{"title":"TOLERANSI DALAM KERAGAMAN: STUDI KASUS MASYARAKAT DESA GATAK, JAWA TENGAH","authors":"P. Lestari","doi":"10.18592/msr.v1i1.3263","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v1i1.3263","url":null,"abstract":"Abstract: This article takes readers to the Village of Gatak in Central Java to see the tolerance of its multi-faith residents. The author interviewed the village figures, including the village head, religious leaders and the youth to understand the values that support a harmonious social life. She also observed activities that involve villagers regardless of their religions, including, the celebrations of religious holidays. The case of the Village of Gatak shows that tolerance develops with the support of some factors. For example, religious leaders hold and disseminate religious arguments for tolerance. Village leaders lead by examples in cultivating harmony within the community. Members of the community themselves must realize that they need others in life and that they need to respect others if they want peace. The lesson from the Village of Gatak affirms similar findings from other places in Indonesia on tolerance by previous researchers. Abstrak: Artikel ini mengajak pembaca mengunjungi Desa Gatak, di Jawa Tengah untuk melihat toleransi masyarakatnya yang multi-agama. Penulis mewawancarai tokoh-tokoh masyarakat, agama dan pemuda untuk menggali nilai-nilai yang melandasi kehidupan sosial yang rukun. Dia juga mengobservasi kegiatan-kegiatan yang melibatkan semua warga desa tanpa membeda-bedakan agamanya, terutama di perayaan hari besar nasional dan hari besar keagamaan. Berdasarkan penelitian lapangan di Desa Gatak, penulis menyimpulkan bahwa toleransi bisa dibangun jika sejumlah aspek mendukung. Misalnya, argumen keagamaan yang mendukung tolerasi dipegang oleh pemuka-pemuka agama dan disebarkan kepada masyarakat. Keteladanan dari tokoh-tokoh masyarakat yang selalu berupaya menciptakan kerukunan di antara warganya. Masyarakatnya sendiri harus menyadari bahwa mereka perlu orang lain dalam hidup dan perlu menghormati orang lain jika ingin kedamaian. Pelajaran dari Desa Gatak mengafirmasi sejumlah temuan dari wilayah lain oleh peneliti-peneliti lainnya.","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128461096","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MAQASHID AL-QUR’AN: PERSPEKTIF ULAMA KLASIK DAN MODERN","authors":"Khalilah Nur ‘Azmy","doi":"10.18592/msr.v1i1.3267","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v1i1.3267","url":null,"abstract":"Abstract: This article compares Maqashid Al-Qur’an or main themes of al-Qur’an as identified by classical and modern time exegetes. The analysis on four classical Qur’anic scholars and four modern-time exegetes indicates that the main themes of al-Qur’an evolve from time to time. It shows that classical Qur’anic scholars tended to view that al-Qur’an focuses on theological issues surrounding tauhid, prophethood and the Hereafter, while modern-time scholars thought that al-Qur'an also paid serious attentions to contemporary concerns. This article also discusses Maqashid Al-Qur’an as a critique to exegeses that filled the space with unimportant matters, such as detailed historical events mentioned in al-Qur’an as opposed to focusing on explaining the objective of a verse or sȗrah. Finally, it suggests that the awareness of Maqashid Al-Qur’an opens the space for new mufassir to find the relevance of al-Qur’an for their age. Abstrak: Artikel ini membandingkan Maqashid al-Qur’an atau tema-tema pokok al-Qur’an hasil pemikiran mufassir klasik dan modern. Analisis terhadap empat ulama klasik dan empat penafsir zaman modern menunjukkan adanya perkembangan tema-tema pokok al-Qur’an dari waktu ke waktu. Para ahli tafsir klasik cenderung melihat bahwa al-Qur’an berkonsentrasi pada isu-isu teologis meliputi ketuhanan, kenabian, dan akhirat, sementara para ahli tafsir modern menganggap bahwa al-Qur’an juga memberikan perhatian serius pada masalah-masalah kontemporer. Artikel ini juga mendiskusikan Maqashid al-Qur’an sebagai sebuah kritik terhadap para ahli tafsir yang membahas hal-hal yang kurang penting, seperti rincian peristiwa sejarah yang disebutkan di dalam al-Qur’an ketimbang menjelaskan tujuan dari sebuah ayat atau surah. Akhirnya, artikel ini menyarankan bahwa kesadaran akan Maqashid al-Qur’an akan membuka ruang bagi para mufassir baru untuk menemukan kesesuaian antara al-Qur’an dan tantangan zaman mereka.","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116331742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}