengalami rotasi dan migrasi sehingga menimbulkan cedera pada jaringan lunak. Pada kasus ini ulkus traumatik pada ventral lidah kanan karena trauma mengenai gigi yang mengalami rotasi dan migrasi. Penatalaksanaan terapi non farmakologi dan farmakologi. Lesi di evaluasi selama 2 minggu, lesi di nyatakan sembuh dan dan bekas ulkus tidak terlihat.","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"101 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132278424","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perawatan Endodontik Pada Kasus Kombinasi Resorpsi Internal Dan Resorpsi Servikal Gigi Insisivus Sentral Rahang Atas","authors":"Marcelina Wijaya, Diani Prisinda","doi":"10.28932/sod.v6i1.3643","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v6i1.3643","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Resorpsi merupakan kondisi terkait proses fisiologis atau patologis yang mengakibatkan hilangnya dentin, sementum, atau tulang karena interaksi terstruktur antara sel inflamasi dan sel resorpsi, dapat terjadi baik internal maupun eksternal, secara bersamaan pada gigi yang sama, muncul sebagai defek yang terpisah atau bergabung. Proses resorpsi dimulai oleh berbagai rangsangan seperti trauma, peradangan kronis pada pulpa terus menerus yang disebabkan oleh faktor bakteri dan perawatan ortodontik. Laporan Kasus: Pasien laki-laki usia 27 tahun datang dengan keluhan gigi atas depan kanan berubah warna sedikit lebih gelap dibandingkan gigi sebelahnya. Gigi tersebut pernah sakit tiba-tiba dan pernah muncul jerawat di sekitar gusinya. Pasien pernah mengalami kecelakaan motor dan gigi depannya terbentur 10 tahun yang lalu, pernah dirawat ortodonti cekat selama 4 tahun. Pemeriksaan radiografis gigi 11 menunjukkan mahkota normal, jumlah akar 1, terdapat radiolusen pada 1/3 hingga 2/3 tengah dinding saluran akar mesial, lamina dura menghilang di periapikal dan pada 2/3 tengah akar dinding mesial, dan terdapat radiolusen berbatas jelas dengan diameter 2mm. Gigi 11 dilakukan pembukaan akses kavitas, finishing menggunakan nikel titanium rotary ProTaper Gold (Dentsply), irigasi dengan EDTA 17% dan NaOCl 5,25% serta aktivasi menggunakan ultrasonik (Ultra X, Eighteeth), pemberian medikamen antar kunjungan kalsium hidroksida, selanjutnya pengisian saluran akar dengan teknik warm vertical condensation. Restorasi pasca endodontik yaitu resin komposit direk dengan resin fiber construct (Kerr). Simpulan: Perawatan endodontik kombinasi resorpsi internal dan resorpsi servikal gigi insisivus sentral rahang atas pada kasus ini memperlihatkan keberhasilan yang baik.","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"214 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132389715","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perawatan Saluran Akar Satu Kali Kunjungan Dengan Restorasi Full Coverage Pada Gigi Premolar Kedua Kiri Rahang Bawah: Laporan Kasus","authors":"Ika Putri Wiratama, Yolanda","doi":"10.28932/sod.v6i1.3794","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v6i1.3794","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Perawatan saluran akar satu kali kunjungan merupakan perawatan yang terdiri dari instrumentasi kemo-mekanis hingga obturasi sistem saluran akar yang dilakukan dalam satu kunjungan. Restorasi pasca perawatan endodontik pada gigi posterior sangat berbeda dengan restorasi gigi anterior. Hal ini disebabkan oleh anatomi saluran akar yang kompleks, ruang interoklusal yang terbatas dan beban oklusal yang diterima oleh gigi tersebut. Laporan kasus: Pasien perempuan 28 tahun datang ke Departemen Konservasi Gigi RSGM UNPAD dengan keluhan gigi bagian bawah belakang kiri terasa sakit terutama ketika makan dan minum dingin sejak 1 minggu sebelumnya. Pemeriksaan klinis menunjukkan karies profunda pada gigi 35. Tes sensibilitas pada gigi 35 menunjukkan respon positif, dan respon negatif pada tes perkusi dan palpasi. Pemeriksaan radiografi menunjukkan area periapikal normal. Diagnosis gigi 35 adalah pulpitis irreversible asimptomatik dengan rencana perawatan saluran akar satu kali kunjungan dan restorasi full-coverage sebagai restorasi pasca endodontik. Perawatan dimulai dengan informed consent dilanjutkan dengan prosedur anastesi, preparasi akses kemudian preparasi saluran akar menggunakan instrumen ProTaper Next. Pengisian saluran akar dilakukan pada kunjungan yang sama menggunakan gutta-percha dan sealer AH plus. Gigi 35 kemudian direstorasi dengan restorasi full-coverage berupa crown porcelain fused to metal dan pasak fiber. Simpulan: Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung dari kemampuan operator, aksesibilitas yang baik dan kooperatif pasien. Restorasi full-coverage dapat mencegah fraktur, reinfeksi saluran akar, dan menggantikan struktur gigi yang hilang. Laporan kasus ini menunjukkan keberhasilan perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan restorasi akhir full-coverage.","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"304 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116256039","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rudy Djuanda, Varin Aulia Helmika, Fiona Christabella, Natallia Pranata, V. K. Sugiaman
{"title":"Potensi Herbal Antibakteri Cuka Sari Apel terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar","authors":"Rudy Djuanda, Varin Aulia Helmika, Fiona Christabella, Natallia Pranata, V. K. Sugiaman","doi":"10.28932/sod.v4i2.2141","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v4i2.2141","url":null,"abstract":"Irigasi saluran akar merupakan tahapan penting dalam menunjang keberhasilan perawatan saluran akar. Mikroorganisme paling resisten dan sering ditemukan pada kasus setelah dilakukan perawatan saluran akar adalah Enterococcus faecalis, dengan prevalensi berkisar 24-77%. Chlorhexidine digluconate dengan konsentrasi 2% digunakan untuk larutan irigasi saluran akar yang efektif, namun tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan jaringan nekrotik. Cuka sari apel memiliki kandungan asam organik yaitu asam asetat dapat yang dapat bertindak sebagai antimikroba yang dapat menyebabkan hilangnya integritas sel. Penelitian ini menguji pengaruh antibakteri, daya hambat, kadar hambat minimum, dan kadar bunuh minimum sediaan cuka sari apel terhadap bakteri Enterococcus faecalis dengan Chlorhexidine digluconate 2% sebagai kelompok kontrol terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu dasar pengembangan cuka sari apel sebagai bahan irigasi saluran akar dan dapat mengetahui aktivitas daya hambat optimum dari sediaan cuka sari apel terhadap bakteri Enterococcus faecalis secara in vitro.Desain penelitian ini bersifat eksperimental labotratorik secara in vitro menggunakan metode difusi cakram (Tes Kirby-Bauer) dengan pengamatan zonahambat. Data yang diukur adalah diameter zona hambat dari pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan milimeter (mm). Kadar bunuh bakteri pada penelitian ini diadaptasi dari metode yang dikembangkan oleh CLSI (Clinical Laboratory Standart Institute, 2014) dengan modifikasi.Diameter zona hambat cuka apel meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi, bahkan pada konsentrasi minimal 25% dapat membunuh bakteriEnterococcus faecalis Potensi antibakteri cuka apel setara dengan Chlorhexidine digluconate 2%.","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129967630","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Neng Vivie Agustina Puspitasari, Borman Sumaji, Natallia Pranata
{"title":"Gambaran Komplikasi Post Odontektomi Gigi Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah Tahun 2018 di RSGM X Bandung","authors":"Neng Vivie Agustina Puspitasari, Borman Sumaji, Natallia Pranata","doi":"10.28932/sod.v4i2.1913","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v4i2.1913","url":null,"abstract":"Perkembangan dan pertumbuhan gigi sering mengalami gangguan pada saat erupsi. Gigi yang tidak berhasil erupsi dengan sempurna dan terpendam dalam rahang dengan posisi yang abnormal disebut impaksi. Frekuensi impaksi gigi yang paling sering terjadi adalah gigi molar ketiga rahang bawah. \u0000Impaksi gigi molar ketiga rahang bawah juga dapat mengganggu proses pengunyahan dan sering menyebabkan berbagai komplikasi, maka dari itu diperlukan pencabutan. Upaya mengeluarkan gigi impaksi terutama pada molar ketiga rahang bawah dilakukan dengan tindakan pembedahan yang disebut dengan odontektomi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi gambaran komplikasi pada pasien yang telah dilakukan odontektomi di RSGM X Bandung. \u0000Penelitian ini merupakan jenis penelitian observational yang dirancang secara deskriptif dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan data Rekam Medis pasien pada Januari - Desember 2018 di RSGM X Bandung dengan hari kontrol pada hari ke 7. \u0000Hasil penelitian ini terdapat beberapa komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah seperti trismus 1,62%, bengkak 4,22%, parestesia 0,32%, dry socket 1,94%, perdarahan 1,62%, sakit 17,2%, fraktur 0%. \u0000Komplikasi post odontektomi yang terjadi di RSGM X Bandung pada hari kontrol hari ke 7 setelah dilakukan odontektomi sebanyak 25,5%.","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114307331","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perawatan Internal Bleaching Menggunakan Teknik Walking Bleach Pada Gigi Insisif Sentral Kanan Rahang Atas (Case Report)","authors":"Rudy Djuanda","doi":"10.28932/sod.v4i2.1935","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sod.v4i2.1935","url":null,"abstract":"Tooth discoloration is defined as extrinsic or intrinsic staining based on localization and etiology, appearance, severity and adhesion to the tooth structure. Tooth discoloration is a cosmetic problem and the teeth whitening procedure is more conservative than the restorative method. Tooth discoloration, especially those treated endodontically is a matter of concern for patients and dentists. Among the various bleaching techniques, the technique of \"walking bleach\" with hydrogen peroxide stands out because of its superior aesthetic results with less side effects. This paper presents a case of tooth discoloration in non-vital teeth that was successfully bleached using the walking bleach method.","PeriodicalId":388423,"journal":{"name":"SONDE (Sound of Dentistry)","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127879333","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}