Tito Hadji Agung Santosa, Muhammad Nadjib, Hardhany Faiz Ikhsan, Tayuh Kinayung Waskitho, Fiqri Elpa Ramadhany
{"title":"Penentuan Nilai Kalor Eksperimental LPG dengan Variasi Udara Berlebih dan Variasi Debit LPG 0,4; 0,5; dan 0,6 LPM","authors":"Tito Hadji Agung Santosa, Muhammad Nadjib, Hardhany Faiz Ikhsan, Tayuh Kinayung Waskitho, Fiqri Elpa Ramadhany","doi":"10.18196/jmpm.v6i1.15728","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v6i1.15728","url":null,"abstract":"Setiap bahan bakar memiliki nilai kalor (NK) yaitu energi yang dikandung dalam setiap massa dari bahan bakar. Penentuan nilai kalor bahan bakar gas dapat dilakukan dengan kalorimeter aliran. Penelitian ini menggunakan LPG sebagai bahan penelitian. Untuk menjamin semua bahan bakar terbakar, digunakan udara berlebih (excess air). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan NK eksperimental LPG dan efisiensi kalorimeter aliran dengan variasi udara berlebih (excess air). Penelitian ini menggunakan metode pembakaran aktual dengan debit LPG 0,4; 0,5; dan 0,6 LPM dan tujuh variasi excess air (EA) 0% hingga 60% dengan interval variasi 10%. Dari hasil perhitungan didapatkan NK eksperimental dan efisiensi kalorimeter aliran yang mendekati NK LPG teoritik yaitu pada EA 50% sebesar 41.042,16 kJ/kg dan 85%. Namun pada variasi EA 60%, NK eksperimental dan efisiensi mengalami penurunan nilai yaitu 38.142,44 kJ/kg dan 78,66%. Dapat disimpulkan bahwa NK eksperimental LPG naik seiring dengan naiknya udara berlebih hingga 50% dan selanjutnya turun pada udara berlebih 60% karena penambahan udara berlebih selanjutnya akan bersifat sebagai pendinginan. Each fuel has a heating value (HV) which is the energy contained in each mass of the fuel. Determination of the heating value of gas fuel can be done with a flow calorimeter. This research uses LPG as research material. To ensure that all fuel is burned, excess air is used. The purpose of this study was to obtain experimental LPG heating value and flow calorimeter efficiency with excess air variations. This study uses the actual combustion method with an LPG discharge of 0.4; 0.5; and 0.6 LPM and seven variations of excess air (EA) from 0% to 60% with a variation interval of 10%. From the calculation results obtained experimental HV and flow calorimeter efficiency close to theoretical LPG HV, namely at 50% EA of 41,042.16 kJ/kg and 85%. However, at 60% EA variation, experimental HV and efficiency decreased in value, namely 38,142.44 kJ/kg and 78.66%, respectively. It can be concluded that the experimental HV of LPG increases with the increase in excess air by up to 50% and then decreases at 60% excess air because the addition of excess air will act as cooling.","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"75 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116348405","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Machine Learning untuk Prediksi Produksi Gula Nasional","authors":"Toniyah Jaelani","doi":"10.18196/jmpm.v6i1.14897","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v6i1.14897","url":null,"abstract":"Gula merupakan salah satu bahan utama yang selalu dibutuhkan untuk membuat makanan atau minuman. Saat ini produksi gula belum mampu memenuhi kebutuhan gula nasional. Namun, pemerintah terus menambah jumlah pabrik dan meningkatkan produktivitas pabrik gula yang ada untuk memenuhi kebutuhan gula nasional. Di sisi lain, produksi gula juga berfluktuasi. Hal ini dapat mengakibatkan kelangkaan gula jika tidak diprediksi secara tepat dan akurat. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan perbandingan prediksi produksi gula Indonesia dengan menggunakan metode machine learning yaitu Long Short Term Memory (LSTM) dan juga dilakukan prediksi dengan menggunakan metode regresi linier. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data sekunder yang bersumber dari hasil penelitian dan laporan dari instansi atau instansi terkait. Data yang digunakan adalah data nasional berupa time series selama 52 tahun yaitu dari tahun 1968 sampai dengan tahun 2020. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa error pada metode regresi linier adalah 8%. Hasil prediksi dengan machine learning menunjukkan error yang lebih kecil dibandingkan dengan metode regresi linier. Metode LSTM menghasilkan error data kereta sebesar 0,069% dan nilai error data pengujian sebesar 0,082%. Hasil peramalan dari regresi linier memiliki trend produksi yang meningkat namun pada metode LSTM hasilnya mengalami trend penurunan. Sugar is one of the main ingredients that are always needed to make food or drink. At this time sugar production has not been able to meet the national sugar demand. However, the government continues to increase the number of factories and increase the productivity of existing sugar factories to meet national sugar demand. On the other hand, sugar production also fluctuated. This can lead to a shortage of sugar if it is not predicted precisely and accurately. Therefore, in this study, a comparison of predictions of Indonesian sugar production was carried out using the machine learning method, namely Long Short Term Memory (LSTM) and predictions were also made using a linear regression method. This research was conducted based on secondary data sourced from research results and reports from related institutions or agencies. The data used is national data in the form of a time series for 52 years, namely from 1968 to 2020. The results of this study show that the error in the linear regression method is 8%. Prediction results with machine learning show a smaller error than the linear regression method. The LSTM method produces a train data error of 0.069% and a test data error value of 0.082%. Forecasting results from linear regression have an increasing trend in production but in the LSTM method the results experience a downward trend.","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133168135","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Efektivitas Perpindahan Panas pada Alat Penukar Panas Jenis Water to Water","authors":"K. Astawa, I. Surya, I. Tenaya","doi":"10.18196/jmpm.v6i1.14896","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v6i1.14896","url":null,"abstract":"Penukar panas adalah perangkat yang mentransfer panas antara dua cairan suhu yang berbeda secara paralel atau berlawanan arah aliran. Pada pengaturan aliran paralel, fluida panas dan dingin mengalir dengan arah aliran yang sama, sedangkan pada pengaturan aliran berlawanan arah alirannya berlawanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan efektifitas susunan penukar panas paralel dan counter flow. Fluida panas dan fluida dingin diatur memiliki laju alir yang sama yaitu 3000 cm3/menit, sedangkan fluida panas diatur temperaturnya menjadi 40oC dan 30oC untuk fluida dingin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan penukar panas aliran berlawanan memiliki efektivitas yang lebih baik daripada pengaturan aliran paralel. Penukar panas aliran counter dan paralel telah memberikan efektivitas masing-masing 0,399 dan 0,0299. A heat exchanger is a device that transfer heat between two different temperature fluids in parallel or counter flow direction. In the parallel flow arrangement, the hot and cold fluids flowing in the same flow direction, while in the counter flow arrangement, it flows in opposite direction. The research was conducted to determine the effectiveness comparison of the parallel and counter flow heat exchanger arrangement. The hot and cold fluids has been set to have the same flow rate of 3000 cm3/minute, meanwhile the hot fluids temperature is set to be 40oC and 30oC for the cold fluids. The result shows that the counter flow heat exchanger arrangement has better effectiveness than that of parallel flow arrangement. The counter and parallel flow heat exchanger has provided the effectiveness of 0.399 and 0.0299 respectively.","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"93 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124643391","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Identification of Mechanical Strength for Mixture of Thermoset Polyester with Thermoset Vinyl Ester due to Bending Load","authors":"Nusyirwan Adnan, H. Abral, Dahlan H, E. Staria","doi":"10.18196/jmpm.v6i1.14450","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v6i1.14450","url":null,"abstract":"Pada penelitian ini dilakukan upaya untuk meningkatkan ketangguhan mekanis Unsaturated Polyester (UP) dengan menambahkan Thermoset Vinyl Ester (VE) dan Methyl Methacrylate (MMA). Untuk menunjukkan tingkat ketangguhan material dilakukan pengujian dengan memberikan beban lentur sampai material tersebut putus. Hasil pengujian menunjukkan bahwa campuran 40 % wt VE dan 10% wt MMA pada material UP menghasilkan peningkatan sifat ketangguhan material dari pengujian bending stress pada spesimen dengan variasi komposisi polyester dan vinyl ester dengan hand lay-up. Nilai tegangan lentur tertinggi terdapat pada komposisi 60% polyester dan 40% vinyl ester yaitu sebesar 126,88 MPa (meningkat 16 % dari polyester murni).In this study, an attempt was made to increase the mechanical toughness of unsaturated polyester (UP) by adding Thermoset Vinyl Ester (VE) and Methyl Methacrylate (MMA). A test is carried out to show the level of toughness of the mechanical properties of the above material by applying a flexural load until the material breaks. The test results showed that a mixture of 40% wt VE and 10% wt MMA in UP material resulted in an increase in the toughness properties of the material from the bending stress test on specimens with variations in the composition of polyester and vinyl ester with hand lay-up. The highest flexural stress value is found in the composition of 60% polyester and 40% vinyl ester, which is 126.88 MPa (an increase of 16% from pure polyester).","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"2 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126145041","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Efek Temperatur terhadap Sifat Tarik Komposit Poliester Berpenguat Serat Daun Gewang","authors":"Kristomus Boimau","doi":"10.18196/jmpm.v6i1.14806","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v6i1.14806","url":null,"abstract":"Penggunaan serat sintetik dalam teknologi komposit selama beberapa dekade terakhir, mulai tergeser oleh hadirnya serat alam. Pemilihan serat alam sebagai filler pada material komposit polimer merupakan ide cerdas dalam menjaga lingkungan agar tidak tercemar. Namun, ketahanan komposit polimer berpenguat serat alam pada kondisi temperatur yang tinggi perlu dikaji. Ruang lingkup utama dari penelitian ini adalah mengkaji kekuatan tarik komposit pada kondisi lingkungan bersuhu tinggi.Penelitian ini menggunakan resin polyester sebagai matrik, NaOH sebagai bahan untuk perlakuan kimia dan serat daun gewang. Panjang serat yang digunakan 5 cm dan diberikan perlakuan perendaman alkali 5% selama 1 jam. Rasio perbandingan jumlah serat dan matrik adalah 32%:68%. Spesimen uji dibentuk sesuai standar ASTM D-638. Selanjutnya, dikarakterisasi sifat tariknya dengan alat uji.Sebelum uji tarik, spesimen uji dipanaskan dalam oven listrik dengan variasi temperatur 1000C, 1500C, dan 2000C selama 1 jam. Informasi yang berhasil dihimpun dari penelitian ini adalah kekuatan tarik tertinggi komposit poliester dengan penguat serat daun gewang, diperoleh pada komposit yang dipanaskan pada temperatur 1000C, sedangkan nilai terendah diperoleh pada komposit yang dipanaskan pada temperatur 2000C.The use of synthetic fibers in composite technology over the last few decades has been replaced by the presence of natural fibers. The selection of natural fibers as filler in polymer composite materials is a smart idea in protecting the environment from being polluted. However, the resilience of natural fiber-reinforced polymer composites at high temperature conditions needs to be studied. The main scope of this research is to study the tensile strength of composites in high temperature environmental conditions.This research uses polyester resin as the matrix, NaOH as the material for chemical treatment and gewang leaf fiber. The length of the fiber used was 5 cm and was treated with 5% alkaline immersion for 1 hour. The ratio of the ratio of the amount of fiber and matrix is 32%:68%. The test specimen was shaped according to the ASTM D-638 standard. Furthermore, the tensile properties were characterized by using test equipment. Prior to the tensile test, the test specimen was heated in an electric oven with temperature variations of 1000C, 1500C, and 2000C for 1 hour. The information that has been collected from this research is that the highest tensile strength of the polyester composite with leaf fiber reinforcement was obtained for the composite heated at a temperature of 1000C, while the lowest value was obtained for the composite which was heated at a temperature of 2000C.","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"2015 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130997556","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Variasi Debit Air Terhadap Unjuk Kerja Termal Tangki Pemanas Air Tenaga Surya yang Berisi Phase-Change Material","authors":"Muhammad Nadjib, Tito Hadji Agung Santosa","doi":"10.18196/jmpm.v6i1.14795","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v6i1.14795","url":null,"abstract":"Integrasi air dan phase-change material (PCM) menarik diterapkan pada pemanas air tenaga surya (PATS). Teknik enkapsulasi PCM menggunakan kapsul dapat dilakukan di dalam tangki PATS. Sejauh ini, karakteristik termal di dalam tangki PATS posisi horizontal berisi PCM yang berkaitan dengan variasi debit air belum pernah diungkap. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki karakteristik termal tangki PATS yang melibatkan PCM dengan variasi debit air. Eksperimen menggunakan PATS sistem aktif dengan volume tangki 60 liter. Kapsul silinder berjumlah 24 buah diisi paraffin wax dan dimasukkan ke dalam tangki PATS. Termokopel sebanyak 20 buah dipasang di sisi air dan paraffin wax. Proses charging dilakukan selama 160 menit. Variasi debit air yang digunakan adalah 1 lpm, 2 lpm dan 3 lpm. Data temperatur air dan paraffin wax digunakan untuk menganalisis kinerja termal PATS. Hasil karakteristik termal dari tiga eksperimen kemudian dibandingkan. Energi termal akumulatif yang diperoleh untuk debit aliran 1 lpm, 2 lpm dan 3 lpm masing-masing adalah 12,09 MJ, 14,08 MJ dan 16,59 MJ. Penambahan debit aliran air mampu meningkatkan unjuk kerja termal sistem PATS yang melibatkan PCM.The integration of water and phase-change materials (PCM) is interestingly applied to solar water heaters (SWH). PCM encapsulation technique using capsules can be carried out in an SWH tank. So far, the thermal characteristics in the horizontal position of the SWH tank containing PCM related to variations in water flow have not been revealed. This study investigates the thermal characteristics of SWH tanks involving PCM with variations in water discharge. This experiment uses an active SWH system with a tank volume of 60 liters. The 24 cylindrical capsules were filled with paraffin wax and put into the SWH tank. There were twenty thermocouples installed on the waterside and paraffin wax. The charging process is carried out for 160 minutes. Variations of water discharge used are 1 lpm, 2 lpm, and 3 lpm. Water temperature data and paraffin wax were used to analyze the thermal performance of SWH. The results of the thermal characteristics of the three experiments were then compared. The accumulative thermal energy obtained for flow rates of 1 lpm, 2 lpm, and 3 lpm was 12.09 MJ, 14.08 MJ, and 16.59 MJ, respectively. The addition of the water flow rate can increase the thermal performance of the SWH system involving PCM.","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"78 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122616045","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hendi Riyanto, Toto Hardianto, Willy Adriansyah, Gavriel Y Jeffry
{"title":"Studi Termodinamika Pembakaran Kombinasi Batu Bara dan Biomassa Limbah","authors":"Hendi Riyanto, Toto Hardianto, Willy Adriansyah, Gavriel Y Jeffry","doi":"10.18196/jmpm.v5i2.13903","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v5i2.13903","url":null,"abstract":"Pembakaran bersama batubara dan biomassa di pembangkit listrik tenaga batubara yang ada sedang dipertimbangkan sebagai alternatif yang layak untuk transisi pemanfaatan energi yang tidak terbarukan ke terbarukan. Dalam hal ini, berbagai penelitian telah dilakukan dalam dua puluh tahun terakhir, yang sebagian besar kesimpulan umum adalah bahwa efisiensi boiler menurun sehubungan dengan peningkatan persentase biomassa dalam co-firing, namun studi tambahan dianggap diperlukan, terutama untuk limbah biomassa yang melimpah di Indonesia. Biomassa limbah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS), sekam padi, dan wood pellet yang dihasilkan dari serbuk gergaji. Karakteristik termodinamika pembakaran co-firing yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah air-to-fuel ratio (AFR), emisi CO2 pembakaran, dan temperatur nyala adiabatik. Sebuah open source Cool Prop formulasi sifat termodinamika diimplementasikan untuk mengevaluasi sifat termodinamika bahan yang sesuai yang terlibat dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AFR menurun dengan bertambahnya komposisi biomassa dalam bahan bakar, dimana laju perubahan masing-masing AFR per persen biomassa adalah -0,018, -0,0406, dan -0,026 untuk campuran batubara-TKKS, batubara-sekam padi, dan batubara-kayu. Adapun karakteristik AFR, emisi karbon dioksida menurun dengan meningkatnya persen massa biomassa dalam komposisi bahan bakar. Laju perubahan CO2 sehubungan dengan persen biomassa dalam komposisi bahan bakar adalah masing-masing -6.3x10-3, -1.12x10-2, dan -6.48x10-3 untuk campuran batubara-TKKS, batubara-sekam padi, dan batubara-kayu. Suhu nyala adiabatik juga menurun sehubungan dengan peningkatan persentase massa biomassa dalam komposisi bahan bakar. Laju perubahan suhu nyala adiabatik dalam K/%biomassa berturut-turut adalah -13,93, -10,70, dan -12,81 untuk campuran TKKS batubara, sekam padi, dan kayu batubara.Co-firing of coal and biomass in an existing coal fired power plant is being considered as a viable alternative to transition from non-renewable-to-renewable energy utilization. In this regard, various researches have been conducted in the last twenty years, in most of which the general conclusion is that the boiler efficiency decreases with respect to increasing biomass percentage in co-firing, nonetheless, additional study is deemed to be required, especially for waste biomass which are abundantly available in Indonesia. The waste biomass to be employed in this study are palm empty fruit bunch (EFB), rice husk, and wood pellet produced from sawdust. Co-firing combustion thermodynamic characteristics which are to be deployed in this study are air-to-fuel ratio (AFR), combustion CO2 emission, and adiabatic flame temperature. An open source CoolProp of thermodynamics properties formulations were implemented in order to evaluate thermodynamic properties of corresponding materials involved in this study. The results of the study show that AFR decrease","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114976222","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengujian Rumah Pengering Daun Kelor dengan Efek Rumah Kaca (Solar Dryer) Melalui Variasi Kecepatan Udara","authors":"Verdy Ariyanto Koehuana, Kristianus Yosafat Goab, Muhamad Jafri","doi":"10.18196/jmpm.v5i2.13899","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v5i2.13899","url":null,"abstract":"Proses pengeringan menggunakan pengering surya ultraviolet berupa pengering efek rumah kaca memiliki biaya operasional yang relatif rendah, sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam teknologi pengeringan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji parameter kinetik pengering daun kelor melalui variasi kecepatan udara keluar dari rumah pengering. Berat daun kelor yang akan dikeringkan dibagi rata ke dalam tiga rak pengering di rumah pengering dengan beban pengeringan yang sama yaitu 4,76 kg/m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan variasi kecepatan keluar yaitu 0,5 m/s, 1,0 m/s, dan 1,36 m/s kekurangan energi panas yang cukup untuk mengubah mekanisme perpindahan panas konveksi pada pengering menjadi konveksi paksa. Sedangkan efisiensi pengeringan meningkat dengan bertambahnya kecepatan aliran keluar, karena kondisi saluran masuk yang tidak diatur sehingga aliran udara masuk yang membawa uap air (terutama saat mendung) meningkatkan kelembaban udara di dalam pengering. perumahan termasuk kadar air bahan dan secara bersamaan mengurangi laju pengeringan dan efisiensi rumah pengering.The drying process using an ultraviolet solar dryer in the form of a greenhouse effect dryer has relatively low operating costs, so it has the potential to be developed in food drying technology. This study aims to test the kinetic parameters of the Moringa leaf dryer through variations in air velocity leaving the dryer house. The weight of the Moringa leaves to be dried is divided evenly into three drying racks in the drying house with the same drying load, which is 4.76 kg/m2. The results showed that with variations in the exit velocity, namely 0.5 m/s, 1.0 m/s, and 1.36 m/s, they lacked sufficient thermal energy to change the convection heat transfer mechanism in the dryer into forced convection. While the drying efficiency increases with the increase in the velocity of the outflow, due to the condition of the inlet that is not regulated so that the inlet airflow carrying water vapor (especially when it is cloudy) increases the humidity of the air in the dryer housing including the moisture content of the material and simultaneously reduces the drying rate and efficiency of the dryer housing.","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126441665","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Gunawarman Gunawarman, Jon Affi, I. Ilhamdi, N. F. Nuswantoro, Djong Hon Tjong, M. Manjas
{"title":"Kontribusi Lapisan Hidroksiapatit pada Purwarupa Implan Titanium terhadap Nilai Osseointegrasi Melalui Removal Torque Test","authors":"Gunawarman Gunawarman, Jon Affi, I. Ilhamdi, N. F. Nuswantoro, Djong Hon Tjong, M. Manjas","doi":"10.18196/jmpm.v5i2.13904","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v5i2.13904","url":null,"abstract":"Biomaterial titanium mulai banyak digunakan sebagai bahan implan karena mempunyai kekuatan tinggi, lentur, tahan korosi dan biokompatibilitas yang baik. Namun demikian, titanium bersifat bioinert yang membuatnya tidak bisa berinteraksi dan menyatu dengan jaringan hidup. Untuk menutup kelemahan ini, titanium perlu dilapisi dengan bahan yang mempunyai bioaktivitas tinggi seperti biokeramik hidroksiapatit (HA). Pada studi ini, pelapisan HA telah dilakukan pada purwarupa implan berbentuk sekrup yang terbuat dari paduan titanium tipe β yang relatif baru dikembangkan, yakni Ti-29Nb-13Ta-4.6Zr (TNTZ). Proses pelapisan dilakukan dengan menggunakan metode Electrophoretic Deposition (EPD). Lapisan HA pada permukaan TNTZ meningkatkan bioaktivitas implan logam ini sehingga memicu proses penyatuan implan dengan jaringan hidup (osseointegration). Parameter yang digunakan untuk menentukan nilai osseointegrasi ini adalah besarnya gaya puntiran (torsi) yang dibutuhkan untuk melepaskan sekrup dari tulang dengan menggunakan alat removal torque tester (RTT). Untuk itu, sekrup TNTZ berukuran M3x0.5 yang tidak dilapisi HA (tanpa HA) dan yang sudah dilapisi HA (lapis HA) ditanamkan pada paha atas (tibia) hewan uji mencit Rattus norvegicus Wistar kemudian dipelihara selama 2 (dua) minggu. Setelah itu, hewan uji dimatikan, dan besaran torsi untuk melepaskan masing-masing sekrup dari tibia mencit diukur dengan alat RTT tersebut, dan dilanjutkan dengan analisis histopatologi pada jaringan bekas pemasangan implan. Hasil studi menunjukkan bahwa implan TNTZ dengan lapis HA memiliki nilai osseointegrasi yang jauh lebih tinggi (470%) dari implan tanpa HA. Analisis histopatologi menunjukkan bahwa proses pembentukan jaringan baru (osteogenesis) yang jauh lebih banyak pada jaringan tulang yang dipasangi implan TNTZ lapis HA dibandingkan dengan tanpa HA. Disamping itu, adanya lapisan HA pada permukaan implan juga mampu mengurangi reaksi inflamasi yang berlebihan pada jaringan tulang hewan uji dalam waktu yang relatif singkat.Titanium biomaterials are starting to be widely used as implant materials because they have high strength, flexibility, corrosion resistance and good biocompatibility. However, titanium is bioinert which makes it unable to interact and blend with living tissue. To cover this weakness, titanium needs to be coated with a material that has high bioactivity such as hydroxyapatite (HA) bioceramic. In this study, HA coating was carried out on a screw-shaped implant prototype made of a relatively recently developed -type titanium alloy, namely Ti-29Nb-13Ta-4.6Zr (TNTZ). The coating process is carried out using the Electrophoretic Deposition (EPD) method. The HA layer on the TNTZ surface increases the bioactivity of these metallic implants thereby triggering the process of implant integration with living tissue (osseointegration). The parameter used to determine the osseointegration value is the amount of torsion required to remove the screw from the bone using a remo","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133039597","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nasaruddin Salam, Rustan Tarakka, J. Jalaluddin, Sarwan Sarwan
{"title":"Analisis Karakteristik Aliran Fluida Melewati Model Sayap Pesawat Swayasa","authors":"Nasaruddin Salam, Rustan Tarakka, J. Jalaluddin, Sarwan Sarwan","doi":"10.18196/jmpm.v5i2.13902","DOIUrl":"https://doi.org/10.18196/jmpm.v5i2.13902","url":null,"abstract":"Pesawat swayasa adalah pesawat eksperimental, di mana setidaknya 51% dari suku cadang pesawat dibuat oleh amatir dan tidak diproduksi di pabrik. Untuk itu tema penelitian ini adalah menentukan model sayap pesawat swayasa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik model sayap pesawat swayasa, berapakah koefisien lift (Cl) dan koefisien drag (Cd), dan bagaimana model sayap yang optimal dari pesawat swayasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang disebutkan di atas. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Computational Fluid Dynamics (CFD) dan program eksperimen. Pendekatan eksperimental dilakukan di terowongan angin di Laboratorium Mekanika Fluida, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa. Model sayap pesawat independen adalah model airfoil NACA 23012, dengan memodifikasi rasio ketebalan terhadap chord (t/c) pada t/c = 9%, t/c = 12%, dan t/c = 15%. Selanjutnya masing-masing model diberi perlakuan kecepatan aliran bebas (U) sebesar 40 m/s, dengan variasi angle of attack (α) -20˚, -15˚, -10˚, -5˚, 0˚, 5˚ , 10˚, 15 , dan 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan t/c ratio meningkatkan nilai Cl maksimum. Untuk nilai maksimum Cl diperoleh pada = 150 yaitu pada t/c = 9%, Cl = 1,4299, pada t/c = 12%, Cl = 1,4466, dan pada t/c = 15 %, Cl = 1,4979 . Cl/Cd maksimum sebesar 1,4999 diperoleh pada t/c = 15 % dan = 5˚, dengan demikian model sayap pesawat swayasa yang paling sesuai adalah model airfoil NACA 23012 dengan t/c = 15 %.Homebuilt aircraft are experimental aircraft, of which at least 51% of the aircraft parts are amateur-built and not manufactured in factory. For this reason, the theme of this research is to determine the wing model of a homebuilt aircraft. The formulation of the problem in this study is how the characteristics of wing model of a homebuilt aircraft, how much is the lift coefficient (Cl) and drag coefficient (Cd), and what is the optimal model of the wing of a homebuilt aircraft. The purpose of this research is to answer the problems mentioned above. This research method uses Computational Fluid Dynamics (CFD) and experimental program approach. The experimental approach was carried out in a wind tunnel at the Fluid Mechanics Laboratory, Faculty of Engineering, Hasanuddin University, Gowa. The wing model of the independent aircraft is the NACA 23012 airfoil model, by modifying the thickness to chord ratio (t/c) at t/c = 9 %, t/c = 12 %, and t/c = 15 %. Furthermore, each model was treated with a freestream velocity (U) of 40 m/s, with variations in the angle of attack (α) -20˚, -15˚, -10˚, -5˚, 0˚, 5˚, 10˚, 15˚ , and 20˚. The results showed that the addition of the t/c ratio increased the maximum Cl value. For the maximum value of Cl obtained at = 150, namely at t/c = 9%, Cl = 1.4299, at t/c = 12 %, Cl = 1.4466, and at t/c = 15 %, Cl = 1 ,4979. The maximum Cl/Cd is of 1.4999 obtained at t/c = 15 % and α = 5˚, thus the most suitable homebuilt aircraft wing model is the","PeriodicalId":359489,"journal":{"name":"JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur)","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126433916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}