Agitya Resti Erwiyani, Dina Sihot Rejeki Gultom, D. Oktianti
{"title":"Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Menggunakan Metode AlCl3","authors":"Agitya Resti Erwiyani, Dina Sihot Rejeki Gultom, D. Oktianti","doi":"10.35473/IJPNP.V4I1.888","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/IJPNP.V4I1.888","url":null,"abstract":"Pinang merupakan tanaman yang banyak tersedia di Indonesia dan memiliki berbagai manfaat. Pemanfaatan air rebusan biji pinang digunakan masyarakat dalam membersihkan dan menyembuhkan luka infeksi. Biji pinang mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid, tannin, asam galat, katekin, beta-sitosterol, gum dan asam amino. Biji pinang dilakukan purifikasi untuk mengilangkan zat ballast yang tidak dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar flavonoid total ekstrak kasar dan ekstrak terpurifikasi. Metode yang digunakan dalam penetapan kadar adalah metode kolorimetri AlCl3. Penetapan kadar flavonoid dilakukan pada panjang gelombang 413,5 nm dengan standar baku pembanding kuersetin. Plot hubungan antara konsentrasi kuersetin versus absorbansi diperoleh persamaan kurva baku sebesar y = 0,0088x – 0,17 dengan nilai R2 sebesar 0,9998. Uji kualitatif menunjukkan ekstrak biji pinang tanpa purifikasi, dengan perlakuan purifikasi n-heksan dan etil asetat mengandung metabolit sekunder diantaranya flavonoid, saponin, tannin dan fenol. Purifikasi pelarut n-heksan didapatkan hasil rendemen lebih banyak dibandingkan ekstrak yang dipurifikasi dengan pelarut etil asetat. Kadar flavonoid ekstrak tanpa purifikasi, ekstrak purifikasi pelarut n-heksan dan etil asetat berturut – turut sebesar 69,13 ; 130,3 ; dan 94,73 mgQE/g. Hal tersebut sebanding dengan perolehan % rendemen tertinggi diperoleh dari ekstrak terpurifikasi n-heksan. Purifikasi pada ekstrak akan menyebabkan hilangnya zat ballast dalam ekstrak sehingga kandungan flavonoid pada ekstrak akan lebih tinggi.Kata kunci : flavonoid, metode AlCl3, ekstrak, purifikasiAreca nut is a plant that is widely available in Indonesia and has various benefits. Utilization of boiled betel nut water is used by the community to clean and heal infected wounds. Betel nuts contain phenolic compounds such as flavonoids, tannins, gallic acid, catechins, beta-sitosterol, gum, and amino acids. Areca seeds are purified to remove unnecessary ballast substances. This study aims to determine the total flavonoid levels of crude extract and purified extract. The method used in the assay is the AlCl3 colorimetric method. Determination of flavonoid levels was carried out at a wavelength of 413.5 nm with a quercetin standard. The plot of the relationship between quercetin concentration versus absorbance obtained a standard curve equation of y = 0.0088x - 0.17 with an R2 value of 0.9998. The qualitative test showed that betel nut extract without purification, with purification treatment of n-hexane and ethyl acetate, contained secondary metabolites including flavonoids, saponins, tannins, and phenols. The purification of the n-hexane solvent obtained more yields than the extract purified with ethyl acetate solvent. The flavonoid levels of the extract without purification, the purified extract of n-hexane and ethyl acetate were 69.13; 130.3; and 94.73 mg QE / g. This is comparable to the highest% yield obtained from purified extracts","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"83 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122628071","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antihipertensi Tunggal pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Danurejan","authors":"Margala Juang Bertorio","doi":"10.35473/IJPNP.V3I2.544","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/IJPNP.V3I2.544","url":null,"abstract":"ABSTRAKHipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Penyakit hipertensi menjadi penyebab kematian yaitu sekitar 13% dari total kematian, prevalensi hampir sama besar baik di negara berkembang maupun negara maju. Jenis penyakit yang memerlukan terapi jangka panjang karena hipertensi suatu penyakit yang sulit disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Dampak ekonomi perlu dilihat mengingat penggunaan obat antihipertensi secara jangka panjang. Penelitian farmakoekonomi merupakan proses identifikasi, pengukuran dan perbandingan biaya, akibat dan keuntungan suatu program pelayanan dan terapi, serta menentukan pilihan mana yang memberikan outcomes kesehatan terbaik untuk sumber yang diinvestasikan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antihipertensi tunggal, rata-rata biaya terapi yang dikeluarkan pasien dan golongan antihipertensi yang paling efektif biaya. Penelitian bersifat observasional dengan rancangan potong lintang analitik secara retrospektif, populasi diambil dari populasi terjangkau berdasar kriteria inklusi dan eksklusi. Gambaran berdasar jenis kelamin paling banyak pada perempuan, berdasar usia pada kelompok lanjut usia akhir. Hasil penelitian didapati bahwa pasien paling banyak mendapat terapi hidroklorotiazid, yaitu sembilan pasien (43%) menggunakan hidroklorotiazid. Rata-rata biaya terapi antihipertensi paling rendah, yaitu pada penggunaan kaptopril Rp.2.857,14. Golongan antihipertensi yang paling efektif biaya adalah golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor yaitu kaptopril. Nilai Average Cost Effectiveness Ratio terendah 33,32 (penggunaan kaptopril) dan nilai Incremental Cost Per Unit of Effectiveness Ratio 81,41 (penggunaan kaptopril ditambah hidroklorotiazid).Kata kunci : Analisis efektifitas biaya, Hipertensi, Antihipertensi tunggal, Puskesmas Kecamatan DanurejanHypertension is a disease that occurs due to an increase in blood pressure. Hypertension the cause of death approximately 13% of the total deaths, nearly as large prevalence in both developing countries and developed countries. Type of disease that requires long-term therapy for hypertension, a disease that is difficult to cure but can be controlled. Hypertension therapy needs to be viewed in terms of its economy because in the long term use. The study aims is to describe the use of a single antihypertensive, the average cost incurred therapy group patients and most cost effective antihypertensives. An observational study with cross sectional analytic design retrospective, population-based affordable drawn from a population inclusion and exclusion criteria. Overview by sex most of the women, based on the age of the elderly end. The results found that most patients received hydrochlorothiazide therapy, ie nine patients (43%) using hydrochlorothiazide. Average of the lowest cost of antihypertensive therapy, namely the use of captopril Rp.2.857,14. Most classes of antihypertensive cost effective is the class of Angiotensin Conv","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130083834","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
D. Oktianti, Nova Hasani Furdiyanti, Windha Novia Fajriani, Utami Ambarsari
{"title":"Evaluasi Terapi Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Di RS X di Semarang","authors":"D. Oktianti, Nova Hasani Furdiyanti, Windha Novia Fajriani, Utami Ambarsari","doi":"10.35473/ijpnp.v3i1.504","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/ijpnp.v3i1.504","url":null,"abstract":"Hipertensi menempati proporsi terbesar kelompok penyakit tidak menular di Jawa Tengah sebesar 60,00% pada 2016 dan meningkat menjadi 64,83% pada 2017. Hipertensi adalah faktor resiko penyakit serebrovaskular, penyakit arteri koroner, dan gagal ginjal. Strategi terapi dalam pemilihan obat perlu dicermati agar diperoleh obat yang efektif dan tepat diberikan sehingga dapat menghasilkan efektifitas yang optimum dan tidak menimbulkan Drug Related Problems (DRPs). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemilihan dan dosis antihipertensi pada pasien hipertensi rawat inap di RS X di Semarang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non ekperimental. Pengumpulan data secara retrospektif dengan menganalisis data rekam medis pasien hipertensi rawat inap periode 2018. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang digunakan sebanyak 79 pasien. Analisis data dilakukan menggunakan JNC VIII 2014, DIH 2018, dan DIF 2012.Hasil penelitian menunjukkan ketidaktepatan pemilihan obat sebesar 15,21% terjadi pada 11 pasien terdiri atas interaksi obat 12,67%, duplikasi 1,27%, dan terlalu banyak obat untuk 1 indikasi sebesar 1,27%, ketepatan pemilihan dosis sebesar 97,47%. Pemilihan terapi antihipertensi pada pasien hipertensi rawat inap di RS X menunjukkan sebanyak 86,08% ketepatan pemilihan dosis sebesar 97,47%memperoleh pemilihan yang sudah tepat.Kata Kunci: Antihipertensi, Pemilihan Obat, Dosis, DRPs.Hypertension had the largest proportion of non communicable diseases in Central Java, which was 60,00% in 2016 increased to 64,83% in 2017. Hypertension is a risk factor for cerebrovascular disease, coronary artery disease, and kidney failure. The therapeutic strategy in drug selection needs to be examined in order to obtain appropriate drugs that can produce optimal effectiveness and avoid Drug Related Problems (DRPs). This study aimed to evaluate the selection and evaluate the accuracy of dose of antihypertensive therapy at X Hospital. This study was non experimental research. Retrospective data collected by analyzing the medical record data from inpatient in 2018. The sampling technique was purposive sampling according to inclusion and exclusion criteria. The sample used in this study were 79 patients. Data analysis was performed using JNC VIII 2014, DIH 2018, and DIF 2012.The results showed the inaccuracy of drug selection was 15,21% on 11 inpatients consisting of drug interactions 12,67%, duplication 1,27%, and too many drugs for 1 indication 1,27%. The dose selection accuracy is high at 97,47% The selection of antihypertensive therapy in hypertensive inpatients at X Hospital showed that 86,08% obtained the correct drug selection and The dose selection accuracy is high at 97,47%.Keywords: Antihypertension, Drug Selection, Dose, DRP.","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116856148","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Skrining Fitokimia Dan Penetapan Kadar Flavonoid Total Serta Fenolik Total Ekstrak Daun Insulin (Tithonia diversifolia) Dengan Maserasi Menggunakan Pelarut Etanol 96 %","authors":"Melati Aprilliana Ramadhani, Anita Kumala Hati, Novel Fibriani Lukitasari, Armin Hari Jusman","doi":"10.35473/ijpnp.v3i1.481","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/ijpnp.v3i1.481","url":null,"abstract":"LDaun insulin (Tithonia diversifolia) secara empiris digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menurunkan kadar gula darah. Senyawa aktif dalam ekstrak etanol daun insulin yang diprediksi memiliki aktivitas penurunan kadar gula darah adalah senyawa flavonoid dan fenolik. Ekstraksi dengan metode maserasi diharapkan dapat menjaga flavonoid dan fenolik dari kerusakan akibat pemanasan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder dan kadar flavonoid total serta fenolik total dalam ekstrak etanol 96% daun Insulin (Tithonia diversifolia) yang diekstraksi dengan metode maserasi. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium untuk skrining fitokimia dan menetapkan kadar flavonoid total serta fenolik total daun insulin (Tithonia diversifolia) dengan metode maserasi. Kadar flavonoid dan kadar fenolik ditetapkan menggunakan metode spektrofotometri visible. Flavonoid ditetapkan kadarnya berdasarkan pembentukan senyawa kompleks aluminium klorida, dengan standar baku kuersetin. Kadar fenolik ditetapkan berdasarkan pembentukan senyawa kompleks momolibdenum-tungsten, dengan standar baku asam galat. Hasil penelitian adalah skrining fitokimia ekstrak daun insulin menunjukkan bahwa daun insulin mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan fenolik. Kadar flavonoid dalam ekstrak etanol 96% daun insulin (Tithonia diversifolia) yang diperoleh metode ekstraksi maserasi adalah sebesar 90,58 mgEQ/gram ekstrak dan kadar fenolik sebesar 67,41 mgEAG/gram ekstrak. Kadar Flavonoid total dalam ekstrak etanol 96% daun Insulin lebih tinggi daripada kadar Fenolik total.Kata kunci : Tithonia diversifolia, Flavonoid, Fenolik, MaserasiInsulin leaf (Tithonia diversifolia) is empirically used by Indonesian people to reduce blood sugar levels. The active compounds in the ethanol extract of insulin leaves which are predicted to have decreased blood sugar levels are flavonoids and phenolic compounds. Extraction using maceration method is expected to be able to protect Flavonoids and Phenolics from heating damage. The study was conducted to find out the secondary metabolites, anda determine total flavonoid and total phenolic levels in ethanol 96% extract of Insulin (Tithonia diversifolia) leaves extracted by maceration method. This research is an experimental laboratory to phytochemical screening, and determine the levels of total flavonoids and total phenolic of insulin leaves (Tithonia diversifolia) by maceration method. Flavonoid levels and phenolic levels were determined using visible spectrophotometry methods. Flavonoid levels are determined based on the formation of aluminum chloride complex compounds, with the standard of quercetin. Phenolic levels are determined based on the formation of the compound momolybdenum-tungsten complex, with gallic acid standard. The result of this research are phytochemical screening of insulin leaf extracts shows that insulin leaves contain flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, and phenolic. The results showed average co","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"517 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116230206","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Munira Munira, Cut Fardilla, Noni Zakiah, R. Rasidah, M. Nasir
{"title":"Pengaruh Lama Pemakaian Sediaan Kosmetik Bedak Padat Terhadap Cemaran Mikroba","authors":"Munira Munira, Cut Fardilla, Noni Zakiah, R. Rasidah, M. Nasir","doi":"10.35473/ijpnp.v3i1.421","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/ijpnp.v3i1.421","url":null,"abstract":"Bedak adalah salah satu sediaan kosmetik yang dipakai dalam jangka waktu yang lama. Bedak yang digunakan akan terjadi kontaminasi bahkan semakin meningkat seiring dengan lamanya pemakaian. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain penyimpanan, lingkungan, dan spons bedak. Penggunaan spons bedak merupakan salah satu sumber cemaran bakteri. Di mana penggunaan spons yang sama secara berulang-ulang dan bersentuhan langsung pada kulit dapat meningkatkan jumlah mikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lamanya penyimpanan, pemakaian suatu sediaan kosmetik bedak padat terhadap tingkat cemaran mikroba. Sampel yang diuji adalah bedak padat yang belum dipakai dan yang telah dipakai selama 2 minggu. Hasil penelitian berupa jumlah cemaran bakteri (ALT) dibandingkan dengan syarat menurut Peraturan Kepala Pengawasan Obat dan Makanan RI No.HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 yaitu tidak boleh melebihi 103 koloni/g. Hasil uji cemaran bakteripada sediaan bedak padat sebelum pemakaian mempunyai nilai rata-rata ALT 2,6 x 101koloni/g dan sesudah pemakaian mempunyai nilai rata-rata ALT 9,2 x 101 koloni/g. Nilai ALT yang diperoleh dari masing-masing sediaan kosmetik bedak padat telah memenuhi syarat.Hasil uji t dependen menunjukkan adanya perbedaan jumlah bakteri pada bedak padat sebelum dipakai dengan setelah dipakai selama 2 minggu (t = 0.000). Kata Kunci: Kosmetik, bedak padat, Angka Lempeng Total ABSTRACTPowder is one of the cosmetic preparations used for a long time. Powder that is used will occur contamination even increasing along with the length of usage. This can be caused by several factors including storage, environment, powder sponges and others. The use of powder sponges is one source of bacterial contamination. Where the use of the same sponge repeatedly and in direct contact with the skin can increase the number of microbes. The objective of study was to determine the effect of the duration of use of a compact powder cosmetic preparation on the level of microbial contamination. The samples tested were solid powder that has not been used and that has been used for 2 weeks. The results of the study were the Total Plate Count (TPC) compared to the Regulation of the Head of the Republic of Indonesia Drug and Food Control Number HK.03.1.23.07.11.6662 of 2011 concerning the Requirements for Microbial Pollution and Heavy Metals in Cosmetics which should not exceed 103 colonies / g. The test results of bacterial contamination on solid powder preparations before use have an average value of ALT 2,6 x 101 colony / g and after use have an average ALT value of 9.2 x 101 colony / g. The ALT value obtained from each compact powder cosmetic preparation has met the requirements. The results of the dependent t test showed a difference in the number of bacteria on solid powder before use with after being used for 2 weeks (t = 0.000). Keywords: Cosmetics, Compact Powder, Total Plate Count","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131993355","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. Candra Dewi, Niken Dyahariesti, Richa Yuswantina
{"title":"Evaluasi Perencanaan dan Pengadaan Obat Di RSUD Pandan Arang Boyolali","authors":"I. Candra Dewi, Niken Dyahariesti, Richa Yuswantina","doi":"10.35473/ijpnp.v3i1.592","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/ijpnp.v3i1.592","url":null,"abstract":"Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan salah satu manajemen rumah sakit yang penting terutama pada tahap perencanaan dan pengadaan. Ketidakefektifan dan ketidakefisienannya dapat berdampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi pengelolaan obat pada tahap perencanaan dan pengadaan di Instalasi Farmasi RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif dimana pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Hasil penelitian diketahui, pada tahap perencanaan berdasarkan indikator persentase dana 101,6%, penyimpangan perencanaan 140%, pada tahap pengadaan berdasarkan indikator persentase alokasi dana pengadaan obat 33,35%, frekuensi pengadaan tiap item obat tergolong dalam frekuensi rendah (<12x/tahun) sebanyak 124 dan frekuensi sedang (12-24x/tahun) sebanyak 11 item obat, frekuensi kesalahan faktur 0%, frekuensi tertundanya pembayaran 0%. Pengelolaan obat pada tahap perencanaan sudah efisien pada indikator persentase dana dan kurang efektif pada indikator penyimpangan perencanaan, sedangkan pengelolaan obat pada tahap pengadaan yang kurang efektif pada indikator pengadaan tiap item obat, sudah efisien pada indikator alokasi dana pengadaan obat dan sudah efektif pada indikator frekuensi kesalahan faktur serta frekuensi tertundanya pembayaran.Kata kunci: Perencanaan, Pengadaan, Instalasi Farmasi Rumah Sakit. ","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131313326","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nita Tanti Wulandari, Ening Listyanti, Niken Dyahariesti, Agitya Resti Erwiyani
{"title":"Analisis Keefektifan Biaya Pengobatan Pada Pasien Pneumonia Balita Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga Tahun 2018","authors":"Nita Tanti Wulandari, Ening Listyanti, Niken Dyahariesti, Agitya Resti Erwiyani","doi":"10.35473/ijpnp.v2i2.276","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/ijpnp.v2i2.276","url":null,"abstract":"Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pengobatan pneumonia yang diterapi dengan antibiotik secara efektif dapat meningkatkan efek terapeutik klinis, meminimalkan toksisitas obat mengurangi angka kejadian resistensi dan lebih ekonomis. CEA merupakan suatu metode evaluasi ekonomi yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan pemilihan alternatif terbaik pada pemilihan biaya pengobatan pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keefektifan biaya pengobatan pada pasien pneumonia balita di rawat inap Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga tahun 2018. Penelitian ini menggunakan merupakan penelitian non eksperimental (observasional) menggunakan pendekatan retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Sampel yang digunakan sebanyak 30 pasien. Sampel dianalisis sesuai dengan metode ACER dan ICER. Efektivitas terapi dilihat dari LOS. Nilai ACER: kelas VIP: Ceftriaxon + Cefixime Rp. 615.177, Cefotaxime + Gentamisin Rp.810.773. Kelas I: Cefotaxime + Gentamisin Rp. 536.880. Kelas II: Cefotaxime Rp. 408.493, Cefotaxime + Cefixime Rp. 357.397, Cefotaxime + Gentamisin Rp. 385.488 dan Ceftriaxon + Cefixime Rp. 325.355. Kelas III: Cefotaxime Rp. 278.740, Ceftriaxon Rp. 186.250, Cefotaxime + Gentamisin Rp. 312.734, Cefotaxime + Cefixime Rp.286.128 dan Ceftriaxon + Cefixime Rp.295.100. Nilai ICER pada kelas VIP : Ceftriaxon + Cefixime dan Cefotaxime + Gentamisin Rp. -356.967 dan pada kelas III adalah Ceftriaxon dan Cefotaxime Rp.-91.219. Pada pengobatan bronkopneumonia balita terapi antibiotik yang paling cost-effective di ruang kelas VIP adalah penggunaan antibiotik kombinasi Ceftriaxon + Cefixime, ruang kelas I adalah Cefotaxime + Gentamisin, ruang kelas II adalah Cefotaxime, dan ruang kelas III adalah Cefotaxime.Kata Kunci : Analisis Keefektifan Biaya, Terapi Antibiotik, PneumoniaPneumonia is an acute infection that attacks lung tissue caused by bacteria, viruses and fungi. Treatment of pneumonia is effectively treated with antibiotics because it can increase clinical therapeutic effects, minimizing drug toxicity reduces the incidence of resistance and more economical. CEA is an economic evaluation method that can be used in making the best decision on the selection of alternatives in the selection of pneumonia treatment costs. To analyze the effectiveness of medical expenses in pneumonia patients under five inpatient hospitalized Dr. Ario Wirawan Salatiga in 2018. This study used a non-experimental (observational) method using a retrospective approach and analyzed descriptively. The sample used was 30 patients. The samples were analyzed according to the ACER and ICER methods. The effectiveness of therapy was seen from LOS. ACER Value: VIP class: Ceftriaxon + Cefixime Rp. 615,177, Cefotaxime + Gentamisin Rp.810,773. Class I: Cefotaxime + Gentamisin Rp. 536,880. Class II: Cefotaxime Rp. 408,493, Cefotaxime + Cefixime Rp. 357,397, Cefotaxime + Gentamisin Rp.","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123335880","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Penetapan Kadar Flavonoid Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Sereh (Cymbopogon nardus) Dan Temu Kunci (Boesnbergia pandurata Roxb) Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans","authors":"Anita Kumala Hati, Niken Dyahariesti, Richa Yuswantina","doi":"10.35473/ijpnp.v2i2.264","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/ijpnp.v2i2.264","url":null,"abstract":"Indonesia is rich in medicinal plants, including those that have the ability to inhibit bacterial growth, lemongrass (Cymbopogon nardus) and Fingerroots (Boesenbergia pandurata). Streptococcus mutans is a bacterium that causes dental caries. This Experiment want to determine the content of chemical compounds and the antibacterial activity of Lemongrass extract (Cymbopogon nardus) and Fingerroots (Boesenbergia pandurata) against Streptococcus mutans. The study was conducted experimentally with samples of lemongrass and Fingerroots. Extraction using maceration method using 70% Ethanol solvent. Phytochemical screening test with color test and determination of total flavonoid levels using a spectrophotometer. Antibacterial activity test uses the disk diffusion method against Streptococcus mutans. Phytochemical screening results of lemongrass extract and fingerroots with color test qualitative test showed positive containing flavonoids, saponins and tannins. In the test determination of total flavonoid levels, showed an average total flavonoid levels in lemongrass extracts of 48.61 mgQE / g and in Fingerroots extracts of 24.71 mgQE / g. The results of the antibacterial test against Streptococcus mutans obtained the largest average diameter of inhibitory zone in the extract of Fingerroots 5% w / v (11.167 mm), then the concentration of 5% w / v combination of lemongrass: Fingerroots 1: 2 (10.83 mm ), 2: 1 combination (10,067 mm). lemongrass (9.33 mm), 1: 1 combination (9,133 mm), Based on the Post Hoc test results that were comparable to positive controls were 5% fingerrots, combination of lemongrass: 1: 2 Fingerroots, and 2: 1 combination. The average total flavonoid level in lemongrass extract is more than the average total flavonoid content in Fingerroots. But in the same concentration 5% Fingerroots extract provides the greatest antibacterial inhibitory activities.","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123744381","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kesesuaian Obat Hipoglikemik Oral pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama X di Surakarta","authors":"Khotimatul Khusna, Rita Septiana","doi":"10.35473/ijpnp.v2i2.261","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/ijpnp.v2i2.261","url":null,"abstract":"ABSTRAKDiabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai penyakit kronis yang disebabkan karena keturunan atau kurangnya produksi insulin oleh pankreas, atau tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Pelayanan obat untuk peserta Jaminan Kesehatan Nasional pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam Formularium Nasional (Fornas). Selain itu, pelayanan kesehatan juga harus sesuai dengan algoritma terapi. Pemilihan obat hipoglikemik oral (OHO) yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesesuaian penggunaan OHO berdasarkan Fornas dan algoritma terapi DM tipe 2 di Faskes Tingkat Pertama X di Surakarta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari catatan rekam medik pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah OHO di Faskes Tingkat Pertama X di Surakarta pada periode Januari sampai Mei 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan OHO sesuai rekomendasi Fornas sebanyak 105 dan pasien yang mendapatkan OHO sesuai rekomendasi Algoritma Terapi DM sebanyak 75. Kesimpulan penelitian ini adalah 100% penggunaan OHO sesuai rekomendasi Fornas dan 71,43 % penggunaan OHO sesuai rekomendasi Algoritma Terapi DM.Kata kunci : Kesesuaian, Diabetes, Fornas, Algoritma terapiDiabetes mellitus (DM) is a chronic disease caused by heredity or when the pancreas does not produce enough insulin or when the body cannot effectively use the insulin it produces. Medication services for National Health Insurance participants in health facilities refer to the list of drugs listed in the National Formulary. In addition, health services must also be in accordance with the therapy algorithm. The selection of the right oral hypoglycemic (OH) drug greatly determines the success of DM therapy. This study aimed to know the description of conformity of OH drug use based on the national formulary and type 2 diabetes mellitus therapy algorithm at primary health facility X in Surakarta. This research was a descriptive research with data collection in Retrospective from medical record patient. Sample in this research was OH drug in Primary Health Facilities X at Surakarta period January to May 2019. The results showed that patients who received OH drug according to Fornas recommendations were 105. Patients who received OH drug according to the recommendations of the DM Therapy Algorithm were 75. The conclusion of this study is 100% OH drug according to National recommendations and 71,43% OH drug according to DM Therapy Algorithm recommendations Keywords: Conformity, Diabetes, National Formulary, Therapy Algorithm","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"83 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121121541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Galih Adi Pramana, Ragil Setia Dianingati, Novita Eka Saputri
{"title":"Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Peserta Prolanis di Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang","authors":"Galih Adi Pramana, Ragil Setia Dianingati, Novita Eka Saputri","doi":"10.35473/ijpnp.v2i1.196","DOIUrl":"https://doi.org/10.35473/ijpnp.v2i1.196","url":null,"abstract":"Hipertensi merupakan faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler yang lain. Kepatuhan minum obat bagi pasien penyakit kronis seperti hipertensi sangat penting karena dengan minum obat secara teratur dapat mengontrol tekanan darah pasien.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien hipertensi di puskesmas pringapus kabupaten semarang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional Study, Pengumpulan data dilakukan secara prospektif dengan cara memberikan kuisioner MMAS-8 kepada pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan dari 41 pasien yang mengisi kuisioner 15 pasien memiliki tingkat kepatuhan tinggi dan 26 pasien memiliki tingkat kepatuhan rendah. Hasil analisis hubungan antara kepatuhan dan faktor yang memungkinkan memberikan pengaruh adalah sebagai berikut kelamin = 0,15; umur = 0,56; pendidikan = 0,03; pekerjaan = 0,78; lama terapi = 0,42; jenis obat hipertensi yang didapatkan = 0,59 serta banayaknya obat yang dikonsumsi = 0,66. Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien hipertensi sedangkan faktor kelamin, umur, pekerjaan, lama terapi, jenis obat hipertensi yang didapatkan serta banayaknya obat yang dikonsumsi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien.Kata kunci : Kepatuhan, obat, hipertensi, prolanis, MMAS-8Hypertension is an important factor as a trigger for non-communicable diseases such as cardiovascular diseases. The adherence in using drugs for patients with chronic diseases such as hypertension is very important because taking medication regularly can control a patient's blood pressure. This study aims to analyze what factors influence compliance with taking medication for hypertensive patients at the pringapus health center in Semarang district. This study used a descriptive analytic design using a cross sectional study approach. Data collection was conducted prospectively by giving MMAS-8 questionnaire to patients who met the inclusion and exclusion criteria. The results showed that from 41 patients who filled out the questionnaire 15 patients had a high level of adherence and 26 patients had a low level of adherence. The results of the analysis of the relationship between adherence and the enabling factors for influencing were the following sex = 0.15; age = 0.56; education = 0.03; employment = 0.78; duration of therapy = 0.42; the type of hypertension drug obtained = 0.59 and the drug consumed is usually = 0.66. From the results obtained it can be concluded that educational factors have a significant effect on adherence to taking medication for hypertensive patients while genital factors, age, occupation, duration of therapy, types of hypertension drugs obtained and usually the drugs consumed do not significantly influence compliance with","PeriodicalId":229368,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product","volume":"55 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134318404","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}