{"title":"Pembaruan informasi taksonomi nyamuk dan kunci identifikasi fotografis genus nyamuk (Diptera: Culicidae) di Indonesia","authors":"Sidiq Setyo Nugroho, Mujiyono Mujiyono","doi":"10.5994/JEI.18.1.55","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/JEI.18.1.55","url":null,"abstract":"Identifikasi nyamuk betina merupakan aspek penting dalam surveilans penyakit tular vektor dan merancang strategi pengendalian vektor. Indonesia dengan keanekaragaman spesies nyamuk yang tinggi menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan adanya beberapa penyakit tular vektor, di antaranya malaria, cikungunya, demam dengue, filariasis, dan Japanese encephalitis. Pembaruan kunci identifikasi nyamuk diperlukan untuk memberikan informasi terkini mengenai vektor penyakit di Indonesia. Saat ini, sebelum adanya publikasi daftar nyamuk Indonesia oleh O’Connor & Sopa (1981), belum pernah ada informasi baru mengenai jumlah genus dan subgenus nyamuk di Indonesia. Tujuan artikel ini adalah menyampaikan pembaruan informasi taksonomi nyamuk dan memberikan kunci identifikasi genus nyamuk di Indonesia. Sejauh ini, terdapat 21 genus dan 63 subgenus nyamuk di negara ini. Terdapat tambahan 3 genus dan 15 subgenus dari daftar spesies tahun 1981. Genus Verrallina, Lutzia, dan Kimia adalah genus baru yang ditambahkan dalam daftar.","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45755678","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
S. Syaukani, H. Husni, A. Alfizar, E. Kesumawati, Novita Novita, S. Rusdiana, S. Muarrif, Teguh Bagus Pribadi
{"title":"Deskripsi ulang rayap tanah (Subulitermes-branch): Oriensubulitermes inanis (Haviland) (Termitidae: Nasutitermitinae) di Indonesia","authors":"S. Syaukani, H. Husni, A. Alfizar, E. Kesumawati, Novita Novita, S. Rusdiana, S. Muarrif, Teguh Bagus Pribadi","doi":"10.5994/jei.16.2.75","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/jei.16.2.75","url":null,"abstract":"Oriensubulitermes inanis (Haviland) merupakan salah satu jenis rayap endemik dari Wilayah Oriental dan berperan sangat penting dalam proses dekomposisi di hutan tropis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi ulang rayap O. inanis yang dikoleksi dari Indonesia sehingga dapat membantu berbagai pihak dalam identifikasi rayap di Indonesia. Pengoleksian rayap di lapangan dilakukan dengan Standardized Sampling Protocol (Jones & Eggketon 2000) dan konfirmasi keakuratan taksonomi dilakukan di the Natural History Museum UK) dan Florida University (USA). Koloni rayap O. inanis yang ditemukan sebanyak 21 koloni dari berbagai habitat dan ketinggian di Indonesia. Karakter mandible kasta pekerja merupakan karakter penting yang sangat efektif dalam identifikasi O. inanis. Rayap ini tersebar hampir di semua pulau-pulau utama di Kawasan Asia Tenggara, diantaranya Malay Peninsula, Borneo, dan Sumatra, akan tetapi tidak ditemukan di Jawa. Batang kayu lapuk, pangkal pohon, serta sarang rayap lainnya (epigeal mounds) merupakan media yang dipergunakan untuk mendirikan sarangnya. Jumlah individu dalam koloni yang relatif sedikit, kemampuan beradaptasi yang lemah terhadap perubahan lingkungan, kemampuan terbang laron yang terbatas, dan preferensi habitat sarang yang spesifik merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran rayap O. inanis di Indonesia.","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47262427","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Badrus Sholih, Damayanti Buchori, Idham Sakti Harahap, Akhmad Rizali
{"title":"Pengaruh tipe penggunaan lahan dalam membentuk komunitas semut dan layanan ekosistem yang diberikan","authors":"Muhammad Badrus Sholih, Damayanti Buchori, Idham Sakti Harahap, Akhmad Rizali","doi":"10.5994/jei.16.2.83","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/jei.16.2.83","url":null,"abstract":"Semut menyediakan berbagai layanan ekosistem, seperti predasi dan penguraian. Layanan ekosistem semut pada berbagai tipe penggunaan lahan dapat dipengaruhi oleh jenis-jenis semut yang dominan di wilayah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh tipe penggunaan lahan dalam membentuk komunitas semut dan layanan ekosistem yang diberikan. Penelitian ini dilakukan pada empat tipe penggunaan lahan, yaitu hutan sekunder, hutan karet, perkebunan karet, dan perkebunan kelapa sawit di Jambi dari bulan April sampai Juni 2014. Pada setiap tipe penggunaan lahan dibuat empat plot berukuran 50 m x 50 m sebagai ulangan. Semut dikoleksi menggunakan metode pengumpanan dengan larva Corcyra cephalonica (Stainton) yang direkatkan pada piring plastik kemudian diletakkan di permukaan tanah dan batang pohon. Layanan ekosistem semut diukur dengan mengamati larva C. cephalonica yang berhasil diangkut oleh semut dalam waktu satu jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan sekunder memiliki jumlah spesies semut tertinggi dibandingkan dengan tipe penggunaan lahan lainnya. Tipe penggunaan lahan tidak berdampak pada jumlah spesies semut, namun berdampak pada komposisi spesies semut. Pengangkutan larva C. cephalonica terbanyak yang dilakukan oleh semut terjadi di hutan sekunder. Semut yang berperan penting dalam layanan ekosistem sebagai predator pada penelitian ini adalah Achantomyrmex sp. 01, Aenictus sp. 01, Carebara sp. 01, dan Tetramorium sp. 02, Odontoponera denticulata, Tetramorium sp. 03 Crematogaster sp. 02. Anoplolepis gracilipes dan Rhoptromyrmex sp. 01.","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45508740","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rini Pratiwi, C. Anwar, Salni Salni, Hermansyah Hermansyah, Novrikasari Novrikasari
{"title":"Keanekaragaman dan perilaku menggigit nyamuk sebagai vektor potensial filariasis di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan","authors":"Rini Pratiwi, C. Anwar, Salni Salni, Hermansyah Hermansyah, Novrikasari Novrikasari","doi":"10.5994/jei.16.2.91","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/jei.16.2.91","url":null,"abstract":"Filariasis adalah penyakit menular menahun disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk seperti Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman dan perilaku menggigit nyamuk sebagai vektor potensial penularan filariasis di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Penangkapan nyamuk dilakukan selama 12 jam dari pukul 18.00–06.00 dengan metode human landing collection dan animal biting trap. Pada Desember 2016 hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel nyamuk yang ditangkap di daerah studi berjumlah 16 spesies dengan spesies paling dominan yang ditemukan adalah Mansonia uniformis (47,28%), Culex tritaeniorhynchus (23,89%), dan Culex vishnui (14,48%). Ma. uniformis memiliki perilaku menggigit lebih banyak di luar rumah dengan rata-rata angka perilaku menggigit (man biting rate/MBR) sebesar 100,50 nyamuk/malam dan angka kepadatan gigitan nyamuk (man hour density/MHD) sebesar 11,90 dan merupakan yang tertinggi dari semua spesies nyamuk yang ditemukan. Analisis parity rate melalui pembedahan terhadap nyamuk dewasa mengkonfirmasi bahwa perkiraan umur populasi Ma. uniformis adalah 31,8 hari dan Ma. uniformis terdeteksi positif sebagai vektor penularan filariasis.","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45008162","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fanuel Triaswanto, U. R. Riswanta, Naufal Dhiya Ulhaq, Muhammad Luqman Fathoni, R. Soesilohadi
{"title":"Pola aktivitas harian Leptocorisa oratorius Fabricius (Hemiptera: Alydidae) pada berbagai ketinggian tempat di Daerah Istimewa Yogyakarta","authors":"Fanuel Triaswanto, U. R. Riswanta, Naufal Dhiya Ulhaq, Muhammad Luqman Fathoni, R. Soesilohadi","doi":"10.5994/jei.16.2.103","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/jei.16.2.103","url":null,"abstract":"Walang sangit (Leptocorisa oratorius Fabricus) merupakan merupakan salah satu hama penting tanaman padi. Informasi mengenai pola aktivitas harian L. oratorius masih belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui periodisititas harian dan pola aktivitas harian dari L. oratorius pada berbagai ketinggian di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan melakukan penghitungan individu L. oratorius di sawah yang memasuki fase generatif setiap jam dari pukul 06.00 sampai pukul 18.00 WIB di ketinggian 40 m dpl (Trirenggo, Bantul), 130 m dpl (Seyegan dan Mlati, Sleman), dan 340 m dpl (Ngemplak dan Pakem, Sleman). Pengukuran parameter lingkungan (suhu udara, intensitas cahaya, dan kelembaban udara) juga dilakukan di setiap sawah yang diobservasi setiap 15 menit untuk rentang waktu yang sama. Analisis data dilakukan untuk memperoleh hubungan antara parameter lingkungan dan keberadaan L. oratorius. Analisis data menggunakan korelasi. Secara umum, periodisitas harian L. oratorius memiliki dua puncak (pukul 06.00–07.00 WIB dan 16.00–17.00 WIB) dan lembah (pukul 11.00–12.00 WIB). Aktivitas yang umum ditemukan sepanjang waktu adalah makan dan berkunjung. Aktivitas kawin terjadi pada pagi hari dan aktivitas berteduh pada siang hari. Faktor suhu udara dan intensitas cahaya menunjukkan korelasi negatif, sedangkan faktor kelembaban menunjukkan korelasi positif. Pada ketinggian yang berbeda, tidak ditemukan perbedaan signifikan, baik periodisitas, pola aktivitas, dan parameter lingkungan, kecuali pada ekosistem sawah pada ketinggian 130 m dpl.","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49024940","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Jasa penyerbukan serangga pengunjung bunga pada pertanaman stroberi di Ciwidey, Bandung","authors":"Siti Masyitah, Aunu Rauf, Nina Maryana, Sih Kahono","doi":"10.5994/jei.16.2.115","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/jei.16.2.115","url":null,"abstract":"Stroberi (Fragaria x ananassa Duch.) merupakan tanaman hortikultura yang penyerbukannya sebagian tergantung pada serangga. Studi dilaksanakan pada pertanaman stroberi di Ciwidey-Bandung, dengan tujuan untuk memperkirakan kontribusi dari serangga pengunjung bunga terhadap kesuksesan penyerbukan stroberi. Di dalam studi ini kontribusi tersebut dinilai dari kelimpahan spesies serangga pengunjung bunga dan durasi kunjungan pada bunga, serta efisiensi penyerbukan yang diukur dari jumlah akene yang berkembang, bobot, dan ukuran buah, serta waktu matang buah. Hasil studi menunjukkan terdapat empat spesies serangga pengunjung bunga stroberi yang paling umum dijumpai, yaitu dua lalat bunga Episyrphus balteatus (Deg.) (47,3%) dan Melanostoma sp. (33,8%); serta dua lebah Lasioglossum sp. (7,0%) dan Apis cerana Fabricius (5,3%). Durasi kunjungan pada setiap bunga oleh kelompok lalat bunga berlangsung 7,75–10,00 menit, sedangkan oleh kelompok lebah 0,25–0,79 menit. Buah stroberi yang berkembang dari bunga yang mendapat kunjungan tunggal oleh setiap spesies serangga menghasilkan buah dengan jumlah akene berkembang 1,6–1,8 kali lipat lebih banyak, bobot buah 1,8–2,3 kali lipat lebih berat, diameter buah 1,2–1,3 kali lipat lebih lebar, serta waktu matang buah 1–3 hari lebih singkat, dibandingkan dengan buah yang berasal dari bunga yang tidak dikunjungi serangga. Keberadaan lebah dan lalat bunga memberikan sumbangan yang penting terhadap penyerbukan pertanaman stroberi di Ciwidey. Temuan dari penelitian ini berimplikasi terhadap peningkatan hasil panen stroberi melalui pengelolaan serangga penyerbuk.","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49353277","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Keanekaragaman lalat buah (Diptera: Tephritidae) dan parasitoidnya di Taman Buah Mekarsari, Cileungsi, Bogor","authors":"Rizky Marcheria Ardiyanti, Nina Maryana, Pudjianto Pudjianto","doi":"10.5994/jei.16.2.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/jei.16.2.65","url":null,"abstract":"Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan kelompok serangga yang berperan sebagai hama penting ekonomi yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi buah-buahan. Populasi lalat buah di alam dapat dipengaruhi oleh musuh alaminya, salah satunya parasitoid. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi jenis-jenis lalat buah dengan menggunakan perangkap dan mengetahui inang setiap spesies lalat buah dan parasitoidnya berdasarkan pemeliharaan buah yang terserang di Taman Buah Mekarsari, Cilengsi, Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga Agustus 2017. Identifikasi lalat buah dan parasitoid dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Institut Pertanian Bogor. Lalat buah dikoleksi dari pemasangan perangkap Steiner dan koleksi buah yang terinfestasi lalat buah. Perangkap Steiner pada setiap titik pengamatan, dipasang dua perangkap dan menggunakan dua atraktan yang berbeda, yaitu metil eugenol (ME) dan cue lure (CL). Perangkap Steiner dipasang selama enam minggu dan pengambilan imago lalat buah yang terperangkap setiap satu minggu. Buah dikoleksi sebanyak 1 kg untuk setiap jenis buah, dengan pengambilan 1–6 kali tergantung ketersediaan buah di lapangan. Atraktan ME dapat menarik 4 spesies lalat buah, yaitu Bactrocera (B.) carambolae, B. (B.) umbrosa, B. (B.) dorsalis, dan B. (B.) occipitalis, sedangkan 6 spesies lainnya tertarik atraktan CL, yaitu B. (B.) albistrigata, B. (Z.) calumniata, B. (Z.) caudata, B. (Z.) cucurbitae, B. (Z.) tau, dan D. (C.) longicornis. Ketiga parasitoid (Hymenoptera: Braconidae) ditemukan dari pemeliharaan inang, yaitu Diachasmimorpha longicaudata (Ashmead), Fopius arisanus (Sonan), dan F. vandenboschi (Fullaway).","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49240789","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Keanekaragaman parasitoid dan predator kutu lak (Laccifer lacca Kerr) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur","authors":"M. Suheri, Noor Farikhah Haneda","doi":"10.5994/JEI.16.1.52","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/JEI.16.1.52","url":null,"abstract":"Kutu lak (Laccifer lacca Kerr) (Homoptera: Kerriidae) merupakan serangga yang hidup secara parasitik pada tanaman inangnya. Serangga tersebut menghasilkan resin alami yang kompak dan tebal, yang menempel pada cabang tanaman tempat hidupnya yang biasa disebut lak. Lak cabang merupakan resin alami dari hasil sekresi serangga L. lacca berupa lapisan tebal lak yang membungkus ranting-ranting tanaman inang. Serangan parasitoid dan predator terhadap kutu lak berdampak langsung pada penurunan produktivitas lak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi parasitoid dan predator yang menyerang kutu lak, dan menghitung tingkat parasitisasi di BKPH Kabuaran dan Taman, KPH Probolinggo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Sampel lak cabang diambil dari BKPH Kabuaran dan Taman masing-masing sebanyak 200 sampel lak cabang. Masing-masing lak cabang dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Pengamatan parasitoid yang keluar dari lak cabang dilakukan dalam tabung reaksi. Famili parasitoid yang dominan ditemukan, yaitu Aphelinidae, Encyrtidae, dan Eulophidae. Predator yang ditemukan pada kutu lak terdiri atas Famili Lathridiidae (Coleoptera), Cosmopterigidae, dan Noctuidae (Lepidoptera), Nabidae (Hemiptera), serta Chrysopidae (Neuroptera). Jumlah kumulatif parasitoid di lapangan lebih banyak (5.900 individu) dibandingkan dengan di gudang (5.263 individu). Pertambahan individu parasitoid tertinggi dari lapangan dan gudang terjadi pada pengamatan hari ke-7 sampai hari ke-17. Tingkat parasitisasi kutu lak di lapangan dan gudang tergolong tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 93% dan 96%. Dapat disimpulkan bahwa kutu lak yang berasal dari lapangan maupun gudang mengalami serangan parasitoid yang sangat tinggi.","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47531955","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Biologi, neraca hayati, dan pemangsaan Cryptolaemus montrouzieri Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) pada Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae)","authors":"E. Wahyuningsih, Aunu Rauf, Sugeng Santoso","doi":"10.5994/JEI.16.1.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/JEI.16.1.18","url":null,"abstract":"Kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae), adalah hama asing invasif yang terdeteksi untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 2008. Salah satu musuh alami yang umum ditemukan adalah kumbang predator Cryptolaemus montrouzieri Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan parameter biologi dan neraca hayati serta pemangsaan C. montrouzieri pada P. marginatus. Pengamatan biologi dan neraca hayati serta pemangsaan dilakukan dengan menempatkan predator C. montrouzieri di dalam cawan Petri yang berisi kutu putih. P. marginatus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan masa inkubasi telur C. montrouzieri adalah 4,35 hari. Perkembangan larva instar-1, instar-2, instar-3, dan instar-4 secara berurutan berlangsung 4,23; 4,21; 5,84; dan 5,93 hari. Prapupa berlangsung 1,95 hari dan pupa 7,55 hari. Masa hidup imago jantan adalah 51,34 hari, sedangkan betina 83,39 hari. Jumlah telur yang diletakkan oleh satu imago betina rata-rata 198,49 butir. Laju reproduksi bersih (Ro) 117,11 individu/betina/generasi, laju pertambahan intrinsik (rm) 0,073 individu/betina/hari, rataan masa generasi (T) 64,776 hari, masa penggandaan (Dt) 9,426 hari, dan laju pertambahan terbatas (λ) adalah 1,076 per hari. Larva instar-4 C. montrouzieri merupakan fase yang paling rakus, dengan rataan jumlah telur, nimfa instar-1, instar-2, instar-3, dan imago betina kutu putih yang dimangsa per hari berturut-turut 188,0 butir; 53,4; 44,0; 26,8; dan 15,6 individu. Indeks preferensi Manly menunjukkan bahwa larva dan imago C. montrouzieri lebih memilih telur dan nimfa instar-1 P. marginatus dibandingkan dengan fase mangsa lainnya. Hasil penelitian mengindikasikan potensi yang tinggi dari C. montrouzieri dalam pengendalian hayati P. marginatus.","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43686607","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis pengaruh faktor cuaca terhadap dinamika populasi wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stål) yang tertangkap lampu perangkap","authors":"Devied Apriyanto Sofyan, Yonny Koesmaryono, Rini Hidayati","doi":"10.5994/JEI.16.1.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.5994/JEI.16.1.1","url":null,"abstract":"Wereng batang coklat (WBC) merupakan salah satu hama utama tanaman padi yang serangannya menyebabkan penurunan produksi padi. Kelimpahan populasi WBC di pertanaman padi dipengaruhi oleh faktor cuaca. Indikasi awal kelimpahan populasi WBC di pertanaman dapat dilihat dari jumlah WBC yang tertangkap lampu perangkap. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis pengaruh faktor cuaca terhadap dinamika populasi Nilaparvata lugens Stål (wereng batang coklat). Metode analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing faktor cuaca terhadap dinamika populasi WBC adalah analisis korelasi dan regresi linier berganda. Masalah multikolinearitas antar faktor cuaca yang berpengaruh dianalisis menggunakan metode regresi komponen utama. Curah hujan, kelembaban minimum, dan hari hujan memiliki korelasi kuat terhadap dinamika populasi WBC. Hasil uji subset antara ketiga faktor tersebut menghasilkan pasangan faktor yang terbaik, yaitu hari hujan dan kelembaban minimum. Persamaan regresi antara faktor hari hujan dan kelembaban minimum terhadap populasi WBC cukup baik dalam menggambarkan peningkatan populasi WBC yang seiring dengan peningkatan jumlah hari hujan pada kondisi kelembaban minimum yang fluktuatif di pertanaman.","PeriodicalId":31609,"journal":{"name":"Jurnal Entomologi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45262199","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}