Michaela Arshanty Limawan, Hana Nur Ramila, Dewi Yulianti Bisri
{"title":"Manejemen Anestesi pada Pasien G1P0A0 33-34 Minggu Kontraksi Prematur dengan Penyakit Jantung Kongenital Asimtomatik E.c VSD, Decompensasio Cordis Fc II, Hipertensi Pulmonal dan Skoliosis Thorakalis: Laporan Kasus","authors":"Michaela Arshanty Limawan, Hana Nur Ramila, Dewi Yulianti Bisri","doi":"10.47507/obstetri.v5i1.86","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v5i1.86","url":null,"abstract":"Penyakit jantung bawaan (PJB) pada ibu hamil dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Penyakit jantung bawaan dengan skoliosis torakal dan kehamilan merupakan kasus dengan konsiderasi anestesi khusus. Kami melaporkan manajemen perioperatif ibu hamil dengan defek septum ventrikel, gagal jantung, hipertensi pulmonal, dan skoliosis torakalis yang menjalani seksio sesarea. Wanita usia 28 tahun hamil 33–34 minggu datang ke IGD dengan keluhan mulas dan sesak nafas. Pasien memiliki riwayat PJB dan tidak ada konsumsi obat rutin. Pasien akan menjalani operasi seksio sesarea dengan teknik anestesi regional epidural. Sebelum operasi dilakukan pemeriksaan ekokardiografi, perbaikan keadaan umum, dan pemberian terapi sildenafil 3x20 mg. Pada kasus ini dilakukan anestesi neuraksial dengan teknik epidural karena penggunaan anestesi lokal dengan titrasi opioid memiliki efek analgesia yang kuat, sehingga dapat menekan pelepasan katekolamin. Teknik neuraksial juga menurunkan afterload, karena kondisi ini menguntungkan pada pasien dengan lesi regurgitasi jantung atau aliran jantung kiri ke kanan. Anestesi epidural dengan pemantauan kardiovaskular yang cermat merupakan pendekatan yang tepat pada pasien ventricular septal defek (VSD). Penggunaan anestesi epidural lebih fleksibel serta mudah untuk mengatur hemodinamik sehingga lebih dipilih oleh ahli anestesi. Teknik epidural memiliki resiko anestesi yang relatif lebih mudah dikendalikan dibandingkan anestesi umum atau spinal.","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128157828","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Angga Aditya Wirawan,, Yusmein Uyun, Ratih Kumala Fajar Apsari, Sudadi Sudadi, Mahmud Mahmud
{"title":"ARTICLES Panjang Vertebra dan Indeks Massa Tubuh sebagai Prediktor Hipotensi Pasca Anestesi Spinal untuk Seksio Sesarea","authors":"Angga Aditya Wirawan,, Yusmein Uyun, Ratih Kumala Fajar Apsari, Sudadi Sudadi, Mahmud Mahmud","doi":"10.47507/obstetri.v5i1.90","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v5i1.90","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Hipotensi sering terjadi pada anestesi neuraksial yang dapat menyebabkan gangguan perfusi uteroplasenta, hipoksia fetus, asidosis, dan cedera neonatus. Hipotensi berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, aspirasi pulmonal, henti napas, hingga henti jantung. Panjang vertebra dan indeks massa tubuh dapat menjadi prediktor hipotensi pasca anestesi spinal pada seksio sesarea (SC) karena ada penelitian yang mendapatkan hubungan panjang vertebra dan indeks massa tubuh dengan ketinggian blok sensorik dan pemberian vasopressor. Tujuan: Untuk mengetahui peran panjang vertebra dan indeks massa tubuh sebagai prediktor kejadian hipotensi pasca anestesi spinal pada SC. Subjek dan Metode: Penelitian observasional prospektif dengan desain cross sectional pada 72 ibu hamil status fisik ASA 1 dan 2 yang akan dilakukan SC dengan anestesi spinal. Hipotensi didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik >20% dari pengukuran awal setelah dilakukan anestesi spinal sampai menit ke 20. Hasil: Panjang vertebra tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p=0,076), sedangkan indeks massa tubuh menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p=0,0001).","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133470256","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Manajemen Anestesi Seksio Sesarea dengan Miastenia Gravis","authors":"Nopian Hidayat, Yusmein Uyun, Bambang Suryono","doi":"10.47507/obstetri.v5i1.82","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v5i1.82","url":null,"abstract":"Miastenia Gravis (MG) merupakan penyakit autoimun yang jarang ditemukan. Kasus lebih banyak ditemukan pada wanita daripada laki-laki (rasio 3:2) dengan puncak onset pada usia dekade kedua dan ketiga (pada wanita) dan dekade kelima dan keenam (pria). Pada kasus ini, wanita 28 tahun gravida 38-39 minggu dengan MG dan fetal distress direncanakan untuk dilakukan seksio sesarea cito. Teknik anestesi yang dipilih yaitu spinal anestesi dengan Bupivakain 0.5% Heavy 10 mg+fentanyl 25 mcg di ruang intervertebrae L4-5.","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122448024","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Manajemen Anestesi pada Seksio Sesarea dengan Serangan Asma","authors":"R. Supraptomo","doi":"10.47507/obstetri.v5i1.72","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v5i1.72","url":null,"abstract":"Seksio sesarea adalah sebuah prosedur dimana bayi dilahirkan melalui sebuah insisi pada dinding abdomen dan uterus ibu hamil. Selama persiapan dan pelaksanaan seksio sesarea, pada ibu hamil dengan asma, dapat terjadi serangan asma, yaitu hiperresponsif jalan nafas (respon penyempitan dan edema jalan napas yang berlebihan terhadap pemicu, seperti alergen dan olahraga), dengan gejala mengi, dispnea (sesak napas), dan batuk. Serangan asma ini dapat diakibatkan pelepasan epitel, fibrosis subepitel, peningkatan jumlah dan volume sel mukosa di epitel, hiperplasia otot polos jalan napas, dan hipertrofi, serta peningkatan vaskularisasi dinding jalan napas. Manajemen serangan asma pada seksio sesarea dipengaruhi oleh teknik anestesi yang digunakan. Manajemen serangan asma pada seksio sesarea dengan anestesi regional, dapat menggunakan lidokain 1-2 mg/kgBB IV. Serangan asma pada seksio sesarea dengan anestesi umum dapat dicegah dengan kortikosteroid inhalasi seperti beclomethason 400 μg per hari. Perawatan harus diambil untuk mencegah aspirasi selama intubasi. Jika mungkin, pasien harus ditempatkan dengan kepala tempat tidur ditinggikan untuk mencegah pneumonia terkait aspirasi dan eksaserbasi asma","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132131715","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Manajemen Anestesi pada Wanita Hamil dengan Acute Fatty Liver yang menjalani Seksio Sesarea","authors":"Erna Fitriana A, Yusmein Uyun","doi":"10.47507/obstetri.v5i1.87","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v5i1.87","url":null,"abstract":"Perlemakan hati akut pada kehamilan (acute fatty liver of pregnancy = AFLP) merupakan kasus yang jarang terjadi, tetapi dapat mengalami komplikasi yang mematikan. Hal tersebut dapat terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau awal pasca persalinan. Insiden AFLP berkisar dari 1: 1,000 sampai 1: 20,000. Angka kematian ibu dengan AFLP rata-rata 12%. Kematian berkurang sampai dibawah 10% dengan terapi yang tepat. AFLP ditandai oleh penyusupan (infiltrasi) lemak mikrovesikuler sel hati (hepatosit) tanpa peradangan atau kematian jaringan (nekrosis). Penyebab penyakit AFLP secara tepat masih belum diketahui, diduga kekurangan mitochondrial trifunctional protein (MTP) dan long-chain 3-hydroxyacyl-coenzyme A dehydrogenase (LCHAD) mengakibatkan penumpukan asam lemak rantai sedang dan rantai panjang di hati. Kekurangan LCHAD merupakan kelainan otosom yang muncul (resesif) dan sering terjadi pada ibu memiliki kelainan gen heterozigot dengan janin homozigot, sehingga mengakibatkan kelebihan metabolit toksik. Seorang wanita 33 tahun G1P0A0 datang hamil 32 minggu dengan diagnosis AFLP mempunyai keluhan: nyeri kepala, lemah, mual dan muntah. Hasil laboratorium terjadi hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan gangguan koagulasi. Dilakukan seksio sesarea dengan anestesi umum. Intubasi dilakukan dengan rapid sequence induction dan setelah pipa endotrakheal masuk dijaga tanda vital supaya tetap stabil. Pasca operasi pasien masuk intensive care unit untuk pemantauan lebih lanjut. Kunci untuk bertahan hidup adalah diagnosis dini, persalinan segera, pengobatan segera hipoglikemia dan koagulopati, dan pencegahan komplikasi gagal hati.","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123975850","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Manajemen Anestesi pada Pasien Seksio Sesarea dengan Preeklamsia, Sindrom HELLP, dan Gagal Jantung","authors":"Mutivanya Inez Maharani, Dewi Yulianti Bisri","doi":"10.47507/obstetri.v5i1.88","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v5i1.88","url":null,"abstract":"Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tinggi dengan hipertensi pada kehamilan dan penyakit jantung sebagai salah satu penyebab utama. Sebagian besar pasien dengan preeklamsia dan gagal jantung menjalani operasi seksio sesarea dan memerlukan manajemen anestesi dengan mempertimbangkan luaran maternal dan janin. Wanita berusia 30 tahun dengan G2P1A0 gravida 32–33 minggu dengan hipertensi kronis diperberat preeklamsia induced Acute Decompensated Heart Failure (ADHF), sindrom Hemolysis Elevated Liver Enzyme Low Platelet (HELLP) dan gagal jantung kelas II-III dengan status fisik ASA IIIE. Dilakukan manajemen anestesi regional epidural dengan tujuan utama mempertahankan hemodinamik ibu. Hemodinamika selama durante operasi stabil. Dilahirkan bayi laki-laki hidup dengan APGAR 6–8. Pasien ditransfer ke High Care Unit (HCU) pascaoperasi. Manajemen anestesi perioperatif pada pasien harus menghindari perubahan hemodinamik yang ekstrem, menjaga aliran darah uteroplasental dan luaran bayi, dan menghindari risiko sulit intubasi dan aspirasi pada ibu hamil. Pada pasien ini dipilih manajemen anestesi epidural dengan monitoring hemodinamik ketat selama durante operasi. Pada pascaoperasi, pasien dirawat di ruang High Care Unit dan diberikan analgetik multimodal untuk menghindari lonjakan hemodinamik akibat nyeri. Pasien pulang ke rumah pada hari ke-5 pascaoperasi. Anestesi regional epidural merupakan pilihan yang dapat digunakan pada pasien preeklamsia berat dengan ADHF dan sindrom HELLP dengan mempertimbangkan keuntungan terhadap luaran maternal dan fetal","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"1916 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127456437","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengelolaan Anestesi untuk Bedah Laparoskopik dengan Emfisema Subkutis Intraoperatif","authors":"R. Supraptomo","doi":"10.47507/obstetri.v4i2.73","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v4i2.73","url":null,"abstract":"Laparoskopi telah berkembang dari prosedur bedah ginekologis terbatas yang hanya digunakan untuk diagnosis dan ligasi tuba menjadi alat bedah utama yang digunakan untuk banyak indikasi ginekologis. Emfisema subkutis adalah komplikasi dari bedah laparoskopik. Studi ini membahas pengelolaan anestesi untuk bedah laparoskopik dengan emfisema subkutis. Seorang wanita 37 tahun dengan adenomiosis dan kista coklat sinistra dengan rencana operasi reseksi adenomiosis dan kistektomi perlaparoskopi dengan status fisik ASA II Plan general anesthesia endotracheal tube (GAET). Operasi dilakukan tanggal 15 Oktober 2018, dengan durante operasi 5 jam. Saat infraoperatif, emfisema subkutis ditemukan dari diafragma hingga thorax. Emfisema subkutis dicurigai disebabkan karena terjadi penurunan kondisi pasien menjadi head down extreme (Trendelenburg position), dan insuflasi CO2 yang cukup ekstrim hingga 15–20 mmHg. Faktor tambahan lain juga disebabkan oleh banyaknya jaringan adiposa (IMT 32 kg/m2) sehingga menyulitkan operator untuk visualisasi pada lapang operasi. Pemantauan yang ketat selama durante operasi dan kepiawaian ahli anestesi dalam mendiagnosis serta melakukan intervensi respirasi merupakan hal yang krusial dalam mengendalikan kondisi emfisema subkutis agar tidak bertambah komplikasinya","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132363046","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Manajemen Anestesi pada Seksio Sesarea dengan Idiopathic Thrombocytopenic Purpura: Serial kasus","authors":"Achmad Haryanto, Ruddi Hartono, Isngadi Isngadi","doi":"10.47507/obstetri.v4i2.61","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v4i2.61","url":null,"abstract":"Trombositopenia merupakan perubahan hemostasis yang umum terjadi pada wanita hamil, namun jarang ditemukan kondisi berat. Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) merupakan salah satu penyebab trombositopenia pada wanita hamil. ITP ditandai dengan peningkatan penghancuran trombosit oleh antibodi immunoglobulin G (IgG) yang dapat meningkatkan risiko perdarahan pada pasien dan fetus. Kami melaporkan tiga kasus wanita hamil dengan ITP yang akan dilakukan tindakan seksio sesarea. Satu pasien menjalani seksio sesarea emergency dengan trombosit 4000 dan dua pasien menjalani seksio sesarea elektif. Pasien seksio sesarea elektif diberikan transfusi trombosit perioperatif terlebih dahulu. Ketiga pasien menjalani prosedur seksio sesarea dengan teknik anestesi general. Pemantauan perdarahan dilakukan selama sampai dengan setelah operasi. Kondisi postoperatif pasien baik dan dirawat di ruang intensive care unit (ICU). \u0000Case Series: Anesthesia Management in Caesarean Section with Idiopathic Thrombocytopenic Purpura \u0000Abstract \u0000Thrombocytopenia is the most common hemostatic change in pregnancy, but severe thrombocytopenia is rare. One of the causes, idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), is characterized by increased platelet destruction by immunoglobulin G (IgG) antibodies, presenting a high risk of hemorrhage for the patient, but also the fetus, since antibodies may cross the placenta. We report three cases of pregnant women with ITP undergoing cesarean section. One patient underwent emergency cesarean section with a platelet of 4000 and two patients underwent elective cesarean. Patients with elective cesarean section were given the first perioperative platelet transfusion. The cesarean section procedures were performed under general anesthesia. Bleeding monitoring is carried out during up to after surgery. ","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"22 328 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127139267","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Komplikasi Ibu Hamil dengan Penyakit Jantung","authors":"Purwoko Purwoko","doi":"10.47507/obstetri.v4i2.76","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v4i2.76","url":null,"abstract":"Penyebab kematian ibu hamil pada operasi non kardiak 25 – 50 % adalah komplikasi kardiovaskuler seperti infark, miokard, edema paru, gagal jantung, aritmia dan tromboemboli perioperatif. Prediktor risiko komplikasi kardiovaskuler pada maternal dan neonatal sangat penting dilakukan agar risiko kematian dapat ditekan semaksimal mungkin. Prediktor mortalitas pada maternal dengan penyakit jantung seperti atrial septal defect (ASD), ventricular septal defect (VSD), persisten ductus aeteiousus (PDA) dengan hipertensi pulmonal, ectopic beat, atrial ventrikuler yang tidak respon terapi, stenosis pulmonal berat dan prolap katub mitral. Tujuan anestesi pada kehamilan dan kelahiran spontan antara lain mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler dan respirasi dengan memanipulasi hemodinamik sesuai target dan pemilihan teknik anestesi yang sesuai kondisi pasien. Prinsip dari manajemen anestesi adalah menjaga sirkulasi uteroplasenta dengan mencegah kompresi aorto cava, meminimalkan blok simpatis dan menjaga kecukupan cairan serta monitoring ketat pada ibu dan janin. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"170 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121714411","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. M. Artawan, Budi Yulianto Sarim, Sidarta Sagita, Maria Agnes Etty Dedi
{"title":"Perbandingan Anestesi Spinal Menggunakan Bupivakain Hiperbarik Dengan Levobupivakain Isobarik Pada Seksio Sesarea","authors":"I. M. Artawan, Budi Yulianto Sarim, Sidarta Sagita, Maria Agnes Etty Dedi","doi":"10.47507/obstetri.v4i2.74","DOIUrl":"https://doi.org/10.47507/obstetri.v4i2.74","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Bupivakain hiperbarik merupakan agen anestesi lokal yang saat ini paling sering digunakan untuk anestesi spinal pada pembedahan seksio sesarea.Namun disebutkan memiliki efek samping yang buruk terhadap sistem kardiovaskuler dan susunan saraf pusat.Levobupivakain merupakan salah satu obat anestesi yang merupakan enansiomer murni bupivakain rasemik, benar-benar isobarik terhadap cairan serebrospinal wanita hamil dan memiliki sifat kurang toksik bagi jantung dan susunan saraf pusat. \u0000Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan onset dan durasi blok sensorik dan blok motorik serta efek samping yang terjadi pada penggunaan Bupivakain hiperbarik dan Levobupivakain isobarik pada seksio sesarea. \u0000Subyek dan metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan memakai uji klinis tersamar tunggal. Subyek penelitian ditentukan dengan cara consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek dibagi ke dalam dua kelompok, 43 subyek pada kelompok Bupivakain Hiperbarik 10 mg (BH) dan 43 subyek pada kelompok Levobupivakain Isobarik 10 mg (LI). Pada kedua kelompok dibandingkan onset dan durasi blok sensorik dan motorik, kejadian hipotensi, menggigil, bradikardia dan mual muntah. Uji statistik perbandingan rerata antar kedua kelompok dilakukan dengan uji Mann Whitney. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":203301,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121134104","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}