Jurnal SentrisPub Date : 2020-08-19DOI: 10.26593/sentris.v1i1.4142.1-14
Agatha Lydia Natania
{"title":"The Future of Child Refugees in Europe","authors":"Agatha Lydia Natania","doi":"10.26593/sentris.v1i1.4142.1-14","DOIUrl":"https://doi.org/10.26593/sentris.v1i1.4142.1-14","url":null,"abstract":"Krisis pengungsi yang terjadi di Eropa telah menarik perhatian dunia internasional. Di antara berbagai pengungsi dengan latar belakang yang berbeda-beda, banyak anak terpaksa meninggalkan negaranya dan menempuh jalan yang berbahaya agar sampai di tanah Eropa. Bahkan, banyak dari antara mereka tidak pernah sampai di tempat tujuannya atau kehilangan anggota keluarganya. Berdasarkan pentingnya jaminan keamanan dan keselamatan para pengungsi anak-anak tersebut, karya tulis ini akan fokus pada pemetaan kebutuhan mereka. Argumen utama pada karya tulis ini adalah kondisi pemenuhan kebutuhan para pengungsi anak-anak tidak merata, sehingga diperlukan adanya tindakan terkoordinasi antara para pemangku kepentingan untuk menjamin keselamatan para pengungsi anak-anak ini. Selain itu, pentingnya aspek pendidikan juga akan dibahas untuk menekankan pentingnya perencanaan masa depan mereka. Karya tulis ini akan menggunakan teori keamanan manusia untuk menjelaskan hak para pengungsi anak-anak untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan mereka. Pemenuhan kebutuhan pengungsi anakanak perlu dipertimbangkan secara menyeluruh dan dikoordinasikan dengan baik.","PeriodicalId":263620,"journal":{"name":"Jurnal Sentris","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114486713","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal SentrisPub Date : 2020-08-19DOI: 10.26593/sentris.v1i1.4168.70-89
J. William
{"title":"Reviewing South America Institutionalism and the Failure of Regional Integration Process","authors":"J. William","doi":"10.26593/sentris.v1i1.4168.70-89","DOIUrl":"https://doi.org/10.26593/sentris.v1i1.4168.70-89","url":null,"abstract":"Revolusi Amerika Selatan secara massif pada awal abad 19, berdampak terhadap terbentuknya negara independen dan proses dekolonisasi oleh Kekaisaran Spanyol dan Portugal. Gaungan unifikasi atas dasar persamaan kultural dan linguistik berusaha diimplementasikan di wilayah ini secara terus-menerus, tetapi nyatanya proses integrasi regional ini selalu menemui kegagalan. Lemahnya proses industrialisasi, terbatasnya konsolidasi kedaulatan, serta banyaknya konflik internal turut serta berkontribusi dalam gagalnya usaha ini. Permasalahan ini terus berlanjut secara periodik hingga pada masa pembentukan regionalisme global pasca PD2. Disaat integrasi regional telah berhasil terbentuk di Afrika dan Eropa semisalnya, Amerika Selatan belum juga berhasil menegakkan suatu institusi regionalisme yang terpadu dan berdaya kompetisi tinggi di pasar dunia. Dari implikasi tersebut, karya ilmiah ini akan mencari interkoneksi antara pengaruh geopolitik kawasan dengan pembentukan institusi domestik untuk menemukan akar permasalahan gagalnya pembentukan regionalisme di Amerika Selatan, faktor historis semenjak dekolonisasi hingga gelombang revolusi sosialis abad 21 didalam dinamika Amerika Selatan akan digunakan sebagai fondasi analisis karya ilmiah ini. Kemudian, paradigma konstruktivis akan digunakan sebagai pengampu, disertai teori dan konsep regionalisme praktis oleh pakar Hubungan Internasional Jeffrey Checkel","PeriodicalId":263620,"journal":{"name":"Jurnal Sentris","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130421249","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal SentrisPub Date : 2020-08-18DOI: 10.26593/sentris.v2i2.4136.25-38
Jovita Putri
{"title":"China’s Departure from Its Long-Standing Non-Interference Foreign Policy in the Middle East","authors":"Jovita Putri","doi":"10.26593/sentris.v2i2.4136.25-38","DOIUrl":"https://doi.org/10.26593/sentris.v2i2.4136.25-38","url":null,"abstract":"Sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat, Tiongkok telah menunjukkan kehebatannya serta peran aktifnya dalam lingkup global. Pandangan elit Beijing yang selama ini didominasi oleh kebijakan luar negeri yang bersifat non-intervensi, kini telah mengambil jalur yang berbeda. Sebagai negara industri maju, Tiongkok menaruh perhatian lebih pada sektor industri. Maka dari itu, energi merupakan salah satu kepentingan vital yang harus dicapai dan dijaga Tiongkok. Salah satu negara mitra pengekspor minyak ke Tiongkok adalah negara-negara di kawasan Timur Tengah. Berbagai kisruh politik dan konflik internal maupun internasional yang terjadi di kawasan tersebut seakan menjadi peringatan bagi Tiongkok untuk turut andil demi menjaga kepentingan nasionalnya. Relevansi prinsip kebijakan luar negeri non-intervensi Tiongkok ditantang oleh berbagai tuntutan dan tekanan internasional. Oleh karena itu, paper ini bertujuan untuk meninjau relevansi prinsip kebijakan luar negeri non-intervensi Tiongkok terhadap kawasan di Timur Tengah.","PeriodicalId":263620,"journal":{"name":"Jurnal Sentris","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124377564","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal SentrisPub Date : 2020-08-18DOI: 10.26593/sentris.v2i2.4139.57-65
Catharina Dheani
{"title":"One Belt One Road and Global Maritime Fulcrum: Between Contradictions and Harmony","authors":"Catharina Dheani","doi":"10.26593/sentris.v2i2.4139.57-65","DOIUrl":"https://doi.org/10.26593/sentris.v2i2.4139.57-65","url":null,"abstract":"A story of connectivity, part of the international diplomatic arena with routes, hubs, and corridors has been set as the mantra of the Belt and the Road of China. In 2013, when China’s paramount leader, Mr. Xi took a visit in mostly Central Asia and Southeast Asia, he initiatively proposed to build the Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk Road. It is then being abbreviated as OBOR (One Belt One Road) which represents China’s audacious vision to transform political region in Europe, Africa, and Asia for decades to come. The initiative absolutely calls for a greater integration of those regions into a cohesive economic area through building infrastructure, increasing cultural exchanges, and broadening trade. This centerpiece of Mr. Xi’s foreign policy has been categorized as the most important feature of the country to show its charm in offering a deeper connection and a bundle of developmental pledges towards all neighboring countries. Indonesia, the south neighboring country of China, is also included in the orbit of convergence with Jokowi’s vision and foreign politics strategies ‘to be a global maritime fulcrum.’ Both are in attempt to reinvigorate what each apprehends as their previous maritime glory. However, there are several limits of cooperation between the two sides, in particular the territorial issue in the South China Sea. Confrontations in fishing and coast guard ships, including a domineering manner of China’s foreign conduct are the current impediments to advance cooperation. Yet, it is evident that Indonesia will need Chinese investments in order to realize the Global Maritime Fulcrum. All in all, this research aims to analyze the concept of connectivity between two sides as well as to explore on how Indonesia and China could maintain their partnership to achieve each specific national goals without stepping on each other’s toes","PeriodicalId":263620,"journal":{"name":"Jurnal Sentris","volume":"192 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126998547","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal SentrisPub Date : 2020-08-18DOI: 10.26593/sentris.v2i2.4135.14-24
Naifa Rinzani
{"title":"The Smiling Buddha: How India refused the Nuclear NonProfileration Treaty / The Smilling Buddha: Penolakan India Terhadap perjanjian non-proliferasi nuklir","authors":"Naifa Rinzani","doi":"10.26593/sentris.v2i2.4135.14-24","DOIUrl":"https://doi.org/10.26593/sentris.v2i2.4135.14-24","url":null,"abstract":"Proses India dalam mengkonsepsikan senjata nuklir sebagai alat politik telah melalui berbagai macam dinamika, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Desakan faktor eksternal, yaitu kondisi keamanan yang terancam, diikuti dengan perdebatan antara pemerintah dan golongan terkemuka di India memunculkan pemahaman yang berbeda mengenai kebijakan nuklir. Kebijakan India dalam pengembangan senjata nuklir dilakukan dengan pendekatan yang berbeda dari pemahaman dunia internasional pada senjata nuklir pada umumnya memunculkan banyak kontroversi, dimana salah satunya adalah tidak menandatangani perjanjian non-proliferasi nuklir. Melalui tulisan ini, akan dibahas bagaimana India membuat kebijakan nuklir berdasarkan pemahaman mereka terkait penggunaan senjata nuklir dan mengapa India menolak menandatangani perjanjian nonproliferasi nuklir.","PeriodicalId":263620,"journal":{"name":"Jurnal Sentris","volume":"411 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123245154","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal SentrisPub Date : 2020-08-18DOI: 10.26593/sentris.v2i2.4134.1-13
Nadyara Nafisa
{"title":"Foreign Cultural Policy: The Lack and Importance of Public Diplomacy in Israel’s Public Image Restoration","authors":"Nadyara Nafisa","doi":"10.26593/sentris.v2i2.4134.1-13","DOIUrl":"https://doi.org/10.26593/sentris.v2i2.4134.1-13","url":null,"abstract":"Eksistensi Israel sebagai sebuah entitas negara kerap mengalami berbagai pergolakan sejak kemerdekaanya pada 14 Maret 1947 silam. Berbagai polemik yang mengancam kedaulatan- - secara spesifik keutuhan wilayah geografisnya serta konflik panjang yang dihadapinya dengan Palestina telah menjadi bagian dari prioritas kepentingan nasional yang melahirkan sintesa kebijakan luar negeri yang berorientasi sektor pertahanan dan militer memberikan implikasi pada pemusatan aplikasi konsepsi hard power. Simpati masyarakat internasional terhadap Palestina, korban jiwa yang berjatuhan, dan pemberitaan media internasional terhadap Israel telah memberikan beban baru bagi tubuh Israel sendiri: citra negara yang buruk dengan diskursi yang berkembang dalam masyarakat internasional berupa “penolakan” Israel atas perdamaian dunia melalui kebijakan militer bersakala besar yang memakan banyaknya korban jiwa. Pada saat yang sama, dunia internasional tengah dihadapkan pada era globalisasi, dimana hal ini turut mempengaruhi bentuk diplomasi sebagai instrumen kebijakan negara dengan mengedepankan konsepsi citizen and cultural oriented yang kemudian dikenal sebagai diplomasi publik selain instrumen hard power dalam memperjuangkan kepentingannya. Dalam paper ini, penulis akan membahas pentingnya diplomasi publik sebagai instrumen kebijakan luar negeri Israel yang berbasis budaya dalam membangun kembali citra negaranya dan upaya yang telah dilakukan pemerintah Israel terkait dengan diplomasi publik. Untuk melengkapi pemahaman dalam topik pembahasan paper ini, penulis turut menyertakan perspektif foreign cultural policy dan diplomasi publik. Sebagai konsensus dari pembahasan, penulis berargumen bahwa diperlukan adanya atensi lebih terhadap pentingnya diplomasi publik sebagai instrumen penting dalam upaya membangun citra baru Israel.","PeriodicalId":263620,"journal":{"name":"Jurnal Sentris","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123913602","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal SentrisPub Date : 2020-08-17DOI: 10.26593/sentris.v1i1.4121.1-16
Giasinta Livia
{"title":"DIPLOMASI PUBLIK SEBAGAI INSTRUMEN PENGGALANG DUKUNGAN INTERNASIONAL BAGI PALESTINA","authors":"Giasinta Livia","doi":"10.26593/sentris.v1i1.4121.1-16","DOIUrl":"https://doi.org/10.26593/sentris.v1i1.4121.1-16","url":null,"abstract":"The preference of states to use public diplomacy strategy to support the realization of their national interests has become an international phenomenon nowadays. Public diplomacy in the modern era of International Relations turns out to be an instrument for states to exercise their soft power, as well as to convey specific messages intended for the international public. Thus, public diplomacy could be an alternative way for states that had serious barriers in practicing formal diplomacy in conventional ways. Palestine, as an entity whose legal status remains debatable, \u0000also utilizes public diplomacy as its strategy to gain support and recognition from the international community. This paper would aim to answer the \u0000research question on how Palestine exercises its public diplomacy, particularly digital diplomacy and citizen diplomacy, to gain international \u0000recognition for its statehood. By means of the use of social media and the exposure on Palestine’s internationally well-known figure, Palestine is building \u0000a perception that Palestine itself is a state with no difference with the other states — therefore deserves independence and total sovereignty over \u0000its territory.","PeriodicalId":263620,"journal":{"name":"Jurnal Sentris","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115688846","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal SentrisPub Date : 2020-08-17DOI: 10.26593/sentris.v1i1.4132.91-99
Fransisca Bianca
{"title":"Fetishism and Sexual Objectification towards African (Black) Women in Modern Society: Analyzing the Portrayal of African Women in the Media","authors":"Fransisca Bianca","doi":"10.26593/sentris.v1i1.4132.91-99","DOIUrl":"https://doi.org/10.26593/sentris.v1i1.4132.91-99","url":null,"abstract":"In the perspective of multicultural feminism, beside society needs to end the subordination of women to men, it also needs to end the subordination of women to fellow women depending on her race, religion, education, etc. Multicultural feminism also emphasizes the acknowledgement of the difference between each woman’s background to understand their issues. Even so, the fact remains that women of color; African women in the case of this paper, still face objectification by society. While considered as possessing the ideal physique to fit men’s sexual desires, African women are still considered subordinate than Caucasian women. This does not only emphasize the portrayal of women as objects to men, but also emphasizes the consideration of women of color being in lower class than Caucasian women. Thus, with consideration to the way African women are portrayed in the media as exemplified by the case analysis in this paper, it could be concluded that African women (and other women of color) are still more often objectified in modern society.","PeriodicalId":263620,"journal":{"name":"Jurnal Sentris","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125259060","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal SentrisPub Date : 2020-08-17DOI: 10.26593/sentris.v1i1.4129.62-68
Nindyo Setiawan
{"title":"Strategi Luar Negeri Dubai Menjadi Sebuah Peradaban Modern (Melalui Kebijakan Luar Negerinya)","authors":"Nindyo Setiawan","doi":"10.26593/sentris.v1i1.4129.62-68","DOIUrl":"https://doi.org/10.26593/sentris.v1i1.4129.62-68","url":null,"abstract":"Located in the Middle East region, Dubai has to face the reality to compete with other countries in a business that only consists of the oil market. However, it was predicted that in the year of 2005, Dubai’s oil resources will be run out. After the establishment of United Arab Emirates (UAE), Dubai has slowly shown its progress significantly. Started as a desert civilization who didn’t have anything into a metropolitan country with all of the majesties which is considered as a world class level, often called as the Singapore of the Middle East. However, the success of Dubai can't be separated from the foreign policy created by its leader, Sheik Mohammed bin Rashid Al Maktoum who is often called as the CEO of Dubai. After pointed as the leader of Dubai Defense Force by his father, Sheikh Rashid, Sheikh Mohammed began to help his father. He finally took the position as Emir of Dubai in 2006 after his brother Maktoum bin Rashid Al Maktoum died. Through this paper, the writer is going explore the foreign policy created by Sheikh Mohammed bin Rashid al Maktoum. The analysis itself is going to use Idiosyncratic Theory created by Margareth Hermann as a theoretical framework.","PeriodicalId":263620,"journal":{"name":"Jurnal Sentris","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133999225","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}