{"title":"POTENSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS KANTONG KRAFT (Eucheuma cottonii Seaweed has a good Potential as Raw Material For Making Kraft Paper Bags)","authors":"Ryan Ariefta, E. N. Dewi, R. Romadhon","doi":"10.14710/IJFST.14.2.81-85","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/IJFST.14.2.81-85","url":null,"abstract":"Ekstrak selulosa yang berasal dari rumput laut Eucheuma cottonii dapat dijadikan sebagai bahan substitusi pembuatan kantong kertas kraft yang biasanya dibuat dari pulp kayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas kantong kertas kertas kraft dari ekstrak rumput laut E. cottonii apabila dibandingan dengan kertas kraft berstandar SNI. Rumput laut E. cottonii yang digunakan berasal dari pantai Krakal, Gunung Kidul, Jogjakarta. Pembuatan kertas kraft dilakukan dengan ekstraksi selulosa dari E. cottonii diikuti dengan pemasakkan hingga hancur, pencetakan dan pengeringan sehingga berbentuk pulp lembaran. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 1 faktor yaitu konsentrasi ekstrak rumput laut E. cottonii dengan tiga taraf yang berbeda yaitu 15%, 20%, dan 25%. Parameter pengujian yang dilakukan adalah ketahanan tarik, ketahanan sobek, daya regang dan derajat kecerahan (CIELAB). Data parametrik yang didapatkan diuji dengan sidik ragam (P<5%), dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk melihat perlakuan yang berbeda. Hasil yang didapatkan pada uji ketahanan tarik pada konsentrasi 15%, 20% dan 25% berturut - turut, yaitu 1,80 ± 0,22 kN/m; 5,54 ± 0,42 kN/m dan 7,33 ± 1,28 kN/m, ketahanan sobek 737,62 ± 91,15 mN; 2260,00 ± 173.18 mN dan 2991,90 ± 525.04 mN, daya regang : 3,86 ± 1,78%; 7,24 ± 0,83% dan 7,08 ± 2,15%, untuk uji gramatur : 70 gram; 73,09 gram dan 75,75 gram. Hasil uji perbandingan kualitas kertas kraft paper bag dari subsitusi ekstrak selulosa 20% dan 25% telah memenuhi SNI, sedangkan pada konsentrasi 15% belum memenuhi SNI. Cellulose extract from Eucheuma cottonii seaweed can be used as a substitute for making kraft paper bags. Kraft paper are usually made from wood pulp. The purpose of this study was to determine the quality of kraft paper bags from seaweed extract E. cottonii when it compared to SNI kraft paper. The E. cottonii seaweed used comes from Krakal beach, Gunung Kidul, Jogjakarta. The kraft paper was first made by extracting cellulose from E. cottonii, it was cooked, crushed, printed , dried and finally it was formed to pulp sheet. The experimental design used was Completely Randomized Design (CRD), with 1 factor concentration of seaweed extract E. cottoni with three levels concentration 15%, 20%, and 25% respectively. The test parameters performed were tensile resistance, tear resistance , tensile strength and brightness (CIELAB). Data were analysed using Anova and tested continued Honestly Significant Different test (HSD). The results obtained in the tensile resistance test at a concentration of 15%, 20% and 25% were 1.80 ± 0.22 kN / m; 5.54 ± 0.42 kN / m and 7.33 ± 1.28 kN / m, in the tear resistance test were 737.62 ± 91.15 mN; 2260.00 ± 173.18 mN and 2991.90 ± 525.04 mN, the tensile strength were 3.86 ± 1.78%; 7.24 ± 0.83% and 7.08 ± 2.15%, for successive grammar tests: 70 grams; 73.09 grams and 75.75 grams. The comparison test res","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"106 22","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113946045","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH PERBEDAAN METODE PENCAIRAN (THAWING) TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING ABALON (Haliotis asinina) BEKU (Effect of Different Thawing Methods on Chemical Quality of Frozen Abalone (Haliotis asinina))","authors":"Sri Fatmah Sari","doi":"10.14710/ijfst.14.2.106-109","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/ijfst.14.2.106-109","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kimia daging abalon beku H. asinina yang dicairkan dengan beberapa metode. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap, dimana terdapat tiga perlakuan yaitu pencairan dengan melakukan perendaman pada air es (4oC), pencairan dengan melakukan perendaman pada air biasa (28oC), dan pencairan dengan menempatkan pada suhu ruang (30oC). Sebelum dilakukan pencairan sampel yang digunakan dibekukan pada suhu -20oC selama 3x24 jam. Parameter yang dianalisa antara lain, kadar protein, kadar lemak, kadar protein terlarut, kadar air, dan kadar TMA-N. Dari hasil penelitian ini diperoleh perlakuan pencairan dengan melakukan perendaman pada air biasa (28oC) memberikan kualitas kimia yang lebih baik dengan kadar protein 14,08%, lemak 5,43%, protein terlarut 4,09%, kadar TMA-N 6,71 mg/100 g, dan kadar air 78,40%. This research was conducted to investigate the chemical quality of frozen abalone (H. asinina) which thawed using different thawing methods. A completely randomized experimental design (CRD) was used. It consisted of three treatments of thawing (A; immersion in cool water (4oC), B; immersion in water at ambient temperature (28oC), C; placement at room temperature (30oC)) and done in triplicates. The samples were frozen at a temperature of -20oC for 3x24 hours and they were packaged by air packaging method. The content of protein, fat, soluble protein, water, and TMA-N were analyzed. The results showed that thawing by immersion in water at ambient temperature (28oC) gave the best chemical quality compared to two others thawing methods in this research.","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125251838","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS HASIL TANGKAPAN JARING ARAD DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAK LOROK, SEMARANG (Catch Analysis Of Arad Net at The Fish Landing Base Tambak Lorok, Semarang)","authors":"Eki Septiana, S. Saputra, A. Ghofar","doi":"10.14710/IJFST.14.2.100-105","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/IJFST.14.2.100-105","url":null,"abstract":"Jaring arad merupakan jaring penangkap udang sebagai hasil tangkapan utama dan memiliki hasil tangkapan sampingan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hasil tangkap utama dan hasil tangkap sampingan, mengetahui struktur ukuran tangkapan utama, spesifikasi perahu dan alat tangkap arad, serta menganalisis kelayakan usaha penangkapan. Metode yang digunakan adalah metode survei. Pengambilan sampel menggunakan sistematik sampling. Sampel udang diambil secara proporsional yaitu minimal 10% dari total hasil tangkapan. Hasil tangkap selama penelitian terdiri dari 7 spesies krustase, 3 spesies moluska, dan 10 spesies ikan. Ukuran pertama tertangkap (Lc50%) udang krosok (M. lysianassa) adalah 9 mm, (Lc50%) udang putih (P. merguiensis) 11 mm. Perahu arad di Tambak Lorok memiliki ukuran relatif sama yaitu 4-8 GT, kekuatan mesin 20-48 PK. Mesh size kantong 24,5 mm. Hasil tangkapan jaring arad sebesar Rp 426.000,00 per trip, didapatkan dari keuntungan per kilo penjualan udang dan hasil tangkap sampingan. Sedangkan total biaya produksi sebesar Rp. 209.662,00, sehingga diperoleh untung per trip sebesar Rp. 216.337,00 dengan R/C ratio yaitu 2,03 yang mengartikan jaring arad layak diusahakan Arad net is one of fishing gears to catch shrimp as the target species and bycatch. The purposes of this research were to identify the target species and bycatch, to know structure of target species, specification of fishing boat and arad net, and to analyze the profit and loss of fishing effort. The method used was survey method. This research used systematic sampling. Shrimp samples were taken propotionally at least 10% of the total catch. The results during this research consisted of 7 species of crustacea, 3 species of molluscs, and 10 species of fishes. The size (Lc50%) of Krosok shrimp (M. lysianassa) is 9 mm and the size (Lc50%) of white shrimp (P. merguiensis) is 11 mm. Arad boat at Tambak Lorok has relatively similar size with another (4 to 8 GT). Power machine ranging from 20 to 48 PK, 24,5 mm mesh size. The profit of total species per trip earned from shrimp and bycatch per kilograms is Rp 426.000,00. Meanwhile, the total cost of production was Rp. 209.662,00. Therefore, benefit per trip obtained Rp. 216.337,00 with R/C ratio 2.03 which means arad net is feasible to operating.","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126671377","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"POTENSI PADANG LAMUN SEBAGAI PENYERAP KARBON DI PERAIRAN PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA (Ability of Seagrass Beds as Carbon Sink in The Waters of Karimunjawa Island, Karimunjawa National Park )","authors":"Ajeng Ganefiani, S. Suryanti, Nurul Latifah","doi":"10.14710/IJFST.14.2.115-122","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/IJFST.14.2.115-122","url":null,"abstract":"Perubahan iklim disebabkan karena meningkatnya kandungan Gas Rumah Kaca seperti karbon dioksida (CO2), klorofluorokarbon (CFC), ozon (O3), dinitro oksida (N2O), metana (CH4), heksafluorida (SF6), hidrofluorokarbon (HFCS), perfluorokarbon (PFCS)). Diantara kedelapan gas tersebut, konsentrasi gas CO2 di atmosfer memiliki kontribusi terbesar yaitu lebih dari 55% dari total efek GRK yang ditimbulkan. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK adalah dengan memanfaatkan lautan dan ekosistem pesisir sebagai penyerap CO2 alami (natural CO2 sink). Lamun merupakan tumbuhan laut yang berkontribusi terhadap penyerapan karbon melalui proses fotosintesis yang kemudian disimpan dalam bentuk biomassa pada bagian daun, rhizoma dan akar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis lamun, kerapatan dan tutupan lamun serta potensi penyerapan karbon dalam biomassa berupa jaringan atas substrat dan bawah substrat lamun yang dilakukan pada bulan Maret 2018 di Pulau Karimunjawa. Identifikasi jenis lamun dilakukan dengan melihat panduan buku seagrasswatch, kerapatan dan tutupan dilakukan dengan metode transek kuadran. Analisis kandungan karbon dilakukan dengan metode pengabuan. Hasil penelitian ditemukan 8 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii, Halophila minor, Halodule uninervis, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium. Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata memiliki nilai kerapatan tertinggi dengan kerapatan mencapai 450 ind/m2 dan 1204 ind/m2. Nilai biomassa dibagian bawah susbtrat berkisar 970,39 - 1.412.55 gbk/m2 yang lebih besar dibandingkan nilai biomassa lamun dibagian atas substrat berkisar 371, 88 - 546, 38 gbk/m2 diikuti nilai penyerapan karbon dibagian bawah substrat (akar dan rhizoma) berkisar antara 12,60 – 93,62 gC/m2, sementara kandungan karbon dibagian atas substrat (daun) berkisar antara 4,19 – 34,12 gC/m2. Total stok karbon di perairan Pulau Karimunjawa berkisar antara 1,28 ton karbon – 2,49 ton karbon atau sebesar 0,50 – 0,73 ton karbon/ha Climate change is caused by increasing greenhouse gases content such as carbon dioxide (CO2), chlorofluorocarbon (CFC), ozone (O3), dinitro oxide (N2O), methane (CH4), hexafluoride (SF6), hydrofluorocarbons (HFCS), perfluorocarbons (PFCS) )). Among the eight gases, the concentration of CO2 gas in the atmosphere has the largest contribution, which is more than 55% of the total GHG effects generated. One of the preventive measures that can be taken to reduce GHG emissions is to use the oceans and coastal ecosystems as natural CO2 sinks. Seagrass is a marine plant that contributes to carbon sequestration through photosynthesis which is then stored in the form of biomass in the leaves, rhizomes and roots. This research aims to know the types of seagrass, seagrass cover and potential density of biomass carbon of above the substrate (leaves) and below the substrate seagrass (roots and rhizomes) in March 2018 at ","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"97 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123320830","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"POTENSI PANKREAS KAMBING SEBAGAI BATING AGENT ALAMI TERHADAP KARAKTERISTIK KULIT IKAN NILA (Oreochromus niloticus) TERSAMAK(Pancreas Potential Of Goat As A Natural Bating Agent On Tilapia (Oroeochromus niloticus) Leather)","authors":"Muhammad Aziz Cahyana, U. Amalia, S. Suharto","doi":"10.14710/IJFST.14.2.123-127","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/IJFST.14.2.123-127","url":null,"abstract":"Pankreas kambing mengandung enzim proteolitik yang berpotensi sebagai bating agent dalam proses penyamakan kulit.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan bating agent dari pankreas kambing terhadap karakteristik fisik kulit ikan nila tersamak dan mengetahui konsentrasi terbaik dari penggunaan bating agent pankreas kambing. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ikan niladan pankreas kambing segar. Metode penelitian ini bersifat experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan dengan 4 konsentrasi bating agent yaitu (0,5%, 1%, 1,5% dan 2%) kulit ikan tersamak diuji dengankekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, kadar krom oksida, dan suhu kerut. Hasil penelitian menghasilkan bahan bating agent berpengaruh terhadap karakteristik kulit ikan tersamak (P<0,05). Konsentrasi bating agent sebesar 2% memberikan hasil yang terbaik sebagai berikut: kekuatan tarik 1300,45 N/cm², kemuluran 87,70%, kekuatan sobek 273,90 N/cm², kadar krom oksida 3,46 %, dan suhu kerut 99,75°C. Kulit ikan nila tersamak hasil penelitian semua perlakuan memenuhi persyaratan SNI 06-4586-1998 kecuali untuk parameter kemuluran tidak memenuhi syarat. Goat pancreas, containing proteolytic enzymes which the potential as a bating agent in the process of tanning the skin. The purpose of this study was to determine the effect of using bating agent from goat pancreas on the physical characteristics of tilapia skin and knowing the best concentration of using the goat pancreatic agent. The material used in this study is the skin of tilapia and fresh goat pancreas. This research method is experimental laboratories using Completely Randomized Design (CRD) with three repetitions with 4 concentrations of bating agent namely (0.5%, 1%, 1.5% and 2%) the skin of tanned fish is tested with tensile strength, elongation, tear strength, chrome oxide content, and wrinkle temperature. The results of the study resulted in bating agent material affecting the characteristics of tanned fish skin (P <0.05). Bating agent concentration of 2% gave the best results as follows: tensile strength 1300.45 N / cm², elongation 87.70%, tear strength 273.90 N / cm², chrome oxide content 3.46%, and wrinkle temperature 99, 75 ° C. The results of this study produced a total nitrogen of 2.65% of the goat pancreas which has great potential to be used as bating material. The skin of tanned tilapia from the results of this study meets the requirements of SNI 06-4586-1998 except for elongation parameters that do not meet the requirements.","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126624156","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PRODUKSI Chlorella sp. DENGAN PERLAKUAN LIMBAH CAIR TAMBAK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) STERIL (Production of Chlorella sp. with Steril White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Liquid Waste Treatment)","authors":"S. Tangguda, I. Prasetia","doi":"10.14710/ijfst.14.2.96-99","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/ijfst.14.2.96-99","url":null,"abstract":"Limbah cair tambak udang vaname (L. vannamei) merupakan hasil buangan dari proses budidaya yang umumnya langsung dibuang ke perairan umum. Limbah tersebut masih mengandung sejumlah unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan organisme pada tingkatan trofik dibawahnya, salah satunya adalah mikroalga Chlorella sp. Namun, pada limbah tersebut masih ditemukan sejumlah organisme yang mengganggu pertumbuhan Chlorella sp. sehingga limbah harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menumbuhkan mikroalga tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis limbah cair tambak udang vaname steril dalam produksi Chlorella sp. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan 4 perlakuan, yaitu A (dosis limbah 25%), B (dosis limbah 50%), C (dosis limbah 75%), dan D (dosis limbah 100%); masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menyatakan bahwa perlakuan D memberikan produksi Chlorella sp. tertinggi yang dapat dilihat dari kepadatan sel dan laju pertumbuhan spesifik pada saat puncak pertumbuhan, yaitu 2.833.333 sel/mL dan 0,472. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah cair tambak udang vaname steril dengan dosis 100% dapat digunakan untuk mengkultur Chlorella sp. skala laboratorium dengan menghasilkan produksi mikroalga tertinggi. Diharapkan limbah yang berasal dari hasil budidaya udang vaname dapat dimanfaatkan untuk mengkultur mikroalga sehingga mengurangi pencemaran yang terjadi di perairan umum sekitarnya. Liquid waste of vaname shrimp ponds (L. vannamei) is the result of waste from the cultivation process which is generally discharged directly into public waters. The waste still contains a number of nutrients needed for the growth of organisms at the lower trophic level, one of which is Chlorella sp. However, in these wastes there are still organisms that interfere with the growth of Chlorella sp. therefore the waste must be sterilized before using it to grow the microalgae. The purpose of this study was to determine the dose of liquid waste of sterile vaname shrimp ponds in the production of Chlorella sp. This study used an experimental method with 4 treatments, namely A (25% waste dose), B (50% waste dose), C (75% waste dose), and D (100% waste dose); each treatment was repeated 3 times. The results of the study stated that treatment D gave the production of Chlorella sp. the highest can be seen from cell density and specific growth rate at the peak of growth, which is 2,833,333 cells / mL and 0.472. The results of this study can be concluded that sterile liquid waste of vaname shrimp ponds with a dose of 100% can be used to culture Chlorella sp. laboratory scale by producing the highest microalgae production. It is expected that waste derived from vaname shrimp culture can be used to cultivate microalgae so as to reduce pollution in the surrounding public waters","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131188173","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Romadhon, T. Agustini, Selamet Suharto, Y. S. Darmanto, A. S. Fahmi
{"title":"APLIKASI ES CURAI DARI MESIN PENGHANCUR ES PADA KUALITAS PROTEIN DAGING KERANG REBUS (Anadara granosa) (The Application of ice crusher from designing machine in protein quality shellfish meat steamed (Anadara granosa)","authors":"R. Romadhon, T. Agustini, Selamet Suharto, Y. S. Darmanto, A. S. Fahmi","doi":"10.14710/IJFST.13.2.89-93","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/IJFST.13.2.89-93","url":null,"abstract":"Kandungan protein Kerang Anadara granosacukup tinggi sehingga rentan sekali mengalami pembusukan. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan es adalah bentuk es. Penggunaan bongkahan es yang besar dan kasar serta tajam akan menyebabkan kerusakan fisik. Alternatif yang dapat diterapkan adalah Alat pemecah es . Penelitian ini bertujuan mengamati kualitas dan kerusakan protein selama pendinginan dengan membandingkan es curai yang dihancurkan manual dan es curai hasil dari mesin penghancur es. Metode yang dilakukan dengan Pengesan daging kerang dengan es yang dihancurkan manual dengan es hasil mesin penghancur.Sampel disimpan selama 6 hari dan diamati kandungan protein dan TVB-N setiap 3 hari sekali. Rancangan Percobaan menggunakan rancangan faktorial dengan 2 faktor yaitu es yang dihancurkan secara manual dan dihancurkan mesin penghancur es. Hasil dari penelitian ini didapatkan kandungan protein kerang tanpa pengesan dari hari ke-0 14.04±0,71 %; dan hari ke-6 9.27±0.17%. Kandungan protein kerang yang diberi es balok yang dihancurkan secara manual hari ke-0 14,23±0,46%; dan hari ke-6 11,68±0,40%. Kerang yang menggunakan es curai hasil mesin penghancur es hari ke-0 adalah 13,91±0,68%; dan hari ke-6 yaitu 14,28±0,63%. Hasil kandungan TVB-N kerang tanpa pengesan dari hari ke-0 13.11±0,29 mgN/100g; dan hari ke-6 64,97±0.61mgN/100g. Kerang yang diberi es balok yang dihancurkan secara manual hari ke-0 13,00±0,48 mgN/100g; dan hari ke-6 23,28±0,53 mgN/100g. Kerang menggunakan es curai hasil mesin penghancur es hari ke-0 adalah 13,21±0,66 mgN/100g; dan hari ke-6 yaitu 19.72±0,49 mgN/100g. Protein content Anadara granosa shells are high enough to be prone to decay. The obstacle faced in the use of ice is the form of ice. The use of large, rough and sharp blocks of ice will cause physical damage. The applicable alternative is the Ice Breaker. This study aims to observe the quality and deterioration of proteins during cooling by comparing the manually destroyed ice cubes and ice cultivated from ice-breaking machines. The method is done with the Order of shellfish with the ice that is destroyed manually with ice crushing machine. Samples are stored for 6 days, and observed the content of protein and TVB-N every 3 days. The experimental design used a factorial design with 2 factors: manually destroyed ice and crushed ice crusher. The results of this study found the content of shell protein without impressive from day-0 14.04 ± 0.71%; and 6th day 9.27 ± 0.17%. The content of shellfish protein given ice beam which was manually destroyed on day 0 14.23 ± 0.46%; and the 6th day 11.68 ± 0.40%. The shell that used ice cubes from the 0 th day crusher was 13.91 ± 0.68%; and the 6th day is 14.28 ± 0.63%. Results of TVB-N content of shellfish without impression from day 0 13.11 ± 0.29 mgN / 100g; and day 6 64,97 ± 0.61mgN / 100g. Shellfish with ice blocks manually destroyed on day 0 13.00 ± 0.48 mgN / 100g; and day 6 23.28 ± 0.53 mgN / 100g. The shells using ice cubes from ","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"188 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128642107","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"INVENTARISASI MANGROVE DAN GASTROPODA DI PULAU TUNDA SERANG BANTEN, INDONESIA SERTA DISTRIBUSI SPASIAL DAN KONEKTIVITASNYA (Mangrove and Gastropods Inventarization, Spacial Distribution and Connectivity in Tunda Island Serang Banten, Indonesia)","authors":"Syahrial Syahrial, Novita Mz Novita Mz","doi":"10.14710/ijfst.13.2.94-99","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/ijfst.13.2.94-99","url":null,"abstract":"Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang unik, sangat rentan, tetapi paling produktif diantara ekosistem lainnya. Salah satu manfaat hutan mangrove adalah sebagai tempat hidup berbagai biota pesisir dan laut. Penelitian tentang inventarisasi jenis mangrove dan biota asosiasi gastropoda serta distribusi dan konektivitasnya telah dilakukan di Pulau Tunda Serang Banten pada bulan Januari 2014 yang bertujuan untuk mendata keanekaragaman hayati di Indonesia. Stasiun 1 berada di bagian Timur pulau, sedangkan Stasiun 2 berada di bagian Selatan pulau. Data kondisi vegetasi mangrovenya dikumpulkan dengan cara membuat transek garis dan plot berukuran 10 x 10 m2, 5 x 5 m2 dan 1 x 1 m2 yang ditarik dari titik acuan (tegakan mangrove terluar) dan tegak lurus garis pantai sampai ke daratan, sedangkan data kondisi biota asosiasi gastropodanya dikumpulkan dalam plot berukuran 1 x 1 m2 yang dipasang dalam plot transek vegetasi mangrove berukuran 10 x 10 m2. Kemudian distribusi mangrove, biota asosiasi gastropoda dan konektivitasnya dianalisis menggunakan Analisis Faktorial Koresponden (AFK). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 5 jenis mangrove dan 20 jenis biota asosiasi gastropoda. Kerapatan mangrove untuk kedua stasiunnya bervariasi, dimana untuk kategori pohon dan semai kerapatan tertingginya pada bagian Selatan, sedangkan kerapatan anakan pada bagian Timur. Sementara untuk biota asosiasi (gastropoda), kepadatan tertinggi untuk kedua stasiunnya adalah L. scabra (6,31 dan 2,24 ind/m2). Distribusi jenis mangrove berdasarkan AFK dikelompokan menjadi dua kelompok, sedangkan distribusi gastropodanya menjadi 3 kelompok. Selanjutnya spesies mangrove R. apiculata memiliki hubungan yang kuat terhadap spesies gastropoda L. scabra, kemudian B. gymnorrhiza dan R. stylosa berkaitan erat dengan C. cingulata maupun T. sulcata, sedangkan R. mucronata, L. racemosa maupun S. caseolaris berkaitan erat dengan gastropoda T. palustris, N. planospira dan M. puella.Mangrove is an unique and susceptible ecosystem, but the most productive than others ecosystem. One of the mangove forest function is as a living place for many coastal and sea biota such as sea gastropods. The research is included some activity to inventory the mangrove and sea gastropod as association biota with it’s spacial distribution and connectivity. It was conducted in Tunda Island Serang Banten on January, 2014 with the aim to collect biodiversity data in Indonesia. Station one (1) is on the East part of the island, while station two (2) on the South part. The mangrove vegetations condition data were collected by line transect and plot (10 x 10 m2, 5 x 5 m2 and 1 x 1 m2) method. It is pulled from the point reference direction (the outer mangrove stand) perpendicular to the shoreline from the main land and divided into 2 (two) research station located on east and south part of the island. While, the associations biota (sea gastropod) condition data were collected by plot size method (1 x 1 m2) located on man","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130777726","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
B. B. Jayanto, Kukuh Eko Prihantoko, Imam Triarso, F. Kurohman
{"title":"PENGARUH PENAMBAHAN FUNEL PADA ALAT TANGKAP BUBU TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Portugus pelagicus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH (The Effect of Funnel Addition on Trap Toward catch of Blue Swimming Crab in Rembang Sea waters)","authors":"B. B. Jayanto, Kukuh Eko Prihantoko, Imam Triarso, F. Kurohman","doi":"10.14710/IJFST.13.2.100-104","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/IJFST.13.2.100-104","url":null,"abstract":"Bubu (Trap) merupakan alat tangkap yang dioperasikan secara pasif yang termasuk alat tangkap ramah lingkungan, dengan keunggulan hasil tangkapan masih dalam kondisi hidup dan segar. Target penangkapan dari alat tangkap Bubu salah satunya adalah Rajungan (Portunus pelagicus), yang merupakan komoditas ekonomis penting perikanan. Indikasi produktivitas suatu alat tangkap adalah apabila hasil tangkapan didominasi dengan target tangkapan dengan nilai efektivitas yang tinggi. Modifikasi bentuk dan jumlah Funnel (pintu masuk) pada Bubu merupakan salah satu cara memperbesar peluang target masuk kedalamnya. Penelitian mengenai penambahan jumlah funnel bertujuan untuk meningkatkan peluang Rajungan tertangkap. Rancang bangun funnel sebanyak 6 buah (Bubu Payung) akan memperbesar peluang Rajungan sebagai target tangkapan tertangkap dibandingkan bubu dengan jumlah funnel 2 buah. Melalui metode penelitian experimental fishing di perairan Rembang, Jawa Tengah didapatkan hasil bahwa Bubu dengan funnel sebanyak 6 buah (Bubu payung) menghasilkan hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan Bubu dengan funnel sebanyak 2 buah. Bubu was a passive fishing gear and kind of responsible fishing gear categories. Catch on fresh condition is one of benefit from this gear. Rajungan (Portunus pelagicus) is one of important fisheries resources and valuable. One of the productivity indicator on fishing gear is if catch dominated by targetted of fish and effectiveness value is high. Trap modification on shape and amount funnel is one of techniques to increase opportunity fish that get caught. The aim of this study is to increase opportuniy caught of Rajungan with different funnel amount. Bubu with six funnel will enlarge opportunity of Rajungan that caught than of two funnel. By experimental fishing in Rembang sea water, Province of Central Java, the result of this study shown that bubu with six funnel get more larged rajungan catch than bubu with two funnel.","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130682150","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KARAKTERISTIK EDIBLE FILM KARAGENAN DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) SEBAGAI ANTIBAKTERI (The Characteristic of Carrageenan Edible Film with the Addition of Garlic (Allium sativum) as Antibacterial)","authors":"T. Anggraini, T. Agustini, L. Rianingsih","doi":"10.14710/ijfst.14.1.70-76","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/ijfst.14.1.70-76","url":null,"abstract":"Edible film merupakan suatu lapisan tipis yang dapat melindungi bahan pangan untuk menjaga kualitas produk. Bawang putih mengandung senyawa allin yang merupakan senyawa antibakteri jika ditambahkan pada edible film karagenan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak bawang putih sebagai antibakteri dan karakteristik edible film karagenan. Metode penelitian yang digunakan bersifat eksperimental laboratories dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan parameter uji konsentrasi ekstrak bawang putih yang berbeda. Data dianalisis menggunakan ANOVA dan dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak bawang putih berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri dan karakteristik edible film karagenan. Hasil yang diperoleh dari perlakuan penambahan 7,5% ekstrak bawang putih sebagai antibakteri dapat dilihat zona hambatnya terhadap bakteri S. aureus sebesar: 3,00±0,100 mm dan bakteri E. coli: 2,18±0,07 mm sedangkan nilai karakteristik ketebalan: 0,17±0,003 mm, laju transmisi uap air: 6,49±0,42 g/m2/jam, kuat tarik: 13,88±0,29 MPa, persen pemanjangan: 14,75±0,09%. Kesimpulan menunjukkan bahwa penambahan ekstrak bawang putih pada edible film karagenan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap aktivitas antibakteri dan karakteristik edible film karagenan. Edible film is a thin layer which able to protect the food and keep its quality.Garlic contains Allin compound which worked as antibacterial if added into carrageenan edible film. This study aimed to determine the effect of garlic extract addition as antibacterial and the characteristic of carrageenan edible film. The method was experimental laboratories with Completely Randomized Design with different concentration of garlic extract as the testing parameters. Data were analyzed using ANOVA then tested using Honestly Significance Difference (HSD) to determine the significance value of the sample. The result showed that the garlic extract was significant difference toward the antibacterial activities and the characteristic of carrageenan edible film. The result obtained from 7.5% garlic extract addition as antibacterial was the inhibition zone against S. aureus and E. coli of 3.00±0.100 mm and 2.18±0.07 mm; respectively. The other parameters such as thickness 0.17±0.003 mm, the water vapor transmission rate 6.49±0.42 g/m2/hour, the tensile strength 13.88±0.29 MPa, and the percent elongation 14.75±0.09%. The result indicated that the addition of garlic extract was significant difference (P<0,05) toward the antibacterial activities and characteristic of carrageenan edible film.","PeriodicalId":193095,"journal":{"name":"SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology","volume":"276 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127378277","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}