{"title":"IDENTIFIKASI DAN SOLUSI ALTERNATIF PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI PALEKKO’ ITIK DI WARUNG ITIK SUMBER ABADI SEBAGAI MAKANAN KHAS KOTA SIDRAP","authors":"Nurul Qisti","doi":"10.55678/jasathp.v1i1.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.55678/jasathp.v1i1.178","url":null,"abstract":"Usaha kuliner saat sekarang ini tengah menjadi perhatian bersama karena perkembangannya yang begitu pesat. Apalagi ditunjang dengan teknologi yang memudahkan dalam pemesanan makanan di usaha kuliner ini. Semakin banyaknya usaha kuliner ini, semakin banyak pula limbah produksi yang dihasilkan. Dengan demikian, perlu perhatian dalam pemanfaatannya agar tidak berdampak buruk untuk masyarakat setempat. Penelitian ini berfokus ke makanan khas kota sidrap, Sulawesi Selatan yakni palekko’ itik. Diolah dengan bahan baku itik dan dicampur dengan bumbu rempah sehingga memiliki cita khas tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui limbah produksi palekko’ itik di Warung Itik Sumber Abadi dan memberikan solusi alternatif pemanfaatannya agar pembaca dapat menambah informasi dan menjadi peluang usaha dalam pemanfaatan limbah tersebut. \u0000Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan data dengan wawancara langsung ke pemilik Warung Itik Sumber Abadi untuk mendapatkan data penelitian. Sedangkan jenis penelitian dan pengolahan datanya menggunakan teknik penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh yakni limbah yang dihasilkan yakni limbah organik (limbah padat dan limbah cair) berupa sisa tulang itik, kulit rempah dan buah, campuran sisa makanan dan minuman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos, dan sisa tulang itik dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan gelatin. Sedangkan untuk limbah cairnya dapat diolah kembali sehingga aman untuk dibuang ke badan air atau dikonsumsi kembali. Limbah anorganiknya (limbah domestik) dapat didaur ulang dan dimanfaatkan sebagai media tanam. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa belum adanya pengelolaan limbah yang dilakukan di Warung Itik Sumber Abadi. Limbah yang diidentifikasi masih dalam kategori aman untuk jangka pendek. Sehingga perlu dilakukannya pengelolaan dan pemanfaatan limbah secara optimal sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan untuk jangka panjangnya. \u0000 ","PeriodicalId":279992,"journal":{"name":"JASATHP: Jurnal Sains dan Teknologi Hasil Pertanian","volume":"112 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124764395","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KAJIAN PERBANDINGAN SIFAT KIMIA KANDUNGAN PATI TEPUNG JAGUNG BERDASARKAN VARIASI METODE PENGOLAHAN","authors":"A. Nurwahidah","doi":"10.55678/jasathp.v1i1.183","DOIUrl":"https://doi.org/10.55678/jasathp.v1i1.183","url":null,"abstract":"Pati merupakan kandungan penting pada tepung jagung selain kandungan kimia lainnya. Penentuan kandungan pati tepung jagung berdasarkan variasi metode pengolahan didapatkan dari perbandingan hasil terbaik dari dua penelitian. Artikel ini betujuan untuk membandingkan kandungan pati tepung jagung dari variasi metode pengolahan. Metode yang digunakan yakni metode review jurnal dengan mengkaji dua jurnal penelitian dan membandingkan hasil terbaik melalui metode yang digunakan masing-masing. Hasil kajian dari hasil terbaik dari dua penelitian menunjukkan bahwa kandungan pati tertinggi yakni tepung jagung yang dihasilkan dengan metode fermentasi menggunakan Lactobacillus bulgaricus dan lama perendaman 80 jam. Kandungan pati yang diperoleh yakni 80.4%. Dibandingkan dengan metode spontan (menggunakan air) dengan lama perendaman 60 jam sebagai kontrol, menghasilkan kandungan pati sebanyak 75.43%. Dan metode fermentasi menggunakan ragi selama 12 jam dan perendaman Na2S2O4 selama 36 jam sebanyak 72.7%.","PeriodicalId":279992,"journal":{"name":"JASATHP: Jurnal Sains dan Teknologi Hasil Pertanian","volume":"90 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125672854","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Research is titled Overview of rice quality in Panca Rijang District, Sidenreng Rappang Regency","authors":"Salfiana Salfiana","doi":"10.55678/jasathp.v1i1.199","DOIUrl":"https://doi.org/10.55678/jasathp.v1i1.199","url":null,"abstract":"Research is titled Overview of rice quality in Panca Rijang District, Sidenreng Rappang Regency. The research aims to measure or identify quantitatively the quality of rice in the District of Panca Rijang. Sampeling is obtained from a mobile car grinder, by taking a different sample from rice. The research was carried out by analyzing the water content of the sample, identification of head rice, broken grains, granular grains, red grains, yellow / damaged grains, calcifying grains, foreign objects and grain grains. The results showed that the five rice samples in Panca Rijang District, 80% met the requirements of the SNI 6128: 2015 quality class and 20% did not include the quality classes in accordance with the SNI SNI 6128: 2015. This shows that the quality of rice in Sidenreng Rappang Regency still needs to be improved, as well as maintaining the quality of rice that is in accordance with applicable quality standards.","PeriodicalId":279992,"journal":{"name":"JASATHP: Jurnal Sains dan Teknologi Hasil Pertanian","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122266466","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH TINGKATAN SUHU PENYANGRAIAN (Roasting) TERHADAP KARAKTERISTIK AROMA KOPI ARABIKA","authors":"Idahwati Muslimin","doi":"10.55678/jasathp.v1i1.182","DOIUrl":"https://doi.org/10.55678/jasathp.v1i1.182","url":null,"abstract":"Penyarangraian adalah tahapan proses pembentukan aroma dan citarsa khas pada minuman kopi. Penelitian ini \u0000bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu penyangraian terhap aroma kopi yang dihasilkan dari beberapa \u0000metode pengolahan. Pengolahan buah kopi dilakukan dengan tiga pengolahan yaitu pengolahan basah \u0000(fermentasi dalam air selama 12 jam), pengolahan kering (tanpa fermentasi) dan fermentasi menggunakan \u0000teknologi Ohmic (OHM) dan dengan penambahan ekstrak nenas. Kopi hasil fermentasi dikeringkan hingga \u0000kadar air sekitar 11% bb kemudian disangrai pada tiga tingkat penyangraian light (193oC) dengan waktu 10 \u0000menit, medium (203oC) dengan waktu 8 menit, dan dark (213oC) selama 7 menit. Hasil penelitian menunjukkan \u0000bahwa kopi yang diperoleh dari penyangraian pada tingkat medium kandungan kafein tertinggi pada pengolahan \u0000kering dengan total kafein 0,119%, kemudian diikuti pengolahan basah dengan total kafein 0,087%, dan kadar \u0000kafein terendah diperoleh dari kopi yang difermentasi menggunakan teknologi Ohmic dengan penambahan \u0000ekstrak nenas yaitu 0,047%. Kandungan keasaman (pH) pada pengolahan kering merupakan pH tertinggi dengan \u0000nilai pH yaitu 5,85, kemudian diikuti pengolahan basah 5,78, dan pH terendah diperoleh dari kopi yang di \u0000fermentasi dengan menggunakan teknologi Ohmic dengan penambahan ekstrak nenas yaitu 4,81% yang \u0000mendekati asam. Kandungan total asam tertinggi diperoleh dari kopi yang di fermentasi dengan menggunakan \u0000teknologi Ohmic dengan penambahan ekstrak nenas dengan kandungan total asam 0,0034%, diikuti pada \u0000pengolahan basah 0,0033%, dan total asam terendah diperoleh dari pengolahan kering dengan total asam \u00000,0032%. Atribut aroma yang dihasilkan pada tingkat penyangraian medium memberikan aroma chocolate, \u0000caramel, fruity, dan earty. Sedangkan pada citarasa seduhan kopi meberikan rasa yang seimbang antara \u0000sweetness, acidity, bitteness, dan body yang tebal yang disukai oleh panelis.","PeriodicalId":279992,"journal":{"name":"JASATHP: Jurnal Sains dan Teknologi Hasil Pertanian","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126780992","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Pembekuan Pada Proses Pengolahan Ikan Tuna Kering","authors":"Rukmelia Rukmelia","doi":"10.55678/jasathp.v1i1.394","DOIUrl":"https://doi.org/10.55678/jasathp.v1i1.394","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000 Ikan merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Oleh karena itu dilakukan pengawetan agar tidak memberikan kesempatan bagi bakteri berkembang biak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan proses terbaik dalam pembuatan ikan tuna kering. Perlakuan penelitian dengan pembekuan dan tanpa pembekuan. Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Penelitian pendahuluan menghasilkan konsentrasi penambahan garam yang digunakan pada pembuatan ikan tuna kering yaitu 20% dari berat total bahan selama 12 jam. Rendemen ikan tuna kering dengan pembekuan yaitu 30,45%, sedangkan rendemen ikan tuna kering tanpa pembekuan yaitu 20,44. kadar air tertinggi terdapat pada ikan tuna kering dengan pembekuan yaitu 8,085%, sedangkan kadar air terendah pada ikan tuna tanpa pembekuan yaitu 4,39%. Hasil uji organoleptik terhadap warna ikan tuna kering berkisar antara 2,8 – 3,035. Hasil uji organoleptik terhadap aroma ikan tuna kering berkisar antara 2,95 – 2,965. Hasil uji organoleptik terhadap tekstur ikan tuna kering berkisar antara 2,77 – 2,865. Hasil uji organoleptik terhadap kenampakan ikan tuna kering berkisar antara 2,75 – 3,485. Pada umumnya panelis suka terhadap produk ikan tuna kering. \u0000Kata Kunci : Ikan, Tuna, Pembekuan, Pengeringan, Penggaraman,","PeriodicalId":279992,"journal":{"name":"JASATHP: Jurnal Sains dan Teknologi Hasil Pertanian","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116146302","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}