Alpina Evi Melianti, Maherawati Maherawati, S. Sholahuddin, A. Melati
{"title":"Processing Cindalok Condiment Using Foam-Mat Drying Method","authors":"Alpina Evi Melianti, Maherawati Maherawati, S. Sholahuddin, A. Melati","doi":"10.26418/jft.v4i2.56720","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v4i2.56720","url":null,"abstract":"This study was conducted to determine the effect of egg white on the physicochemical and sensory characteristics of grass jelly condiments, using a randomized block design (RAK) consisting of 1 factor 3 treatment levels, where the ratio of egg white and grass jelly concentrations was 50g: 500g, 75g: 500g, 100g: 500g used nine replications so that 27 trials were obtained. Data were analyzed statistically using the ANOVA test, followed by the BNJ test. The Friedman test analyzed organoleptic data for the best treatment using the effective index method. The best treatment of cincalok condiments was found in the ratio of egg white and cincalok concentrations of 100g:500g, namely yield of 79.78%, the water content of 7.91%, the water activity of 0.63, ash content of 4.83%, total protein of 26.03%, total acid 7.39%.","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124769569","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Sterilisasi Pacri Nanas Menggunakan Kemasan Retort Pouch","authors":"Pellya Pachira, Maherawati Maherawati, Lucky Hartanti, Wisi Wilanda Syamsi","doi":"10.26418/jft.v4i2.56719","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v4i2.56719","url":null,"abstract":"Pacri Nanas adalah salah satu masakan khas Melayu. Kemasan Pacri Nanas dalam retort pouch merupakan salah satu tampilan sebagai makanan siap saji. Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengolahan Pacri Nanas dalam kemasan retort pouch adalah sterilisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu sterilisasi terbaik berdasarkan sifat fisikokimia dan mikrobiologi Pacri Nanas dalam kemasan retort pouch. Parameter yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari kadar lemak, kadar asam lemak bebas, pH, vitamin C, tekstur (tingkat kekerasan) dan total plate count (TPC). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA (a=5%) dan dilanjutkan dengan BNJ (a=5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi waktu sterilisasi Pacri Nanas yang dikemas dalam retort pouch tidak mempengaruhi semua parameter pengamatan. Hasilnya, perlakuan sterilisasi terbaik untuk Pacri Nanas dalam retort pouch adalah 15 menit.","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"160 5","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120988763","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Karakteristik Fisikokimia dan Sensori Bumbu Instan Bubuk Gulai Tempoyak dengan Penambahan Maltodekstrin","authors":"S. Wahyuni, Y. K. Dewi, T. Rahayuni","doi":"10.26418/jft.v4i2.56718","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v4i2.56718","url":null,"abstract":"Gulai tempoyak merupakan makanan khas nusantara, tempoyak dalam masakan gulai berfungsi sebagai bumbu penyedap alami yang memberikan citarasa yang khas. Pengeringan bumbu instan bubuk gulai tempoyak diperlukan bahan pengisi. Salah satu bahan pengisi yang dapat digunakan adalah maltodekstrin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi maltodekstrin pada bumbu instan gulai tempoyak yang menghasilkan karakteristik fisikokimia dan sensori terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu perbandingan maltodekstrin (g) dengan ekstrak bumbu gulai tempoyak (ml) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan dengan 6 kali ulangan (1:20, 2:20, 3:20, 4:20). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA 5%, dengan uji lanjut menggunakan uji BNJ dengan taraf 5%. Perlakuan terbaik menggunakan uji indeks efektivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik diperoleh pada penambahan maltodekstrin 120 g. Karakteristik fisikokimia bumbu terbaik menghasilkan kadar air (5,14%), kelarutan (94,25%), total padatan terlarut (12,85°Brix) dan rendemen (17,01%). Hasil uji sensoris terbaik yaitu warna (3,76), rasa (3,90), dan aroma (3,46).","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121239796","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mia Sari, Y. K. Dewi, Lucky Hartanti, Thomas Candra Wasis Agung
{"title":"Karakteristik Fisikokimia-Sensoris Fruit Leather pada Berbagai Formulasi Terong Asam (Solanum Ferox Linn)-Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk) dan Subtitusi Sukrosa dengan Sorbitol","authors":"Mia Sari, Y. K. Dewi, Lucky Hartanti, Thomas Candra Wasis Agung","doi":"10.26418/jft.v4i1.56635","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v4i1.56635","url":null,"abstract":"Buah-buahan sangat digemari dan memiliki segudang vitamin, namun tidak sedikit buah yang memiliki umur simpan yang singkat atau udah rusak, salah satu upaya mempertahankan kualitas buah dapat dilakukan dengan pengolahan menjadi produk fruit leather Penelitian ini bertujuan mendapatkan formulasi terong asam-nangka yang menghasilkan karakteristik fisikokimia dan sensoris terbaik dan untuk mendapatkan subtitusi sukrosa dengan sorbitol yang menghasilkan karakteristik sensoris fruit leather nangka yang disukai. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 1 (satu) faktor terdiri dari 2 tahap, tahap 1 yaitu formulasi terong asam-nangka (F) (100:0, 75:25, 50:50, 25:75, 0:100; 4 kali ulangan). Formulasi terpilih tahap 1 dilanjutkan ke tahap 2 yaitu subtitusi sukrosa dengan sorbitol (S) (30:0, 27,5:2,5, 25:5, 22,5:7,5). Data dianalisis dengan anova pada taraf 5%. Jika formulasi berpengaruh nyata dilanjutkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%. Penentuan formulasi terbaik dengan uji indeks efektifitas. Formulasi terpilih tahap 1 yaitu (0g terong asam:100g nangka). Hasil sensoris tahap 2 fruit leather terhadap rasa, aroma warna dan tekstur yang paling disukai yaitu pada formulasi (27,5g sukrosa:2,5g sorbitol). Karakteristik fisikokimia fruit leather kadar air 12,57%, kadar abu 2,56%, total asam tertitrasi 14,40% dan kadar sukrosa 51,66%, dengan hasil sensoris rasa 4,13 (suka-sangat suka), aroma 3,87 (suka), warna 4,17 (suka-sangat suka) dan tekstur 4,10 (suka-sangat suka). Karakteristik sensoris subtitusi sukrosa dengan sorbitol yang paling disukai menghasilkan nilai sensoris rasa 4,10 (suka-sangat suka), aroma 4,00 (suka), warna 4,00 (suka) dan terkstur 4,13 (suka-sangat suka).","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130635071","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lulu Zakiyah Hasna, Putri Sehkhaemi, Muhammad Akbar Aviciena
{"title":"Review: Akar Kayu Bajakah dan Manfaatnya untuk Kesehatan","authors":"Lulu Zakiyah Hasna, Putri Sehkhaemi, Muhammad Akbar Aviciena","doi":"10.26418/jft.v4i1.56637","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v4i1.56637","url":null,"abstract":"Tanaman akar bajakah (S. littoralis) hidupnya merambat pada pohon kayu (Karl) dari suku Phaseolea, memiliki 29 spesies yang tumbuh di hutan tropis Indonesia. Akar bajakah semakin popular di kalangan masyarakat menengah keatas karena diduga memiliki senyawa kimia yang berguna untuk kesehatan. Tanaman memiliki kandungan kimia yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sehingga diperlukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan kandungan metabolit sekunder dan toksisitas ekstrak kulit batang dan akar kayu Bajakah (U. nervosa). Dari metode hasil uji fitokimia menunjukkan baik kulit batang maupun akar kayu mengandung metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenolat. Apalagi berdasarkan metode hasil uji mortalitas larva udang Artemia salina menunjukkan bahwa baik kulit batang maupun kayunya sangat baik toksik dengan nilai LC50 masing-masing 1,76 dan 2,66 ppm. Terdapat hasil dari kedua ekstrak tersebut berpotensi sitotoksik terhadap kanker sel. Sehingga hasil penelitian menyimpulkan bahwa tanaman akar bajakah dapat digunakan sebagai obat tradisional yang menggunakan bahan alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan tersebut mengandung senyawa kimia yang dikenal dengan metabolit sekunder untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122488709","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR SUKROSA PADA BUAH AREN (Arenga pinnata) TERHADAP KANDUNGAN GIZI MANISAN KOLANG-KALING","authors":"Lulu Zakiyah Hasna","doi":"10.26418/jft.v3i2.42701","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v3i2.42701","url":null,"abstract":"Buah Aren (Arenga pinnata) atau biasa disebut sebagai kolang-kaling adalah buah yang berwarna putih pucat, berbentuk lonjong, berlendir, dan berukuran sekitar jempol tangan orang dewasa. Berdasarkan situs eatthismuch, tiap 100 gram kolang-kaling mengandung natrium 24 mg, karbohidrat 26.5 mg, net-carbs 23.6 mg, sukrosa 23.5 mg, serat alami 2.9 mg, berbagai vitamin dan mineral, serta asam lemak dan asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia. Selain kandungan gizinya yang sangat besar, kolang-kaling juga memiliki rasa yang enak dan kenyal jika diolah. Penggunaan kolang-kaling di Indonesia telah dikenal secara luas dan memiliki berbagai macam variasi olahan, salah satunya yang cukup populer adalah manisan kolang-kaling. Untuk membuat manisan kolang-kaling, diperlukan sukrosa yang banyak agar gula dapat meresap sempurna pada setiap biji kolang-kaling. Proses pemanisan buah aren ini tentu mempengaruhi kandungan gizi yang dimiliki oleh buah aren. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh penambahan gula pasir pada buah aren terhadap kandungan gizi manisan kolang-kaling. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif-naratif sedangkan metode pengambilan data yang digunakan adalah metode review berbagai jurnal ilmiah.","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125013758","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Isolation Of Fungus Identification And Tempe Nutrition Analysis In The Traditional Market Of Bandung City","authors":"Ida Ningrumsari, Lina Herlinawati","doi":"10.26418/jft.v3i1.40160","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v3i1.40160","url":null,"abstract":"Tempe is a traditional food made from fermented soybean seeds. The purpose of this study was to determine the fungus contained in tempeh by isolating and identifying the fungus and analyze the nutrients contained in it. Tempe samples were taken from traditional markets from 3 places. Samples were analyzed in the laboratory, sample analyzes were performed in duplicate. Based on the results of the study found that the fungus contained in tempe are 4 isolates of Aspergillus sp and 1 isolate of Rhizopus sp. Analysis of tempe nutrition that fulfills SNI 3144: 2009 requirements, namely tempe A, protein content 16,11%, fat 9,92% and water 33,459%, while fiber content 5,18% and ash 2,97% do not fulfill SNI 3144: 2009 requirements . Tempe B fulfills the requirements of SNI 344: 2009 for protein content 16,101%, fat 84%, water 37,75%, while ash content 3,12% and fiber 5,36% do not meet SNI 3144: 2009 requirements. Tempe C fulfills SNI 3144: 2009 requirements, namely Protein 16%, Fat 9.84% and Water 33.128%, while ash content 3.128 and fiber 5.128 do not meet SNI 3144: 2009 requirements.","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128909180","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KANDUNGAN PROKSIMAT JAMUR LIAR (Volvariella volvacea) PADA TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT (Proximate Content edible wild mushroom Volvariella volvacea On The Empty Fruit Oil Palm Fruit)","authors":"Ahmad Mustangin","doi":"10.26418/jft.v3i1.38147","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v3i1.38147","url":null,"abstract":"The processing of oil palm fruit in the factory produces waste in the form of empty fruit bunches (EFB). During the decomposition process of EFB into organic materials, it is very easy to grow edible wild mushrooms. Sanggau Regency people call it mushroom pentol. The mushrooms is known as an excellent source of nutrition including macronutrients. This study aims to determine the proximate content of edible wild mushrooms (pentol) that grow on oil palm empty fruit bunches (Elaeis guineensis Jacq). The results showed the water content (wb) was 91.94%; ash content (db) 8.19%; total protein content (db) 47.02%; fat content (db) 17.25%; crude fiber content (db) 5.09% and carbohydrate content (db) 22.45%. So it can be concluded pentol fungus can be a good source of macronutrients.Keywords: empty fruit bunches (EFB), mushroom pentol, proximate Pengolahan buah kelapa sawit di pabrik menghasilkan limbah berupa tandan buah kosong (tankos). Selama proses dekomposisi tankos menjadi bahan organik, dengan sangat mudah tumbuh jamur liar yang edible. Masyarakat Kabupaten Sanggau biasa menyebutnya jamur pentol. Jamur dikenal sebagai sumber nutrisi yang sangat baik termasuk didalamnya makronutrien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan proksimat jamur liar edible (pentol) yang tumbuh pada tandan buah kosong kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Hasil penelitian menunjukkan kadar air (wb) 91,94%; kadar abu (db) 8,19%; kadar protein total (db) 47.02%; kadar lemak (db) 17.25%; kadar serat kasar (db) 5,09% dan kadar karbohidrat (db) 22.45%. Sehingga dapat disimpulkan jamur pentol dapat dijadikan sumber makronutrien yang baik.Kata Kunci: tankos, jamur pentol, proksimat","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131167014","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH KONSENTRASI ABU SEKAM dan LAMA PERENDAMAN TERHADAP PENURUNAN ASAM SIANIDA PADA TEPUNG UMBI GALLI (Lasio spinosa)","authors":"W. Wahyu, T. Rahayuni, Sulvi Purwayantie","doi":"10.26418/jft.v3i2.56630","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v3i2.56630","url":null,"abstract":"Galli (Lasia spinosa) merupakan salah satu rhizoma spesifik Kabupaten Sambasyang belum pernah dimanfaatkan dan mengandung HCN (asam sianida). Jenis asamini adalah zat racun pada tubuh dan pada dosis tertentu dapat mengakibatkan kematian. Menurunkan HCN dapat dilakukan dengan proses perendaman dalam abu sekam padi selama waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi abu sekam dan lama perendaman yang efektif untuk menurunkan kadar sianida pada umbi galli. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok yang disusun secara faktorial antara konsentrasi abu sekam (10%, 20%, dan 30%) dan lama perendaman (6,12 dan 24 jam). Data dianalisis dengan anova 5%) dan BNJ 5%). Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi konsentrasi abu sekam dan semakin lama perendaman maka semakin rendah kandungan sianida pada galli. Perlakuan terbaik tepung galli didapatkan dari perendaman abu sekam konsentrasi 30% dan lama perendaman 24 jam dengan karakteristik kadar sianida 3,07ppm, air 7,24%, abu 5,49%, lemak 1,16%, protein 7,12% serat kasar 13, 81% dan kadar karbohidrat 81,47%.","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116022328","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"SENSORY EVALUATION OF NOODLES MADE FROM WALUH (Cucurbita Moschata) FLOUR AND SNAKEHEAD FISH (Channa striata) AS ALTERNATIF FOOD OF HIGH FIBER, VITAMIN A AND PROTEIN","authors":"Adhyanti Adhyanti, Wery Aslinda, Marlinda Kartika Apandano","doi":"10.26418/jft.v3i2.44328","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/jft.v3i2.44328","url":null,"abstract":"Food diversification efforts to reduce dependence on wheat flour by exploring other food potentials such as pumpkin pumpkin (Curcurbita Moschata) and snakehead fish (Channa Striata) which have long been known to the Indonesian public need to be done. The aim of this study was to determine the acceptability of noodles made frompumpkin flour and snakehead fish. Type of research is an organoleptic test (hedonic quality) on noodle products with 4 parameters, namely color, aroma, texture and taste. 1: 1: 1), product 2 (0: 1: 1), and product 3 (0.66: 1: 1). The panelists in this study were 25 somewhat trained researchers. The results show that the level of liking (acceptance) for product 1, product 2 and product 3 for color parameters respectively were 68%, 60%, 52%; aroma 40%, 52%, 44%; texture 36%, 48%, 48%; and taste 36%, 52%, 40%. The Kruskal wallis test showed no difference in color, aroma, texture, and taste for the all products. The conclusion is that the color parameters of product 1, product 2, and product 3 are accepted, while the aroma parameter received is product 2, and no texture parameter is accepted, and the taste parameter received is only product 2. It is recommended that further modification of the composition of the ingredients be made so that the texture of the noodles can be more acceptable. ","PeriodicalId":217097,"journal":{"name":"FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125285844","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}